Memang tak ada yang lebih nikmat lagi selain menggagahi gadis muda yang cantik, Jajang dan Sardi merasakan nikmat luar biasa itu. Apalagi tubuh Dinda dan Mikha yang harum mewangi, membuat 2 pria tua itu semakin betah menjajah tubuh sang 2 dara cantik. Liang vagina Dinda dan liang anus Mikha terus disodok-sodok dan diaduk-aduk sampai mereka orgasme.
“plook plook !! EGGHHH OOOOKKHHH !!!”. Jajang menekan kuat-kuat penisnya agar menancap sampai ujung liang anus Mikha.
“mmm…”, gumam Mikha merasakan hangat di liang anusnya. Sardi pun sedang memancarkan spermanya ke rahim Dinda. Dinda memejamkan matanya, kelihatan kalau dia begitu meresapi kehangatan sperma supirnya di rahimnya.
Jajang pun menindih Mikha dengan penis yang masih menyemburkan sperma meski lama kelamaan mulai berkurang. Benar-benar seperti hidran air, pikir Mikha. Kalau tiap hari gini, kok Dinda gak hamil ya?, tanya Mikha dalam hati.
Kedua ABG itu memang terkulai lemas namun stamina mereka masih banyak, terlihat dari Mikha yang mulai mencumbu Dinda. Sementara Sardi yang sudah tak berada di bawah Dinda dan Jajang yang sudah tak lagi menindih Mikha menonton mereka beradegan lesbian sambil menunggu penis mereka kembali menegak untuk bisa digunakan mengobrak-abrik kedua gadis bernafsu tinggi itu.
Padahal baru kenal, tapi peju gue udah di boolnye, mantap, pikir Jajang. Dia merasa puas dan beruntung bisa menyetubuhi artis ABG yang cantik lainnya yaitu Mikha Tambayong.
“Jang..gimane si non Mikha ? mantep ?”, bisik Sardi.
“jempol dua pokoknye..”.
“tukeran nyok ? gue pengen nyobain..”.
“okeh..gue juga lagi pengen ngentotin anak majikan kita tersayang”.
“non Mikha..”, Sardi menoel pantat Mikha. Mikha menoleh ke belakang.
“sekarang sama Pak Sardi yuk ?”.
“tapi…bukannya…?”, Mikha terbengong-bengong melihat batang kejantanan Sardi. Sudah tegak mengacung lagi padahal baru 1 menit usai memuntahkan lahar putihnya ke dalam rahim Dinda. Setidaknya, biasanya, >3 menit baru bisa bangun lagi. Mikha langsung mengangguk penuh semangat dan langsung menggelayut manja kepada Sardi.
“non Dinda…sekarang ama Pak Jajang yuk ? hehehe…”.
“ehm mm”, Dinda menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk dan membuka kedua tangannya seolah mempersilakan pembantunya itu untuk menomplok dirinya. Jajang dan Sardi benar-benar beruntung, bisa menggumuli 2 orang artis ABG cantik yang melayani nafsu mereka berdua tanpa paksaan, malah dengan senang hati. Sungguh beruntung.
Dari sore sampai jam agak malam, Jajang dan Sardi asik ‘mementungi’ 2 ABG cantik itu. Dan 2 artis muda itu melayani pentungan Jajang dan Sardi dengan senang hati. Ngocoks.com
Setiap ronde, Jajang dan Sardi selalu bertukar-tukar. Setelah dengan Dinda, Jajang dengan Mikha, begitu seterusnya dan sama halnya dengan Sardi. Kadang kedua pria tua itu mengeroyok Dinda saja atau Mikha saja. Pokoknya semaunya Jajang dan Sardi saja.
Medan pertempuran mereka pun tak hanya di kamar Sardi saja. Di depan tv, kamar mandi, dapur, semuanya menjadi arena pergumulan mereka. Benar-benar impian lelaki bisa menggumuli 2 gadis ABG cantik yang juga artis terus menerus tanpa ada yang mengganggu.
Burung Jajang dan Sardi puas ‘muntah’ ke dalam liang anus dan liang vagina baik milik Dinda ataupun Mikha. Kedua dara cantik itu sudah lemas, dan akhirnya tertidur dengan saling berpelukkan. Pemandangan 2 gadis ABG tidur dengan telanjang bulat memang sangat indah, apalagi berpelukan seperti Dinda dan Mikha sekarang.
Benar-benar membuat pria ingin sekali tidur di antara mereka, namun Jajang dan Sardi tak mau mengganggu karena Dinda dan Mikha terlihat lelah sekali, lagipula ‘jarum suntik’ kebanggaan mereka sudah kering kerontang dan harus diistirahatkan sebelum bisa ‘berguna’ sebagaimana mestinya lagi. Jajang dan Sardi pun mengenakan pakaian dan keluar kamar, duduk di depan tv.
Waktu berlalu. Sementara 2 ABG yang telah digempur habis-habisan oleh mereka itu tertidur pulas, si 2 pria tua perkasa ngaso di depan tv sambil merokok.
“gile Jang, tuh ABG 2 kuat banget..kontol gue ampe letoy gini..”, ujar Sardi sambil menghisap rokok dan duduk santai di tv mungilnya bersama Jajang.
“gue juga, tapi bener-bener PUAS !! HAHAHA !!!!”.
“yoi, mimpi ape kite ye..udah bisa ngentotin Dinda Kirana sama Mikha Tambayong sekaligus, WAHAHAHA !!”.
“mimpi ketiban duren kali yee HAHAHA !!”.
“emang bener kata temen gue, Jang”, ujar Sardi sambil menghisap rokoknya.
“apaan emang ?”.
“nggak butuh tampang keren, uang banyak…yang penting kontol gede, masih bisa dapet cewek cakep HAHAHA !!!”.
“BENER HAHA !!”. Tiba-tiba, ada seseorang yang keluar dari kamar.
“eh non Mikha udah bangun…”. Mikha tersenyum.
“ayo sini non…nonton bareng kita..”.
“iya, Pak..ntar, aku mau ke kamar mandi dulu..dimana wcnya, Pak ?”.
“di pojok sana, non..”, arah Sardi. Mikha langsung menuju kamar mandi dan berlalu melewati Jajang dan Sardi. Tubuh telanjang Mikha yang lewat di depan mereka benar-benar ‘iklan’ yang menyenangkan.
Mikha pun kembali beberapa menit kemudian. Sepertinya dia membersihkan daerah intimnya yang tadi belepotan sperma.
“ayo sini, non..”. Jajang memberi tempat di antara mereka berdua. Mikha duduk di tengah-tengah mereka. Meski telanjang bulat, Mikha tak canggung duduk di antara 2 pria tua itu. Tak mungkin ia canggung, di sarang preman, dia bahkan telanjang dengan ada banyak pria di sekelilingnya.
“gimana, non ? puas kan kita entotin..”.
“emm..”, Mikha mengangguk malu-malu. Meski sudah terbiasa memuaskan nafsu laki-laki, tapi dia masih malu jika ditanya seperti itu. Mereka bertiga mengobrol, saling bertukar cerita. Tentu ceritanya tak jauh-jauh dari Dinda.
Sambil mengobrol, tangan Jajang dan Sardi tentu menggerayangi tubuh indah yang ada di antara mereka. Mikha senyum-senyum saja tanpa berusaha menyingkirkan tangan-tangan jail 2 pria tua itu.
“emmm…”, Mikha mulai terangsang.
“non..kita maen lagi yuk ?”. Mikha pun mengangguk malu-malu.
Pantes aja si Dinda sampe keblinger, pikir Mikha yang kagum dengan keperkasaan 2 pria tua yang ada di samping kanan dan kirinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi mulai menciumi leher Mikha sambil menggenggam payudaranya yang mungil namun menggemaskan itu, masing-masing menggenggam satu buah.
Namun, tentu Jajang dan Sardi sadar kalau ‘tongkat dobrak’ masih perlu dicas beberapa menit lagi sebelum bisa mencolok gadis manis yang sudah pasrah itu. Saat tengah asik menggerayangi tubuh Mikha, Dinda keluar kamar, membawa kabar kurang baik.
“Pak Sardi, Pak Jajang..pulang yuk..”. Jajang dan Sardi pun berhenti melakukan aktivitasnya.
“lho, kenapa, non ? bukannya non Dinda sama non Mikha betah di sini hehe..”.
“iyaa, non..ntar aja jam 11an ?”.
“Mama udah nyuruh pulang..”.
“yaah, yaudah deh..”.
“aku mandi dulu yaa..”, ujar Dinda seraya memungut seragamnya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi.
“brrmm !! brrmm !!”, Sardi memanaskan mobil.
Semuanya sudah berpakaian lengkap seperti semula.
“non Dinda…Pak Jajang mau jalan-jalan dulu sama non Mikha. boleh kan ?”.
“ha ? beneran, Mi ?”.
“iyaa, gue sama Pak Jajang mau jalan-jalan..”, ujar Mikha sambil tersenyum.
“oh yaudah..kalo gitu, gue pulang duluan yaa, Ka…”, Dinda cipika cipiki dengan Mikha. Jajang ikut dengan mobil Mikha. Sementara Dinda naik ke mobilnya bersama Sardi. Di perjalanan pulang, setiap kali mobil berhenti baik terkena lampu merah atau terjebak macet, pasti Sardi langsung mencium Dinda seakan kejadian di rumah kontrakannya tadi tak cukup.
Tentu tak akan cukup. Laki-laki manapun tentu pasti ingin lagi dan lagi mendapatkan kenikmatan dari gadis ABG secantik Dinda. Lagipula dia begitu pasrah. Namun, karena sedang di jalan, setidaknya dia bisa menikmati betapa lembut bibir anak majikannya itu dan juga menikmati kocokan pada penisnya, pikir Sardi.
Ya, sepanjang perjalanan pulang, tangan kanan Dinda berada di dalam kolor Sardi. Memijati dan mengocokki batang perkasa itu. Bahkan, tangan Dinda tetap mengocokki penis supirnya itu meskipun tangan kirinya sibuk mengetik sms di hpnya seolah tak terjadi apa-apa.
Tentu Sardi tak keberatan Dinda memain-mainkan burungnya. Yang repot kalau nanti sudah sampai rumah, pasti dia ditinggalkan anak majikannya itu dengan barang ngaceng berat. Tapi, tak apa lah, wong enak dikocokkin, pikir Sardi. Begitu sampai di rumah, Dinda langsung masuk ke dalam rumah.
“kamu nggak makan dulu ?”.
“nggak, Mah..tadi udah makan..aku mau langsung tiduuurr…hooaahmm”. Andai saja ayah dan ibunya tahu kalau anaknya itu lelah karena melayani nafsu bejat supir dan pembantunya.
Dan coba saja, ibunya mencium tangan anaknya itu. Pastilah tahu kalau tangan anaknya itu bau ‘burung’. Bagaimana tidak bau, selama 20 menit berjalanan, tangan Dinda berada di dalam kolor Sardi.
“ini, Nyah..kuncinya…”.
“Sardi..kamu tahu Jajang ke mana ?”.
“kayaknya sih nginep di rumah temannya…ada urusan katanya…”.
“oh..”.
“yaudah, Nyah..saya pulang dulu..”.
“hati-hati di jalan…”. Sardi berjalan keluar dengan langkah yang terasa berat, nafsunya akibat kocokan Dinda selama perjalanan pulang tadi.
“ssst…pak Sardi…”. Sardi mencari sumber suara itu. Ternyata itu Dinda yang melongok keluar dari jendela kamarnya.
“ada apa non ?”.
“sshh…sini…”, ucap Dinda dengan suara pelan.
“ada apa, non ?”, Sardi ikut berbicara pelan setelah mendekati jendela kamar anak majikannya itu.
“mm…Pak Sardi mau pulang yaa ?”.
“iya, non..kenapa ?”.
“Pak Sardi nggak usah pulang..nginep aja…”.
“nginep ? pasti nggak boleh sama Nyonya n’ Bapak non..”.
“ya nggak usah bilang…”.
“maksud non ?”.
“mm…”.
“Pak Sardi mau kan temenin aku tidur ?”, ucap Dinda malu-malu. Meski sudah berkali-kali disenggamai supirnya itu, tentu Dinda masih malu untuk mengundang supirnya itu ke dalam kamarnya.
“ha ? yang bener non ?”, wajah Sardi sumringah.
“em mm..”, Dinda mengangguk perlahan sambil mengulum bibirnya. Tanpa pikir panjang, Sardi langsung memanjat naik jendela kamar Dinda dan langsung masuk ke dalam kamar.
“wah…non Dinda…”. Sardi benar-benar terkejut melihat anak majikannya itu. Dinda hanya mengenakan hem seragamnya saja, roknya sudah lepas dari tubuhnya. Dinda sangat terlihat seksi. Tapi, Sardi baru kepikiran. Kalau dia langsung menggagahi Dinda, pasti nanti terdengar keluar.
“Pak..aku mau mandi dulu yaa…”. Dinda membersihkan tubuhnya. Tubuh putih mulusnya kini kembali bersih dan harum.
“non buka dong handuknya..”. Dinda hanya tersenyum saja dan membuka lilitan handuknya untuk mempertontonkan tubuhnya ke supirnya itu.
Meski tak mengenakan sehelai benang pun dan ada Sardi di kamarnya, Dinda beraktifitas seperti biasa di kamar. Belajar, membereskan rak buku, memasukkan pelajaran besok ke tasnya, semuanya dilakukan Dinda dengan keadaan telanjang bulat dan keberadaan Sardi di kamarnya, seperti tak ada siapa-siapa.
Ya meskipun, Sardi mengisenginya dan mengerayangi tubuhnya, Dinda hanya tersenyum seolah sudah lumrah baginya dan memang dia tak berhak menolaknya. Benar-benar khayalan terliar untuk laki-laki tua seperti Sardi. Berada di dalam kamar seorang gadis ABG cantik dan bisa melihat gadis ABG itu beraktifitas sambil bugil.
“bentar, Pak..”. Dengan mengindik-indik, Dinda keluar kamar lalu kembali.
“Papah Mamah udah tidur, Pak…”.
“kalau gitu…”, Sardi menatap tubuh Dinda yang berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mesum. Dinda langsung mengangguk pelan. Sardi langsung mendekap tubuh semok itu.
“tapi non..ntar nggak kedengeran keluar ?”.
“nggak, Pak…kemarin Pak Jajang juga nemenin aku…”.
“jadi kemarin Pak Jajang sama non Dinda tidur bareng…”.
Dinda mengangguk perlahan.
“wah enak banget tuh si Jajang…non Dinda juga gak bilang-bilang Pak Sardi…”. Dinda tersenyum malu.
“awas ya non…pokoknya non Dinda gak bakal selamet…”, ucap Sardi gemas.
“aahh, Paak…geli…”, desah Dinda manja. Sardi pun langsung mengangkat tubuh Dinda dan menaruhnya di atas ranjang. Meski tadi sudah dinikmati dari sore, tubuh indah Dinda yang terlentang pasrah di atas ranjangnya sendiri benar-benar memancing nafsu Sardi.
Dia pun langsung menomplok tubuh sintal anak majikannya itu. Baik si pria tua jelek maupun si gadis ABG cantik sama-sama merasa belum cukup dengan persenggamaan mereka dan ingin saling adu kemaluan mereka lagi sampai benar-benar puas.
Sementara Sardi bercinta dengan sangat bergairah dan nafsu yang sangat menggelora, Jajang dan Mikha juga sedang bersenggama dengan penuh nafsu dan liar di sebuah motel sederhana. Jajang ketagihan dengan keagresifan Mikha dan Mikha sangat kecanduan dengan keperkasaan Jajang. Alat kelamin mereka seakan tak mau dipisahkan.
Jajang pun kembali ke rumah Dinda keesokan hari dengan rasa puas. Isi burungnya benar-benar dikuras habis oleh gadis berparas manis itu. Sementara Mikha pulang dulu ke rumahnya untuk mandi dan berganti baju, pergi ke sekolah setelah digempur habis-habisan oleh pembantu teman baiknya itu. Sungguh hari yang sangat tak terlupakan bagi mereka berempat.
Setelah kejadian hari itu, Dinda memberi tahu Sardi untuk masuk ke kamarnya lewat jendela saja jika sudah di atas jam 11. Sardi merasa senang sekali diberitahu Dinda, dia diperbolehkan ‘mengunjungi’ anak majikannya itu meski ada orang tuanya.
Malam-malam berikutnya, Jajang dan Sardi ‘menginvasi’ kamar anak majikannya sekaligus meniduri yang empunya kamar setiap malam. Kadang Jajang yang datang duluan, kadang Sardi. Tak masalah siapa yang datang duluan, Dinda selalu menerima kedua pria tua itu dengan senang hati.
Dan yang paling ‘menyegarkan’ bagi Jajang dan Sardi, Dinda selalu telanjang bulat saat membukakan pintu untuk Jajang dan jendela untuk Sardi. Sebuah pemandangan indah yang tentu akan membuat mata menjadi segar di malam hari.
Dinda memang sengaja menelanjangi dirinya sendiri setelah masuk kamar pada jam 10an atau jam setengah 11an. Dia ingin Jajang dan Sardi tahu kalau dia selalu ‘siap’ di kamarnya untuk mereka berdua.
Dan kadang, sambil menunggu kedua pejantannya datang, Dinda belajar dalam ketelanjangannya itu, Dinda sangat menyukainya, belajar tanpa mengenakan apapun, rasanya bebas dan cepat masuk, pikir Dinda.
Tentu Jajang dan Sardi yang selalu menyebar benih-benih mereka di dalam rahim Dinda setiap malam akhirnya membuat Dinda hamil. Dinda akhirnya mengaku pada orang tuanya. Kedua orang tuanya tentu geram luar biasa, Jajang dan Sardi langsung dipecat dan Dinda juga diusir, bikin malu keluarga.
Dinda pindah ke rumah kontrakan Sardi bersama Jajang juga. Dengan uangnya sebagai artis, Dinda pun membeli rumah itu dari pemiliknya. Artis imut itu pun terpaksa berhenti sekolah, tapi baginya tak mengapa karena akhirnya dia bisa bersama kedua pria tua yang telah menaklukannya itu tanpa takut ketahuan siapapun lagi.
Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, tak ada lagi keluarga baginya selain kedua pria tua itu. Dan Jajang dan Sardi pun tak menganggap Dinda sebagai tempat pelampiasan nafsu saja, tapi juga seorang istri yang membutuhkan kasih sayang dari mereka berdua.
Dinda, seorang artis muda dan imut itu kini sedang mengandung anak dari 2 orang pria tua yang tak lain adalah mantan supir dan pembantunya. Dia sama sekali tak menyesal, dia malah ingin segera menghantarkan buah cintanya bersama Jajang dan Sardi yang ada di dalam rahimnya itu ke dunia dan mengurusnya dengan sepenuh hati.
Jajang dan Sardi tak tahu anak siapa yang ada di perut ABG cantik itu, tapi pasti keduanya berperan besar. Meski sedang hamil muda, Dinda selalu melayani nafsu kedua pejantannya itu. Kehidupan ranjang kedua pria tua itu sangat menyenangkan dengan adanya Dinda yang siap melayani mereka kapan saja.
Namun, semakin lama perut Dinda semakin besar dan terlalu beresiko untuk menyetubuhinya, Jajang dan Sardi cukup tahu hal itu. Ternyata keberuntungan Jajang dan Sardi belum berakhir.
“non Mikha ?”, tanya Jajang yang kaget melihat Mikha berdiri di depan pintu dengan tas koper.
“Pak Jajang…aku…”.
“kenapa, non Mikha ? kok bawa koper gede gini ?”.
“aku kabur dari rumah..”.
Mikha langsung memeluk Jajang.
“udah non..udah..mending non Mikha masuk dulu…”. Mikha kabur dari rumah karena tak tahan dengan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Awalnya, Mikha bingung kabur kemana, tapi dia ingat kalau Dinda diusir dari rumah dan tinggal bertiga dengan Jajang dan Sardi.
Semenjak hari itu, Mikha sudah memutuskan tak mau pulang meski dibujuk orang tuanya. Gadis manis itu lebih memilih tinggal bersama Dinda, Sardi, dan Jajang. Tentu Sardi dan Jajang yang untung, dengan adanya Mikha, mereka bisa asik melampiaskan nafsu mereka setiap hari. Benar-benar beruntung kedua pria tua itu. Kehidupan mereka seperti di negeri dongeng tiap harinya, harmonis dan bahagia.
Tak ada yang merasa tersisihkan, Jajang dan Sardi sama-sama menyayangi kedua bidadari yang sedang mengandung anak dari hasil ‘perbuatan’ mereka berdua. Ya, Mikha juga sudah hamil sama seperti Dinda. Jajang dan Sardi sangat memperhatikan kebutuhan 2 ABG yang sudah merelakan masa depan hanya untuk mereka berdua.
1 tahun kemudian, buah hati mereka telah lahir. Umur bayi Dinda dengan bayi Mikha hanya berselisih 3 bulan. Jajang dan Sardi pun telah mendapatkan pekerjaan. Sardi mendapatkan pekerjaan sebagai supir taksi. Sedangkan, Jajang menjadi OB di suatu perusahaan.
Orang-orang tentu tak akan menyangka, Jajang yang hanya OB dan Sardi yang hanya supir taksi memiliki 2 buah hati dari 2 orang gadis cantik yang dulunya artis.
Meski 2 buah hati mereka itu tak begitu jelas siapa ayahnya, yang pasti 2 gadis cantik itu hamil karena ulah Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, sampai-sampai mereka berdua mentato permanen nama Jajang dan Sardi di tubuh mereka.
Kedua pria tua itu merasa senang luar biasa, setiap hari melihat nama mereka ada di atas bibir vagina dan kedua bongkahan pantat 2 dara jelita itu, menandakan kalau hanya mereka yang bisa mengakses daerah tersebut. Suatu pagi, seperti pagi-pagi biasanya, Dinda dan Mikha menyiapkan sarapan untuk Jajang dan Sardi.
“Mah Alisha sama Ricky belum bangun ?”. Alisha adalah anak dari rahim Dinda dan Ricky adalah anak dari rahim Mikha. Ngocoks.com
“belum, masih tidur”, jawab Dinda. Dengan seenaknya, Jajang mencengkram bongkahan pantat Dinda dan meremas-remasnya. Tentu Dinda tak marah.
“oh iya..gimana tadi malam, Mah ? puas kan ? hehe”. Dinda menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. Tadi malam, dia digempur habis-habisan oleh Jajang. Sardi tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam daster Mikha. Tadi malam, dia menjadi algojo dan mengeksekusi Mikha.
Dia sedang memperhatikan ‘hasil’ kerjanya di selangkangan Mikha. Ya, dibalik dasternya, Dinda dan Mikha tak mengenakan pakaian dalam. Mereka tak mau repot-repot mengenakan bh dan cd lagi sebab Jajang dan Sardi selalu melepaskannya dari tubuh mereka.
“Papa ngapain sih ?”, tanya Mikha.
“pengen ngeliat pejunya Papa bekas tadi malem masih ada apa nggak hehehe”.
“ya masih ada lah, Pah..gimana sih..”, canda Mikha. Asik sekali jadi Jajang dan Sardi sekarang. Sudah sarapan disuapi, mereka bebas menggerayangi daerah intim Dinda dan Mikha.
Dinda dan Mikha meloloskan daster mereka. Sardi menepuk-nepuk pangkuannya sambil menatap Dinda. Dinda langsung duduk di pangkuan Sardi, tapi berhadap-hadapan. Mikha duduk di pangkuan Jajang.
“emmmhhh mmmhhhh”, kedua gadis cantik itu melirih pelan karena payudara kanan mereka sedang disedot. Cairan hangat yang rasanya manis dan gurih sedang disedot keluar dari payudara mereka. Dinda dan Mikha memang tak hanya menyusui bayi mereka saja, tapi juga ‘menyusui’ Jajang dan Sardi tiap pagi.
Bagai bayi yang sangat kehausan, Jajang dan Sardi menyedot kuat-kuat susu yang keluar dari payudara kanan Dinda dan Mikha. Inilah aktivitas kedua gadis cantik itu setiap pagi. Nikmat dan segar rasanya susu Dinda dan Mikha.
“teerusshh Paahhh !!”, Dinda memang sangat suka saat Jajang atau Sardi menyusu kepadanya.
Dia merasa sebagai ibu dan seksi sekaligus. Sementara itu Mikha membelai kepala Jajang.
“hmmm emmmhhh…”, lirih Mikha dan Dinda. Susu 2 dara jelita itu sungguh manis dan segar. Mikha turun dari pangkuan Jajang. Sudah habis ASI di payudara kanannya. Dinda juga sudah selesai menyusui Sardi. Sungguh asik rasanya.
Tanpa repot-repot berpakaian, Dinda dan Mikha mengantar Jajang dan Sardi sampai ke depan rumah. Benar-benar kehidupan yang sempurna bagi Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda langsung berlari masuk ke dalam rumah, takut ada yang melihat ketelanjangan mereka.
Mereka berdua memungut daster mereka, tapi tak mengenakannya. Mereka lebih suka telanjang bulat saat beres-beres rumah. Tubuh mereka penuh dengan bekas cupangan dimana-mana, tentu bekas cupangan Jajang dan Sardi.
Itulah keseharian Dinda dan Mikha yang kini telah mempunyai anak karena ‘keusilan’ Jajang dan Sardi. Tubuh mereka hanyalah untuk Jajang dan Sardi dan hidup mereka sekarang hanya untuk merawat kedua buah hati mereka dan juga melayani Jajang dan Sardi sepenuh hati.
TAMAT






