BAB SEPULUH
PERUBAHAN TAK DISANGKA
Setelah itu, Asih selalu menghindari berduaan dengan Harun. Bila hanya mereka berdua di rumah, Asih akan mengunci diri di kamar. Harun walaupun dapat membaca pikiran ibunya dan menanamkan sugesti erotis ke benak ibunya, namun watak ibunya yang keras dan teguh tetap menolak hubungan gelap dengan anak sendiri.
Harun sudah putar otak ke sana kemari namun tidak ada ide baru yang muncul untuk dapat meningkatkan hubungan dengan ibunya ke arah yang lebih panas. Bahkan hubungan yang telah diusahakannya berbulan-bulan, kini menjadi renggang dan usahanya itu bukan bertambah maju malah bertambah mundur.
Benak ibunya kini memang telah terbiasa dengan pikiran erotis, bahkan ibunya tidak berusaha menolak bayangan dirinya berciuman hot dan berpelukan dengan Harun. Ibunya juga mulai masturbasi dengan membayangkan disentuh, diraba dan dicium anaknya.
Namun, benak ibunya agak kompleks jalan pikirannya. Di suatu pihak, ibunya mulai menikmati membayangkan kebersamaan dengan Harun, namun di lain pihak, benak itu yakin bahwa kenikmatan ini seharusnya hanya dalam pikiran saja, dan tidak boleh sama sekali diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Namun, dua minggu kemudian, ada kejadian yang menyebabkan segalanya berubah di dalam keluarga mereka. Perhubungan antara Harun dan ibunya yang tampaknya tak akan bergerak lebih jauh, akhirnya berubah karena ada faktor dari luar.
Saat itu hari Kamis. Seto, ayah Harun, pagi-pagi berangkat sebelum Harun bangun. Ketika Harun bangun dan selesai mandi, Harun melanjutkan dengan sarapan. Ibunya sedang sarapan juga. Mereka ditemani oleh Bi Ijah yang melayani mereka.
Ibu, kata Harun membuka pembicaraan. akhir-akhir ini ayah sering pergi pagi-pagi dan pulang malam, terkadang bahkan lebih dari sehari. Apakah ayah sedang membuka usaha baru?
Asih tersenyum pahit dan menggeleng.
Tidak, nak. Usaha ayahmu di kota sedang mengalami banyak permasalahan. Ayahmu sedang berusaha untuk mengatasi permasalahan ini.
Harun yang tidak mengerti mengenai bisnis hanya mengangkat bahu dan kembali menikmati sarapannya. Yang tidak ia ketahui adalah permasalahan bisnis ini adalah permasalahan yang akan mengubah segalanya bagi keluarga mereka.
Seto tidak pulang hari itu, bahkan Jumat pun tidak. Barulah pada sabtu siang, Seto pulang ke rumah. Namun kali ini, ia ditemani serombongan orang. Orang-orang itu tampak berpotongan tukang pukul dan memiliki tampang yang seram. Ada lima orang yang ikut dengan Seto. Empat orang diantaranya berusia antara dua puluh sampai tigapuluh tahun.
Begitu orang-orang ini masuk rumah, Harun sudah mengetahui bahwa bahaya besar telah mendatangi. Empat orang yang lebih muda itu memikirkan hal-hal keji untuk mengeruk keuntungan dari Seto, ayah Harun! Namun, orang yang paling tua, memiliki tampang keji dan culas, tetapi memiliki benak yang kuat. Tidak mudah Harun membacanya.
Belum sempat Harun berusaha konsentrasi lebih kuat lagi untuk membaca si tua, Seto sudah berkata dengan nada gembira.
Tole! Perkenalkan! Ini Ki Jagatsudana! Orang pinter yang sakti dan terkenal se-Nusantara!
Bagaikan petir di siang bolong, berita ini mengagetkan Harun sehingga jantungnya seakan mau copot! Ternyata ada musuh bebuyutan perguruan Harun tepat di depannya.
Ngaco! kata begundal-begundal pengiring Jagatsudana, Yang Mulia Ki Jagatsudana ini PALING sakti dan PALING terkenal!
Seto mengangguk-angguk sambil meminta maaf. Lalu menyilakan para tamunya duduk di ruang tamu. Harun pun ikut duduk, namun agak jauh dari mereka. Para tamu dan ayahnya duduk di bangku yang mengelilingi meja berukir, sementara Harun duduk di salah satu bangku kayu yang rapat ke dinding, sehingga para tamu memunggunginya.
Ki Jagatsudana dan begundalnya tidak terlalu memperhatikan Harun yang dianggap bocah bau kencur, sehingga keberadaan Harun dianggap sepi saja. Lalu kata Seto.
Asih! Kemari, Bu! Ada yang mau Bapak kenalkan!
Ketika Asih masuk ruang tamu, Harun menjadi muak, karena keempat begundal itu segera berpikiran jorok melihat perempuan cantik, putih dan seksi seperti ibunya itu. Berbagai angan-angan mesum mereka menyetubuhi ibunya membuat Harun merasa limbung.
Pada saat itu, tiba-tiba Harun merasa pikiran Ki Jagatsudana tidak tertutup lagi. Rupanya kecantikan ibunya membuat benak Ki Jagatsudana segera merubah dari posisi defensive menjadi offensive. Ki Jagatsudana mengirimkan perintah kepada ibunya untuk menuruti kehendak lelaki itu. Harun yang tidak siap menjadi tidak tahu apa yang harus dilakukan dan terus mendengarkan saja.
Ibunya berjalan ke arah para tamu, sementara benak ibunya kaget melihat seorang lelaki yang lama-kelamaan kelihatan gagah sekali di matanya. Ada bisikan dalam hatinya untuk menyerah kepada lelaki itu, ada godaan dalam hatinya untuk memberikan mahkotanya kepada lelaki itu
Harun panik. Tetapi ia mendapatkan suatu kemajuan. Ki Jagatsudana ketika sedang berusaha menguasai mental seseorang, seketika itu juga, melonggarkan penjagaan atas benaknya sehingga Harun dapat membaca pikiran lelaki itu.
Kini niatan lelaki itu sudah dapat diketahui Harun. Ki Jagatsudana sedang ingin menguras harta ayahnya. Selama ini Ki Jagatsudana menjadi kaya bukan karena menjadi paranormal yang memberikan jasanya kepada para client dan dibayar mahal oleh para kliennya, melainkan justru kekayaan para kliennya yang ia sedot.
Ki Jagatsudana menggunakan kekuatan pikirannya untuk mempengaruhi para korbannya, sehingga bukan saja harta mereka lenyap sebagian, bahkan seringkali para isteri dan anak si korban menjadi santapan si lelaki bejat ini. Entah berapa banyak isteri orang yang ia hamili, Ki Jagatsudana sendiri tidak tahu.
Harun bergidik. Namun ia sedikit merasa lega karena mental ibunya yang kuat itu, masih melakukan perlawanan terhadap usaha cuci otak Ki Jagatsudana. Sepanjang pembicaraan sore ini antara ayah, ibu dan Ki Jagatsudana, dari luar tidak terlihat ada yang mencurigakan. Tetapi bila orang dapat mendengarkan pikiran seperti Harun, maka mengetahui bahwa Ki Jagatsudana sedang berdaya upaya mengalahkan tekad Ibunya.
Ketika malam, maka pembicaraan dilanjutkan di meja makan, sambil menyantap makan malam yang mewah. Karena Seto sudah menyuruh orang untuk menyiapkan makanan yang lezat. Sebelum makan, Asih pamit untuk mandi. Demikian pula Harun karena sebenarnya ia ingin melindungi ibunya.
Dan benar saja, ketika ibunya mandi, Ki Jagatsudana yang bertekad untuk meniduri Asih malam ini, terus mengirimkan perintah-perintah untuk menyerah kepada benak ibunya. Harun merasakan ibunya seakan-akan mulai melemah, oleh karena itu, Harun dengan nekad mulai ikut masuk ke dalam benak ibunya dan memberikan sugesti sebaliknya.
Setiap kali Ki Jagatsudana mengirimkan gambar dirinya sedang bermesraan dengan ibunya, Harun menyisipkan perasaan mual kepada ibunya. Sehingga ibunya menjadi bingung, terkadang ia merasakan suatu perasaan birahi (yang ditanam Jagatsudana), namun di lain pihak Ia merasakan ingin muntah bila melihat wajah lelaki itu (yang ditanam Harun dalam benaknya).
Ki Jagatsudana bingung. Belum pernah ia menghadapi wanita sekuat ini. Memang banyak sekali wanita bermental kuat. Namun yang bermental baja seperti Asih ini dapat dihitung dengan jari. Biasanya untuk jenis yang ini, maka hanya perkosaan yang bisa dilakukan untuk menikmati tubuhnya. Sayang sekali, bahwa jenis yang seperti ini biasanya akan bunuh diri bila kehormatannya diambil paksa.
Akhirnya untuk sementara Ki Jagatsudana tidak menyerang Asih lagi, yang membuat Harun lega. Sayangnya, penghentian serangan ini justru membuat benak Ki Jagatsudana tertutup lagi. Harun tidak tahu lagi apa yang dipikirkan musuhnya itu. Maka Harun menenangkan diri dengan semedi, sebelum makan malam dimulai, untuk bersiap-siap menghadapi malam nanti yang dipastikan akan ramai.
Dalam meditasinya, Harun merenungkan banyak hal mengenai pertempuran yang akan terjadi nanti malam antara dia dan Ki Jagatsudana sekalian.
Pertama, ia adalah anak remaja yang belum sepenuhnya dewasa. Walaupun bakatnya besar, dan untuk soal ilmu kebatinan, mungkin ia menang melawan ki Jagatsudana, tetapi soal ilmu silat, sudah pasti ia akan kalah dari Ki Jagatsudana. Bila mereka berdua bertempur, Harun tidak yakin ilmu kebatinannya mampu menembus barikade yang menutupi pikiran Ki Jagatsudana.
Kedua, Ada lima orang yang akan jadi lawanannya. Sehingga, selain kualitas yang kalah, secara kuantitas ia kalah jauh malah. Lagi kesimpulannya, perlawanan frontal adalah bunuh diri.
Ketiga, malam ini, bila tak ada perlawanan dari tuan rumah, maka kelangsungan keluarga Seto akan berakhir. Dari penerawangannya pada benak musuh-musuhnya, Ki Jagatsudana akan menghipnotis ayahnya untuk memberikan semua hartanya kepada lelaki bejat itu, kemudian akan menggagahi ibunya.
Ayahnya akan hancur, sementara ibunya yang memiliki mental baja, akan berakhir dengan tragis, bila akhirnya Ki Jagatsudana sudah capek menyerang secara mental dan memutuskan untuk menyerang secara fisik atau dengan kata lain memperkosa ibunya.
Harun merasa tak berdaya. Keringat menetes dari kulitnya, padahal udara di kamar tidurnya tidaklah panas. Ia merasa takut berhadapan langsung dengan musuhnya, sementara ia tidak punya pengalaman bertempur melawan musuh sama sekali. Selama ini ia hanya latihan dan latihan saja. Kemampuan pikirannya yang menjadi andalannya pun ia rasakan tidaklah cukup.
Suara pintu dibuka. Asih, ibunya masuk. Ibunya baru mandi dan kini mengenakan baju yang biasanya dipakai untuk pengajian. Lengkap dengan jilbabnya. Ibunya tampak cantik. Namun, ada sesuatu dalam sinar matanya. Ada sirat ketakutan di sana. Harun berusaha membaca pikiran ibunya, Harun dapat merasakan bahwa ibunya diselimuti perasaan cemas akan tamu-tamu ayahnya.
Sudah saatnya makan. Ayo temani ibu ke ruang makan.
Ada nada tegas, namun bukan perintah. Lebih ke permohonan. Ibunya merasa aman bila di samping Harun. Entah kenapa. Harun merasa sedih, karena merasa tak akan mampu melindungi ibunya melawan paman gurunya itu. Namun, suara kecil di dalam batinnya berteriak keras. Apapun yang terjadi, aku harus berusaha!
Akhirnya Harun bangkit berdiri lalu menemani ibunya ke ruang makan.
BAB SEBELAS
PERTARUNGAN HIDUP DAN MATI
Tubuh Harun gemetar ketika berjalan, namun ia menahannya. Ia tidak ingin ibunya melihat bahwa anaknya yang ia andalkan sedang ketakutan. Maka dengan segala kekuatannya ia berusaha menekan rasa ketakutannya itu jauh ke dalam lubuk hatinya yang sedang berdebar keras memompa darahnya ke sekujur tubuhnya.
Justru di saat seseorang sedang mengalami takut akan kematian, di sanalah ia dapat merasakan kehidupan pada puncaknya. Setiap nafas yang ditarik dan dihembuskan, setiap detak jantung yang berdebar di rongga dadanya, setiap peluh yang menetes, setiap tiupan angin di kulit, setiap langkah kaki yang berderap, barulah secara sadar dirasakan bahwa kehidupan itu begitu indahnya, begitu kompleks, begitu rapuhnya
Demikianlah Harun baru merasakan apa artinya hidup dan sebesar apakah berharganya hidup. Perasaan itu membuat Harun ingin bergegas meninggalkan rumah itu saat ini juga. Untuk berlari jauh demi menyelamatkan diri. Namun, keluarganya membuat kakinya menjejak lantai keras-keras, sekeras kemauannya untuk membela keluarganya habis-habisan.
Para tamu dan Seto telah duduk di meja makan. Sisa dua bangku lagi, bangku di kiri dan kanan Seto kosong. Lelaki-lelaki bejat itu berusaha untuk menempatkan Asih di samping Ki Jagatsudana. Dengan cepat, Harun memasuki pikiran Seto lalu memerintahkan ayahnya itu untuk bergeser ke samping kanan. Harun secara cepat pula menaruh ibunya di antara ayahnya dan dia.
Ki Jagatsudana tampak terkejut. Ia sudah memasuki pikiran Seto sebelumnya dan tidak ada niat apapun untuk pindah kursi. Namun di detik terakhir lelaki itu bergerak dan membuat istrinya kini tak dapat dijangkaunya lagi. Dicobanya untuk masuk ke dalam pikiran Seto lagi, dan dengan terkejutnya Ki Jagatsudana melihat bahwa pikiran Seto sudah berubah, seto bergerak menggeser agar isterinya diapit keluarga.
Ada sesuatu yang aneh di sini. Apakah ada orang pintar di daerah ini yang tidak ia ketahui? Ia mendengar dari orang-orang bahwa adik seperguruannya Ki Asmoro Dewo ada di daerah ini, namun tidak mungkin bocah itu berani melawannya. Namun, kalau benar si bangsat itu yang menjadi biang keladinya, maka bayarannya akan mahal sekali!
Ki Jagatsudana meramkan mata dan mulai berkomat-kamit. Harun merasakan kepalanya seakan ada yang menyerang. Sambil berusaha bertahan ia mencoba melihat pikiran ayahnya untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh musuhnya ini.
Benak ayahnya tampak mulai menutup seakan mau tidur. Rupanya Ki Jagatsudana sedang menyirep seisi ruangan. Harun mulai pura-pura tertidur, ia mengirimkan gambaran palsu kepada benak musuhnya agar yang diterima Ki Jagatsudana adalah Harun juga terpengaruh sirep itu. Rupanya sirep itu hanya ditujukan kepada keluarga Harun, karena para begundalnya tidak terpengaruh.
Ketika ayah dan ibunya tertidur, Harun juga pura-pura tertidur.
Bagus, mereka sudah tidur semua. Dodo, Anwar, Ujang dan Adi, siapkan senjata. Tampaknya kita didatangi tamu.
Harun dalam posisi yang seakan tidur di meja makan, mendapati benak Ki Jagatsudana terbuka, karena lelaki itu sedang melakukan scanning dengan mata batinnya untuk melihat apakah ada Ki Asmoro Dewo di sekeliling rumah itu. Sementara itu, para begundalnya berdiri dan meloloskan golok dari balik baju mereka.
Melihat kesempatan bagus, Harun segera menaruh gambaran palsu di benak musuhnya itu, ini adalah jebakan yang baik menggunakan rasa takut musuhnya sendiri.
Ki Jagatsudana merasakan ada seseorang di luar rumah, dan orang itu tampak memiliki mata batin yang kuat, karena tak dapat diserang secara batin.
Serang! Ada orang di depan rumah! perintah Ki Jagatsudana kepada begundal-begundalnya.
Anak buah lelaki itu berlarian ke depan. Sementara Ki Jagatsudana meraih pisau di meja lalu mendekati Asih. Harun mendapati pikiran lelaki itu yang sekarang tidak terjaga sama sekali memperlihatkan rencana untuk menggunakan keluarga Harun sebagai sandera, bila ternyata musuh Ki Jagatsudana, entah itu asmoro dewo atau bukan, ternyata mengalahkan begundal2 miliknya, dan bahkan lebih sakti daripadanya.
Harun melihat bahwa musuhnya sedang lengah. Oleh karena itu ia segera menginvasi pikiran empat begundal-begundal itu. Mereka berempat telah sampai di depan rumah dan tidak mendapati siapa-siapa. Namun, tiba-tiba saja, teman yang disamping mereka berubah menjadi manusia serigala. Ini tentu saja ulah Harun, yang mempengaruhi pikiran mereka.
Mendadak saja keempat orang itu saling berbacokan satu sama lain. Ki Jagatsudana kaget mendengar bunyi pertempuran di luar. Ia segera berusaha membaca pikiran para begundalnya. Harun tentu saja segera melakukan intercept, dan membuat apa yang dilihat mata batin Ki Jagatsudana berbeda dengan kenyataan.
Hahahahah! Asmoro Dewo! Dari dulu ilmu silatmu Cuma segini saja!
Harun di lain pihak mulai mempengaruhi para begundal itu agar berkelahi semakin jauh dari rumah, sementara di mata Ki Jagatsudana ke empat begundalnya sedang mengejar Asmoro Dewo yang sedang terpontang panting kabur. Dalam kenyataannya, setelah hampir satu kilo empat orang itu berlari sambil bacok-bacokan, mereka jatuh ke sungai yang tak jauh dari situ dan mati tenggelam.
Ki Jagatsudana tertawa terbahak-bahak dan segera meminum anggur yang ada di meja langsung dari botolnya. Rencananya setelah makan malam selesai mereka akan minum anggur, namun kini botol itu ditenggak habis oleh lelaki bejat itu.
Kini Harun sudah dapat konsentrasi karena tidak mempengaruhi empat orang begundal-begundal itu. Di tambah lagi, Anggur Perancis yang dipunyai ayahnya itu sangat keras buatan tahun 1920. Kini Ki Jagatsudana tidak peduli lagi dengan pertahanan mentalnya, melainkan mulai berpesta sendirian di ruang makan itu.
Ki Jagatsudana baru sadar kembali bahwa Asih, wanita idamannya itu sedang tidur di meja makan. Dengan tergesa-gesa ia menarik jilbab pink Asih sehingga copot dan rambut hitam ibunya yang panjang hingga pangkal lengannya tertarik paksa sehingga menjuntai-juntai selama beberapa saat. Dijenggutnya Asih lalu dinikmatinya wajah perempuan yang indah itu.
Harum tenaaaan.. bangun sampeyan! perintah lelaki itu.
Asih tiba-tiba terbangun dan seketika itu juga kaget bukan kepalang. Ia mendapati dirinya sedang dijambak Ki Jagatsudana yang sedang berdiri di sampingnya, sementara baik suami maupun anaknya tampak terkulai di meja makan.
Asih ingin berteriak, namun tiba-tiba saja Ki Jagatsudana menariknya ke belakang keras-keras sehingga perempuan itu terhempas ke lantai bersama kursi yang jatuh.
Jangan berisik! Lihat pisau ini!
Dari lantai Asih melihat lelaki itu menaruh pisau yang digenggamnya di leher anak satu-satunya, Harun.
Jangan sakiti anakku! teriak Asih sambil mengeluarkan air mata.
Tenang saja, manis. Kalau kamu mau menurut, maka tidak ada yang akan aku lukai, kata Ki Jagatsudana dengan perlahan sambil menghampiri Asih bak singa yang mengincar mangsanya di hutan.
Harun yang telah memegang benak musuhnya, belum melakukan apa-apa, melainkan melihat dulu apa yang akan musuhnya lakukan. Selain itu, kenyataan bahwa ibunya akan diperkosa membuat Harun menjadi horny dan rudalnya tahu-tahu sudah keras.
berdiri! bentak Ki Jagatsudana. Asih berdiri.
Buka bajumu!
Asih terdiam sejenak, namun karena takut anaknya akan disakiti, akhirnya dengan tangan gemetar ia membuka pakaiannya. Dengan sedikit susah, kedua tangan Asih menjangkau resleting yang ada di belakang gaun pinknya yang lebar itu. Gaun itu biasa disandingkan dengan jilbab. Gaun yang lebar dan tidak menunjukkan aurat sama sekali. sumber Ngocoks.com
Setelah resleting sudah ditarik penuh, maka tali pinggang Asih kendorkan. Perlahan lalu Asih menarik pakaiannya sehingga sedikit demi sedikit tertarik ke bawah. Harun yang penasaran, mengintip. Kebetulan posisi tidur pura-puranya adalah menelungkupkan kepala di kedua tangan di meja, sehingga dengan sedikit mengubah posisi badannya, ia dapat melihat ibunya dan punggung Ki JagatSudana.
Perlahan-lahan bahu putih ibunya yang dihiasi tali BH terlihat. Perlahan pakaian itu terbuka lagi ke bawah memunculkan sedikit demi sedikit bagian dada Asih. Akhirnya setelah melewati cup BH, pakaian itu terjatuh ke lantai. Kulit ibunya putih namun agak kekuningan, sehingga tidak Nampak pucat, melainkan berkilauan menantang ditingkahi oleh lampu kamar makan.
BH dan celana dalamnya berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna kulit tubuhnya yang ramping itu. Tonjolan dadanya yang masih berbungkus BH hitam itu menjadi lebih berkesan untuk dilihat. Lekuk bukitnya tampak makin terlihat dan makin menggairahkan. Apalagi dada itu kini naik turun disebabkan rasa takut, yang juga mengakibatkan peluh mulai berjatuhan.
Setelah Asih mandi, perempuan itu memutuskan untuk tidak memakai parfum, agar supaya tidak menarik nafsu para tamunya itu. Apalagi, Asih pun mandi tanpa menggunakan sabun. Bagi Asih, siapa tahu para tamunya itu tak menyukai bau badannya yang tanpa sabun ataupun parfum.
Namun, di malam yang sepi itu, angin dari pintu depan yang tidak tertutup rapat oleh para begundal, masuk dengan kencangnya, membanting pintu itu. Udara malam itu masuk terus ke dalam ruangan makan yang ada tidak jauh dari ruang tamu, pertama-tama menghantam badan Asih yang setengah telanjang dan berkeringat, kemudian angin itu bertiup lanjut ke arah Ki Jagatsudana dan Harun.
Bau tubuh Asih yang lembut tertiup jelas ke arah dua lelaki itu. Sontak kontol Harun berdenyut penuh nafsu, dan demikian pula Ki Jagatsudana. Nafsu sudah memuncaki kepala kedua lelaki itu.
Namun, hanya seorang yang memiliki kepala dingin. Dialah Harun. Dalam nafsunya, Harun mendapati musuhnya yang bernafsu itu kini sudah lupa daratan, suatu keadaan yang mampu ia gunakan. Maka, sesaat sebelum Ki Jagatsudana menerkam ibunya, kekuatan pikiran Harun yang sudah membungkus benak Ki Jagatsudana, kini sekuat tenaga dikerahkan untuk menggempur benak musuhnya itu.
Bersambung…