Tetapi tubuh yang binal sangatlah mengasyikan untuk dinikmati….Tubuh binal biasanya memberikan kepuasan birahi yang dahsyat……Itu yang berkecamuk dalam pikiran Daeng dan Bingsar.
Darto yang kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina Afni segera menahan kedua pinggul Afni dengan kedua tangannya sehingga Afni tidak dapat beringsut ke kanan dan ke kiri dengan leluasa.
Dengan cara menggerakkan pinggulnya Darto berusaha memposisikan penisnya ke alat kelamin Afni. Kini dia telah menemukannya. Kepala penis itu telah dirasa bersentuhan dengan bibir vagina Afni.
“Jjjjaaangaaannnnnnnn……………….” Afni menjerit ketika kepala penis Darto telah menyentuh bibir kemaluannya dan dirasa mulai melesak ke liang senggamanya itu.
“Jjjangannn..llaaakuukkkaannn…jjjaangggannnnnnnnnn ” Afni terus menjerit menghiba.
Tetapi Darto sudah tidak sabar lagi untuk segera terbang ke nirwana kenikmatan. Dengan segenap tenaga dia mendorong pinggulnya dengan keras ke arah selangkangan Afni
“Tttttiidddaakkkkkk…aaaakkhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Afni menjerit keras dan melengking. Tubuhnya melengkung ke atas. Kepalanya menengadah ke belakang. Tampak matanya yang membelalak. Ia merasakan perih dan nyeri menyerang bagian selangkangannya. Beberapa detik kemudian tubuhnya yang mengejan itu kembali normal dan selanjutnya tubuhnya berguncang-guncang diselingi teriakan-teriakan kesakitannya
“Akkkkkhhh…..aaddduuhhhhhh….adduhhhhhhhhhhhhh …”
“Akkkhh……..aakkhhhhhhhhhh…..ssssaaakitttttttttttt…..”
“Pppeerriiiihhhhhhhhhhhhh………”
“Aakkhhhh..ttiitdaakkk……”
“AAaaaddddduuhhhhhhhhhhh…………”
Darto menyenggamai tubuh Afni dengan kasar. Dia memompa tubuh tidak berdaya itu dengan cepat dan meggebu-gebu. Mungkin laki-laki itu melampiaskan kekesalannya akibat tamparan Afni. Tetapi yang pasti 15 menit kemudian Darto mulai mengerang nikmat.
Tampaknya Darto sedang naik menuju puncak kenikmatan. Kini Darto makin terengah-engah dan beberapa detik kemudian dia menggeram keras dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Rupanya laki-laki itu telah mencapai klimaks dan memuntahkan lahar panasnya ke dalam tubuh Afni.
Beberapa detik kemudian Darto mulai tampak meloyo dan segera mencabut penisnya dari dalam liang kenikmatan Afni. Tampak warna merah di batang penisnya. Demikian juga pada vagina Afni. Beberapa saat kemudian terlihat cairan putih kemerahan mengalir keluar dari liang senggama Afni.
Sperma Darto yang keluar itu turun ke bawah membasahi anus Afni sebelum akhirnya menetes ke matras. Darto sungguh perkasa. Dia melakukan persetubuhan dengan Afni hampir selama 18 menit. Mungkin dia minum obat kuat sehingga bertahan selama itu.
Kini ganti Tigor berhasrat menyetubuhi Afni. Tangan Afni yang dilepas oleh Tigor kini dicengkeran oleh Cokro sehingga kedua tangan Afni kini ada dalam kekuasaannya. Tigor segera melepas celana jeans lusuhnya dan memposisikan dirinya di antara dua paha Afni.
Dilihatnya vagina Afni yang masih meneteskan darah. Tetapi Tigor tidak peduli. Lelaki agak kurus dengan rambut gondrong itu ingin segera menyalurkan birahinya pada tubuh Afni yang sedang tidak berdaya dan hanya bisa menangis itu.
“Aaggghhhhrrrrrrrrr………………”
Kembali Afni menjerit tatkala penis Tigor memasuki tubuhnya. Tigor langsung memompa tubuh Afni dengan cepat. Sesekali dilihatnya wanita yang sedang diperkosanya itu menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri sambil sekali-sekali menggigit bibir bawahnya.
Buah dadanya bergoyang ke sana ke mari memperlihatkan kekenyalannya seirama dengan sodokan-sodokannya. Mata wanita itu terpejam. Hanya erangan dan lenguhannya yang terdengar erotis itu semakin membuat birahinya terus memuncak.
Tiba-tiba dia melihat Cokro yang semula berada di atas kepala Afni sedang memegangi kedua tangan wanita yang sedang diperkosanya itu beringsut ke dada Afni dan posisinya memunggunginya. Sesaat dirasakan olehnya tubuh Afni mengejan.
Tigor tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Cokro dan dia tidak peduli. Tigor terus memompa dan memompa berpacu dengan hasrat birahinya untuk mencapai ke puncak kenikmatan. Satu yang dia rasakan berubah adalah erangan Afni yang kini seperti lenguhan tertahan.
Sekitar 10 menitan diperlukan Tigor untuk dapat mengerang menyemprotkan cairan birahinya ke dalam tubuh Afni. Kini tubuh Tigor dengan senyuman kenikmatan itu mulai loyo dan batang penisnya mulai menyusut.
Segera dikeluarkannya batang kejantanannya dari liang vagina Afni dan Tigor segera terlentang lemas di sisi matras. Mungkin laki-laki itu masih merasakan betapa nikmatnya tubuh Afni yang baru saja diperkosanya itu.
Jepitan liang kenikmatan Afni sungguh luar biasa. Belum pernah Tigor melayang ke nirwana seperti ini. Sungguh beda dengan WTS kelas teri yang mangkal di pinggir jalan di mana Tigor sering jajan untuk menyalurkan hasratnya.
Kini ganti pria bertato mawar menggantikan posisi Tigor. Rupanya dia telah mengeluarkan batang penisnya dari balik resleting celana komprangnya. Penis kuli Pasar Senen itu nampak lebih besar dari milik Darto apalagi dibandingkan dengan milik Tigor.
Pria bertato mawar itu tidak lagi mempedulikan darah yang mengalir dari vagina Afni yang telah membasahi matras. Dia tahu kalo wanita yang baru saja disetubuhi oleh dua orang itu mengalami pendarahan. Tapi keinginan untuk menyalurkan nafsu birahinya pada tubuh yang sekal itu jauh lebih kuat daripada rasa belas kasihannya.
Dua kali erangan kenikmatan yang diteriakkan oleh Darto dan Tigor sudah cukup bagi pria bertato mawar itu membuktikan bahwa tubuh Afni memberikan kenikmatan yang betapa luar biasa.
Tanpa menunggu lama segera dia menancapkan penis besarnya itu ke dalam liang vagina Afni. Dirasakannya tubuhAfni mengejan hebat namun tidak mengeluarkan suara lengkingan kesakitan sebagaimana saat Tigor memasuki tubuh wanita itu.
“Hhhheeggghhhhhrrrrhhhmmmmmmmmmmmmmmm………………………………..”
Hanya erangan tertahanlah yang dia dengar. Rupanya Cokro yang melakukan perkosaan oral telah menyumbat mulut Afni dengan batang penisnya. Penis Cokro memang tidak panjang. Tetapi diameternya yang cukup besar itu telah mampu untuk meredam suara erangan dan lenguhan erotis Afni.
Tampak seluruh penisnya melesak masuk ke dalam mulut Afni. Tangan Cokro masih memegang erat kedua pergelangan tangan Afni di atas kepala wanita itu. Kini tampak tanda-tanda Cokro akan ejakulasi.
Mata Cokro mulai terpejam merasakan hangatnya lidah Afni yang bersentuhan dengan penisnya. Gerakan ke luar masuk penisnya di mulut Afni semakin cepat. Akhirnya terburailah segalanya.
Afni terlihat gelagapan dengan cairan kental yang menyemprot dari batang penis Cokro dalam mulutnya. Tetapi mulutnya tidak sanggup melepaskan diri dari batang penis laki-laki itu yang seluruhnya melesak masuk kedalamnya.
“Huuggkkkhhhhh…hhuuueekkhhhh…….” Afni nampak tersedak.
Untuk beberapa saat penis Cokro tetap tidak bergeming untuk keluar dari mulut Afni. Cokro masih ingin merasakan denyut-denyut kenikmatan yang menjalar di penisnya menuntaskan semprotan terakhir cairan sperma ke dalam mulut Afni.
Sebagian cairan kental putih itu dengan terpaksa ditelan Afni agar rasa asin pahit itu segera sirna dari lidahnya. Akhirnya serangan oral itu selesailah sudah. Cokro telah mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam mulut Afni.
Masih nampak lendir sperma menempel pada batang penisnya yang mulai loyo itu. Tampak juga sisa sperma yang mengalir ke luar dari sela-sela bibir Afni menjalar ke bawah melewati pipinya yang halus itu.
Di wilayah selangkangannya pria bertato mawar itu masih terus memompa vaginanya. Afni kini hanya diam pasrah. Matanya yang sayu terus mengalirkan air mata menandakan kepedihan hatinya. Rasa sakit hilang harga dirinya jauh lebih besar daripada rasa sakit di seputar selangkangannya.
Sebelas menit kemudian laki-laki itu ejakulasi di dalam vagina Afni. Cairan putih kental kemerahan menyusup keluar dari sela-sela pertemuan batang penis dengan dinding vagina. Segera dicabutnya batang penis miliknya dan beringsut dari tubuh Afni.
Tampak vagina yang memar berdarah itu menganga untuk beberapa saat ketika pria bertato mawar itu mencaput batang kejantanannya. Kini vagina itu bentuknya tidak sempurna. Dua labium mayora-nya telah membengkak sehingga bibir vagina Afni tampak menggelembung.
Disela-sela pertemuan dua daging yang menggelembung itu darah masih tampak mengalir. Mungkin pemerkosa ketiga yang menyetubuhinya itu makin memperparah bekas robekan selaput dara Afni.
“Gue pengen coba pantatnya………..”Tiba tiba pria bertato ular berkata.
Afni yang sedang lemas lunglai itu terkesiap mendengar ucapan pria bertato ular itu. Tubuhnya yang sedang lunglai itu dipaksakannya untuk bangkit. Gerakannnya itu menyebabkan nyeri dan perih di selangkangannya semakin menjadi-jadi.
Tetapi rasa ketakutan yang amat sangat mendera jiwanya manakala pria bertato itu berhasrat dengan bokongnya yang juga sekal itu. Afni tahu benar bahwa pria bertato ular itu bermaksud melakukan sodomi padanya.
Afni tidak mampu membayangkan betapa sakitnya bila pria bertato yang berpostur besar kekar itu melesakkan batang kejantanannya ke dalam saluran pembuangannya. Afni terus beringsut mundur ketika pria bertato itu mendekat.
Dilihatnya pria itu mulai menurunkan resletingnya dan melorotkan celana jeans pendek lusuhnya ke lantai. Celana dalamnya juga segera dia turunkan dan nampaklah batang kejantanannya yang besar. Sama besar dengan milik pria bertato mawar. Afni langsung merasa lemas seluruh persendiannya.
“Jjjjaaangaannnn…….Jjjaannngaann……………..”
“Sssayyaaaa…..ttiiidakkkk…mmaauuu………….” Afni merintih dan menghiba.
Tetapi pria bertato ular itu dengan seringai nafsu birahinya tetap mendekati Afni.
“Tunggingin cewek binal ini……”
Pria bertato ular itu berkata pada teman-temannya yang sudah merasakan nikmatnya tubuh Afni. Tanpa diminta untuk kedua kalinya Darto, Cokro, Tigor dan pria bertato mawar itu menunjukkan rasa setia kawannya kepada temannya yang berhasrat mencicipi lobang kenikmatan alternatif milik Afni.
Sedangkan baik Bingsar maupun Daeng hanya terkekeh melihat ketakutan yang diperlihatkan wajah Afni.
“Jjjaangaannnn…………tttiiddakkkkkkkkkkk….” Afni menjerit.
Tetapi tubuhnya yang lemah itu tidak sanggup lagi memberikan perlawanan berarti manaka empat orang pria menangkap tubuhnya kembali dan memaksanya untuk menungging.
Darto dan Cokro memegang kedua pundak dan lengan kanan kiri Afni dan menekannya hingga ke matras. Dengan kondisi menungging seperti itu tidaklah mungkin bagi Afni cukup tenaga untuk bangkit. Sedangkan kedua kakinya hanya dipegang oleh pria bertato mawar.
Tigor rupanya memilih memegang bongkahan pantat Afni dan menyibakkan bongkahan sekal itu sehingga anusnya menjadi terlihat dengan jelas. Lobang berwarna coklat kemerahan itulah yang akan menjadi sasaran kejantanan pria bertato ular itu.
“Bbbbinnnaaattaanng……llleeepasssskaannnnn!!!! !!” Afni menjerit lagi.
“Bbbiiaaddaabbbbb…..kkkkaaalliiaaannnnn………” Afni memaki.
Tigor hanya tersenyum dan tangannya tetap berupaya melebarkan bongkahan pantat Afni. Pria bertato ular itu memposisikan kakinya sedikit di belakang paha Afni yang menungging dan menapak pada sisi luar kanan dan kiri betis kaki wanita yang akan disodominya itu sehingga ia tetap berdiri.
Kemudian ia menggosok-gosokkan batang penisnya ke bibir vagina Afni untuk membasahi batang kejantanannya dengan lendir yang masih tersisa di sana.
“Jjjaangaannn..lllaakkuukannn…..jjaangannnn….tttto olloonngggg” Afni mulai menangis keras lagi. Tiba-tiba terdengar lolongannya yang menyayat.
“AAAAkkkkkkhhhhhhhhh………………………..AAAAAkkkkkhhhhhhhhh hhhhhhh!!!!!”
Pria bertato ular itu secara tiba-tiba dan keras menancapkan batang kejantanannya ke bokong Afni. Tampak jelas anus Afni yang melesak ke dalam terdorong oleh penis besar pria bertato ular itu. Pria bertato ular itu masih memasukkan batang penisnya kira-kira 1/4 bagiannya dan bertahan beberapa saat lamanya.
Mungkin ia sedang menikmati jepitan lobang dubur Afni yang baru dilesakinya itu. Kemudian dengan memegang pinggul Afni perlahan dia mulai penetrasi masuk lebih dalam lagi.
“AAAaaddduuhhh….AAAdduuuhhhh…..Sssssaakiitttt ……”
“SSSaaaaakkkiitttttttt……” Afni terus menjerit dan melolong.
Afni merasakan ngilu yang luar biasa ketika penis pria bertato ular itu melesaki liang anusnya. Kepala Afni berdenyut-denyut. Matanya terasa berkunang-kunang. Sungguh betapa luar biasa sakitnya seks anal itu bagi dirinya.
“AAAaaakkkhhhhh……hhheennttiikkkaaannnnn!!!!!” Jerit Afni meminta pria itu untuk tidak terus mendorong penisnya masuk lebih dalam lagi ke dalam liang duburnya. Pria bertato ular itu tetap tidak peduli hingga seluruh batang kejantanannya melesak masuk ke dalam anus Afni. Kemudian mulailah pria itu memompa ke atas dan ke bawah.
“AAAdddduuhhhhh……..AAAdduuhhhhhhhh….AAAkkkhhh hhhh”
“AAAdduhhhh..pppeeeriihhhhh…….Akkkkhhhh…”
“Sssaakkitt ssseekkkaaliiii….aaadduuhhhh…ssssakkittt”
Afni hanya mampu mengerang kesakitan. Tangannya meremas kain matras kuat-kuat berusaha menahan rasa ngilu yang luar biasa pada duburnya.
Sudah 15 menitan pria bertato ular itu menyodominya. Di sekitar lingkaran duburnya tampak buih-buih putih kemerahan. Lamanya sodomi itu ternyata selain menimbulkan busa juga menimbulkan luka lecet yang mengeluarkan darah akibat gesekan batang penis besar laki-laki itu dengan dinding saluran pengeluarannya.
Menit ke-17 pria itu semakin cepat memompa dan sodokan-sodokannya semakin brutal. Sodokan brutal ini menyebabkan tubuh Afni berguncang ke depan dan ke belakang tetapi tetap tidak jatuh karena Cokro dan Darto memegang erat pundak dan lengannya.
Pria itu semakin brutal…
dan brutal……
Tiba-tiba tidak terdengar lagi suara Afni yang mengerang-erang kesakitan. Juga tidak terlihat lagi jemarinya mencengkeram erat kain matras. Pria bertato ular itu menyadari bahwa Afni telah pingsan akibat sodomi brutal yang dilakukannya. Tetapi itu tidak menyurutkan nafsunya untuk segera menggapai kenikmatan puncak. Dan akhirnya
“aaaaahhhhhhhhhhhhhhh……….” Pria bertato ular itu mengeluarkan suara menggeram pertanda dia sudah mencapai klimaks. Tidak lama kemudian dicabutnya batang penis miliknya yang baru saja dilesakkan ke dalam dubur Afni dalam-dalam hingga pangkalnya.
Tampaklah noda darah melumuri batang penis itu bercampur dengan lendir sperma. Untuk beberapa saat lobang dubur Afni menganga lebar meski penis yang baru saja melesakinya telah dicabut. Cerita ini di uoload oleh situs Ngocoks.com
Besarnya batang kejantanan pria bertato ular itu mungkin mengurangi elastisitas dubur Afni sehingga tidak segera kembali menutup. Leleran darah keluar dari dubur yang menganganga itu membasahi vaginanya sebelum jatuh menetes di matras.
“Ayo kita cabut…..kita sudah memberi pelajaran padanya…” Daeng berkata.
Tampaknya Bingsar dan Daeng tidak berminat ikut menikmati tubuh Afni. Mungkin karena wanita itu sudah pingsan sehingga tidaklah nikmat bila tidak mendengar erangan kesakitannya yang erotis atau goyangan rontaannya yang binal itu.
Atau mungkin juga karena dua lubang kenikmatan Afni itu telah melar dan berdarah-darah akibat perkosaan brutal yang dilakukan anak buahnya. Kini waktu telah menunjukkan pukul 11:40 larut malam.
Gerombolan durjana itu meninggalkan tubuh Afni yang sedang pingsan di atas matras. Mereka tidak peduli dengan tubuh telanjang itu.
Bagi mereka kenikmatan yang telah diberikan oleh tubuh telanjang yang pingsan itulah yang paling penting untuk mereka rasakan. Beberapa menit kemudian dua buah mobil keluar dari areal pembangunan pertokoan itu dan menghilang di kegelapan malam.