Mendengar itu aku merasa keberuntungan memang berpihak padaku. Karena jika seandainya dia ikut mengantar Bu Endang kerumah sakit otomatis kerjaan dia akan repot. Belum lagi dia meninggalkan pos penjagaan atau memanggil rekan rekannya.
“sip.. aman itu bang. Kalau bisa dosen yang lain jangan tahu juga.. kalau terlalu banyak yang tahu kita berdua juga yang pusing meladeni pertanyaan mereka.. bantu tidak, tapi nanya nya banyak.. ya kan bang” ujarku mencoba mencuci otaknya.
“benar itu brian.. kamu atur aja” ujarnya menepuk pundak ku.
Melihat satpam kampus sudah bisa ku kelabui maka ku pun pamit untuk menjemput Buk Tuti dan Buk Endang di ruangan C, yakni ruangan kerja Buk Tuti. Aku pun membawa mobil ke arah kamar mandi. Disana Buk Tuti sudah menunggu dengan raut cemas.
“lama banget kamu Bry.. untung gak ada orang kesini .. “sungutnya.
“santai say… tadi aku lagi mengelabui satpam. Biar dia gak ikut dan gak kesini. Pokoknya semua sudah aman. Sekarang mari kita bawa dia ke dalam mobil” ujarku.
Aku membuka pintu samping belakang mobilku. Lalu aku menggendong Buk Endang yang masih tak sadarkan diri dan meletakan tubuhnya di jok belakang mobilku. Karena cuma ada dua jok dalam mobilku ini.
Buk Tuti mengawasi dengan wajah was was, do’i tampak gelisah dan melihat kiri kanan, mengawasi dan memastikan tidak ada orang yang melihat aku memasukan Buk Endang ke dalam mobilku. Setelah semua beres aku memberi isyarat pada Buk Tuti agar masuk ke mobil.
“bentar Bry.. saya kunci dulu kantor saya ..” ujarnya tergesa gesa masuk kedalam ruangannya. Tak lama kemudian Buk Tuti keluar membawa tasnya dan mengunci kantornya. Setelah itu do’i langsung masuk ke dalam mobil dan duduk disampingku.
“mau kemana kita bawa dia Bryan? “tanya Buk Tuti cemas.
“yang penting kita keluar dari kampus dulu baru kita fikir..” ujarku sambil menjalankan mobil beranjak keluar meninggalkan kampusku.
Sesampai di jalan aku dan Buk Tuti berfikir mau kemana dan mau diapakan Buk Endang yang masih pingsan itu.
“bawa ke rumah aku aja sementara say..” ujarku masih berfikir.
“trus mau diapain disana? “tanya Buk Tuti bingung
“kita paksa dia agar tidak membocorkan apa yang dia lihat tadi” tambahku sekenanya.
“Trus mau kamu apain? Kamu siksa? biar dia tidak mengadu.. percuma Bryan.. dia pasti bakal ngadu ..” ujar Buk tuti kesal.
“Benar juga ya.. atau gini.. kita buat kita dan dia sama-sama memegang kartu. Kalau dia ngadu kalau tapi nggak ada bukti juga gak ada yang percaya..” ujarku. Sontak aku dan Buk tuti berpandangan. Untung lah pada saat aku memapahnya ke mobil Buk Tuti ternayata mengamankan tas Buk Endang.
“saya periksa hp nya..” ujar Buk Tuti mengerti maksudku, Buk Tuti memeriksa tas Bu Endang. Didapati nya 2 buah handphone. Satu berkamera satu tidak berkamera. Buk Tuti membuka HP Buk Endang yang berkamera dan tampak memeriksa isi HP Buk Endang.
“saya sudah liat semua file di menu video nya.. gak ada kok rekaman dia tadi.. tapi biar lebih aman aku cabut aja memori HP nya..” ujar Buk Tuti dengan cekatakan mencabut memori HP Buk Endang dan memasukan ke dalam tas nya. Terkadang aku kagum juga dengan kepintaran do’i
“Trus, kita apakan dia?” ujarku meminta saran.
“bawa aja kerumah kamu dulu, baru nanti kita fikir” ujar Buk Tuti.
Aku fikir benar juga. Kalau seandainya Buk Endang ini sadar di mobil saat kami masih berjalan bisa repot jadinya. dia pasti akan berteriak minta tolong. Kalau dirumahku yang besar jeritanan nya bakal gak kedengaran dari luar. Persis kejadiannya sama saat aku memperkosa Buk Tuti pertama kali. Aku menjadi tersenyum sendiri mengingatnya.
Aku pun membelokan mobil menuju arah rumahku dengan kecepatan tinggi. Buk tuti sendiri masih mengawasi Buk Endang dan untungnya Buk Endang itu masih tertidur.
Sesampai dirumah aku membuka pagarku berikut garasi, lalu memasukan mobil kedalam. Setelah menutup kembali garasi.
Aku dan Buk Tuti keluar dari mobil, dan aku memondong tubuh Buk Endang ke dalam rumahku. Buk Endang kubawa ke dalam kamarku dan membaringkannya di ranjang.
Aku dan Buk Tuti berpandangan. Bingung apa yang akan kami perbuat.
Kemudian terlintas sebuah ide di otak ku, namun Buk Tuti tak boleh berada dirumah. Setelah lama berfikir aku mengutarakan pada Buk Tuti.
“Buk.. bagaimana kalau saya telepon kawan saya di sekitar rumah, lalu saya bayar dia, gunanya kita suruh dia tidur disamping Buk Endang ini seolah – olah mereka berselingkuh. Nanti kita foto mereka saat tiduran dan aku cetak.. Lalu saat Buk Endang sadar kita perlihatkan foto itu dan kita ancam kalau dia mengadukan perbuatan kita di kampus tadi, foto-foto dia tidur bersama temanku itu kita sebar di internet..
Buk Tuti hanya mengangguk angguk
“kamu memang licik Bryan..” ejek nya sinis. Mungkin dia merasa ingat saat aku menjebaknya untuk tidur kali pertama. Tapi do’i sampai sekarang tak sadar bahwa aku membiusnya bercampur obat perangsang hingga do’i menyerahkan keperawanan nya padaku saat itu.
“Lha.. Cuma cara ini yang bisa membuat nya bungkam bu..” ujarku.
“terserah kamulah.. kepala saya sudah pusing dan bingung memikirkan ini” ujarnya pasrah.
“tapi kalau bisa Ibu jangan ikut serta. Jadi biar seolah olah saya yang jadi tumbal. Saya yang memeras. kalau Buk Endang tahu. Hubungan Ibu dan Buk Endang jadi makin tidak enak.
“Iya sih.. Buk Endang ini kan dosen senior.. jadi saya pura-pura tidak tahu saja agar kedepan nya urusan saya lancar” ujarnya mengalah.
“benar… ibu pura-pura tidak tahu saja saat dia tanya saat sadar.” ujarku berbinar. Kata kata ku tampaknya termakan oleh Buk Tuti
“jadi sementara saya telepon teman saya, Ibu dikamar lain saja ya.. jangan sampai terlihat oleh Buk Endang kalau Ibu berada bersamaku dirumah ini.” Bahasku.
“kalau gitu saya pulang ke kost an sajalah.. pake taksi.. sambil ganti pakaian dan mandi… nanti kalau udah selesai kamu mesti kasih tahu saya..” ujar nya
“sip..” ujarku dengan mata berbinar.
“tapi kamu nggak ada niat bercinta dengan dia kan..?” selidik Buk Tuti curiga
“Ya elah sayangku… mana mungkin aku bercinta sama wanita yang udah mau jadi nenek-nenek kayak dia..??” ujarku tergelak dan pura-pura menepuk jidat sendiri.
“udah alot tau.. “ejeku Disambut tawa Buk Tuti.
Kami berpelukan erat… Setelah itu aku menelepon taksi untuk menjemput Buk Tuti, kekasih ku itu. Buk Endang yang masih pingsan itu kami biarkan terlentang di kasurku. Sambil menunggu kedatangan taksi, aku dan Buk Tuti menyempatkan untuk bercumbu.
Pertama sebatas berpelukan dan french kiss. Kemudian karena gemas kulorotkan celana panjang nya dan jari ku meremas dan memijit daerah kewanitaannya
“iihh… hhhh.. ssshhhh.. nakal kamuuu Briannhh… Auuuuuhhhh…” desah Buk Tuti sambil terus menciumi dan menghisap mulutku. Tangannya dirangkulkan ke ke leherku dengan manja.
Setelah beberapa saat handphone ku bedering, rupanya supir taksi sudah berada di depan rumahku.
“Sial.. cepat banget datangnya taksi sialan itu..!” umpatku. Buk Tuti terseyum geli mendengarnya.
“kamu masih nafsuu aja say..”godanya
“sama kamu nafsu ku gak akan habis habisnya say..” ujarku balas menggoda.
Aku pun menaikan kembali celana katun nya, sebelumnya aku yang berposisi menunduk meraih celana nya dan menaikan nya keatas, saat wajahku berada di selangakannya dengan cepat kukecup vaginanya yang masih tertutup celana dalamnya itu hingga Buk Tuti kaget dan terpekik kecil
“iihhh… nakal.. kaget tau..” ujarnya mengangkat tubuhku hingga berdiri dan langsung kupeluk lagi do’i
“gitu aja udah basah ..” ujar menggoda. karena kuperhatikan tepat di lobang kenikmatannya itu tercetak cairan cintanya yang sungguh menggoda.
“Ihh.. nakal kamu gak habis abis ya… nanti malam ya say.. kita bercinta lagi ..” ujarnya tersenyum nakal
“saya pulang dulu.. kasian supir taksi nya kelamaan diluar…” tambahnya bergegas berbenah.
“ya say.. kalau supir taksi nya macam macam telepon aku ya..” tegurku
“gak lah say… kalau macam macam sama aku, aku menghajarnya duluan” ujar Buk Tuti tertawa.
Kemudian kami keluar dari kamar menuju pintu depan. Disitu aku lepas kepergian Buk Tuti hingga teras dan taksi itu pun melaju meninggalkan rumahku.
Aku kembali masuk kedalam rumah dan menuju kamar. Kuperhatikan tubuh Buk Endang yang terbaring di ranjang tidurku. Dosen setengah baya itu terlelap pulas, kuamati lekuk tubuhnya dengan dalam, Saat itu posisi rok span nya yang panjang nya selutut itu terbuka hingga kepangkal pahanya. Hmmm… Rupanya paha Buk Endang putih juga mulus…
Buk Endang ini adalah salah seorang dosen senior di jurusan dan fakultasku. Usia nya kutaksir sekitar 35 tahunan. Bodynya masih cukup montok dan bahenol. mungkin karena sudah bersuami. Kesehariannya beliau mengenakan pakaian tertutup dan jilbab seperti Buk tati. Buk Endang ini orang jawa berkulit putih mulus, dan yang seperti khasnya, ayu tenan…
Lama kelamaan aku menjadi tergoda juga untuk melihat lebih jauh sesuatu di dalam roknya itu. tungkai pahanya padat dan mulus. Kuperhatikan di wajah ayu nya itu ada tahi lalat kecil di bibirnya.
Aku mendekat ke arahnya dan perlahan kulepas jilbabnya. Nampak wajahnya yang ayu, walau sedikit berkeriput karena usia.
Mataku tak bisa berpaling ke arah paha putih nya yang tersingkap itu, aku tergelitik, rasa penasaran membuatku aku menaikan rok spannya keatas hingga sebatas pusarnya. Tampak sepasang paha Buk Endang yang putih… Selangkangan nya ditutupi celana dalam berwarna biru muda. Perlahan kuelus pahanya dari bawah, betis, lutut hingga kepangkal paha nya.
“wah.. masih kencang juga kulitnya” bathinku. Elusan tanganku sampai diselangkangan nya dan aku memijit bagian indah pada kelamin nya. Tubuh Buk Endang bergerak sedikit. Lalu kulanjutkan rabaanku ke bagian atas, kepusar dan di buah dadanya. Sesampai disana aku meremas pelan buah dadanya.
Buah dadanya ternyata cukup besar dan kencang. Aku meremas nya beberapa kali hingga kemudian aku melepaskan semua kancing bajunya dan melepaskan bajunya.
Buk Endang mengenakan BH berwarna hitam. Kemudian rok spannya yang sudah terangkat sebatas pinggang itu pun aku lepaskan, hingga sekarang Buk Endang terbaring hanya mengenakan BH dan celana dalam saja.
Kuraba lekukan tubuhnya, walau sudah memelar karena usia, untuk ukuran seusia Buk Endang, kulitnya masih kencang dan terawat. Diakhiri dengan kecupanku dibibir nya, terbayang oleh ku, saat aku membiusnya aku sempat mencium bibirnya agar tidak berteriak
Selanjutnya aku menjelajahi bagian leher Buk Endang dengan lidahku, aku mengecup leher nya dan memainkan lidahku di telinga nya. Lama kelamaan kurasa tubuh Buk Endang bergerak, pertanda do’i hampir sadar.
Melihat itu segera kujalankan rencanaku. Aku beranjak dari atas tubuh nya dan mengambil handycam. Kuletakan handycam itu di sebuah kursi yang lensa bidikannya mengarah ke ranjang. Setelah kuperiksa dan pengambilannya pas, aku menekan tombol rec untuk merekam kegiatan ku, kali ini dengan Buk Endang, dosen setengah baya yang hendak aku tiduri.
Setelah itu aku membuka semua pakaianku hingga telanjang. penisku sudah mengancung tegak, siap mencicipi lobang vagina Buk Endang, mangsaku berikutnya. lalu aku melihat ke kamera, setelah setelan nya pas, aku menuju ke ranjang dan menggumuli Buk Endang yang hampir sadar itu.
“Ummhh.. hhhhh..” terdengar desahan Buk Endang saat aku mencumbunya dengan buas. Tanganku masuk kedalam cup BH nya meremas remas dengan kasar payudaranya yang terasa montok dan kenyal itu.
“uuuuhhh.. mmhhhmh…” desahnya saat aku mulai menetek di payudaranya. Sementara tanganku yang satunya meraba dan mengelus elus tepat di kemaluannya.
Tubuh Buk Endang makin liar dan terasa dia memelukku dengan kuat. Tubuh nya terasa menggeliat geliat membuat ku makin birahi untuk terus mencumbui nya
“ohhh.. ohh… siapaa iniihh.. oohhhh.. ‘ desahnya. Kuhentikan aktifitasku dan melihat ke wajahnya.
Tampak Buk Endang kaget dan berteriak tertahan. Tapi dengan cepat kulumat bibirnya dengan mulutku. Setelah itu aku melepaskan pagutan ku dan dengan sigap aku membekap mulut Buk Endang dengan tanganku.
“dasar… bajingan kamu… Bryy… hentikaaaaaan… ibu mohon… aaaaaaaaahhhhh… Ibu gak mau Briaaa… ini dosa… aaaaahhhhh…” teriak nya berusaha berontak dari dekapan ku.
“Percuma berteriak Bu.. nikmati aja.. aku tahu ibu kepengen bercinta dengan saya… Saya juga nggak tahan nih Bu… kepingin ngentot ibu sejak di WC tadi. Sebentaaar saja, Bu.. ”. ujarku tenang,.
“Tidaakkkk..!!!! lepasskan akuu Briannn..!!!” ujarnya berontak namun kutahan tubuhnya kebawah hingga Buk Endang kembali jatuh ke ranjang kutindih tubuhnya. ciumanku merangsek ketiak dan bagian tubuh nyayang lain. Aku tak peduli Buk Endang menjerit jerit minta dilepaskan. Tetapi teriakan dan berontakan nyasia-sia.
Buk Endang tampak terus berusaha berontak danmenggeliat. Tapi aku menindihnya dengan kuat. Kemudian tanganku sekarang meremas remas mangkuk buah dadanya yang masih tertutup BH itu.
Tubuh Buk Endang menggelinjang hebat saat kuremas buah dada nya. Tangan ku terus mengaduk buah dadanya dan sekarang aku menaikan cup BH nya keatas hingga buah dadanya tersembul keluar. Ngocoks.com
“Iiihhh… Jangaan lakukaan Briannn… iiihh… Ibu mohon hentikaaann Ooohh.. Briaanh..” desah nya megap – megap saat ku urut buah dada nya.
“gak usah melawan.. nikmatin aja kenapa.. jangan bohongi birahimu bu..” bisik ku ke telinganya.
“Oooohh… mmphhh… sshhh… Ohhh… Briiaannhh.. Sshhh…” Desahan manja dan pasrah terdengar dari mulut Bu Endang. Kurasa dia berusaha menahan rangsangan yang sedang melanda nya. Lama kelamaan perlawanan nya mengendur hingga membuatku leluasa menjamahi buah dada nya yang lumayan besar itu.
Cukup puas menggarap payudaranya kini akumerangkak menuju perut Buk Endang. Aku melanjutkan menjilati udel nya. Buk Endang yang tampak sudah mulai pasrah itu membiarkan aku terus mencumbui tubuhnya. Setelah kurasa perlawanan nya berhenti, tanganku mulai melepasi BH hitam nya yang cup nya sudah terangkat keatas.
Payudaranya membetot keluar, sudah sangat menggunung. Payudara Buk Endang lebih besar dari punya Buk Tuti, namun memang sudah agak lembek dan turun, tidak sekencang punya Buk Tuti. Tapi itu cukup untuk membuat nafsu birahi ku menjadi makin kesetanan. Kemudian dari jilatan dan sedotan ku diperutnya kuarahkan cepat beralih mengenyot buah dada Buk Endang yang sudah keluar dari BH yang telahberantakkan ikatannya.
“Bryaannh.. Ohhh.. Bryannhh.. Uhh… “dia terus mendesah sambil memejamkan mata
“Ibu menggairahkan sekali bu… tenang.. nikmati aja…” ujarku. Buk Endang tampaknya sudah mulai tenang dan membiarkan aku terus mencumbunya
“Tapi Bryan… kamu gak boleh sepeti ini pada Ibu… saya ini dosenmu uuhhh …” desahnya. Aku tak memberi dia kesempatan. Tapi dia menolak aku yang terus mencumbunya
“hentikan Bryaaan.. jangan aaaah… ibu mohon jangaaannn…” rintih Buk Endang.. Dia hanya melarangku dengan kata – kata nya yang bernada marah tapi dia tak melawan bahkan tangannya diam tak berusaha mendorong tubuhku lagi.
Melihat itu perlahan kucoba menurunkan celana dalam biru muda yang masih melekat melindungi auratnya
“stoooopppp.. hentikan ini Bryan… kamu jangan kurang ajar sama Ibu.. aaaahhh… aaaahhh… hentikanBry!!! aaaahhh” kudengar nada kata katanya yang tadi seperti orang marah ternyata sekarang berubah menjadi lirih dan diiringi dengan desahan desahannya yang membuatku semakin bringas dan liar menetek di payudaranya.
.” aaahhhhh.. Ohhhhhh..” desah Buk Endang mengerang kenikmatan. Buk Endang membiarkan aku melorotkan celana dalamnya. Hingga dosen paruh baya itu telanjang bulat bersama ku sekarang. memejamkan mata sambil mendesah dan tapi sempat juga melarangku melakukan itu.
“Bryan… jangan… Bry… aaaaahhhhh… ini perbuatan dosaa… aaaahhhh… sekali lagi… ibu mohon… jangan lakukan ini ..” ujar Buk Endang mengatur nafas nya. mata nya menatapku dengan pandagan sayu. Masih juga dia malu –malu, mungkin malu karena dia berhasil kutelanjangi.
Aku menatap sejenak Buk Endang yang telanjang bulat dihadapanku, tubuhnya putih, susuya mencuat tegang walau sudah agak turun, pinggulnya agak lebar dan perutnya sedikit berlemak. Dosen ini memiliki sepasang paha yang padat dan besar. Dan bulu kemaluannya tercukur rapi. Ada sedikit lemak di pinggir pangkal pahanya.
“mari kita bercinta Buk Endang.. saya akan praktek an apa yang saya lakukan dengan Buk Tuti tadi dengan Ibu… mari kita lakukan Bu..” ujar ku menatapnya penuh nafsu. Tubuh nya yang montok walau berusia setengah baya memang membuatku gegitu bergairah dan penasaran melesak kan kontol ku kedalam vagina nya.
“Bryan… ibu ini hanya wanita tua berumur 40 tahun an… tak pantas… kau perlakukan ibu sperti ini… hentikan… hentikan Brian… Sebelum kita berbuat lebih jauh” pintanya memohon dengan nafas tersegal segal. Aku menangkap nya sudah bergitu bernafsu namun masih gengsi menunjukan nya padaku.
Aku tidak mengacuhkan nya.
“gak usah pungkiri bu.. saya tahu ibu sudah bernafsu.. saya bisa lihat titit ibu sudah basah tuh …” godaku sambil melirik pada kemaluannya yang sudah mengeluarkan pelumas di daerah kewanitaan nya. Kontan saja wajah Buk Endang memerah menahan malu.
Tanpa persetujuannya aku mengangkangkan kedua kakinya. Buk Endang coba menahannya. Tapi karena hal itu tidak dia lakukan sungguh-sungguh maka dengan mudah ku lebarkan kedua pahanya itu. sekarang kemaluan Buk Endang tersaji didepanku. Tampak kemaluannya yang bulu nya tercukur rapi itu sudah basah dan siap untuk disodoki kontolku.
Buk Endang memalingkan wajahnya dari ku, tapi dia membiarkan aku membuka pahanya. Buk Endang sekarang tampaknya sudah pasrah kusetubuhi.
Aku menyejajarkan batang kontolku medekat ke belahan kemaluan Buk Endang yang telah pasrah untuk ku setubuhi. Perlahan namun pasti kudorong kontolkumemasuki lubang vagina nya. Sebagai permulaan aku menggesek gesekan penisku ke selangkangannya yang menganga lebar.
“… Ooooooohh Bryaann hhhhh …” terdengar desahan meringis memanggil namaku, namun aku mengartikan nya sebagai panggilan mesra agar aku cepat memasukan kontolku dalam lobang surgawinya.
“Enak kan..? “goda ku.
“Gellyyyy.. hh.. Bryann.. Ohh..” rintihnya manja.
Dan ketika akhirnya ujung kontol ku mendesaki gerbang vagina Bu Endang. Sepintas tampak bibir vagina Buk Endang menebal dan menganga seakan menyambut kedatangan kontolku menembusi nonoknya. Kulihat juga Buk Endang mulai mengoyangkan pantat nya naik turun dan berputar cobek seakan tak sabar menunggu dan menangkap kontolku
Aku merasa Buk Endang melakukannya dengan naluriah, dan sekarang pasti minta segera kusodoki. sudah demikian kegilaan menunggunya.
“Buk Endang… anda memang STW yang menggairahkan…” bathinku
“maafkan aku Buk Tuti, ini bukan salahku,” dalam benak ku
Aku mulai menekan pinggulku hingga kepala kontol ku masuk menyeruak membelah lobang vagina Buk Endang.
“Blesss..” tanpa kesulitan kontolku berhasil amblas dalam liang kenikmatan Buk Endang
Diiringi dengan ringisan dari mulut Buk Endang, vaginanya menelan seluruh batangan kontol ku,
“aaauuuuuuhh.. “rintih Buk Endang sambil memejamkan matanya saat kontol ku berada dalam jepitan vagina nya, Aku dilanda gelinjang nikmat yang sangat dahsyat. Buk Endang terdengar lagi mendesah dengan hebatnya.
Dan lebih konyol lagi, sekarangpantat Buk Endang yang malah bergoyang naik turun untuk menjemput kontol ku hingga terus menembusike liang lebih dalam lagi, Buk Endang menggoyangkan pantatnya seperti “ngebor”, memutar pantat ke kanan dan ke kiri, serasa melumat batang kontolku untuk menggaruk dinding vagina nya yang pastinya sudah sangat gatal.
“Oocchh, Oochh.. ampuni aku Mas Dibyoo.. Uhhhh… “terdengar teriak kecil Buk Endang, membuat aku menghentikan sejenak genjotan ku.
“siapa Mas Dibyo tu bu ..?” ujarku pura-pura tidak tahu. Karena kurasa itu adalah nama suaminya. Namu aku terus menggejotnya dengan penetrasi cepat hingga Buk Endang menjerit jerit kenikmatam.
“… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… oowwwwhh diam… Kamuuu.. hh..!! jangan banyaakk tanya kammuuu aaaaahhhhh.. genjot ajaaa.. occhhh.. enaakk.. oohh…” jerit Buk Endang terus menggoyang pantatnya mengaduk kontol ku. Kurasa dia malu saat keceplosan menyebut nama suaminya. He he he…
Aku faham sekarang Buk Endang telah berada di wilayah kenikmatan birahi nya dan tak mungkin berteriak-teriak kalau tidak merasa kenikmatan sepertiitu. Kontolku mulai ku pompa secara teratur dan cepat menembusi nonok nya. cairan birahi yang mengucur di dinding rahim nya tak lagi bisa menyembunyikan hadirnya nafsu birahi nya.
Bahkan kini Buk Endang benar-benar menggoyang-goyangkan pantat nya makin liar hingga kenikmatan menimpa diriku. Dari mulutnya terdengar racauanmenyemangati ku.
“Teruzzss Bryannhhh… Oohh.. terusszz… Oohhh… enhhaakk… oohh.. terusszzhh” dari mulutnya secara spontan.
“Bu, enak sekali ya, Bu… Bu enhaakk, yaa..”, balaskusambil menahan birahi ku yang sudah demikian tak terkendali. Aku merasakan enak dan nikmatnya pemerkosaan ini… Buk Endang tampak mengangkangkan kedua kaki nya lebar lebar seolah memberi ke leluasaan kontol ku keluar masuk nonok nya.
Genjotan kontol ku semakin kuat mengentot kemaluannya. Susu Buk Endang tampak tergoncang-goncang.
“aaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh…” rintih Buk Endang saat tubuh semok nya ku genjot dengan penetrasi cepat. Rupanya dibalas Buk Endang dengan begitu liar, pantatnya digoyang kan nya seakan melumat kontol ku yang berada di dalam nonok nya.
Sekarang baru keluar aslinya Buk Endang. Dosen senior itu bagai kehausan sex yang amat sangat. “Brryy aann.. cium akkuuu Occhhhh…” ujar Buk Endang meminta ku menciumi bibirnya. Kami pun saling melumat dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang menerpa birahi kami. Dan kini aku merasa seluruh urat dan otot-otot vagina Buk Endang meremas kontolku dari dalam.
Kulihat mata Buk Endang melotot, tangannya tampak berusaha menggapai dan meremas alas kasur. Vagina nya terasa makin mencengram kontolku. Tubuhnya menegang dan bergelonjotan. Goyangan pantatnya makin liar dan tak beraturan
“ooooh.. ooh… oooh.. iiihhhh..!!!!” jeritnya tertahan. Aku yakin Buk Endang sudah mencapaiorgasme nya. Matanya membeliak-beliak menahan dera nikmat, Dan kurasa Buk Endang menggigitipundak ku..
Aku mendapatkan pengalaman nikmat macam ini dari seorang dosen setengah baya yang ternyata amat hot di ranjang.. Buk Endang kini menjadi buas dan kehilangan perasaan malu. Kudengar Buk Endangmeracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat seronok dan kotor yang seharusnya tidak keluar dari mulut nya.
Aku menjadi terdorong, nafsu birahiku yang menggelegak hebat mengucapkan nikmat luar biasa sambil merintih. Dan berbareng dengan itu, Akusemakin keras dan cepatnya memompa nonok nyahingga kudengar suara bijih pelir ku yang memukul-mukul bawah nonok Buk Endang.
“Uuooooohh…” jeritku menyusul menyemprotkan air mani ku ke dalam nonok Buk Endang. Sperma ku menyemprot rahimnya beberapa kali.
“… aaaaahhhhh… aaaaahhhhh… aa… aaaaahhhhh… aaaauuuuuhh…”
Kudengar Buk Endang melolong bersamaan semprotan benihku memenuhi rahim nya. Aku tak bisa bayangkan lagi betapa banyak spremaku menyemprot lubang kemaluan Buk Endang. Air mani dan cairan birahiku membusa meleleh keluar membasahi pangkal pahanya. Dan akhirnya semua berhenti.
Kami mengatur nafas, terengah engah menikmati orgasme. Buk Endang memeluk ku dengan erat. Kedua kaki nya mengapit pinggulku dengan erat, seolah menyuruhku membenamkan kontol ku di dalam kemaluannya. Aku pun mengeggelamkan kepalaku di buah dada nya yang kenyal.
Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Buk Endang merintih dan begidik saat aku mencabut kontol dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang masih berdenyut-denyut menahan kenikmatan.
Aku duduk bersila di atas ranjang dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas ranjang itu. Aku meremas dan memilin putting payudaranya.
“tak kusangka mimik Ibu ini masih montok” ujar ku melirik padanya.
Buk Endang membiarkan aku menjawil tetek nya. Dia bangkit dan duduk dihadapanku sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri.
“Terima kasih Brian…” bisik nya lembut, lalu Buk Endang mencium pipi ku.
Aku mengangguk dan tersenyum.
”Bu maafin aku… sekali lagi maaf…” bisiku ketelinganya.
“Gak apa – apa Bryan… kamu itu hebat Brian.. bisa membuat ku begini… kamu buat aku menggelepar Bryan.. kamu pandai membuat ku birahi… trus punya kamu tu gedhe bangeeett… aku puass Bryann…” ucap nya nakal.
Lalu aku kembali mengajaknya berbaring di ranjang, aku tiduran disamping Buk Endang sambil memeluk tubuhnya yang bahenol.
“kalau ibu janji jangan cerita perbuatan ku dengan Buk Tuti di kantor tadi aku janji akan memberi Ibu kepuasan kapan ibu menginginkannya.” ujar ku.
Buk Endang terdiam dan menatap wajah ku.
“Tapi ibu juga harus janji apa kita lakukan ini jangan sampai Buk Tuti tahu..” tambahku.
“iya.. aku janji.. asal.. jika aku butuh kamu, beri aku kepuasan seperti tadi Brian… aku siap melayani kamu.. “puji nya malu malu.
Aku tersenyum dan beranjak dari tempat tidur, begitu Buk Endang menoleh kemana aku pergi ekspresinya berubah menjadi marah
“apa apa an kamu brian..??!! kamu.. kamuu.. merekam kita tadi..?? adduuhh.. bodohnya aku tidak menyadarinya …” umpat Buk Endang kesal.
Aku hanya nyengir dan mematikan kamera ku. Ya!! semua adegan ranjang ku dengan Buk Endang sengaja kurekam, agar kalau dia macam-macam kuacam dia akan mengedarkan video mesum kami
“Untuk jaga-jaga aja Buk.. mana tau Ibu berubah fikiran” ujar ku sekenanya.
Buk Endang langsung bangkit dari ranjang, tapi aku keburu mengamankan kamera ku. Dan dengan cepat membereskannya.
“kemarikan Brian..!! brengsek kamuu.. jahat…!!” ujarnya berusaha merebut kamera ku. Aku berkilah dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh di lantai.
“tenang bu… kalau ibu gak macam-macam dengan aku dan Buk Tuti ini aman..” tekanku.
“brengsek kamu,!! Licik..!!!!” bentak Buk Endang marah.
Aku menyimpan kamera di lemari kamar dan menguncinya
Setelah aman aku mendekati Buk Endang.
“ayo mandi Buk ..” ujarku mengalihkan perhatiannya, mendekatinya dan mengulurkan tangan mengajak nya berdiri.
Buk Endang masih menatapku dengan tatapan benci
“jangan sampai kamu sebarkan itu ya Bryan…” ujarnya emosi
“iya.. selagi ibu gak cerita hubunganku dengan Buk Tuti dengan orang lain, apalagi dengan dosen-dosen lain, rahasia ini kusimpan rapat-rapat.. kalau ibu butuh pelampiasan nge sex kayak tadi.. kan tinggal telepon aku. Tapi.. jangan sampai Buk Tuti tahu” ujarku.
Buk Endang hanya terdiam dan berfikir panjang.
“sudahlah.. gak usah difikirin… yang penting tadi kita sama-sama puas kan ..?” bujuk ku
Buk Endang bersungut kesal. Aku tertawa melihatnya.
Kemudian tampak Buk Endang berdiri dan menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Kulihat dia masuk kedalam kamar mandi.
Agak lama juga aku duduk dikamar dalam keadaanbugil, menunggu Buk Endang keluar dai kamar mandisambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal.
Kemudian Buk Endang keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk menutupi badan bahenolnya. Aku diam saja sambil terus mengawasinya dengan pandanganku. Kemudian Buk Endang tampak memakai pakaian dalamnya dihadapanku.
Jam menunjukkan pukul 17:30 sore. Ternyata di luar hujan turun, terdengar cukup lebat tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Sudah jam segitu belum ada Buk Tuti meneleponku. Mungkin do’i sedang bersitirahat di kost nya. Aku kenakan lagi celana dalam ku. tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa kamar mengenang peristiwa tadi.
“Gila.. “bathinku.
Hanya dalam hitungan jam aku mengembat dua orang dosen. sebuah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Aku memang tidak pernah berkhayal bisa bercinta dengan Buk Endang yang notabene sudah tua dan setengah baya itu, namun goyangannya yang hot masih terasa mengebor kontolku barusan.
Jika selama ini aku segan dan takut dengan Buk Endang yang merupakan dosen senior yang begitu berwibawa dan anggun di fakultasku hari ini aku melihat dapat sisa sisa kemolekan tubuhnya yangbahenol, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya.
Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu.
Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku melihat Buk Endang yang sudah selesai mandi itu sedang tidur tiduran di ranjangku sambil menonton TV. Jam sudah menunjukkan 16.00 sore.
Aku menuju ke arah Buk Endang. Kelihatan Buk Endang telah easy going, tidur tiduran dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.
“sebentar lagi kamu antar saya pulang ya..?” ujarnya lembut.
Setelah mandi tampaknya dia sudah melupakan semua perbuatanku padanya
“iya Bu Endang ku” jawabku ringkas sambil duduk disebelahnya dan memandang Dosen ku itu
Buk Endang tetap menonton TV
“diluar hujan.. dingin Brian.. matiin aja AC nya” ujar Buk Endang memecah kebuntuan kami
“iya… tapi kan salah ibu gak pake pakaian..” godaku.
Buk Endang tersenyum nakal. Dengan cepat dipeluk nya aku. Wajah tua nya tersipu malu
“kenapa kamu melakukan ini Brian..? saya kan sudah tua.. tidak menarik lagi.. kenapa kamu masih mau bercinta dengan saya..?“ujarnya sambil menatapku.
Bersambung…