Aku terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan mengucek memekku dalam dalam. “ahh…oom, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku. Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi.
Dimainkan pentilku, aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku makin keras.
Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku, “Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot.
“Nes, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku.
“Oom, besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat membuatku terlena, “ah enak banget oom”. Dia terus menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku merasa kewalahan. Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku terus memuncak hingga ke ubun-ubun.
“Enak oom terus oom” kurasakan aku hampir nyampe, aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin naik, “oom…aku nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi segalanya bercampur rasa nikmat.
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya.
Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak.
Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan.
Saat berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri.
Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ.
Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe. Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya.
Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Oom enak benget deh”, kataku lemes. “Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu”, jawabnya.
“Kamu tidur disini aja ya Nes, besok kita main lagi, aku pengen ngecret di memek kamu lagi”. “Iya oom, besok kan minggu, jadi Ines bisa ngentot sama oom terus”, jawabku. Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku tertidur kecapaian.
Ketika aku terbangun hari sudah terang, dia sudah tidak ada di ranjang. Aku bangun dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar dari kamar mandi, dengan bertelanjang bulat, aku keluar kamar. Dia sedang duduk di meja makan, hanya dengan menggunakan celana pendek, sepertinya dia baru selesai menerima telpon.
Di meja makan sudah tersedia beberapa potong sandwich dan 2 cangkir kopi. DIa mengajakku sarapan, aku duduk disebelahnya sambil menyantap sandwich yang telah disediakan. “Nes, kamu punya bikini gak?” tanyanya. “Kenapa oom, mau berenang? jawabku.
“Ines punya CD yang cuma ditaliin kiri dan kanannya, kaya bikin”. “Branya punya gak?” tanyanya lagi. “Punyanya ya cuma CD bikini itu”, jawabku. “Tebel apa tipis?” tanyanya lagi. “Tebel, emangnya kenapa sih kok oom nanyain bikini segala”, jawabku penasaran.
“Temenku, ngajak kita kerumahnya, dirumahnya ada kolam renangnya”, katanya menerangkan. “Wah, asik dong, Ines pengen ngerasain dientot dikolam renang”. “Ya udah, kamu tukar baju deh. Nanti kita ke mall beli bikini yang tipis buat kamu”, jawabnya.
Aku segera memakai dasterku, dalemannya ku tenteng saja, aku keluar dari rumahnya setelah melihat kiri dan kanan bahwa tidak ada tetangga yang melihatku. Dirumah, aku segera mandi sambil membayangkan betapa nikmatnya kalo dientot di kolam renang.
Sambil mandi, aku meremas2 toketku sendiri dan menggosok2 itilku. Napsuku kembali berkobar2. Setelah mandi aku mengenakan CD bikiniku dan bra, serta memakai jins ketat dan tank top yang juga ketat. Kemudian aku kembali kerumah sebelah.
Dia juga sudah siap, ganteng sekali dia memakai jins dan kaos, sehingga bodinya yang kekar menjadi terlihat jelas. Aku segera masuk ke mobilnya dan kita meluncur ke mall. Sesampai di mall, toko yang menjual lingerie baru buka sehingga masih sepi pembeli. Dia memilihkan bra dan CD bikini yang tipis sekali, kayanya agak kekecilan buatku.
“Biarin aja kekecilan, biar tambah napsuin”, jawabnya ketaku kau berkomentar. Dari mall, kita meluncur kerumah temennya. Karena agak jauh rumahnya, dia mengajakku makan siang dulu, walaupun belum waktunya makan siang tapi perut sudah terasa laper karena tadi pagi hanya terisi sepotong sandwich dan secangkir kopi.
Kita mengisi perut di warung padang sampai kenyang. Setelah itu baru menuju ke rumah temannya. Rumahnya besar, dia langsung saja masuk ke halaman belakang. Di kolam renang ada sepasang mahluk sedang berpelukan di dipan. Yang lelaki hanya memakai celana pendek, sepantaran dia dan ceweknya seumur aku.
Si cewek cuma pake bikini tipis yang sangat minim, sehingga toketnya yang besar seperti tidak tertampung branya, sertanya jembutnya yang lebat menyeruak dari atas, kiri dan kanan CD minimnya. Si lelaki memperkenalkan diri. “Odi, dan ini Dina”, katanya memperkenalkan diri. “Ines oom”, kataku mejawab.
Oom Dio mengajak Dina masuk kedalam, sedang oom Dio menarikku duduk disampingnya. Baru aku tau skenario apa yang dirancang oom Dio, rupanya dia dan oom Odi ingin bertukar pasangan ngentot. Ya udahlah, aku nerima saja, toh oom Odi gak kalah ganteng dan kekarnya dengan oom Dio.
“Nes, oom Dio bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, katanya sambil mencium pipiku. “Kamu pake dong bikininya”. Aku tersenyum dan segera ke kamar mandi yang ada didekat kolam renang.
Aku mengenakan bikini yang warna cream, minim dan tipis sekali, sehingga kaya gak pake apa2. Aku kembali ketempat oom Odi menunggu. Matanya membelalak menatap bodiku. “Wah Nes, kamu napsuin banget, toket besar, pentil besar, jembut lebat dan pantat besar”. “Dina kan juga napsuin oom”, jawabku sekananya. Aku duduk disebelahnya di dipan.
Dia langsung merengkuh dan merebahkan tubuhku didipan. Bibirku dilumatnya, aku mengimbangi kuluman dibibirku dengan permainan lidah. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menciumi leherku, toketku yang masih dilapisi bra tipis diremasnya, pentilku ditekan-tekan dan dipelintir-pelintir sehingga mengeras.”Oom buka celananya ya” rintihku.
Tanpa menunggu persetujuannya, kolor celana pendeknya kuurai. Dia mengimbangi dengan menarik tali pengakut bra dileher dan dipunggungku sehingga braku terlepas. Dia terpana melihat toketku yang padat membusung dengan pentil yang berdiri tegak, sementara puncak toketku di sekitarnya sedikit menggembung dibanding dengan sekitarnya.
Celana pendeknya juga aku lepas sehingga kontolnya yang besar dan panjang juga berdiri tegak dengan keras. Dia napsu sekali melihat jembutku yang nongol disebelah atas dan samping kiri kanan CD minimku.
Dia memeluk tubuhku sambil kembali mengulum bibirku, aku mengimbangi kulumannya sambil memeluknya. Toketku menekan kedadanya, pentilku terasa keras sekali. Ciumannya turun keleherku, aku mendongakkan daguku agar dia dapat mencium leherku dengan bebas.
“Oom Ines sudah kepingin dientot, oom”, bisikku. Dia tidak menjawab tapi langsung menciumi lembah diantara kedua toketku. Kemudian pentil kanan diemutnya dengan penuh napsu. Aku menggelinjang, “Oom ngilu”, rintihku. Rintihanku itu semakin membangkitkan napsunya.
Diremas nya toket kiriku dengan gemas, sementara pentil kananku dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak disedot kembali pentil kananku kuat-kuat sambil menekan dan memelintir pentil kiriku.
Aku semakin menggelinjang sambil mendesah-desah.Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiriku. Sementara tangannya meremas-remas toket kananku kuat-kuat dia menyedot kuat-kuat pentil kiriku.
Dia memijit-mijit dan memelintir-pelintir pentil kananku, gigi dan ujung lidahnya menekan-nekan pentil kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya. “Oom… nakal deh… ngilu oom… geli…” kembali aku menggelinjang dan mendesah.
Setelah puas dengan toketku, dia meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusarku. Dia mengecupi bagian pusarku. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam CD ku.
Perlahan-lahan tali pengakut CD ku di kiri dan kanan ditariknya. Aku sedikit mengangkat pantatku sehingga CD ku lepas. Jembutku yang lebat mengitari bibir memekku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perutku di sekitar pusar, tangannya mengelus-elus pahaku.
Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar memekku. Tangannya pun mengelus-elus memekku dengan dua jarinya bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku meremas-remas toketku sendiri.
Perlahan dia menyibakkan bibir memekku dengan ibu jari dan telunjuknya mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke memekku, sementara tangannya kembali meremas toketnya. Dia menjilati itilku perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tangannya memlintir pentilku “Oom… betul di situ oom… di situ… enak oom,” aku mendesah-desah sambil merem-melek.
Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke itilku. Itu menyebabkan memekku mulai berlendir, sebagian lendirnya mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar.
Di saat bergetar itu pinggulku diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya ditusukkan ke memekku. “Oom… enak sekali oom…,” aku mengerang dengan kerasnya. Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke memekku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’ku.
Aku menjerit sambil menyentakkan pantat ke atas sampai-sampai jari tangannya yang sudah terbenam di dalam memekku terlepas. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam memekku dan melakukan gerakan yang sama.
Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itil. Itilku semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih sementara pinggulku menggial ke kiri-kanan.
“Oom…,” hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Permainan jari-jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerangerang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat kuraih.
Meremas rambut dan bahunya, dan meremas toketku sendiri. “Oom.. Ines sudah tidak tahan lagi… Masukin kontolnya oom… sekarang juga oom…!“ erangku sambil menahan nafsu. Namun dia tidak perduli. Sengaja dia mempermainkan aku terlebih dahulu.
Dia mau membuatku nyampe, sementara dia masih segar bugar. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam memekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya ke atas-bawah, sementara ibu jarinya mengusap-usap dan menghentak-hentak itilku.
Gerakan jari tangannya di memeku yang basah itu sampai menimbulkan suara. Aku merintih terputus-putus. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil menjerit-jerit. Toket semakin kencang dan licin, sedang pentilnya berdiri dengan tegangnya. Akhirnya aku mengejang hebat. Pantat kuangkat tinggi-tinggi.
Mataku membeliak-beliak dan menjerit, “Oom …!“ Dua jarinya yang tertanam di dalam memekku terjepit oleh dindingnya dengan kuat. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas. Mataku terpejam, aku baru saja nyampe. Kocokan jari tangannya dimemekku berhenti.
Dia membiarkan jarinya tertanam dalam memekku sampai jepitan memekku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangannya dicabut dari memekku. Cairan memekku yang terkumpul di telapak tangannya dijilatnya sampe bersih.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Dia pun mulai menindih tubuhku, sehingga kontolnya tergencet oleh perut bawahku. Sementara bibirnya kembali mengulum-kulum kembali bibirku,tangannya meremas-remas toketku dan mempermainkan pentilnya.
Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat-lumat bibir. dia menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku.
Wajahku kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua toketku. Dia menggesek-gesekkan wajahnya di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas toket sebelah kiri. Diciumi dan dimasukkannya pentilku kedalam mulutnya.
Sambil menyedot-sedot pentil kiriku, dimainkan dengan lidahnya. “Oom… geli,“ aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas-remas toket kananku jari telunjuk dan ibu jarinya memlintir pentilku. Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Pentilku kadang disedot kuat-kuat, kadang dicepit dengan gigi atas dan lidah.Aku mendesis-desis keenakan. Napsu sudah kembali tinggi. Mataku sampe terbeliak-beliak.
Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan keduanya. Kutangkap kontolnya yang sudah ngaceng itu. “Oom… Kontol oom besar sekali” ucapku sambil meremasremas perlahan kontolnya.
“Oom. kita ngentot yuk” ajakku penuh napsu. Kutarik wajahnya mendekat ke wajahku. Kulumat bibirnya dengan ganas. Dia pun tidak mau mengalah. Bibirku dilumatnya dengan penuh nafsu, sementara aku didekap dengan kuat. Punggungku diremas-remas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindih tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku, dan mengecup daguku dan kemudian leherku. Kontolnya menekan dan menggesek-gesek pahaku. Puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke toketku.
Dengan gemas dan ganas dia membenamkan wajahnya ke belahan toketku, sementara kedua tangannya meraup kedua toketku. Daerah toketku beserta pentilnya masuk dalam mulutnya. Dia melahap ujung toketku dan pentilnya dengan bernafsu, pentilku dikulum-kulum dan dimainkan dengan lidahnya.
“Oom… geli… geli …,“ kataku. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum-kulum pentilku sampe menjadi keras, sementara toket sebelah kanannya diremasnya kuat-kuat. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan kanan. Sementara kontolnya semakin menekan dan menggesek-gesek di kulit pahaku.
Aku semakin menggelinjang-gelinjang. Dia semakin bernafsu dan semakin ganas mengisap-isap dan meremas-remas toketku. Akhirnya dia melepaskan toketku dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontholnya untuk mencari memekku.
Dia memutar-mutarkan dahulu kepala kontolnya dijembutku. “Oom… masukkan seluruhnya oom… masukkan seluruhnya… ” Kuraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku kubuka agak lebar. “Kontol oom besar dan keras sekali, oom…,” kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke memekku.
Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir memekku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontolnya ditekan masuk kememekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam memekku.
Dia menghentakkan gerak masuk kontolnya. “Oom… teruskan masuk, oom, enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkannya kontolnya masuk kememekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya hanya digetarkan saja.
Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leher, lengan tangan dan ketiakku yang bersih dari bulu ketiak. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Geli… Terus masuk, oom…” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.
Dan… satu… dua… tiga! Kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memekku dengan sangat cepat dan kuatnya. Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. “Auwww!” pekikku.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam memekku tanpa bergerak sedikit pun. “Enak oom… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memekku. “Bagaimana Nes?” tanyanya. “Enak sekali.
Kontol oom besar dan panjang sekali…sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru memek Ines,” jawabku. Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Kontolnya kuremas-remas dengan otot-otot memekku sejalan dengan genjotannya. Kemudian dia mengangkat kontolnya.
Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari memekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan diatas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok memekku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku diciumi dan dikecupi dengan gemasnya.
Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kananku yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukannya beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di memekku.
Bersambung…