Seminggu setelah kejadian aku berhasil memperdaya dan memperkosa Tuti Khairani, dosenku yang montok itu, Ada rasa kangen dalam diriku untuk dapat mencicipi tubuh montoknya.
Hasrat itu tak terbendung, bayangan tubuh telanjang nya yang montok, rintihan dan desahannya saat orgasme membuatku nekat ingin merasakan indahnya tubuh dosen itu.
Maka pada hari itu, pagi – pagi aku sudah datang ke kantor akademis kampus, dengan harapan bisa bertemu dengan Buk Tuti yang biasa datang pagi-pagi sekali ke kampus. Dan… Aku mencarinya ke ruang jurusan, tepat dugaanku, do’I sudah berada di sana!. aku mendapati do’I tengah membetulkan jilbabnya di depan cermin.
Buk Tuti sedang tertunduk saat mataku mengintip saat ia tengah mengancingkan bajunya. Perempuan sintal bertinggi 160 cm ini amat montok. Bagiku Buk Tuti terlihat makin menggairahkan, walau dengan pakaian tertutup seperti ini sekalipun. Pantatnya yang bulat dan sekal itu amat menonjol, apalagi saat do’i memakai sepatu hak tinggi.
Wajahnya yang galak membuatku makin bergairah dan bernafsu terhadapnya. Keinginanku mencicipi kemaluannya pada pagi itu jadi semakin menggebu.
Tampak Buk Tuti menyadari kehadiranku dengan sudut matanya. Buk Tuti langsung pucat ketakutan melihatku sudah berada disana dan hanya berdua tanpa ada orang lain… Tubuh nya langsung berbalik kea arahku.
“Brian! ngapain kamu pagi-pagi kemari??? Ada urusan apa??” bisiknya panik.
“Aku kangen kamu sayang” ujarku
“Gila kamu.. Kamu tahu kan ini kampus!! Jangan sampai orang lain tahu hubungan kita!” bisiknya lagi.
Aku mendekatinya, Buk Tuti pun mundur beberapa langkah.
“Gak usah ketakutan gitu sayang… suasana masih sepi… Gak bakal ada yang melihat kita” ujarku.
Wajah do’I makin ketakutan saat aku terus mendesaknya.
“Ta.. Tapi jangan disini Brian..” tolaknya.
“jadi dimana? “desak ku
“Ayo ikut saya… mari kita bicara di ruangan sidang saja.. di lantai 3” ujarnya
“Tapi kamu nyusul saya aja dibelakang, jangan sampai ada yang tahu kamu mengikuti saya ya..!! “tambah nya sambil memelototkan matanya yang indah
“Lebay deh kamu, ya sudah.. mari kita ke ruanganmu” ujarku.
Buk Tuti pun bergegas keluar dari kantor jurusan dan menaiki tangga, aku pun mengikutinya dengan jarak beberapa meter dibelakang.
Saat do’i naik tangga jelas kali betapa sexy dan bohay nya body do’i saat pinggul indahnya melenggok dari belakang. aku menikmati dan membayangkan akan mencicipi body montok itu. Sungguh sempurna bodynya.. gumamku, ‘ gak sia-sia aku aku jadi orang yang pertama mencicipi wanita ini”
Tiba tiba Buk Tuti berhenti beberapa tangga di atasku, hingga aku bisa mengintip dari bawah rok panjangnya. tampak betisnya yang putih. Saat itu doi’i memakai rok panjang namun ada belahan dibagian belakang. Cukup panjang juga belahannya. Hingga aku dapat melihat celana dalamnya berwarna putih itu dari bawah.
“Ck.. ck ck.. “gumamku dengan jantung berdebar, hal ini makin merangsangku. Buk Tuti tak sadar selangkangannya kuintip. Kurasa pagi itu Buk Tuti makin merangsangku.
Tiba-tiba entah mengapa do’i kembali berhenti dan melihatku ke bawah. Tanpa disadarinya dia telah melebarkan kakinya hingga 2 batang paha super mulus teronggok menantang.
Buk Tuti menatapku beberapa saat. Kontolku mengeras. Kutarik risletingku, lalu kukeluarkan kontolku, hampir mengintip dari celah celanaku. Saat itulah Buk Tuti membalik memalingkan muka, bergegas menuju ruangannya dengan sedikit mengomel kesal.
Jalannya yang tergesa membuat kainnya terangkat, betisnya yg mulus tersingkap, hingga pahanya yang mulus tampak jelas bagiku yg berada di bawahnya.
Buk Tuti membawaku masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk sidang skripsi. Letaknya di lantai 3 kantor akademis. Ruangan ini jarang dipakai karena dipakai hanya pada saat ujian skripsi atau seminar.
Sesampai didalam ruangan, Aku memburunya masuk kedalam. kudapati Buk Tuti berdiri menatapku dengan sorot mata memendam birahi. Namun do’I berbalik memunggungiku, berjalan menuju jendela. Langsung kuburu dia dan Kupegang tangannya dan sekali sentak seluruh tubuhnya jatuh dalam rengkuhanku. Buk Tuti menggeliat.
“Brian.. Kenapa kamu pagi pagi sudah minta…” Ujarnya memelas takut.
“Udahlah… Sebentar aja.. Aku lagi kepengen nih..” Ujarku.
“Kamu tu gak sabaran ya… Kenapa, pagi pagi begini… please.. jangan dimasukin yahhh” pintanya coba berontak, namun dengan kuat kupegangi tubuhnya agar tidak lepas.
Perempuan berjilbab ini memang wangi tubuhnya. Dalam dekapanku do’i meronta kuat hingga kusudutkan do’i ke tembok. Kubuka resleting celanaku berikut kukeluarkan kontolku dan kutekan kontolku tepat pada selangkangnya hingga membuatnya jengah akibat peting yang kulakukan.
“Briaan.. Kamuu.. Uhh…”
Kupaksa Buk Tuti menatapku tapi ia memalingkan muka dengan mata terpejam & bibir terkatup. Tak ada suara keluar dari mulut tipisnya. Hanya tarikan nafas tertahan menahan malu karena birahi dengan lelaki yang sudah mendidurinya. Tiap kutekan kontolku tepat pada selangkangnya, kupastikan kontolku terasa olehnya.
Buk Tuti menunduk, melihat itu perlahan kuangkat roknya keatas dan tanganku menjalar di pahanya. hingga berlabuh tepat di liang kewanitaannya. kuelus selangkangannya dengan lembut.
“Oohhh…” Rintihnya sambil memicingkan mata. rontaannya mulai melemah, ia terlihat mempersilahkan tanganku menjamah selangkangannya. kurasa semakin lama selangkangnya makin melebar. Ia membiarkan jari ku masuk melalui karet celana dalamnya, terdengar desahan lirih pertanda dia menikmatinya dari mulut Buk Tuti..
“Ouuuuhh.. Briaann.. hhhhh…” Desahnya mesra.
Tubuhnya makin terangkat tinggi, kaki kirinya mengangkang hingga sepatu hak tingginya hampir lepas, menampakkan tumitnya yg montok dengan jari kaki bulat lentik dan kuku terawat. Membuat kontolku mengejang makin keras cepat pada selangkangnya.
Seperti bersetubuh tapi masih berbaju. Saat mata Buk Tuti mulai merem melek merasakan permainan jariku mengobok selangkangnya, mendadak kutarik rok bawah nya ke atas sampai pinggulnya.
Buk Tuti tiba-tiba menamparku saat kucoba memasukkan kontolku pada kelaminnya yang mulus. kuraba kelaminnya yang terasa ditutupi bulu jembut yang lebat itu.
“Jangan dimasukin Briaaaan!, Gila kamu !!” kata Buk Tuti dengan ketus.
“Hei, kamu harus mau melayaniku pagi ini sayang!, bentaaar ajaa…” kataku seenaknya tapi penuh gairah terhadap dosen hot ini.
“Jangannn Ihhh…” bisiknya dengan nafas terengah engah.
Buk Tuti mengatupkan paha kuat-kuat. Kuremasi belakang pantat montoknya, hingga merabai pahanya. Buk Tuti menarik nafas, selangkangnya terbuka langsung kuhunjam kontolku dalam vaginanya.
“Ouuuuhhhh…” Desahnya tak berdaya membendung kontolku masuk ke dalam vaginanya, Buk Tuti terlihat telah pasrah kuentot pagi itu. Kudorong kontolku ke memeknya, agak susah dan terasa sesak sebab memek do’i masih seret dan sudah seminggu tidak dikasih jatah. Selama ini Buk Tuti memang belum pernah pacaran dengan siapa pun.
Makin lama sodokanku makin cepat. Buk Tuti masih menahan malu meluapkan birahinya. Kupegang kain jilbabnya, kutarik kuat kepalanya ke belakang. Kubenamkan kontolku dalam-dalam di liang kemaluan Buk Tuti, lalu maniku muncrat deras.
“Iiiihhhh…!!!” Buk Tuti merintih. Kusemburkan maniku beberapa kali, lalu pelan kucabut kontolku sambil menggerakkan kontolku keluar masuk dalam kemaluan dosenku ini, memberi Buk Tuti sensasi nikmat sexual.
Saat kutarik lepas kontolku, Buk Tuti jatuh terduduk lemas. Dia jongkok, berusaha mengeluarkan tumpahan maniku mengaliri vaginanya. Tuti menatapku tajam dg pandangan marah. Dilemparnya celana dalamnya yg ternyata telah robek.
‘ Gilaaaaaa kamuuuu!!” jeritnya tertahan dengan tatapan penuh kebencian. Aku cuek memungut celana dalamnya yang dilempar ke aku lalu melipatnya dan kumasukan kesaku celana.
“Ntar kubeliin lagi deh celana dalammu.. kalau perlu yang lingering!! yang mahal.. biar kamu makin sexy” ujarku terkekeh
Buk Tuti tak menjawab, dia terlihat terisak sambil mengatur nafas. Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Nanti kita pulang bareng ya sayang… kita ke Mal, beliin pakaian dalam dan baju kamu… atau sekarang… bolos aja kita” bujukku lagi.
Buk Tuti masih tidak menjawab,
“peduli amat”, yang penting aku sudah merasakan orgasme pagi ini, bathinku.
Aku segera berkemas. Sebab, sudah terdengar suara ramai orang yang datang. Sebelum pergi tak lupa kukecup bibir tipis dosenku ini. Sambil membantunya berdiri dan merapikan kembali pakaiannya.
“Nanti malam kita ulangi lagi ya sayang..”kataku. Buk Tuti tidak menjawab dia hanya terisak sebelum kutinggalkan.
“Kutunggu telfonmu ya.. kalau nanti bolos kabari aja ..” ujarku mengedipkan mata pada do’i.
Aku melangkah meninggalkan ruangan itu, baru aku sampai dilantai bawah, tiba-tiba nada masuk sms hanphone ku berbunyi. Kubuka pesan tersebut ternyata dari Buk Tuti
“kamu bawa mobil? Tunggu saya di mobil kamu “bunyi pesan itu
Aku terseyum girang dan membalas sms itu
“oke sayang. Kutunggu di parkiran mobil “ Kemudian aku bergegas menuju parkiran mobil. Suasana di kampusku saat itu masih sepi, masih sedikit mahasiswa dan dosen yang datang.
Saat berada didalam mobil, tak lama kemudian buk tuti datang menuju ke mobilku dengan tergesa gesa Akupun membuka kunci otomastis dan Buk Tuti masuk ke mobilku dan duduk dibangku depan.
“Gila kamu ya Brian… kalau sampai ada yang tahu tadi bisa kena kita berdua..!!!, saya kenak pecat kamu di DO” ujarnya melotot.
“santai sayang.. buktinya kita gak ketahuan kan” ujarku sekenanya.
Buk Tuti yang kesal itu segera mencubitku. Namun dengan cepat kutangkap tangannya dan mengarahkan tangannya ke selangkanganku.
“Nih, cubit …” ujarku menahan tangannya di selangkanganku sambil tersenyum geli
“Ihh.. kamu ini.. Sempat sempatnya.. Dasar genit..!! lepasin ah…!!” ujarnya mencoba menjauhkan tangannya yang berada di selangkanganku sambil mengomel kesal.
Namun aku malah membuka resleting celana dan mengeluarkan kontolku dan memaksa tangan Buk Tuti itu menggengam kontolku
“Heii, Brian…! Jangan gila kamu ya…! nanti nampak sama orang nggak mau ahhh..” ujar Buk Tuti panik sambil berusaha melepaskan tangannya yang kupegang
“tenang sayang.. pegang aja kataku. Gak bakalan nampak dari luar” ujarku. Karena memang mobil ku ini sengaja kupasangi kaca film yang hitam hingga orang tidak dapat melihat orang yang berada di dalam mobil.
Aku mengarahkan tangan Buk Tuti untuk mengocoknya pelan-pelan.
Buk Tuti terlihat menyerah dan mulai terbiasa mengocok kontolku
“Dasar..! Kamu ini… Stress…!!” Ujarnya kesal, namun tangannya terasa mengocok kontolku dengan ritme cepat.
“Eehh.. pelan pelan aja say.. nanti aku muncrat lho..” godaku melihat Buk Tuti sudah patuh dan mulai menikmatinya.
“jangan mucratin dulu… Awas ya kamu.. kalau mau muncrat tu bilang-bilang” ujarnya ketus sambil terus mengocok kontolku. Aku tertawa mendengarnya. Buk tuti bersungut melihat aku menertawainya.
“punya kamu gede banget ya brian… kok bisa segede ini?” ujar Buk Tuti penasaran sambil terus mengocok kontolku dengan penetrasi lambat.
Aku hanya tertawa mendegarnya
‘ tapi kamu suka kan.. hayoo jangan bilang nggak..” godaku dibalas senyuman yang dipaksa Buk Tuti
“Nah sekarang kita jalan ya.. pegangi aja itu terus.. biar saya nyaman nyetir nya” ujarku
“Stress kamu.. hati-hati tuh kamu nyetir nya…” ujar buk Buk Tuti
Tampaknya do’i sudah mulai menikmati setiap sensasi bercinta yang kuajarkan padanya.
Aku mulai memundurkan mobil dan meninggalkan parkiran kampus, sementara Buk Tuti terus menggenggam kontolku.
Matanya clingak clinguk dan was was memandang ke luar kaca. Do’I tidak melihat tapi tangannya terus mengocok, membuatku makin terbakar gairah.
“sayang.. kita hotel dulu yuk.. ‘ ajak ku.
“ke hotel mana..? nanti kelihatan sama orang lain, jangan ah.. kerumah kamu saja..” tolak nya.
“ke hotel ajalah.. biar sambil istirahat.. sambil berduaan” ujarku sambil terus mengemudi
“terserah kamu lah..” ujarnya datar.
“tapi nanti dulu.. kamu janji mau beliin celana dalamku, aku risih gak pake celana dalam Brian…” ujarnya protes. Membuatku tertawa terpingkal.
“kamu sih, kasar… sampai celana dalamku robek” sungutnya kesal.
“ha.. ha.. ha.. ya deh sayang. Aku beliin. Tapi Mal kan belum buka, tapi aku tahu kok toko tempat jual bikini yang bagus” ujarku terkekeh
“terserah kamu, pokoknya saya mau celana dalam ..!!” ujarnya tegas.
Aku pun melajukan mobil mencari toko pakaian dalam. Sepanjang perjalanan kadang aku menciuminya. Saat terkena lampu merah, kami bercipokan menunggu datang giliran lampu hijau. Sebuah sensasi yang membuat Buk Tuti terlena dan menikmatinya.
Begitu lampu hijau kami menyudahinya, kulihat Buk Tuti tersipu malu, tapi hal inilah yang makin membuatku penasaran dan gemas pada wanita yang baru kuperawani beberapa hari yang lalu ini.
Sikapnya yang pada awalnya menolak namun lama-lama mau ini membuatku gemas pada dosen yang resmi jadi pacar atau pelampiasan nafsuku itu.
Akhirnya aku memarkirkan mobil di toko pakaian dalam yang cukup terkenal, kami menyudahi aktivitas sex in drive. Aku kembali memasang celanaku dan Buk Tuti merapikan pakaiannya.
Di sana aku membelikan Buk Tuti 3 pasang pakaian dalam, yang sengaja kupilihkan, BH dan celana dalam. Satu berwarna putih, warna kesukaan dan permintaan do’i, dipilihnya yang berenda. Lalu kupilihkan warna hitam, karena menurutku warna itu sexy, bentuknya transparan dan berenda. Sungguh sexy. Terakhir kupilih warna motif macan tutul, yang model g string kecil.
“Bagus kan pilihan ku.. dipake ya Bu.. jangan sampe nggk.. model terbaru tuh.? ujar ku pada nya
“iya.. iya…” sahutnya.
“sayang.. kamu pernah gak nonton film blue?” tanyaku saat perjalanan ke hotel
“pernah lah… tapi gak sering cuma beberapa kali aja..” ujar Buk Tuti malu.
“kenapa emang nya..?” ujarnya.
“walah.. kukira kamu selama ini benar-benar alim sayang” ujarku sambil merangkulnya. Kepala Buk Tuti disandarkannya ke bahuku sambil aku terus menyetir mobil.
“sebenarnya aku penasaran setelah nonton itu “cerita Buk Tuti, mengakuinya dan sambil tertawa kecil
“kayak apa sih rasanya.. ternyata awalnya sakit juga ya Brian?” ujarnya melanjutkan
“setelah itu… ‘ pancingku sambil tanganku meremas satu susunya
“aw. ww… gatal ..! ‘ujarnya kaget. Aku tertawa melihat ekspresi dosen montok itu.
Muka do’i merah dan tiba-tiba balas meremas selangkangku.
“eitsss.. siapa yang gatal sekarang..? “balasku.
Kami berdua sama-sama tertawa menikmati moment itu.
“kamu pernah nonton film blue yang ceweknya ngisap punya cowoknya” tanyaku lagi.
“pernah.. tapi gimana ya rasanya” ujar Buk Tuti polos.
“Kamu mau coba sama punyaku say..?” pancingku lagi
“ih… jorok…” ujar Buk Tuti melengos
“jorok..? tapi coba ibu perhatiin, cewek di film itu gimana? Menikmatinya kan?” ujarku.
“iya..” ujarnya polos. Tangannya masih tetap di selangkanganku dan mulai meremas-remasnya.
“nanti kuajari ya sayang..” ujarku lagi
“kita kemana brian?” tanya Buk Tuti mengalihkan pembicaraan
“ni udah mau sampai ke hotel nya” ujarku mantap.
Mobilku memasuki sebuah hotel bintang lima. Setelah sampai diparkiran aku mengajaknya turun,
“ayo turun.. “ajaku
“ngg.. saya takut Brian.. saya gak pernah begini beginian” ujar Buk Tuti terlihat risih saat kuajak keluar dari mobil.
“nanti kalau teman-teman saya sesama dosen melihat kita berdua disini gimana ..? jangan disini deh ..” rajuknya.
“gak bakal sayangku” bujuk ku mendekat ke wajahnya dan menciumi pipinya.
“ini hotel besar. Atau gini aja, kalau Ibu risih, kita berpisah aja dulu. Saya check ini, Ibu jalan aja duluan dan pura-pura duduk di lobby. Kita masuk hotelnya gak usah barengan. Nanti kalau saya udah check ini kamar dan udah tahu di kamar nomor berapa baru ibu susul.. gimana?” ujarku menjelaskan.
“iya lah brian” ujar buk tuti mengangguk pasrah.
“tapi jangan kabur ya..” ujar memperingatkan.
“gak.. lagian mau kabur kemana saya.. kan saya kesini sama kamu.. “sungut nya.
“gitu dong cantik..” ujarku senang karena Buk Tuti ini menjadi patuh padaku. Kembali kudaratkan ciuman di pipi dan bibirnya. Ngocoks.com
Kami keluar dari mobilku. Sesuai yang kurencanakan tadi. Begitu aku sudah check in Buk Tuti mengikuti ku masuk ke lift, sesampai di lantai 8 aku dan Buk Tuti keluar dari lift dan menuju kamar yang di booking tadi.
Kamar ini sengaja kupesan type VIP dengan single bed.
Sekarang aku dan Buk Tuti berduaan saja di dalam kamar. Setelah mengunci pintu, kami langsung berpelukan. Kurasa Buk Tuti memeluk ku erat.
“tenang sayang..” bisik ku.
“aku takut Brian.. tapi aku percaya kamu..” sahutnya.
Setelah beberapa saat aku melepaskan pelukannya,
“buka jilbabnya dong sayang..” perintahku.
“kamu mau langsung main sayang..” ujarnya tersipu malu. Aku hanya tersenyum kecil, Namun Buk Tuti patuh membuka jilbabnya hingga sekarang do’i tidak mengenakan jilbab lagi. Rambut nya dicepol kebelakang
“ibu sadar gak sih… ibu itu cantik banget “pujiku mengagumi kecantikan dosen ku itu.
“ah.. kamu.. bisa aja.. banyak sih yang bilang he he.. tapi aku cuma kamu yang punya Brian sayang” jawabnya tanpa kusangka sangka.
“gitu dong, Ibu panggil aku sayang juga..” ujarku. Kembali Buk Tuti menghempaskan tubuhnya di pelukan ku. Aku mendekap nya erat, kami tenggelam dalam perasaan sayang dan nafsu.
“mari kita tidur-tiduran sayang.. capek juga ya, tadi pagi” ajaku membawanya ke ranjang.
“mari sayang..” ujar Buk Tuti manja.
“ee.. tunggu.. “tambahku, aku merasa ada yang kurang, setelah kufikir aku baru mengerti.
“ibu pake dong pakaian dalam tadi.” ujarku
“nanti lah Brian.. kita istirahat dulu” ujar do’i malas-malasan
“gini, maksudku kita tidur-tiduran, tapi ibu pakai pakaian dalam aja, pakaian kerja nya dilepas aja” ujarku lagi
“ih.. kamu genit.. maunya..” ujarnya gemas
“mana ..” ujar nya. Aku memberikan bungkusan berisi pakaian dalam yang kami beli tadi padanya.
“kamu mau aku pake yang mana sayang” ujarnya sambil membuka bungkusan itu dan memperlihatkan 3 bungkusan plastik pakaian dalam padaku.
“yang hitam ya..” kataku sambil mengedipkan mata.
“oke deh sayang.. tapi cium dulu..” ujarnya nakal, memberikan pipi nya untuk kucium. Kurasa dosenku ini sudah benar-benar tergila gila padaku.
Aku pun menciuminya. Setelah aku mencium nya secepat kilat Buk Tuti mengarahkan kepalaku berhadapan dengan nya. Dan langsung mengajak ku bercipokan.
Kembali bibir dan mulut kami saling hisap, saling jilat dan saling mengejar satu sama lain shh, ooh… mphhh.. mhhhh…” desah Buk Tuti, mulutya memburu kemana mulutku pergi. Sepertinya doi makin kecanduan permainan seksual.
“sayanggghh… udahh… nanti gak jadi ganti bajunya” ujarku mengingatkan.
“ohh iya… kamu sih…” ujarnya terengah mengatur nafas.
Buk tuti melepaskan kulumannya di mulutku dan menuju kamar mandi.
Melihat itu aku pun menghela nafas, ternyata Buk Tuti telah kecanduan bercinta denganku. Akupun tak memungkiri begitu liarnya dan penuh gairah bercinta dengan Buk Tuti yang selama ini membuatku penasaran dengan pakaian nya yang tertutup dan sikapnya yang galak.
Bersambung…