Diambang Kehancuran – Langga dan Jessica harusnya bercerai hari itu jika saja putra mereka tidak membuat masalah.
Pernikahan Jessica Liu Halim dan Airlangga Hianggio diambang perpecahan. Ego yang tinggi serta pertengkaran yang tak kunjung usai menjadi alasan mereka memutuskan berpisah.
Namun, tiba-tiba saja putra mereka, Osean Hianggio, membuat masalah yang tidak terduga. Hal itu membuat Jessica dan Langga terpaksa menunda proses perceraian mereka.
Akankah mereka dapat kembali bersama agar bisa menyelesaikan masalah putra mereka? Apakah perceraian mereka akan tetap terlaksana?
Ngocoks “Jess?” Wanita bergaun putih mutiara itu berbalik sesaat setelah namanya disebut. Ternyata Airlangga, suaminya yang memanggil. Lelaki itu hampir siap dengan kemeja putihnya. Terkesan santai tapi tetap menawan seperti biasa.
“Kenapa?” Jessica mengalihkan arah pandangnya kembali ke cermin. Telinga kirinya belum terpasang anting. “Anak-anak udah siap belum?”
Langga berdecak seraya mendekati sang istri. “Sayang, kok pake baju gini, sih? Bahu kamu keliatan loh.”
Jessica memutar matanya malas. “Aku mau tampil cantik hari ini, Langga. It’s my birthday.”
Wanita 28 tahun itu sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk pesta ulang tahunnya ini. Dia sampai menyewa resort di Bali hanya untuk berkumpul bersama teman-temannya. Beberapa waktu kebelakang, Jessica tidak bisa menikmati hidupnya karena masih berkabung akibat kehilangan satu-satunya keluarganya yaitu sang ayah.
“Tapi-” Ucapan Langga terhenti setelah dering ponselnya berbunyi. “Papa telepon. Wait, ya.”
Setelah merasa penampilannya sudah elok, Jessica mendekat pada sang suami. Samar-samar dia mendengar suara dari Liem Hianggio. Ayah mertuanya itu tidak bisa hadir ke pesta ulang tahunnya karena sibuk kampanye untuk posisi walikota di daerah tempat tinggal mereka.
“Kan janjinya hari Sabtu aku baru pulang, Pa.” Langga berdecak kesal. Dia meraih pinggang Jessica untuk didekap. Namun, wanita itu malah sibuk merapikan rambutnya. “Ya, ya, oke. Aku pulang hari Kamis. Tapi Sean sama Jenny kayaknya masih betah di sini.”
“Kenapa?” bisik Jessica mendengar nama anak-anaknya disebut.
“Oke, nanti aku kabarin lagi,” pamit lelaki 28 tahun itu sebelum mematikan ponselnya. “Papa minta aku pulang cepet. Katanya mau ketemu Pak Rosadi, petinggi partai gitu lah.”
Tangan Jessica yang tengah merapikan rambut Langga terhenti. Situasi seperti ini bukan sekali dua kali, Jessica sering merasa dirinya bukan prioritas Langga selama masih ada ayah mertuanya.
“Mau gimana lagi, biar aku sama anak-anak pulang sendiri hari Sabtu deh, ya. Aku udah janji sama Abang buat main ke Uluwatu.”
“Maaf, Sayang. Ini ulang tahun kamu, tapi aku-”
“Nggak papa,” sela Jessica. “Ngerayain bareng kamu aja aku udah seneng.”
Masih merasa tidak enak, Langga mengusap wajah istrinya yang cantik rupawan itu. Langga sangat beruntung memiliki istri sempurna macam Jessica. “I love you. I love you. I love you.”
Jessica tertawa seraya berusaha menghindar dari kecupan Langga di seluruh wajahnya. “Stop, Langga. Ayo, nanti kita terlambat, ih.”
Mereka sama-sama keluar dari kamar untuk menuju halaman belakang resort. Di sana sudah ramai teman-teman Langga serta Jessica. Mereka masih menikmati kudapan manis yang telah tuan rumah siapkan.
“Mama!” seru putra tertua Jessica. “Adek tadi mau jatuh, tapi nggak jadi. Soalnya ditolong Abang.”
Semakin hari, Sean semakin pandai bicara. Jessica senang karena Sean yang baru berusia 5 tahun itu bisa menjaga dan melindungi Jenny yang masih batita. Walaupun terkadang kedua anak itu gemar berselisih atau bertengkar.
“Wah, Abang pinter banget. Hebat, udah bisa jaga Adek.” Sean menyambut Jessica dalam pelukan erat. Selanjutnya, pria kecil itu sudah berada di gendongan sang ibu. “Ayo, ikut potong kue sama Mama, ya.”
Sean mengangguk antusias. Demikian juga Langga yang tertawa gemas melihat putra kebanggaannya. Langga menuntun anak dan istrinya hingga disambut beberapa pasang mata yang menatap Jessica penuh rasa iri.
“Terima kasih buat yang udah dateng jauh-jauh dan doain Jessica. Semoga kalian enjoy selama acara. Selamat bersenang-senang!” ujar Langga dengan senyum lebar.
“Kelamaan! Potong tuh kuenya, Jess,” teriak salah satu teman kuliah Jessica yang turut hadir. Berhasil mengundang tawa dari beberapa orang yang lain.
Jessica ikut mengumbar tawa. Sambil menggendong Sean, dia meniup lilin bergambar angka 28 itu dengan riang. Sementara Langga yang juga menggendong anak bungsunya itu merasa bahagia melihat senyum istrinya.
“Happy birthday, My Love!” Langga berbisik.
“Happy birthday, Mama!” Diikuti Sean yang meniru kalimat sang ayah.
Jessica rasa dia tidak pernah sebahagia ini. Dikelilingi orang-orang yang dia cintai serta anak dan suaminya yang begitu menyayanginya membuat Jessica merasa campur aduk. Bahagia namun juga haru.
Dia merasa hidupnya telah lengkap. Kini Langga adalah dunianya sekaligus satu-satunya keluarga yang dia punya. Setelah mewarisi bisnis supermall dari mendiang ayahnya, Jessica sering mendapat tatapan iri dari orang-orang. Mereka merasa hidup Jessica begitu mudah. Suami tampan, anak yang baik, dan wanita karir yang sukses.
Sesungguhnya Jessica merasa sedikit terbebani dengan itu. Tetapi dia memilih untuk fokus pada keluarga dan bisnisnya. Dia percaya Langga akan selalu mendukungnya hingga maut yang memisahkan mereka. Karena Jessica sangat mencintai pria favoritnya itu.
Karena Jessica sangat mencintai pria favoritnya itu
•••
2024
Ternyata perfection is an illusion. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Termasuk pernikahan Jessica dan Langga.
Siapa yang menyangka pasangan yang sudah bersama selama 19 tahun juga bisa memutuskan untuk bercerai secara tiba-tiba? Hari ini adalah harinya. Hari perceraian Langga dan Jessica.
Jessica tahu, semua orang menentang perpisahan ini. Mereka selalu berkata bahwa pernikahan bisa diperbaiki. Hanya Jessica dan Langga saja yang tidak mau berusaha. Pikirkan anak, pikirkan bisnis, keluarga mereka benar-benar tidak setuju.
Wanita itu tahu benar, jika perpisahan ini terjadi, maka akan banyak sekali yang dirugikan. Namun, Jessica sungguh sudah tidak tahan sekarang. Baik dirinya maupun Langga tidak ada yang setuju untuk tetap bersama. Maka, perceraian adalah satu-satunya jalan terbaik.
“Kita sudah sampai, Bu,” Grace, asisten pribadi Jessica, berkata lirih. Wanita 28 tahun itu tahu jika bosnya sedang sedih.
“Ah, iya. Pak Haidar udah sampe, ya?”
“Sudah di dalam sepertinya, Bu. Tadi saya liat mobilnya.”
Jessica kembali mengambil cermin untuk melihat kondisi matanya. Tadi pagi sempat bengkak karena semalam dia terus menangis, tetapi kini sudah lebih baik. Begitu keluar dari mobil, Jessica sempat menengok ke kanan dan ke kiri. Suasana di pengadilan memang cukup sepi.
Melihat pintu pengadilan yang menjulang tinggi, Jessica sempat ragu. Berkali-kali wanita 41 tahun itu menarik napas berat. Dipikirnya, apakah keputusan ini sudah benar? Dia akan berpisah dengan laki-laki yang telah memberinya 2 orang anak. Berpisah dengan laki-laki yang memilihnya dari sekian banyak wanita yang mengincar posisi sebagai menantu gubernur daerah. Apakah ini memang jalannya?
Ditengah-tengah kekalutan itu, Jessica masih sempat mengecek ponselnya. Berharap ada pesan dari sang suami. Namun, nihil. Langga tak memberinya kabar. Bahkan pria matang itu tak memberitahu keberadaannya saat ini.
Jessica berdeham dan menengok pada Grace. “Kamu dapet kabar dari Nathan nggak? Sekarang mereka dimana?” Ngocoks.com
Nathan yang notabenenya asisten Langga adalah teman baik Grace. Mereka partner kerja yang solid karena kedua bos mereka adalah pasangan suami istri yang tak jarang menghadiri acara yang sama.
“Nathan bilang dia sama Pak Langga sebentar lagi sampai, Bu.” Grace menipiskan bibirnya. “Ibu mau… tunggu mereka dulu?”
Jessica menggeleng ringan. “Kita masuk-”
“Jess!”
Seruan itu mau tak mau membuat Jessica menoleh. Dari kejauhan terlihat Langga yang berlari ke arahnya. Jantung Jessica langsung bergemuruh. Perasaan khawatir seketika menyergap melihat raut wajah suaminya. Langga tak pernah seperti ini sebelumnya.
Is there something bothering you, Langga?
“Apa? Kenapa?”
Langga mencoba menormalkan napasnya disertai kedua tangan yang juga memegang erat bahu sang istri. “Promise me you won’t panic.”
“Just say it! What’s wrong?”
“Sean…” Langga meneguk ludahnya berat. “Aku dikabarin katanya dia terlibat kasus pembunuhan.”
Bersambung…