Sebagai mantan pemijat refleksi tentu aku kenal betul titik-titik tubuh yang membuat wanita teangsang. Titik itu di bagian pantat dan paha bagian dalam aku tekan agak lama. Reaksinya segera terlihat, Tante Elizha melenguh. Aku meneruskan ke bagian kaki.
Setelah kaki maka selanjutnya adalah bagian depan, artinya aku akan melihat ketelanjangan Tante Elizha dari depan. Dengan suara senormal mungkin aku minta tante Elizha berbalik. Dengan santainya dia berbalik tanpa rasa risih dan malu.
Terpampanglah sepasang toge dan jembut yang tercukur rapi. “Gila merangsang abis penampilan tante Elizha, tapi aku harus tetap menahan diri” kataku dalam hati.
Aku mulai melumuri dari bawah . Sampai di bagian selangkangan aku memainkan tekanan pada titik didihnya. Tanpa menyentuh lubang kemaluannya Tante Elizha sudah melenguh-lenguh ketika aku tekan bagian yang sensitif itu.
Aku tinggalkan bagian itu terus merambat keatas, sehingga akhirnya aku harus melumuri sepasang toge yang cukup terawat. Tante Elizha menggelinjang-gelinjang menahan rangsangan ketika payudaranya aku lumuri. Aku tidak hanya melumuri tetapi sesekali meremasnya juga.
Setelah mencapai leher, selesailah melaburi luluran. Berikutnya aku melumuri bagian wajah dengan masker pengencang kulit muka. Kedua matanya untuk itu harus ditutup. Setelah matanya tertutup aku jadi makin leluasa memperhatikan bagian-bagian vital Tante Elizha. Pekerjaan di tubuh dan wajah sudah selesai.
Sambil menunggu luluran kering aku mempersiapkan steam dengan rempah-rempah di dalamnya. Selanjutnya aku mempersiapkan air hangat dalam bath tub yang dicampur dengan rempah, agar memberi efek harum pada tubuh wanita.
Air hangat sudah siap dan luluran di tubuh tante lidya juga sudah mengering. “Dik sekalian bersihkan badan tante ya,” katanya. Ini berarti aku harus memandikannya dengan shower air hangat. “Aku harus bisa” kata ku membatin. Sebelum mengguyur aku melipat celanaku agar tidak bawah. “ Dik buka saja celananya dan bajunya biar gak basah,” saran tante Elizha.
Saran itu masuk akal juga, sehingga tanpa ragu aku membuka celana dan bajuku, maka tinggallah celana dalamku. Untung hari ini aku memakai celana dalam model short. Dengan leluasa aku menjamahi seluruh tubuh tante Elizha bahkan dia tidak keberatan, atau bahkan menyarankan aku membersihkan bagian miliknya yang paling pribadi.
Kepalaku jadi puyeng akibat rangsangan dahsyat, tetapi aku harus menahannya. Setelah bersih episode berikutnya adalah pijat. Aku menyelimuti handuk ke tubuh Tante Elizha, dan mengganti sprei bekas luluran tadi dengan yang baru.
Tante Elizha kuminta tidur telungkup untuk dipijat. Pemijatan ini menurut aturan ritual spa adalah pemijatan termasuk payudara dan vagina menggunakan minyak zaitun.
“Tante apakah pemijatan ini lengkap seperti di spa, atau cukup kaki dan tubuh saja, “ tanyaku.
“Lengkap dong dik, saya tau, tapi apa kamu bisa,” tanyanya.
“Bisa tante, tapi saya perlu minta izin dulu sebelum memulai,” kataku.
“Ya sudah lakukan saja seperti biasa,” kata Tante Elizha.
Dari bagian kaki aku sudah melakukan pijatan bercampur tekanan titik refleksi. Kadang-kadang Tante Elizha menjerit kesakitan. Pada saat itu aku jelaskan kelemahan di bagian organ-organ tertentu. “ Lho kamu malah lebih canggih, bisa tahu titik refleksi ya dik,” katanya.
“Iya tante, tapi tidak saya tekan kuat, kasian nanti tante kesakitan.
Semua kelemahan organ tubuhnya terbaca oleh reaksi titik refleksi di bagian kaki. Tante Elizha membenarkan semua analisaku melalui penekanan titik refleksi. “Dik bisa disembuhi nggak ya melalui pijatan refleksi,” tanyanya.
“Saya tidak bisa mengatakan bisa disembuhkan, tetapi paling tidak diringankan mungkin bisa, mudah-mudahan jika sering di refleksi organ itu bisa kembali normal,” kataku dengan percaya diri.
Pijatanku mulai merambah keatas lutut. Dari bawah aku sudah memainkan titik didihnya. Dibagian lutut keatas makin aku naikkan titik didihnya. Tante Elizha tanpa malu-malu mulai mengerang menahan rangsangan birahinya. Dengan sopan aku mulai menggapai bagian vaginanya dari belakang.
Bagian itu membuat Tante Elizha makin gak karuan. Tanganku menyelip diantara lipatan vaginanya dan mengurutnya naik turun. Sensasi rangsangan luar biasa dirasakan tante Elizha. “ Aduh dik aku klimaks dik aaaaahhhhh,” jeritnya.
Aku tetap berusaha tenang dan memberi tekanan relaksisasi di sekitar punggungnya dan bagian leher. Setelah bagian belakang selesai digarap, Tante Elizha berbalik telentang.
Aku kembali menggarap dengan mengurut dari kaki. Aku kembali menekan titik saraf untuk menaikkan titik didihnya sampai dibagian paha, Tante Elizha kembali sudah terengah-engah menahan birahinya.
Dia tidak malu-malu kelojotan di depanku. Ketika sekitar kemaluannya aku terapi dia samakin kelojotan dan mengerang-erang seperti layaknya orang sedang berhubungan badan. “Aduh dik aku nggak tahan dik, aduh dik aku nggak tahan dik aku , aku aku keluaaaaarrrrrr”
Badannya meregang menikmati orgasmenya yang kedua. Aku menekan segitiga memeknya, terasa denyutan orgasme.
Berikutnya aku melakukan terapi dibagian dalam vaginanya. Tante Elizha sudah pasrah, ketika jariku melakukan pijatan di dalam vaginanya.
Sebelum mengakhiri pijatan di bagian sensitif itu jari tengah dan jari manisku kucolokkan masuk ke dalam vaginanya, aku melakukan gerakan mengocok untuk membangkitkan gairahnya.
Belum 2 menit , Tante Elizha sudah menjerit-jerit seperti layaknya orang bersetubuh dan tiba-tiba dia menjerit, bersamaan dengan itu muncrat ejakulasinya melalui saluran kencingnya.
“Dik aku belum pernah spa sampai senikmat ini dik, kamu ternyata hebat dan luar biasa, aku jadi lemes banget rasanya, aku tadi kencing ya dik,” tanyanya mengenai ejakulasi yang baru muncrat.
Tante Elizha mengaku belum pernah merasakan sensasi ejakulasi seumur hidupnya . Aku melakukan pijatan relaksisasi sampai kebagian payudaranya. Tante Elizha rupanya tertidur pulas sampai mendengkur halus. Aku selimuti tubuhnya dengan handuk tebal sambil menunggu dia bangun.
Aku memeriksa air di dalam bath tub tadi apa masih hangat. Sekitar 30 menit Tante Elizha tertidur pulas. Dia terbangun ketika kepalanya aku pijat dengan gerakan halus.
“Dik aku tadi tidur ya, rasanya ngantuk banget sih,” katanya setelah bangun. Dia kubimbing memasuki bak mandi untuk berendam dengan air rempah.
“Dik masuk sekalian lepas tuh celana jangan malu-malu,” perintahnya. Aku tidak bisa menolak dan menunggu saja apa lagi yang akan terjadi pada diriku.
“Wah senjata mu oke juga ya,” katanya mengomentari senjataku yang tegak mengacung, panjangnya cuma 15 cm tapi gemuk.
Aku masuk ke dalam bak mandi memilih berada di posisi belakang Tante Elizha untuk melakukan penggosokan membersihkan sisa minyak-minyak. Tante Elizha diperlakukan begitu malah menyandar ke tubuhku. Aku jadi tidak bisa menggosok bagian belakangnya.
Tanganku meraih bagian depannya dan mengosok sekitar payudaranya. Kedua tangan tante Elizha meraih kepalaku dan dengan gerakan cepat dia mencium bibirku. Serangannya ganas sehingga aku gelagapan menghadapinya . dia sudah berbalik berhadapan denganku.
Dalam keadaan bingung, tiba-tiba aku baru menyadari bahwa penisku sudah berada di dalam vagina Tante Elizha. Kedua kakinya merangkul tubuhku dan dia bergerak liar. Mendapat serangan yang sangat mendadak dan di luar dugaan seperti itu aku jadi bingung dan nikmat.
Tante Elizha bergerak dengan naluri yang ganas. Air di dalam bak jadi tumpah gak karuan. Aku tidak bisa menikmati hubungan di dalam bak ini karena sempit dan terendam air. Dengan hati-hati kuangkat tubuh tante Elizha dan aku gendong menuju tempat tidur yang letaknya tidak jauh. Dengan tubuh kami yang masih basah kami bergelut diatas tempat tidur bersih.
Kerasnya penisku yang sudah terangsang sejak tadi memenuhi seluruh rongga vagina Tante Elizha. “ Oh dik memekku terasa penuh banget dik, katanya ketika aku genjot dari atas. ,”
Tente Elizha terus merintih-rintih sampai akhirnya dia menjerit mencapai orgasmenya. Mendengar ritihan itu aku jadi makin terangsang sehingga akhirnya aku pun mencapai orgssme dan ejakulasiku kulepaskan dengan hunjaman dalam di memek tante Elizha. “ Oh dik enak banget pejuh mu terasa anget, katanya sambil erat memelukku.
Kami beristirahat sejenak, lalu aku kembali memandikan Tante Elizha. Seluruh tubuhnya telah bersih dan kering, begitu juga tubuhku yang masih telanjang. Aku kembali ditariknya ke ranjang dan aku didorong hingga rebah. Penisku yang masih setengah mengembang langsung dilahapnya dengan buas, sampai akhirnya kembali mengeras.
Tante Elizha tidak sabar langsung menduduki penisku dan dia bergerak liar diatasku sampai akhirnya orgasme. Aku mengambil alih kendali dengan membalikkan posisinya. Aku genjot dengan gerakan kasar. Rupanya Tante Elizha menyukai diperlakukan kasar begini. Dia melolong nikmat dan kembali mencapai orgasmenya.
Pada ronde keduaku aku bisa bertahan lama sekali . Biasanya aku memang begitu sih. Aku tidak tahu sudah berapa kali Tante Elizha mencapai orgasme sampai akhirnya dia minta ampun untuk aku menghentikan. Namun aku sedang nanggung untuk mencapai puncak aku terpaksa mengabaikan permintaannya.
Ketika aku mencapai orgasme Tante Titi sudah tergeletak tidak berdaya. Aku kira dia pingsan, ternyata dia tidur mendengkur. Dia tertidur nyenyak sekali. Kutinggalkan tante Elizha,
Sementara aku membereskan kembali peralatan yang berantakan dan membersihkan semua peralatan yang kupakai tadi, sampai rapi seperti sedia kala. Setelah Tante Elizha bangun dia tidak habis-habisnya memujiku.
“Dik ini aku sudah siapkan amplopnya tapi saya tidak jadi kasi, kamu saya kasih travel chek aja,” katanya sambil memasukkan ke dalam amplop” katanya.
Setiba di rumah aku terkejut, karena di dalamnya ada 5 lembar yang tiap lembarnya senilai 10 juta. Hubunganku terus berlanjut dengan Tante Elizha sampai akhirnya dia membelikan aku sebuah sedan baru.
Tidak itu saja aku dimangsakan oleh 3 istri konglomerat, yang masing-masing juga punya apartemen mewah pribadi lengkap dengan peralatan spanya.
Aku tetap bekerja di Salon Bu Tutik, tapi sekarang aku pergi pulang dengan mobil yang mutakhir. Itulah perjalanan hidupku. Aku tidak berani berbangga, karena sebagian kekayaanku kudapat dari kerja di bagian selangkanganku, meskipun itu berkeringat juga.