Cerita Sex Gangguan Jiwa (Keluarga) – Pulang dari jualan di pasar, di tengah jalan Lusy merasa kepalanya sakit. Dia mampir ke warung membeli obat. Setelah minum obat, Lusy berbaring di kamar. Akan tetapi obat dari warung tidak menyembuhkan sakit kepalanya. Fani dan Amir yang pulang dari sekolah ribut berebut makanan, membuat kepala Lusy semakin berdenyut-denyut.
Lusy ingin menegur Amir dan Fani, tapi Lusy takut malah nanti direcokin oleh kedua anaknya itu. Lusy mencoba tidur. “Buk…!” Lusy mendengar suara Farhan memanggilnya.
Lusy membuka mata. “Sini Han, tolong pijitin kepala Ibuk. Kepala Ibuk sakit.” panggil Lusy pada anak sulungnya yang baru pulang dari sekolah.
Lusy mempunyai 4 orang anak, yaitu Farhan, Gita, Fani dan Amir. Farhan sekolah di SMA kelas XI, Gita di SMP kelas IX, Fani di SD kelas 6, Amir di SD kelas 4. Lusy bersyukur pada pemerintah bisa menyekolahkan keempat anaknya dengan gratis, karena dulu dia lulus SD saja tidak. Kosim suaminya lebih lumayan, bisa tamat dari SMA. Kosim sekarang bekerja sebagai petugas keamanan atau satpam di sebuah mall.
Ngocoks Farhan berdiri di depan tempat tidur ibunya memijit kepala ibunya dengan jari jemarinya yang kokoh dan kuat, karena Farhan bermain sepak bola dan kadang-kadang suka latihan karate dengan beberapa teman sekolahnya di sanggar sekolah. Namun begitu, Farhan bukan anak yang alim-alim bangat meskipun dia rajin sholat karena dia juga suka nonton video porno yang gampang di download dari hapenya.
Biasanya kalau Farhan selesai nonton video begituan, dia merenggangkan kontolnya yang tegang dengan beronani. Lusy juga merasa kepalanya tidak setegang tadi lagi setelah beberapa saat dipijit oleh Farhan. “Pan, Ibuk tengkurap aja, ya?” kata Lusy supaya belakang tubuhnya bisa dipijit Farhan.
“Ibuk tadi bilang hanya mijit kepala, sekarang minta mijit belakang. Nggak mau ah! Farhan mau maen!” tolak Farhan.
“Iya sudah… kalau kamu mau pergi maen.” jawab Lusy mengalah.
“Ayok!!” kata Farhan kemudian dengan sedikit kasar membentak ibunya.
Lusy pun membalik tubuhnya tengkurap di kasur. Farhan memijit bagian belakang kepala Lusy. Dari bagian belakang kepala, tangan Farhan merambat ke bagian leher Lusy. Usai bagian leher dipijit, tangan Farhan berpindah ke punggung Lusy. Begitu seterusnya. Kemudian sampailah tangan Farhan ke bagian pantat Lusy.
Perlu pembaca Ngocokers tahu bahwa tadi sudah dikisahkan bahwa Farhan bukan anak yang alim-alim amat, dan dia suka nonton video porno. Makanya saat Farhan memijit pantat Lusy, dia terbayang pantat-pantat wanita sexy yang ditontonnya di video porno, apalagi pantat Lusy adalah pantat yang sekal, semok dan masih kenyal, akibatnya Farhan jadi terangsang.
Dari belakang lalu Farhan mengintip wajah Lusy yang menghadap ke kiri. Lusy memejamkan mata. Kemudian Farhan naik ke kasur. Farhan menindih paha Lusy dengan duduk di bagian belakang paha Lusy, lalu memijit punggung Lusy. Lusy tidak sedang tidur, Lusy menikmati pijitan anak lelaki itu.
Karena Lusy memejamkan mata dan Lusy tengkurap diam, dan ibunya itu juga sudah pasti tidak akan melihat ke belakang, maka Farhan berani mengeluarkan penisnya yang tegang dari celana panjang abu-abunya. Farhan memijit punggung Lusy lagi, sehingga penisnya yang keluar dari celananya itu, menggesek-gesek sela pantat Lusy.
Kontolku digesek-gesek aja rasanya nikmat banget, apalagi dicucukkan ke dubur Ibuk, batin Farhan kian terangsang.
Ini rahasia pribadi Farhan dan seperti biasa, pagi-pagi Lusy berangkat jualan di pasar. Lusy jualan ayam potong. Untungnya lumayan, bisa membuat asap di dapurnya terus mengepul. Apalagi kalau Haji Dudung datang ke pasar, pasti ayam potong Lusy diborong habis oleh Haji Dudung, karena Haji Dudung suka sama Lusy.
Akan tetapi, siang itu sakit kepala Lusy kembali kumat. Karena dia sudah tau bahwa obat warung tidak bakal menuntaskan rasa sakit di kepalanya, Lusy tidak membeli obat di warung, dia membawa kasur lipat ke ruangan tempat dia dan anak-anaknya nonton televisi. Dia berbaring di situ sambil menyalakan televisi menunggu Farhan pulang sekolah.
Yang ditunggu-tunggu Lusy, pulang juga dari sekolah lebih cepat dari Gita, Fani dan Amir. “Pan, kepala Ibuk sakit lagi. Pijitin lagi ya kayak kemaren.” pinta Lusy.
“Iya Buk, Farhan ganti baju dulu.” jawab Farhan.
Karena Farhan sudah punya rencana terhadap Lusy, Farhan hanya memakai celana boxer. Satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya yang atletis. “Ibuk, kaos Ibuk dibukak saja, gak ada adik-adik ini, biar badan Ibuk ke pijit.” kata Farhan pada Lusy.
Tanpa berpikir negatip, Lusy mengikuti apa kata anaknya. Dia melepaskan kaosnya yang keringatan dan bau pasar itu. Farhan pura-pura gak tau saat melihat tetek Lusy yang terbalut BH hitam. Lusy tengkurap di kasur dengan wajah menghadap ke televisi supaya dia masih bisa menonton televisi saat tubuhnya dipijit Farhan.
Farhan memijit bagian belakang kepala Lusy duluan. Farhan tidak mau terburu-buru, biar ibunya menikmati. Dari bagian belakang kepala Lusy, tangan Farhan bergeser ke leher Lusy. Selesai di bagian leher, punggung Lusy dipijit, lalu bagian pinggang dapat bagian.
Selanjutnya bagian pantat Lusy. Pantat Lusy masih tertutup dengan celana longgar selutut. Farhan pun berkata pada ibunya. “Buk, celana Ibuk dibuka aja. Tadi, punggung Ibuk tanpa baju, enak kan dipijit?”
Namanya seorang ibu, mau mendengar kata-kata siapa lagi, kalau bukan mendengar kata-kata anaknya sendiri, apalagi dia telah merasakan manfaatnya pijitan Farhan. Lusy melepaskan celana selututnya dengan posisi tengkurap. Kini ditubuh Lusy yang masih ramping hanya tinggal BH dan celana dalam. Celana dalam Lusy yang berwarna kuning itu sudah dekil dan sobek disana sini.
Farhan duduk di bagian belakang paha Lusy. Mula-mula pantat ibunya dipijit. Setelah itu, dia mengulang memijit punggung Lusy. Kali ini tekanan tangannya lebih keras, khususnya di bagian BH Lusy. Tentu saja Lusy kesakitan.
“Duhh… sakit Han, punggung Ibuk!” seru Lusy tertahan.
Rencana Farhan berhasil.
“Bukak aja ya Buk, ini… “ kata Farhan memegang bagian pengait BH ibunya, dan sebelum Lusy menjawab ‘iya’ atau ‘jangan’, tangan Farhan sudah membuka pengait BH Lusy. Sekarang, Farhan dengan leluasa memijit, mengusap dan mengelus punggung Lusy yang telanjang.
“Buk, diurut pakai minyak, mau nggak?” tawar Farhan kemudian.
“Mau aja, Han!” jawab Lusy langsung.
“Tapi pakai minyak apa, Buk?”
“Pakai minyak sayur juga gak apa-apa, Ibuk belum mandi ini. Sana, tuang ke piring…” kata Lusy.
Farhan pergi ke dapur mengambil minyak goreng dengan hati gembira. Farhan lebih gembira lagi saat dia balik ke tempat Lusy tengkurap dan dilihatnya, BH yang membungkus tetek ibunya sudah entah kemana. Lusy tengkurap di kasur nonton televisi hanya mengenakan celana dalam saja.
Farhan menaruh piring kecil berisi minyak sayur yang bersih itu di lantai dengan jantung berdebar-debar, lalu pelan-pelan kepala Farhan menunduk ke sela pantat Lusy yang agak terbuka. Aahhhh… disedotnya pelan-pelan bau dubur Lusy yang melekat di celana dalam Lusy yang dekil itu. Segarnya bau dubur Ibuk… batin Farhan.
Setelah itu, dia mengurut punggung Lusy dengan minyak sayur. Tidak lama kemudian, Gita pulang dari sekolah. Gita tidak kaget melihat Lusy hanya memakai celana dalam diurut oleh Farhan, karena sebagai anak cewek yang tidur sekamar dengan ibunya, Gita sudah sering melihat ibunya hanya memakai celana dalam, atau ibunya telanjang bulat.
“Kenapa sih diurut, Buk?” tanya Gita meletakkan tas sekolahnya di kursi.
“Ibuk sakit kepala. Makan gih sana…” suruh Lusy.
“Gita mau makan bakso aja, Buk.”
“Di mana?”
“Di Kenanga, Buk!”
“Jauh gitu, pergi sama siapa ke sana?”
“Sama Anik, nanti dijemput!”
“O.. ya udah, hati-hati…”
Gita pergi. Tidak lama kemudian, Fani dan Amir pulang sekolah. Kedua anak ini tidak banyak bertanya pada Lusy, yang penting dikasih makan. Tapi Fani memilih tidur, sedangkan Amir membawa makan siangnya ke depan televisi.
Tapi Farhan peduli amat dengan Amir yang masih kecil. Farhan duduk di paha Lusy untuk mengurut punggung Lusy. “Makannya cepet, jangan nonton tipi melulu!” omel Lusy pada Amir yang makannya lelet. “Sudah itu, tidur!!!” bentak Lusy.
Lusy tidak sia-sia ngomelin Amir. Tidak lama kemudian, Amir pergi dari depan televisi membawa piring kosongnya ke dapur. “Buk, belakang Ibuk aku ijek ya, mau nggak?” tanya Farhan.
Farhan sudah tahu, bahwa ibunya pasti menolak.
*****
“Nggak!” jawab Lusy. “Nanti tulang Ibuk yang sudah tua dan keropos bisa patah semua!”
“Kalo gitu, aku tindih ya, Buk!” balas Farhan.
Farhan menindih Lusy dengan tengkurap di atas punggung Lusy, lalu digoyang-goyangnya tubuh Lusy persis seperti goyangan lagi bersetubuh. “Duhh Han, badan kamu berat!” kata Lusy.
Farhan bangun dari tubuh Lusy, lalu Farhan mengeluarkan kontolnya yang tegang dari dalam celana boxernya. Amir masih di dapur, tapi Farhan tidak takut dan gentar. Farhan kembali menindih tubuh Lusy dari belakang. “Pan, sudah dibilang jangan, badanmu berat!” kata Lusy belum merasakan apa yang dilakukan Farhan, padahal batang kontol Farhan yang tegang sudah terselip di sela pantat Lusy.
Namun ketika teteknya dipegang Farhan, Lusy baru menyadari bahwa dia akan disetubuhi oleh Farhan. “Pan, kamu mau ngapain sih. Nanti kelihatan sama adikmu, tau nggak?!” seru Lusy pelan.
“Aku sayang sama Ibuk!” jawab Farhan menggoyang-goyang kontolnya di sela pantat Lusy yang tertutup celana dalam sambil diremasnya tetek Lusy yang sudah kendor dengan kedua tangannya.
“Pan, jangan goyang dulu!” kata Lusy ketika dilihatnya Amir muncul dari dapur, lalu Lusy berteriak pada Amir. “Sana, tidur dengan Fani!”
Dengan menurut Amir masuk ke kamar. “Bangun, kamu!” kata Lusy pada Farhan yang masih menindih Lusy dari belakang.
Setelah Farhan turun dari punggungnya, Lusy bangun melepaskan celana dalamnya. “Ayok!” ajak Lusy membaringkan tubuhnya yang telanjang di kasur.
Lusy begitu gampang menyerahkan memeknya pada kontol Farhan karena Lusy memang sudah sekian lama tidak disetubuhi oleh Kosim. Iya, karena Kosim merasa anaknya sudah besar-besar, kemudian Kosim juga sudah males menyetubuhi Lusy yang sudah mulai menua dan bagian-bagian tubuhnya sudah banyak yang kendor serta tidak menarik lagi.
Farhan yang beruntung. Farhan melebarkan paha Lusy dan menelusupkan wajahnya ke selangkangan Lusy. “Pan, nggak usah dijilat lagi. Ayo, langsung masukin!” kata Lusy, bukan hendak mendesak Farhan, tapi dia takut ketahuan sama Fani dan Amir.
Lalu Farhan menindih Lusy dan dengan mudah Farhan menyarangkan batang kontolnya yang besar dan tegang itu ke lubang memek ibunya dengan sekali tembak. Segera Farhan genjot dan Farhan pompa lubang yang pernah melahirkannya itu sambil dikenyotnya pentil tetek Lusy yang besar dan hitam.
“Duuhh… nikmatnya memek Ibuk!” desah Farhan.
“Jangan ribut, nanti kedengaran sama adikmu. Kocok terus kontolmu biar cepat lega!” kata Lusy yang hanya berbaring diam saja.
Farhan kembali mengocok batang kontolnya di lubang memek Lusy yang basah dan longgar, tapi dirasakan oleh Farhan bahwa lubang memek Lusy sangat nikmat. Sehingga kocokan Farhan belum sampai 10 menit, tubuhnya sudah mengejang.
Sherrr… sheerr… sheerr… Lusy segera memeluk pantat Farhan kuat-kuat dengan kedua kakinya saat Farhan menembakkan air maninya supaya air mani Farhan yang segar dan hangat itu menyirami peranakannya yang sudah dingin.
“Buk, aku pengen anak dari Ibuk.” Kata Farhan mencium bibir Lusy.
“Anak nakal kamu, Ibukmu dientot. Masih enak nggak memek Ibuk?” tanya Lusy.
“Iya enak dong, Buk.”
Farhan hari itu merasa menang telak, karena berhasil menyetubuhi ibunya.
Bersambung…