Kutatap balik wajah nya. Wajahnya mulai keriput, walau masih tampak anggun dan ayu., Dengan rambut ikalnya yang panjang. Entah kenapa aku bisa terpikat dengan dosen Bersuami di hadapanku ini.
“mungkin karena tubuhnya yang bahenol dan goyangannya yang hot “bathinku,
“aku membelai rambutnya yang keriting itu
“Ibu itu bahenol.. dan masih montok.. ini gara-agar aku lihat paha Ibu saat rok bu tersingkap tadi.. tapi sudahlah semuanya sudah terjadi.. asal ibu ingat kesepakatan kita tadi.. saya bersedia melayani Bu Endang dengan sepenuh hati” ujarku
Buk Endang hanya tersenyum kecut mendengar penuturanku.
“Terima kasih yah…” Ujarnya
“Terima kasih apa..?” tanyaku
“Yang tadi… Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya… kamu.. membuat Ibu baru merasakan nikmatnya bercinta.. setelah lama menikah” Ujarnya malu – malu
“Ooo… tapi jangan kasih tau orang lain.” Ujarku tersenyum. Buk Endang mengangguk pasti.
“Janji.” Tambahku
“janjii..” balasnya.
Kami tersenyum berdua, dosen senior ini pun telah dapat kutaklukan
“Kenapa tadi Ibu marah..?” tanyaku penasaran
“Marah kenapa..?” ujarnya heran
“Iya… awalnya Ibu melarang, menolak Saya, tapi setelah itu..?” ujarku menjelaskan maksud pertanyaan
“Setelah itu Saya biarkan…?” sambungnya.
“Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?”
“Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.”
“Belum tentu.” kelakarku
“Pasti begitu. Pertama jujur saya kaget, tiba-tiba sudah berduaan dengan kamu di kamar ini ..” ceritanya.
“tapi kan saya juga punya harga diri… melihat kamu ngotot, ya mana mungkin saya melawan. Jadi lebih baik saya biarkan kamu memaksaku. Padahal diam diam saya menikmati nya .” tutur Buk Endang polos
“tapi jujur.. sejak kapan Ibu mengintip kami di ruangan Buk Tuti tadi siang” tanyaku penasaran.
“oo… saya mau masuk ke ruangan Tuti, karena ada skripsi mahasiswa bimbingan saya tertinggal di ruangannya. Pertama saya mau masuk di jendela kelihatan kalian sedang bergumul.. penasaran, maka saya intip..” jelasnya
“trus Ibu gak konak..? “pancingku
“ya konak lahh… kalo gak konak gak bakal saya intip sampai selesai.. “tambahnya tertawa.
“saya berkhayal.. melihat ekspresi Tuti saat kamu gumuli.. begitu bergairah.. makanya saat saya sadar bahwa saya berdua dengan kamu disini serasa mimpi aja” aku nya malu malu. Wajah tua nya tampak bersemu
“Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian.
“Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi. Buk Endang semakin nakal dan berani dalam menjawab pertanyaanku yang sebenarnya pancingan padanya.
“Lagian walau kamu seperti memperkosa saya, saya menikmatinya… gak tahu kenapa., Saya jadimenikmatinya. Ditambah lihat body kamu yang atletis… mungkin lain cerita nya jika saja orang lain yang berbuat begini ke saya, Saya pastilah menolak.” Tambahnya lagi
“Habis, anda kelihatan nya gak betul betul berontak… Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan
“kan sudah saya katakana… Saya juga konak Briaann makanya saya biarkan kamu menyetubuhi Saya.” Ujar Buk Endang mencubit lenganku
Kami berdua tertawa,
“Kalau suami Anda tahu.. tadi sempat saya dengar anda bilang mas Dibyo.. itu suami anda kan?” ujarku lagi
“benar.. tapi Gimana dia akan tahu.. kecuali kamu jahat, melihatkan rekaman tadi kesuami saya?” ujar Buk Endang menatapku tajam
“Lho, kan udah saya bilang.. Ini hanya rahasia kita saja kan..?” Ujarku menenangkannya. Buk Endangmengangguk.
“Jadi, janganlah beritahu orang lain.. tentang skandal ku dengan Buk Tuti karena kita berdua juga memiliki skandal!” ujarku tersenyum penuh kemenangan.
Buk Endang mengangguk lagi tanda paham.
“iya iya.. gak usah dibahas lagi” ujar Buk Endang
Kemudian Buk Endang mendekatkan tubuhnyakepadaku. Merebahkan kepala nya ke dadaku.
“Wanginya…” sapaku manja. Buk Endang mencubit pahaku dan aku berkata,
“Saya mau lagi…” rengeknya
“Mau apa..?” tanyaku pura-pura bodoh
“Yang seperti tadi.” rajuknya
“Tadi kan sudah…” ujarku
“Tak puas…” ujarnya akhirnya
“Aiii… nggak puas juga..?” ujarku tertawa
“Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, masak kamu sama kayak dia..?” tantang Buk Endang
“Soalnya… peluang seperti ini susah saya dapatkan… nanti kamu pasti sama Tuti mu itu” ujarnya sinis.
Aku tertawa mendengarnya.
“Buk Endang seperti ABG saja.. pake acara cemburuan” ujarku menertawakannya
Tampak Buk Endang melongos tidak senang.
“Ibu cantik ku.. sini ..” ujarku meraih satu tangannya.
“pegang ini ya… Saya ingin merasakan Ibu pegang ini .” Jawabku sambil mengeluarkan penisku dari celana dalam dan aku mengarahkan tangan Buk Endang hingga tangannya sekarang menggengam batang kemaluanku. Buk Endang begidik karena tangannya tak cukup menggengam diameter kontol yang panjang dan tegak menjulang itu
“Ihh.. gedhe banget punyamu.. dikasih apa sih” tanya Buk Endang sambil mengurut urut batangnya dengan gemas.
“Uuhh.. enakk Buu… terusiinn… Ohh..” desah ku mengadah merasakan enaknya pijitan tangan Buk Endang mengurut kontolku. Lama kelamaan Buk Endang melepaskan celana dalamku. Sambil terus mengurut batang nya, wajah Buk Endang memandangku dengan genit, membuatku birahi ku naik kembali.
“Jilat Bu… Mau kan..?” Ujarku tak tahan
“Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum.
Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku yang tambah menegang, membuattenagaku pulih. Aku genggam tangan Buk Endang yang terus mengurut kontolku yang mengeras itu. Buk Endang seperti paham dan meraba batangku. Aku biarkan saja, sedap rasanya.
Setelah itu, aku dengan telanjang berdiri di hadapanBuk Endang. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, tangannya yang lentik terasa amat memanjakan anganku, birahiku dan nafsu liarku…
Aku mendesis karena nikmatnya. Aku berharap Buk Endang akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang sepertinya Buk Endang sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Buk Endang membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya.
Oohhh… Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang tipis itu. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya.
Setelah itu, aku pegang bahunya. Buk Endang berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut nya. Perlahan-lahan kulepaskan BH nya, berikut melorotkan celana dalam Buk Endang.
Sekarang aku dan Buk Endang sama samabertelanjang. Berdiri diatas ranjang. Aku lingkarkan tangan di pinggang nya dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan Buk Endang. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yangbahenol dan padat itu dengan pinggul yang besarsepuas-puasnya.
Setelah puas bermesraan sambil berdiri, lalu aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran mulutku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kulihat kemaluannya masih kering.
Buk Endang mengerti dan menaikan punggungnya. Aku pun melorotkan celana dalamnya, setelah lepas diantara kedua kakinya, Buk Endang membuka kedua kakinya lebar lebar, hingga kemaluan nya menganga indah di hadapanku.
Aku mendekatkan wajahku ke kemaluanya. Perlahan kukecup bibir kemaluannya,
“Ahhhhh… Bryaannn hh… “Sontak Buk Endangmendesis keenakan sambil menggeliat manja saat lidahku kujulurkan ke labia mayora nya itu. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu.. tanpa menunggu Bibir kemaluannya itu kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya..
Terdengar suara Buk Endang merintih rintih kenikmatan. Vagina Buk Endang mulai basah dengan air ludahku, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya.
Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Buk Endang meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya.
Selanjutnya aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya.
“Uuuuuuhhh.. Briaannnhh.. Ennaakkk Ooohh… Occh… “terdengar Buk Endang merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku.
Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Buk Endangmenjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya.
Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja.
Aku menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Secara otomatis Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu.
Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Tanpa disuruh Buk Endang membuka dan meluaskan kangkangannya pahanya sedikit.
Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan.
“Aaarrrghhh… mmm…”
Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali.
Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan.
Buk Endang memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat.
Buk Endang hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Buk Endang yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya.
Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Buk Endang menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang. Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan.
Kukecup dahi Buk Endang, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas kasur itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Buk Endang, dosen semok yang mengajar Dasar dasar logika di Jurusanku itu
Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan.
Aku ambil tisue di tepi meja kamar dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Buk Endang hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku.
Buk Endang membiarkan sambil tangannya membelai pahaku. Terasa seperti suami isteri.
“Terima kasih sayang…” bisiknya lembut.
Aku mengangguk tersenyum
“sekali lagi ya..” bisiku ke telinganya
“Bry.. a… aaan.. ja…” belum sempat Buk Endang menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya.
“Mmmppphhh… mmmppphh…” Buk Endang tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup. Tanpa menunggu persetujuan dari Buk Endang kembali kugarap tubuh dosen ku yang bahenol itu…
Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan.
Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Buk Endang kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang.
Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, sang dosen bahenol itu meraung kepuasan.
Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Buk Endang di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan. Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama.
Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat.
“I Love you”… aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya.
“Kamu benar-benar hebat…” sahutnya.
“Hebat apa..?”
“Iya lah, empat kali aku muncak kali dalam sejam.” Ujarnya menatapku malu malu
“Ibu juga hebat… saya suka bercinta dengan ibu.” balasku ringkas.
“Belum pernah Saya merasa puas seperti ini…” jelasnya jujur.
“Belum pernah..?” tanyaku keheranan.
Dia mengangguk perlahan, “Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.” sambungnya
“Suami Ibu melakukan apa saja..?”
“Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya.
“Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.”
“Kenapa Ibu tidak memintanya..?” saranku.
“Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.”
“Dalam seminggu berapa kali Ibu dan suami berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka.
“Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…”
“Kenapa..?”
“Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.”
“Ohhh…” aku menganguk seakan memahami.
“Kapan terakhir Ibu melakukannya..?” pancingku lagi.
“Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin.
“Jadi Sudah dua minggu Ibu tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut,
Buk Endang hanya menganggukkan kepala mengiyakannya.
“Jelas Buk Endang tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…”
Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya ku tanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya.
Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanyabegitu juga dengan Buk Endang. Memang bodoh suamiBuk Endang, sebab tidak menggunakan sepenuh nya tubuh yang montok dan masih kencang ini, kurasa semua lelaki memberikan penilaian yang sama denganku. Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya.
Aku semakin bangga apabila dengan jujur Buk Endangmengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak.
Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Buk Endang sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan mahasiwanya, yang lebih muda15 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun.
Tak lama kemudian, HP ku berdering, ternayata kekasihku Tuti Khairani memanggil, aku memberi isyarat agat Buk Endang tidak bersuara dulu. Buk Endang patuh dan aku menjawab telepon Buk Tuti
“say… gimana ..? udah beres masalahnya” ujar Buk Tuti diseberang sana.
“sudah.. semua baik baik saja say… pokoknya aman… Buk Endang gak bakal menceritakan kejadian tadi siang.. dia sudah janji…” ujarku.
“kamu percaya begitu aja sama dia…? “tanya Buk Tuti.
“iya.. percaya… sudah aku ancam dia… yakin deh.. dia gak bakal macam-macam..” ujarku menoleh pada Buk Endang. Buk Endang tampak bersungut kesal.
“ya sudah… kamu jemput saya ya say.. saya kangeenn” ujar Buk Tuti manja.
Aku tergelak dan menoleh ke Buk Endang, tampak raut tak senang dari wajahnya.. dia cemburu.. hi ihi hi
“oke.. tunggu aja disana.. Buk Endang nya sudah pulang dari tadi.. aku mandi dulu ya say… byee..” ujarku menutup telepon.
“Buk.. mau saya antar pulang atau naik taksi aja.. soalnya cintaku Tuti Khairani minta dijemput” ujarku.
“saya pulang naik taksi aja“sungutnya kesal. Aku tertawa dan mendekatinya lagi.
“Buk Endang sayang… jangan marah dong.. nanti kubuktikan aku akan membagi cintaku padamu..” ujarku tapi langsung tanganku ditepis Buk Endang
Seperti disuruh, Buk Endang mengenakan kembali pakaian dalamnya berikut pakaian kerjanya. Aku membiarkan Buk Endang berbenah, sambil nyengir…
“tua tua kok cemburuan… dasarr… wanita… “bathinku.
Aku menanti Buk Endang selesai berpakaian di kamar itu. Tak lama kemudian, dia berjalan bergegas keluar kamar. Aku mengikutinya dari belakang, lalu meraih HP ku dan memesan taksi untuk Buk Endang.
Aku menuju ke ruang tamu mengajak Buk Endang. Buk Endang mengikutiku. Dia hanya diam dan tak bersuara.
Aku membiarkan saja.. peduli amat bathinku.
Tak lama kemudian terdengar suara klakson taki di depan rumahku. Mendengar itu Buk Endang berdiri danminta diri untuk pulang. Saat dia berdiri, aku memeluknya. Buk Endang membiarkan saja. Sikapnya sungguh dingin, bila mendengar nama Buk Tuti
Aku berkesempatan meremas pantatnya yang bahenol
“Auuu..” jerit Buk Endang. Aku menciumi pipinya dan mengecup lehernya.
Buk Endang ternyata membalas pagutanku. Kami bercumbu sambil berdiri. Tampak kemudian Buk Endang mengikat rambutnya seolah mempersilahkanku menggerayangi lehernya dengan mulutku. Kemudian Buk Endang gantian menciumi leherku dengan ganas. Dan tiba-tiba..
“Auuuu..” jeritku saat kurasa gigi Buk Endang menggigit keherku.
“sakit bu,,” protesku. Buk Endang tak peduli dan terus menjilati leherku sambil sesekali mencupangnya, melihat dia begitu bergairah aku mencoba menahannya
“Bu.. cukup dulu yah… tuh taksi kelamaan nunggu diluar yahh..” ujarku melepaskan diri dari pagutannya, sungguh bernafsu sekali wanita ini bathinku
“ya sudah.. saya pergi dulu ya Brian… nanti saya telepon kamu..” ujarnya membenahi pakaian nya yang agak berantakan akibat rabaan dan gerayangan ku pada bodynuya
Aku mengiringi Buk Endang ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Buk Endang juga berterima kasih karena telah merasa aku layani dengan baik.
Aku lalu membuka pintu pagar dan mengantar Buk Endang ke pintu taksi. Tak sampai hitungan menit tidak terlihat lagi taksi itu dari rumahku, maklumlah hujan, aku masuk ke dalam rumah dan sekarang waktunya makan malam.
Sebelum nya aku menuju kamar mandi ingin buang air kecil. Sesampai disana aku kaget saat melihat pantulan diriku di cermin kamar mandiku, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku.
Ah, gawat bisa ketahuan aku dengan Buk Tuti. Sial.. bathinku. Pintar juga Buk Endang ini.., membuatku harus mencari alasan untuk tidak bertemu Buk Tuti karena do’i pasti akan curiga padaku saat melihat ada bekas gigitan di leherku.
Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke kampus. Aku kemudian menelepon Buk Tuti bahwa aku tak bisa menjemputnya dengan alasan karena mendadak sepupuku datang dan aku harus menjemputnya di bandara.
Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Di kampus, bila bertemu dengan Buk Endangyang anggun dan ayu itu, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Buk Endang pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang terjadi.
Terkadang aku juga melayani nafsu birahi Buk Endang jika dia lagi horny dan butuh kehangatan dariku. Namun hubunganku dengan Buk Endang kami tutup rapat-rapat. Serapat aku menutup hubunganku dengan Buk Tuti.
Pernah sekali saat aku kebetulan berpapasan dengan Buk Endang di kamar mandi kampus. Kami saling memandang dan dia tak menolak saat aku menarik nya ke dalam WC pria. Ngocoks.com
Kami becumbu melepas birahi, saling berciuman, saling meraba dan saling meremas. Kemudian aku mendapati sebuah ide, kusuruh Buk Endang membalik membelakangi ku dan berhadapan dengan cermin dan tangan nya bertumpu memegang wastafel.
“jangan aneh aneh deh .. “tolak nya halus, namun patuh juga dengan instruksi ku itu. Aku memeluknya dari belakang dan langsung kucumbu pundak nya, berikut kujilati daun telinga nya dan bersamaan juga kuremas bukit kembar nya dari belakang. Tubuh Buk Endang langsung menggelinyang saat kuremas payudaranya itu.
“Uuhh.. Adduhh.. Pelan pelan… Ooh.. Gellyyh..” desah nya mendesis tertahan, aku makin menggila mendengar desahan nya itu, kulepaskan satu kancing baju nya dan kuremas mangkuk BH nya itu dengan gerakan tak beraturan, hingga terdengar Buk Endang meringis merasakan pijatan tanganku meremas kedua bukit kembar nya.
Aku terus memijit bagian kemaluan nya yang tertutup celana dalam itu,
“uuhh… Bryannnnhh.. aaahh.. “desahnya sambil mengadahkan kepalanya keatas.
“enak yaa.. oucchh.. Bukk.. aku lepas kancut mu ya.. “pinta ku, tanpa persetujuannya aku menurunkan celana dalam nya hingga sebatas lutut. Posisi tubuh Buk Endang ku arahkan menjadi setengah nungging. Pada saat itu pula aku mengelusi mengelusi bokong Buk Endang sekaligus meremasi nonok nya. Ku mainkan jari ku pada kelentit nya.
“Oooo.. hhh.. Bryaann.. Ohh… enaaakkk… shhhh.. “desahnya megap megap saat jari tengahku ku colokan dalam kelamin nya.
Kurasa jari ku diremas oleh dinding vagina Buk Endang. tanganku yang satunya memeluk pinggang Buk Endang, dan dari saat kuperhatikan Buk Endang di cermin tampak wajahnya begitu berbirahi dan hot. Kurasakan tidakan ku ini mulai melanda birahiku dan semakin hebat akibatnya. Aku merasakan nonok Buk Endang mulai membasah.
Buk Endang terus mengerang penuh kehausan. Di lain pihak kontol ku terasa sudah ngaceng serasa mau meledak keluar dari celanaku. Dan saat nya jari kucabut dari nonok nya. Kemudian kubuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku
“Bryaannhh.. jangan disini.. nanti ketahuann ..” bisik Buk Endang lirih mengetahui aku akan menyetubuhi nya di WC itu. Tapi kurasa Buk Endang juga begitu gatal untuk disetubuhi di tempat itu.
“Bentar aja Bu.. aku nggak tahan… aku masukin ya.. kangkangkan dikit pantat mu..” ujarku ku sangat tak sabar menyodok pantat nya dari belakang. Buk Endang patuh dan melebarkan kangkangan kedua kakinya. Hingga celana dalam nya yang masih berada di lututnya juga ikut melebar selebar batas celana dalam nya.
Aku menyejajarkan kontolku ke belahan vagina nya, untuk membantu ku kusibak kan belahan pantat Buk Endang yang bahenol itu. setelah kurasa pas aku mencoba menyodok vagina Buk Endang.
“Blesss.. Uuhh.. “bunyi penisku masuk bercampur cairan cinta yang keluar dari kemaluan Buk Endang…
Buk Endang langsung menggelinjang.
“Ooohh.. Bryannn hh..” jeritnya tertahan saat kontolku amblas dalam vagina nya. Kontol ku tanpa kesulitanmenembusi memek nya. Nafsu birahiku yangmenyergap membuat ku terbakar hingga melumpuhkan nalar sehatku. Kuberanikan mengentoti dosen senior ini dalam kamar mandi kampus.
Kudorong pinggulku membuat kontol ku keluar masuk nonok Buk Endang dengan penetrasi lambat, sambil menikmati enaknya jepitan vagina dan pantat Buk Endang yang menjepit kontol ku. Refleks kurasakanBuk Endang menggoyangkan pantat nya. agar kontolku lekas meruyak ke bagian terdalam vagina nya yangpasti sudah demikian gatal merasakan besarnya diameter kontol ku.
Irama nafas aku dan Buk Endang bertautan turun naik, memacu gairah yang kami rasakan.
‘ooh.. uuhh.. Ahh.. Ooohh..” desah kami seirama, kami saling menggenjot dalam posisi berdiri. Dari cermin tampak wajah Buk Endang begitu bernafsu dan terlihat jelas dilanda prahara kenikmatan dengan posisi itu.
Kami bagai dua insan yang penuh gairah, berpacu untuk meraih orgasme dalam ruang toilet itu. Aku merasa tak tahan, lalu dengan sangat cepat akumemompa kontoku dalam kemaluanku. Buk Endangsendiri sepenuhnya menyambut nya. Pantat nyaterus bergerak maju mundur mengimbangi kecepatan pompaan kontol ku.
Persanggama-an kami tidak berlangsung lebih dari 5 menit. Setelah kurasakan setiap persendianku begidik bermuara pada penisku, ingin menyemprotkan lahar panasku.
“Uhh.. Uuh.. Uuuuuugghhh…” jerit ku dan Buk Endang bersamaan, Kami sama-sama menumpahkan cairan-cairan kami. Ku tembak kan peju ku sebanyak banyak nya menyemprot-nyemprot rahim Bu Endang.
Aku meraih orgasme dalam sensasi birahinyabersetubuh sambil berdiri. Aku merasa sangat puas. Demikian besar kepuasan orgasme yang aku dapatkan dan rasakan melebihi orgasmeku yang secara rutin ku semprotkan dalam rahim Buk Endang sebelum nya.
Aku pun melenguh kelelahan begitu juga Buk Endang, kami berdua sejenak mengatur nafas kami yang ngos ngos an sehabis bersenggama.
“Udaah ya Bryaan.. cabut punya kamu.. “rintih Buk Endang, masih dalam posisi setengah menungging.
“Ya Bu.. makasih ya..” ujarku mengecup pundak nya, kemudian mencabut penisku dari dalam vagina Buk Endang.
Buk Endang merintih tertahan saat kucabut kontolku. Posisi nya masih setengah nungging dan tangannya bertumpu pada wastafel.
Aku kemudian merapikan kembali celanaku. Sementara Buk Endang berajalan menuju WC, mungkin mau mencuci nonok nya yang sudah kesembur peju ku.
“Bu.. aku cabut dulu ya.. bye..” ujarku padanya dari luar pintu kamar mandi.
“Pergi cepat gi.. nanti ada orang masuk kemari bisa berabe lho.. “terdengar suara Buk Endang dari dalam kamar mandi. Mendengar itu aku pun meninggalkannya dan keluar kamar mandi dengan senyuman penuh kepuasan.
Bersambung…