Setelah beberapa kali bercinta dengan Buk Tuti, dosenku yang montok di berbagai kesempatan, membuat aku dapat melampiaskan semua birahi seks ku pada wanita ini. Buk Tuti dan aku bagaikan sepasang kekasih, namun kami berdua tidak menunjukan kemesraan kami pada public. Apalagi di lingkungan kampus. Untuk menjaga reputasi do’i sebagai dosen yang alim.
Demikian pula dengan kejadian ini. Keinginanku yang belum terpenuhi adalah menggenjot Buk Tuti di kampus, sebuah sensasi yang belum pernah aku lakukan dengan do’i. di lain pihak kuperhatikan Buk Tuti tambah hari semakin ketagihan dengan seks denganku.
Bahkan dosen killer itu selalu mencari kesempatan untuk bercinta denganku, apalagi saat do’i pulang mengajar dari kampus. Terkadang sehabis kami berhubungan badan, akumemberikan Buk Tuti sejumlah uang guna membayar sewa kost an nya, biaya hidupnya dll.
Buk Tuti seperti telah menjadi gundik ku. Karena kutahu do’i hanya sendiri di kota ini, tanpa dibantu oleh saudara saudaranya. Maka nya selain kecanduan nge sexs denganku do’i juga sayang padaku.
Terkadang membuatku risih. Tapi karena kesibukan do’i mengajar, ditambah do’i berencana mengambil S3, aku bisa melepaskan diri dari do’i, terutama pada pagi dan siang hari.
Malamnya do’i bersamaku atau aku yang datang menemani nya belajar di kost an nya. Semua yang kuberi kuanggap sebagai tanda terima kasih ku padanya karena telah mau menjadi selingkuhanku.
Awalnya Buk Tuti tidak mau menerima uang itu, mungkin do’i tersinggung. Setelah kubujuk dan ku rayu, kalo tidak diterima, aku pura-pura marah hingga do’i menerima pemberianku.
Malahan sekarang aku memindahkan kost an nya dari tempat yang sempit itu ke sebuah kost an yang cukup mewah. Kiriman dari uang tuaku dan jatah dari usaha orang tuaku cukup untuk memenuhi kebutuhanku bahkan aku dapat membiayai kebutuhan Buk Tuti, termasuk biaya kuliahnya yang cukup mahal.
Selepas menyelesaikan urusan administrasi di biro kampus, aku pergi menuju ruangan Buk Tuti, jabatan Buk Tuti sudah cukup tinggi sekarang, menjadi dosen tetap beberapa mata kuliah dan memiliki ruangan tersendiri di kampus.
Aku berinisiatif untuk memantaunya dari luar, sudah hampir 2 jam aku mengawasi hilir mudik ruangan nya terasa ramai sekali karena ada beberapa mahasiswa yang berdiksusi dengannya masalah proposal penelitian, baru ketika menginjak sore terasa sepi dan tinggal beberapa orang saja.
Aku langsung menutup matanya dengan kedua tanganku
“Hei… siapa ini ..??!! Lepas aaah “sungut Buk Tuti terkejut.
“Jangan keras keras honey…” kataku dengan pelan
Mendengar nada suaraku Buk Tuti langsung diam lalu membuka tanganku dan memalingkan ke belakang
“Kamu toh, Brian.. bikin saya kaget… dari mana kamu masuk?” tanya Buk Tuti geleng geleng kepala.
“Ya pintu depan donk “ “Nggak ada yang tahu?”
“Nggak.. orang sudah pada pulang.. paling ada ibu-ibu yang bersihkan halaman tuh. “ “Wuih kamu nakal.. ada perlu apa kesini?” tanya Buk Tuti dengan tersenyum
“Apalagi kalo nggak bercinta denganmu sayang.. “candaku nakal dengan menjawil buah dadanya yang tertutup kemeja putih dan blazer hitam.
“Nakal ah kamu .. “genit Buk Tuti dengan gemas.
“Tapi suka khan?” candaku lagi dengan gemas
“Kamu tunggu sini dulu.. saya mau periksa dulu yaaa ..” ujar Buk Tuti dengan meninggalkan aku namun ketika lewat sampingku, aku langsung meremas pantatnya
“Ssssst.. jangan nakal ah” bisik Buk Tuti dengan tersenyum menggoda
Buk Tuti keluar menuju pintu dan memastikan pintu sudah terkunci dari dalam, kemudian do’i memastikan lagi dengan melihat lihat melalui jendela.
Disaat itu aku memberanikan diri membuka baju dan celanaku hingga hanya mengenakan underwear saja. Aku sengaja bersembunyi di balik lemari besar di ruangan itu
Tak lama kemudian Buk Tuti membalikan badan kearah ku. Kudapati do’i kaget karena tak menemukanku diruangannya. Ketika Buk Tuti tampak bingung dan mencari ku, posisinya pas berada membelakangiku yang bersembunyi di belakang lemari rak buku nya, aku langsung memeluknya dari belakang
“Hahhh.. Ngagetin aja kamu sayang .. “semprot Buk Tuti merasa terkejut. Saat itu pula aku menusukan kontolku yang sudah ngaceng di pantatnya dari belakang namun Buk Tuti belum menyadari kalo aku sudah setengah telanjang.
“Ih.. kok ada yang aneh di pantatku, sayang “celetukBuk Tuti dengan menggoda
“Itu milik mu Buk Tuti sayangg ..” godaku
“Haaah.. nakal ah kamu ..” ujarnya terkekeh nakal.
“Copot deh seluruh baju kamu.. aku ingin melihat keseksian dan kesintalan tubuh mu..” ajakku dengan gemas
“Boleh…” sahut Buk Tuti dengan membuka jilbabnya. Saat do’i lalu kemudian berbalik.. do’i melotot melihatku hanya mengenakan underwear peniskusudah ngaceng mengacung dengan tegak dari balik underwearku.
“Iiihh… kamu buat aku nggak tahan deh sayanggg… ayoo.. sini ..” kata Buk Tuti membuka satu persatu pakaiannya itu dengan tergesa gesa tak tahan nafsunya yang semakin naik seiring melihat penisku yang besar dan ngaceng itu.
Pakaian itu akhirnya terlepas semua dan sisa BH dan Celana dalam warna putih bermotif bunga kesukaanBuk Tuti, dengan pelan pelan, kedua tangannya ke belakang dan membuka kaitan BHnya dan… alamak.. buah dadanya sungguh indah sekali menantang dan menggairahkan, di situlah aku sering bermain dan mempermainkan buah dadanya.
Dengan masih tersenyum kemudian melemparkan bra-nya kepadaku dan kutangkap lalu kucium pada cupnya, tak lama kemudian do’i membuka celana dalamnya, begitu celana dalamnya turun sebatas paha, terlihat rambut kemaluan di vaginanya yang rimbun dan eksotis itu. kemaluannya tampak mulai membasah, dilihat dari bercak di celana dalamnya.
“Ayo sayang… perkosa akuu…?” ujar ku, mengerling pada nya. Melihat itu Buk Tuti menarik tanganku menuju ke kursi kerjanya yang di depannya ada meja lumayan besar.
“Duduk disini sayang…” perintahnya menyuruhku duduk di kursi kerjanya. Dengan wajah mupeng, do’i memandang tonjolan di selangkanganku.
“sini dibukain celana dalam kamu ya..” ujarnya. Tanpa menunggu persetujuanku do’i melepaskan celana dalamku. Hingga penisku yang tegang itu menjulang.
Buk Tuti tersenyum dan mengelus elus batang kontolku. Terus kemudian diurut nya dari pangkal sampai ke kepala nya.
“gede nyaa… panjang lagi… ini yang bikin saya gak bisa lupain kamu..” ujarnya memuji betapa gede dan panjang nya kontolku sambil tertawa nakal.
Buk tuti terus memijit kontolku, tangannya menggenggam batang penisku dan sesekali tangannya satu lagi memainkan buah zakarku.
“Uuhhhh… sayaaangghhh… gelliii ouuhh… “desahku meringis merasakan nikmatnya tangan Buk Tuti mempermainkan penisku.
“Jilaatt sayaanngghh.. seperti biasaaa.. emuuuttt… kontolkuuu, mau khan?” godaku meringis menahan rasa nikmat yang mejalari seluruh syaraf rangsangku.
“Mauu..? “goda Buk Tuti makin nakal dan mulai mengocok batang kontolku.
“Mauuu sayanngghh… hisaaapp uuhhh…” ujarku merem melek.
“pernah saya menolak punyamu sayang ..? di mana pun ada kesempatan ngemut ini, saya lakukan dengan senang hati, silakan duduk sayanggg, akan ku servicepunyamu biar tambah gedhe lagi.. nikmatin aja ya… “pinta Buk Tuti dengan tersenyum menggoda dan nakal sekali.
Aku mengadahkan kepala di sandaran kursi, kedua kakiku aku pancalkan di kedua pegangan tangan kursi putar itu, lalu Buk Tuti membungkuk di depanku dan memegang penisku yang terasa semakin tegangitu.
Dari lututku, Buk Tuti mulai menjilati pahaku, uuuhh… terasa geli sekali saat lidahnya bersentuhan dengan kulit pahaku. jilatan itu terasa pelan, dan pelan pelanlidahnya menuju ke selakanganku, tangan Buk Tutimasih memegang penisku yang lingkaran tangannya tidak menjangkau besaran penisku, lalu sampai di selakanganku hanya menjilati bagian kepala penisku saja
“Yaaa.. enak Sayannngg.. Mmmhhh… enak sekali.. teruuussss .. “erangku sambil merasakan jilatan lidahBuk Tuti di kepala penisku. Sepintas kulihat tatapan mata Buk Tuti memandangku dengan nafsu tak tertahankan
“Nggak tahan ya sayangg..?? “canda Buk Tuti dengan gemas lalu menuju ke pahaku lagi sebelah kiri menjilati lagi, tak lama kemudian balik lagi menuju ke selakanganku dan memandang penisku yang mengacung tegak. Tak henti hentinya tampak raut wajah sumringah Buk Tuti menikmati pekerjaan nya.
“Sehari nggak ngemut punyamu ini rasanya gimanaagitu…?” keluh Buk Tuti dengan gemas lalu mendekatkan lidahnya ke penisku, tangan kanan yang memegang penisku terlepas dan penisku langsung dilahap dalam mulut do’i.
“Uuuuuh… kamu terlalu bernafsu yaahhh.. biasanya jilat jilat dulu di zakar atau batang.. kini malah langsung ditelan… aaaaaaaauuh.. pelan aah.. sayang.. kamu nakaaal sekali “erangku sambil tersengal sengaldengan tubuh yang terasa menggelinjang.
Buk Tuti tak mempedulikan eranganku. Terus disepongnya penisku lalu dipermainkan dengan lidahnya berulang ulang, lalu dikeluarkan dari mulutnya
“Kamu suka ya diginiin ..?” Tanya Buk Tuti dengan genit
“Jilatin aja dehs sayyyy.. ituuhh.. di telurku sama batang nya” ajakku dengan menekan kepala Buk Tutimenuju ke bawah.
Buk Tuti dengan patuh langsung menjilati buah zakarku dengan lidahnya secara gemas dan membuatku semakin suka dengan dosen cantik ini.
“Uuuuuh.. nikmaaat banget sayyy.. duh.. Kamu makin hari makin nakal saja… “erangku meremas kepala Buk Tuti, ingin rasanya aku meremas remas buah dadanya yang menggelantung dan menggoda untuk diremas. Namun aku menahannya untuk memberikan kepuasan pada Buk Tuti mempermainkan batang dan buah zakarku.
Buah zakarku itu secara nakal diludahi oleh Buk Tutilalu dijilati dengan lidahnya lagi. Buah zakarku menjadi semakin basah, dari bawah aku menggelesot terlihat vagina Buk Tuti yang rimbun itu sudah basah termakan birahi, pelan pelan buah zakarku dijilat dan naik menuju batangku, dengan gemas Buk Tuti menjilati ke atas dengan rakus sampai kepala penisku.
“Kamu kudu muncrat yaaa.. aku pengin nelan spermamu lagi ..” ujar Buk Tuti disela-sela jilatannya yang terasa semakin cepat.
“Tentu sayanggg.. Oh.. cantikuuu.. lakukan sepuasmuuuhh…!!!” sahutku membuat Buk Tutisemakin senang.
Berulang ulang batangku dijilat jilat Buk Tuti sampai basah dan membuatku semakin mengerang dengan gemas. Lalu dimasukan batangku ke dalam mulutnya dan disedot sedot dengan keras membuatku sampai berusaha membenahi dudukku. Setelah aku duduk dengan cara “tidak benar” karena aku telanjang bulat dan kaki masih berada di sandaran tangan kursi putar itu dengan penisku berada di dalam mulut Buk Tuti.
“Sayangkuuu.. jangan keras keras nyedotnya.. yang pelan biar nikmat “erangku terasa sekali sedotan mulut Buk Tuti di batangku terasa ganas. Namun Buk Tuti tidak mengubrisnya, tetap saja mengemut batangku dengan ganas
“Aduuuuuh… nakal sekali kamuuu… awas yaaa “candaku dengan nakal mulai menyelusupkan kedua tanganku memegang kedua buah dada Buk Tuti dan meremasnya membuat Buk Tuti melenguh
“Mmmmmmmffffff… mmmmmm .. “lenguh Buk Tutikarena mulutnya penuh dengan batangku itu.
Lama sekali Buk Tuti mempermainkan batangku dimulutnya, do’i begitu lihai mempermainkan dengan lidah dan giginya, ketika batangku keluar dari mulutnya, batangku dikocoknya dengan cepat berulang ulang, lalu dimasukan lagi ke dalam mulutnya
“Aaaaaaauh… hhhhssss… aaargggg.. enaaaak aaah.. nakaaal nyaa kamuuu.. “lenguhku dengan memajukan dadaku, namun tangan Buk Tuti langsung menahan dadaku dan membuatku kembali merapatkan punggungku ke sandaran kursi putar itu.
Tak terasa lebih seperempat jam Buk Tuti melakukan oral ke penisku dan tanda tanda aku mau orgasme semakin dekat
“Sayang.. mau sampai nih .. “erangku dengan nafas berat dan badanku sudah basah kuyub dengan peluh birahi.
Mendengar aku berkata demikian Buk Tuti langsung mempercepat kuluman di mulutnya keluar masuk, kemudian dikocok di luar dengan cepat
“Saaayy.. aaah… mau sampaaai.. bentar lagiiii aaah.. aduuuuh .. “erangku dengan memejamkan mataku merasakan oral Buk Tuti yang semakin cepat dan rakus
“Ooooooougghhhhh… aaah..!!! “erangku
Kurasa mulut Buk Tuti menyedot kontol ku dalam dalam, dan… aku merasakan orgasme luar biasa, kunaikan selakanganku sehingga batangku ludes dalam benaman mulut Buk Tuti
“Creeeeeeet.. creeeeeeeet… creeeeeet… creeeeeeet “batangku memuncratkan sperman menembak ke dalam mulut Buk Tuti, tak sedikit sperma yang keluar dari mulutnya, disedotnya spermaku ke dalam mulutnya batangku terasa bersih kembali, hanya di buah zakarku masih ada sisa sisa sperma, aku menegang dengan kaku lalu berkelonjotan tak karuan.
Buk Tuti menjilati sisa sisa sperma itu sampai ludes dan tersenyum penuh kemenangan melihatku terkapar dengan penuh orgasme. Aku memejamkan mataku rapat sekali, baru beberapa menit kemudian aku membuka mataku dan tak melihatt Buk Tuti yang semula jongkok di depan ku. Sekarang do’i terlihatmengambil sebuah kursi yang tak jauh dari tempat dudukku.
“Gimana sayang..? enak..? Puas gak dioral?” tanyaBuk Tuti dengan membuka laci mejanya dan mengambil tissue. Do’i terlihat membersihkan sisa muncratan sprema ku di mulutnya
“Pu.. Puas deh.. puas ..” sahutku senang dengan nafas berat dan masih lelah.
Buk Tuti tersenyum nakal, do’i sekarang sungguh nakal dan liar. Otaknya sudah penuh dengan fantasi sexs yang liar. Mungkin karena kuatnya otak nya berfikir hingga membuat libido sexs nya menjadi setinggi ini.
“Bagusss.. kamu istirahat dulu.. butuh minum?” tanya Buk Tuti
“Yaaa.. terserah minum apa saja.. susu juga boleh “candaku nakal
“Iih.. jangan susu dulu.. nanti aja, ngemut susu ini aja nanti” balas Buk Tuti tertawa sambil menolehkan matanya ke arah buah dadanya yang menggantung indah itu. kemudian Buk Tuti berdiri ke arah dispenser dan menuangkan minuman kemudian memberikannya padaku.
Puas dioral oleh Buk Tuti yang di mana kami berdua memadu birahi di ruangan kerja Buk Tuti, obsebsiku tercapai sudah dengan menggumuli do’i di kampus. istilah nya fast sex dan sex after lunch. He he he…
Dosen Killer nan catik ini sudah dalam kekuasaanku dan aku semakin bebas mengerjai Buk Tuti sepuasku, Dengan penuh tawa kepuasan setelah mengoral penisku Buk Tuti mengelus elus batangku lagi, dipermainkan batangku dengan tangannya yang lentik itu, disekanya peluh yang membanjir di wajahnya yang cantik itu.
“nggak tahan saya melihatmu bugil say .. “ajak Buk Tuti dengan langsung memanjat tubuhku yang masih berada di atas kursi itu.
Buk Tuti langsung menghujani aku dengan lumatan ganas dan liar, sehingga aku kembali meladeni nafsu bejat Buk Tuti ini, kupegang kepalanya dan kami saling melumat dengan penuh keliaran, tangan Buk Tuti menekan ke dadaku, sedang aku memegang buah dadanya dan kuremas sekuatku
“Bryaannnn… aaaah… aaaah.. teruuuuss.. sayaaaaang.. remeesssss… “lenguh Buk Tuti tak tahan akan remasanku di buah dadanya, nafsu do’i amat liar, aku tak percaya bahwa nafsu do’i sekuat ini. dibalik penampilan nya yang alim ternyata kenakalan dan keliaran Buk Tuti semakin menjadi jadi.
Kami terus saling meraba raba di kursi kerja milik Buk Tuti, dengan bertelepak di sandaran kursi kerja itu Buk Tuti terus menyerbuku, kakiku mancal ke atas meja, Sekarang Buk Tuti menduduki selakanganku. Teriakan dan erangan kami bersahutan di ruangan yang sepi itu.
Tubuh Buk Tuti sudah berpeluh itu semakin rakus, dingin AC dalam ruangan itu menambah gairah kami untuk saling menggumuli. batinku Buk Tuti ingin melampiaskan semua beban emosinya dengan mencapai orgasme, dengan liar dan nakal do’i mundur menggeser posisi duduk nya kemudian memegang batangku dan dikocok lagi agar ngaceng, sedang vaginanya digesek gesekannya kepahaku.
“Masukin yuk Bryann.. saya nggak tahan nih.. pleasee..“ bujuk Buk Tuti dengan mengorek vaginanya sendiri agar melebar. Dengan gemas penisku diarahkan ke vaginanya dan menekan dengan mantap dan tenaga besar
“Uuuhhh… aaaah.. pelaaan aaah.. jangan dipaksa… “keluhku dengan ulah Buk Tuti yang sangat binal dan liar itu, Buk Tuti menggodaku dengan tersenyum
“Kamu ketagihan ama punya ku yaa?” tanya Buk Tuti dengan tersenyum dan pelan pelan menekan ke batangku sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya yang becek itu
“Uuhh… sayaaang kuuuu..“ sapaku mesra
“Ya, sayaaang.. enak ya say …?“ goda Marissa Haque dengan gemas
“Iiyaaa hhh .. “balasku dengan gemas
Pelan pelan penisku melesak sampai setengahnya, Buk Tuti meringis keenakan.
“Aaaaauh… hhhhssss… mmmm… “lenguh Buk Tuti dengan bertalu talu
Aku merasakan batangku mulai terjepit luar biasa di vagina Buk Tuti. Menahan bobot Buk Tuti tak seberapa, namun tekanan dan jepitan di vagina Buk Tuti terasa berat juga, apalagi aku belum sempat mengoralnya, Buk Tuti udah minta dimasukin dan disetubuhi
“Ayoo.. sayangg.. turunkan pinggul muu..” ajakku pada Buk Tuti yang juga meringis merasakan besarnya kontolku yang menerobos belahan kewanitaannya.
“begini ya sayyy… ujar Buk lalu melumat bibirku dengan rakus dan langsung menekan pantatnya turun sehingga batangku semakin amblas. Tak terasa aku sendiri semakin kepayahan menghadapi libido selingkuhan ku ini. Nafsunya semakin meninggi semenjak aku sering menidurinya.
Dengan susah payah akhirnya batangku ludes dalam vagina Buk Tuti, dengan penuh tawa menggoda Buk Tuti dengan pelan pelan menaikan pantatnya, kakinya dipancalkan dengan membuka lebar ke sandaran tangan kursi itu, aku menjadi lumayan nyaman dengan posisi do’i yang mulai bergerak menggenjotku naik turun itu.
“Mmmmmmmmmffffffff… aaaah.. mmmmmaaaahhhh.. fffuuuuuuuh “lenguh Buk Tuti merasakan tusukan batangku keluar masuk vaginanya. Gerakan tubuh Buk Tuti tetap saja pelan dengan nafas ditahannya, penisku dibuat keluar masuk dengan lancar walau pelan pelan Buk Tuti menggenjotku.
“Kesalahan fatal sayy.. akibat ngocok penisku aku jadi susah keluar” kataku dengan memegang pinggang Buk Tuti.
“saya goyang yaaa…” ujar Buk Tuti dengan tersenyum dan tetap bergerak pelan pelan memberikan remasan pada batangku
“Oooh… sayang… terusssss… uugghh… enak nyaaaaa. Jepitan punyamu…” timpalku dengan menciumi bibir do’i dengan pagutan ringan. Mendegar itu Buk Tuti menggenjotku lebih cepat sedikit.
“Naaaah.. enak sayaanggg.. enaaak aaah.. yuuuk kita tuntaskan…” ajakku dengan memegang pantat Buk Tuti dan meremasnya lagi
“Yaaaaaaa.. remes sayanggh remassssss… terus bokong kkuuuuu… hhhh… “lenguh Buk Tuti dengan terus bertahan naik turun dengan mantap, gerakannya dipercepat lagi dan kini malah menjadi liar.
“Bu.. aaaaaaaah.. aahhhhhhh.. aaaah “lenguhku menghadapi gerakan Buk Tuti yang liar itu, badannya naik turun dengan liar dan cepat menghujamkan vaginanya di batangku yang tegak perkasa itu
“Ooooohhh… aaaaaaaaah.. biaaar aaaah.. biaaaar ..” teriak Buk Tuti dengan gemas dan nakal.
Kami terus saling memacu dengan liar, genjotan Buk Tuti semakin brutal. Sehingga aku langsung meladeni dengan meremas buah dadanya dengan keras dan kasar, Buk Tuti hanya menanggapi dengan tersenyum dan langsung bergerak lagi dengan menggenjotku secara liar. Gerakan naik turunnya sudah tidak hanya tegak namun kadang miring ke sana kemari, kepalanya mendongak ke atas kemudian dimajukan lagi dan memegang kepalaku.
Gerakan Buk Tuti semakin cepat dan seperti hendak mencapai orgasme.
“Aku hammm.. piiir sampaaai aaaa “ lenguh Buk Tuti dengan suara mulai melemah.
Aku langsung menggerakan pantatku ke atas menyambut vagina Buk Tuti yang menjepit penisku, jepitan vaginanya semakin menyempit, kuremas buah dadanya sekuatnya.
“Bryaaaa… aaaaaaaah.. nggaaaak kuaaaat” teriak Buk Tuti dengan keras dan kurasa tanggulnya sudah jebol, Buk Tuti melolong mendapatkan orgasmenya, vaginanya mengucur cairan deras, dipeluk nya aku dengan erat dan badannya kemudian berkelonjotan. Aku berhenti bergerak karena Buk Tuti sudah melemah dengan cepat, dadanya turun naik habis menggenjotku, matanya terpejam dengan erat.
Kami berdua diam dengan penuh peluh, mata kami terpejam dengan erat. Sepintasaku menoleh, dan… aku menyadari kalo ada sepasang mata mengintip kami dari jendela luar ruangan kerja Buk Tuti yang terbuka sedikit, aku sendiri sedikit kaget. Namun aku membiarkan saja mata itu menonton kami, kepalang tanggung.
Aku mengelus elus punggung Buk Tuti dengan menenangkan
“Puas sayang ..?” tanyaku
Buk Tuti mengangkat kepalanya dan berujar
“Terima kasih Bryan.. saya puaas.. enak banget Bryan sayanghh… yuuuk.. istirahat dulu“ ujarnya sambil beranjak dari atas pangkuanku.
Sementara aku masih penasaran siapa tadi yang mengintip. Ternyata si pengintip masih belum beranjak dari tempat nya. Samar samar aku melihat itu seperti seorang wanita. yang mengenakan kacamata. Posisi Buk Tuti membelakangi mata si pengintip di balik pintu. Hingga do’i tidak tahu kami sedang diintip dari luar.
Aku berusaha tenang. Kemudian aku berdiri dan membersihkan penisku yang penuh cairah cinta Buk Tuti dengan tisue.
Kubiarkan Buk Tuti yang tampak masih menikmati orgasmen nya duduk di lantai yang dialasi karpet. do’i terlihat kelelahan. Posisi do’i yang berada di bawah kolong meja kerja nya itu tidak terlihat dari posisi si pengintip. Kemudian aku beranjak ke arah sudut ruangan setelah sebelumnya aku mengenakan celana dalam dan mengambil pakaianku.
Aku menuju ke ruangan sudut, yang letaknya tidak memungkinkan untuk dipantau posisi si pengintip. Setelah aku mengenakan semua pakaianku. Aku diam-diam berjalan ke arah pintu dan dengan sangat hati-hati kubuka kunci pintu ruangan kerja Buk Tuti.
Setelah terbuka dengan cepat aku membuka gagangnya dan menuju keluar, mengejar si pengintip. Kulihat si pengintip kaget dengan kedatanganku yang begitu cepat tanpa disadari nya. Dan… ternyata wanita itu adalah seorang wanita setengah baya.. berusia sekitar 40 an lebih. Aku mengenali wanita itu…
Entah mengapa Buk Endang ini masih berada di kampus. Padahal kami memulai bercinta pukul setengah 4 sore saat semua mahasiswa dan dosen sudah pada pulang.
Dan aku tak menyangka Buk Endang ini sedari tadi megintip semua yang kami lakukan dalam ruangan kerja Buk Tuti. Aku takut juga kalau skandal perselingkuhan ku dan Buk Tuti tercium oleh rekan kerja Buk Tuti dan juga dosen ku ini.
Aku sadar dari lamunanku saat Buk Endang mencoba untuk lari. Melihat itu kukejar dosen itu. jelas dia kalah tenaga dariku, dan dengan mudah aku merengut tubuh nya. Setelah dapat. Kuseret paksa Buk Endang ke dalam WC yang tak jauh dari sana
“apa maksud Bu Endang mengintip intip tadi haaaa..??!! “gertak ku membuat ekspresi wajah marah padanya.
Buk Endang tampak ketakutan. Dan menggigil saat kusandarkan tubuhnya ke didinding kampus.
“kamu telah melakukan tindakan asusila di dalam kampus Bryan.. kamu berbuat mesum dengan si Tuti Khairani ternyata.. saya baru tahu kalian ternyata sering berbuat tidak senonoh. Saya akan laporkan ini pada Dekan… “ancam nya dengan wajah marah tapi bercampur takut.
Terus terang aku ketakutan juga dengan ancamannya, otak ku mulai berfikir.. ya… aku masih menyimpan obat tidur si saku celanaku. Obat ini memang sering kubawa-bawa, buat jaga-jaga jika aku kepingin bercinta dengan wanita lain. Aku berfikir bagaimana membungkam dosen wanita yang satu ini.
“coba saja kalau ibu lapor saya akan…” ujarku. Belum sampai aku bicara kudengar Buk Endang sudah akan berteriak. Dengan cepat aku sumpal mulutnya dengan tanganku. Aku merapatkan tubuhnya ke dinding dan menekannya agak tidak bisa bergerak. Sementara satu tanganku merogoh saku celanaku. Untunglah botol kecil itu masih ada isi nya.
Lalu dengan cepat aku lepaskan tanganku itu dari mulut Buk Endang, karena aku butuh tanganku yang satu lagi untuk menuangkan nya ke tangan yang satu nya. Karena takut jika suara Bu Endang terdengar, maka mau tak mau kusumpal mulutnya dengan mulutku. Ngocoks.com
“Mpphhh..” terdengar suara Bu Endang disumpal mulutku. Setelah pekerjaanku selesai aku lepaskan mulutku dari mulutnya dan aku bungkam mulut dan hidungnya dengan tangan ku yang sudah kutuangkan dengan obat tidur itu.
Kulihat matanya melotot saat kusumpal. Namun tak lama kemudian matanya melemah sayu diiringi dengan tubuhnya yang melemah dan ambruk ke bawah. Untung nya aku dapat menahan tubuhnya.
Aku menghela nafas… “beruntung rencana ku berhasil”.
Namun saat bersamaan, tiba – tiba Buk Tuti sudah berada di depan pintu WC.
“kenapa Bryan.. loh.. kok kamu berpelukan sama Buk Endang..??” ujar nya sedikit marah mendapati posisiku seperti orang berpelukan dengan Buk Endang
“Bukan sayang.. tau nggak kamu… kenapa aku keluar.. kita diintipin sama dia… maka langsung saya kejar. Ternyata Bu Endang ini sedari tadi mengintip kegiatan kita dan malah dia mengancam akan melaporkan perbuatan kita sama dekan” tuturku.
“waduh.. bahaya..! Kamu sih… ngajak bercinta sembarang tempat “sungutnya kesal padaku. Buk Tuti tampak panik mengetahui apa yang terjadi.
“gak usah itu disesali.. sekarang coba fikirkan bagaimana dengan Buk Endang ini..” ujarku tegas mengalihkan pandangan pada Buk Endang yang pingsan di pelukan ku.
Buk Tuti terdiam saat aku setengah membentaknya.
“kamu apain dia Bryan..? dia gak mati kan..” tanya Buk Tuti sedikit tenang.
“gak lah.. cuma kubuat pingsan saja…“
“saya tadi kaget, kamu tiba tiba saja keluar ruangan saya.. belum sempat tadi saya pake pakaian. Saat mencari kamu saya lihat pintu ruangan terbuka.. saya kaget lah.. saya kira kamu ninggalin saya begitu saja. Makanya saya cepat-cepat berpakaian dan mencari kamu diluar. Trus, tadi saya dengar suara gaduh gaduh di WC, makanya saya kesini” tutur Buk Tuti.
“nah, sekarang kamu udah tau kan… jadi gimana nih.. mau diapain nih Bu Endang ini?” ujarku meminta saran do’i
“Duhh.. saya gak tauu… otak ku buntu nih..” kata Buk tuti tak kalah panik
Aku mulai berfikir keras dan akhirnya mendapat ide.
“gini saja.. Bu Endang ini kan masih pingsan… kita bawa aja dulu dia menjauh dari kampus. Daripada nanti dia keburu sadar disini dan bercerita tentang kejadian tadi pada sekuriti kampus. Saya mau ambil mobil dulu dan bawa ke dekat sini. Nanti saya beritahu satpam bahwasanya Bu Endang mendadak pingsan.
“o.. gitu yah.. terserah kamu lah.. yang penting kita aman dulu.” Ujar Buk Tuti pasrah.
“kamu tunggu disini ya..” ujarku dan langsung bergegas menuju parkiran. Sebelum menuju mobil aku sengaja bercerita pada satpam yang berada di kantor dekanat bahwa aku dan Buk Tuti akan mengantar Buk Endang ke rumah sakit karena mendadak pingsan’
“Iya Brian..?? .. waduh.. mana orang sudah pada pulang lagi…” ujar nya bingung mendengar cerita ku
“apa perlu saya cari bantuan sama satpam lain.. saya telepon dulu ya..?” ujar satpam itu menawarkan
‘ gak usah lah bang.. saya kan sama buk tuti. Kami berdua aja yang langsung antar buEndang ke rumah sakit” tolak ku halus.
“kalau sudah kejadian seperti ini kita harus bertindak cepat bang… biar saya aja dan Buk Tuti yang antar ke rumah sakit pakai mobil saya” ulangku.
“kalau begitu baik nya tidak apa-apa Bryan.. ya sudah.. terimakasih ya.. dan hati hati dijalan”
“ya.. tadi saya dengar Buk Tuti pun sudah mengabari keluarga bu endang juga biar mereka langsung ke rumah sakit”
“oke deh Brian.. tapi ngomong ngomong kenapa Bu Endang mendadak pingsan ..?”
“saya juga nggak tahu bang… saya kan baru keluar ruangan Buk Tuti barusan… habis konsultasi skripsi dengan Buk Tuti… Tiba-tiba tak lama saya keluar Buk Tuti histeris memanggil saya dari ruangannya. Setelah saya susul, rupanya Buk Endang yang tadinya juga berada diruangan Buk Tuti, sudah dalam keadaan pingsan ..
“iya ya.. mana kampus sedang sepi lagi… Baiklah hati hati ya Bryan, eh.. aku pura-pura gak tahu aja ya… mumpung kamu bantuin aku. Karena itu termasuk tanggung jawab kami juga sebagai sekuriti” ujar satpam itu nyengir.
Bersambung…