Bu Erni, yang siang itu ijin untuk pulang lagi lebih awal, segera memacu mobilnya menuju rumah sakit. Ia hendak menebus resep obat yang nanti malam akan mulai dikonsumsi untuk suaminya, pak Wito (47 thn). Laki² berwajah tampan, berperut buncit, namun tajir melintir. Rumahnya sangat wah.
Sebuah perumahan elit di kota Malang yang mayoritas penghuninya adalah etnis keturunan cina. Berbagai bisnis yang ia kelola, investasi di beberapa perusahaan terkemuka, ditambah lagi investasi di forex, membuat ia dan bu Erni tak kuatir akan kekurangan hingga 7 turunan.
Rumahnya sendiri hanya memiliki 1 lantai, namun luas halaman depannya saja bisa untuk main futsal. Mobil yang terparkir di garasinya sebanyak 4. Semuanya mobil yang bisa dibilang mobil mewah. Namun hingga saat ini, mereka belum dikaruniai keturunan. Itu karena pak Wito divonis mandul oleh dokter.
Sebelumnya, ia memiliki pembantu berjumlah 2, namun sebelum diabetes pak Wito semakin parah, kedua pembantunya pamit pulang, dan tidak kembali. Itulah yang membuat pak Wito dan bu Erni cukup kelabakan mengurus rumah.
Mereka sering menyeleksi pembantu dari agen, namun kebanyakan hanya bertahan 1 minggu, dikarenakan bu Erni sendiri cukup cerewet dan jam kerja yang melebihi standar.
Kekayaan yang dimiliki pak Wito sendiri, tidak bisa ia nikmati lagi, semenjak sakit diabetesnya makin parah. Makanan dibatasi, aktivitas pun juga dibatasi. Sehingga pak Wito lebih banyak bedrest di rumah. Ia sangat tersiksa dengan keadaannya sekarang, tapi itu semua juga karena kebiasaan pak Wito sendiri yang suka mengkonsumi alkohol, minuman manis, makanan yang tinggi kolesterol dan seringnya begadang. Segala aktivitasnya berlawanan dengan pola kehidupan sehat.
Sedang bu Erni sendiri, adalah seorang ibu rumah tangga yang dikenal cukup supel, royal, dan suka memberi, begitu pula pak Wito, laki² yang suka memberi hadiah tak terduga kepada orang lain, apalagi orang yang tergolong miskin. Sudah banyak orang miskin yang mereka bantu cuma², mereka juga suka membantu orang yang terlilit hutang. Oleh sebab suka membantu itulah, kekayaannya seperti tak pernah surut, bahkan makin bertambah.
Sebetulnya, dari sebelum suaminya mengidap diabetes, hasrat seksual bu Erni sendiri tak pernah bisa dipenuhi pak Wito, karena setiap kali berhubungan badan, pak Wito mengalami ejakulasi dini. Sehingga membuat bu Erni, tak pernah merasa terpuaskan.
Bu Erni sendiri adalah seorang wanita berjilbab, pandai merawat diri, meskipun ia jarang sekali olahraga. Terlihat dari bodynya yg sedikit gemuk, namun masih terbilang seksi, pinggulnya yang berisi, bokong yang semok dan montok menjadi senjatanya memikat lawan jenis. Payudaranya yang aduhai besarnya juga turut mendukung keseksiannya. Karena pentilnya dulu sering diisap oleh pak Wito, membuatnya perlahan membesar, namun justru pentil besar itulah yang membuat dirinya makin hot.
Bu Erni sendiri adalah orang yang cukup selektif. Semenjak suka menonton bokep yang bertema ‘Big Dick, Huge Dick, Monster Cock’, membuatnya lebih sering masturbasi, dikarenakan ia tidak lagi bernafsu dengan suaminya sendiri yang memiliki kontol kecil.
Ia melakukan hubungan badan dengan suaminya hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang istri. Apalagi semenjak pak Wito loyo, ia tak pernah lagi berhubungan badan, ia lebih sibuk dengan urusan kantor dan video² bokep sebagai pengalihan dan pelampiasan nafsunya.
Bu Erni juga pernah menjalin hubungan gelap dengan beberapa lelaki. Ia rela mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar laki² yang pernah mengentotnya. Namun tak satupun yang bisa membuatnya puas, karena memang rata² penis mereka standar ukurannya dan pendek.
Ada yang berdiameter 6cm, namun cebol alias pendek, ada yang berdiameter 3 cm, tapi panjang. Lagi² panjang penis yang pernah dirasakan bu Erni juga masih standar. Belum ada yang berhasil menusuk² dinding rahim bu Erni dan memenuhi liang vaginanya. Blm ada yang bisa membuat perut bu Erni merasakan mules dan ngilu. Tidak ada yang bisa membuat bu Erni mendesah hebat dan mengerang keenakan.
Bertemu dengan mas Gas, akrab dan sering ngobrol, dinilai bu Erni seperti menemukan sebuah bongkahan emas dan permata. Wajahnya sih biasa, namun body dan senjatanya yang luar biasa. Ia menyamakan Gas dengan artis² bokep luar negeri yang memang rata² memiliki penis yang besar dan panjang. Membayangkan mas Gas, membuat bu Erni selalu colmek setiap kali menonton film² porno yang dengan mudah bisa dia akses kapanpun dia mau.
Gairah seksualnya yang begitu mudah terangsang, membuatnya sering melakukan hal² yang cukup berani. Seperti colmek di toilet kantor, di mobil, di ruang ganti toko baju, bahkan di pos security pun tak luput dari aksi gilanya. Ngocoks.com Intinya setiap kali ia menonton bokep dan libidonya naik, ia akan mencari cara apapun untuk menuntaskan hasrat biologisnya.
Entah apa yang akan dialami oleh mas Gas, orang yang sekarang menjadi incaran bu Erni. Orang yang nampak polos dan cuek di mata bu Erni. Tak ada yang tahu.
Hari ini, adalah hari yang dinanti² oleh bu Erni, karena mas Gas sudah setahap masuk dalam jebakan nafsu gila bu Erni. Disela² waktu siang tadi, setelah menebus resep, ia sempatkan diri mampir di toko obat cina. Dibelinya 2 kapsul obat perangsang untuk memuluskan aksinya.
Sesampainya di rumah, ia segera menemui suaminya yang tengah rebahan di kamar tidur utama. Meski pak Wito hampir bisa dikatakan lumpuh, namun bu Erni yang haus akan kontol jumbo itu masih perhatian dan sayang dengan pak Wito. Ia begitu telaten merawat pak Wito saat berada di rumah.
Ia lebih sering memasak sendiri, menyiapkan makanan, menyuapi pak Wito, membantu pak Wito mandi, dan beres² rumah. Cukup melelahkan memang, ditambah lagi kesibukan bu Erni di kantor yang semakin padat. Jelas membuat bu Erni sangat membutuhkan seorang pembantu rumah tangga yang cekatan, yang bisa merangkap sebagai perawat pak Wito.
Bu Erni cukup beruntung, ada orang di kabupaten Malang, lebih tepatnya di daerah pakis, dimana ibunya tinggal, mau bekerja menjadi pembantu sekaligus menjadi perawat suaminya, setelah mendapat penawaran dari ibundanya.
Bi Resti (48 thn), tetangga satu RT dari bu Bekti Rahayu (63 thn), ibunda dari bu Erni, yang ikut mencarikan tenaga pembantu, tiba² menghubungi bu Erni melalui WA yang diberikan oleh ibunya. Menurut bu Bekti, ortu dari bu Erni, bi Resti adalah orang yang cekatan dan amanah, cocok untuk bekerja di rumah anaknya.
“Selamat siang bu Erni, saya bi Resti, tetangga bu Bekti di pakis. Kata ibu, jenengan sedang membutuhkan pembantu yang merangkap sebagi perawat ya?, begitulah isi dari pesan WA bi Resti.
“Siang juga, iya betul sekali bi. Saya memang sangat membutuhkan pembantu. Jenengan bisa mulai bekerja kapan bi?”, tegas bu Erni to the point.
“Monggo bu, (silahkan bu), kapanpun jenengan minta sy berangkat. Tapi saya mohon kesediannya untuk mengganti ongkos transportasinya”. Timpal bu Resti.
“Owalah gampang itu bi, biaya transportasi akan saya kirim secepatnya. Gimana klo hari ini jenengan berangkat? Saya minta nomor rekeningnya jenengan ya bu”, balas bu Erni sambil menarik nafas lega.
“Waduh maaf sekali bu, saya ndak punya. Gimana klo semisal saya minta dulu ke ibunya jenengan?
“Oh ya boleh, kalo gitu jenengan langsung aja minta berapa yang dibutuhkan ke Ibuk, nanti biar saya ganti ke ibuk” balas bu Erni dengan semangat.
Bi Resti sendiri bertubuh sintal, payudaranya lumayan besar, bahkan lebih besar sedikit dari payudara bu Erni. Hampir sama perawakannya dengan bu Erni, hanya usia dan tenaga yang membedakan diantara keduanya.
Meski lebih tua 6 tahun, bi Resti memilki tenaga yang cukup kuat. Karena sebelumnya, ia seminggu 3 kali bekerja di ladang milik tetangganya. Kulitnya sawo matang khas orang jawa, berbibir sedikit tebal dan sensual. Bi Resti menjanda sudah sekitar 8 tahunan, suaminya direbut orang ketiga yang ternyata masih saudara dengannya, sungguh ironis nasibnya.
Hubungan keluarganya dengan saudara² suaminya juga ikut renggang, karena saudara² suaminya lebih membela suaminya. Ketiga anaknya yang masih bersekolah membuatnya menjadi ibu merangkap kepala rumah tangga. Beruntung juga ia bertemu dengan bu Erni, ia berharap ada kenaikan pendapatan untuk menyokong kehidupan keluarganya.
Sementara itu,
Bu Erni yang sudah menunggu kedatangan mas Gas, hatinya berbunga², hasrat seksualnya mulai naik, membayangkan berbagai macam aksi mesum dan kenikmatan yang akan ia dapatkan dari seorang pemuda perkasa dan macho.
Kondisi cuaca yang dari pagi mendung, akhirnya tak mampu membendung air hujan untuk turun. Gerimis pun mengguyur lembut jalanan kota Malang, berikut mas Gas yang hampir tiba di rumah bu Erni. Yang makin lama makin deras, sehingga membuat mas Gas yang lupa membawa jas hujan basah kuyup.
Akhirnya penantiannya pun tiba. Mas Gas yang kedinginan, sempat berteduh di bawah kanopi sebuah ruko dekat rumah bu Erni. Ia lalu mengirim pesan bahwa ia sudah dekat.
“Bu, saya sudah dekat rumah, posisi saya di depan ruko xxx”. Tak sampai 5 detik, pesannya pun mendapat balasan. Nampaknya bu Erni benar² menunggu mas Gas tanpa meninggalkan hape dari genggaman tangannya. Sehingga pesan dari mas Gas langsung mendapatkan respon.
“Iya mas Gas, dari gerbang perumahan lurus aja, ada bundaran pertama belok kanan, rumah saya yang paling ujung kanan jalan, pagar hitam, saya bukain pagar biar mas Gas bisa langsung masuk ya. Motornya dimasukin aja ya mas”, tukas bu Erni.
Tanpa membalas, mas Gas pun bergegas menuju ke rumah bu Erni. Sesampainya disana, bu Erni pun menyambut kedatangan mas Gas hanya mengenakan daster terusan sepaha berwarna merah marun. Wajahnya yang tanpa makeup makin terlihat cantik natural, apalagi bodynya yang montok, terpampang jelas di depan mata mas Gas yang barusan datang.
Sambil memarkir sepeda motornya, dalam hati mas Gas berkata, “ini beneran bu Erni yah, atasanku di kantor yang selalu memakai jilbab gaul… sungguh beda banget, cantik juga, malah lebih cantik tanpa makeup”. Sejenak lamunannya buyar saat bu Erni menyapa.
“Mas Gas, kok melamun, hayoooo mikirin apa?, sapanya sambil tersenyum menggoda. “Gak pernah ya liat saya berpakaian seperti ini? Hihi… maaf ya saya klo di rumah ya seperti ini mas, jadi mas Gas santai aja”, imbuhnya.
Mas Gas menjawab bu Erni sambil menunduk, “aah nggak bu, saya gak melamun kok, saya mikirin baju saya yang basah, nanti lantai bu Erni jadi kotor”, dalihnya. Mas Gas masih kagum ukuran payudara bu Erni. Lalu ia dalam hati membandingkan dengan milik teman kerjanya, si Ajeng yang sore tadi ia antar pulang.
Akibatnya, rudalnya pun berkedut kembali. Buru² ia tutupi dengan tas slempangnya.
Bu Erni yang melihat baju mas Gas basah kuyup oleh air hujan, tiba² memiliki ide mesum baru. Sambil tersenyum nakal, ia pun mengajak mas Gas untuk segera masuk ke dalam rumahnya.
“Ya udah yuk buruan masuk mas, diluar dingin. Sy pinjami baju bapak nanti, mas Gas bebersih dulu aja”, lanjut bu Erni sambil membalikkan badannya, berjalan masuk ke dalam rumah diikuti mas Gas dibelakangnya. “Apa gak merepotkan bu, sy pulang aja dulu gimana buat ganti”, jawab mas Gas.
“Halaaah, klo pulang apa gak tambah kemaleman? Iya klo ujannya reda, kalo makin deres gimana coba?”, kata bu Erni meyakinkan.
“Oh iya juga ya bu, baik klo gitu, makasih banyak sebelumnya ya bu”, jawab mas Gas.
“iya mas, sama². Y udah yuk ikuti saya”, ajak bu Erni.
Setelah di dalam rumah, ia berjalan agak cepat menuju dapur, menyiapkan teh hangat yang diseduh dengan air dispenser, tak lupa ia menuangkan serbuk perangsang yang sengaja sudah disiapkan sebelumnya. Ia taburkan diatas air teh dan gula, lalu diaduknya hingga bercampur rata. Iapun sempat mencicipinya, karena juga ingin mencoba bagaimana rasanya libidonya naik dengan cepat. Lalu ia bawa air teh hangat tadi ke ruang tamu. Mempersilahkan mas Gas untuk meminumnya.
“Ini mas, disruput dulu teh nya, biar badan agak anget, saya ke kamar dulu ya, ambil baju ganti”, ucap bu Erni.
“Wah jadi merepotkan bu Erni lagi, ngapunten bu (maaf bu)”, ucap mas Gas lalu meminum teh hangat yang sudah bercampur dengan obat perangsang tadi.
Karena tubuh mas Gas belum pernah merasakan obat²an semacam itu, tak menunggu lama obat itupun bereaksi. Pelipis, telinga, dan mata mas Gas mulai hangat, pembuluh darahnya membesar, memompa darah semakin kencang. Tak ayal, kontolnya pun dirasa semakin mengembang. Begitu pula bu Erni, ia juga merasakan hal yang sama.
Saat memasuki kamar, bu Erni melihat suaminya sedang tertidur pulas dan mendengkur. Ia tau jika suaminya sudah tertidur pulas, membangunkannya bakalan susah. Gempa bumi sekalipun takkan mampu membuka mata suaminya. Melihat kesempatan makin terbuka lebar, ia buru² mengambil baju dan celana boxer milik suaminya. Ia sengaja memilih celana boxer, agar ia lebih leluasa memandangi kontol mas Gas. Membayangkan hal mesum itu, nafsu dan gairah bu Erni semakin menjadi². Ia segera keluar kamar.
“Mas Gas, ini baju gantinya yah. Maaf kalo kekecilan, abis badan suami sy dengan saya hampir sama, hihi”, kata bu Erni yang muncul dari balik pintu, seraya memberikan baju untuk mas Gas. “Maaf saya gak punya celana yang seukuran mas Gas, jadi sy inisiatif pinjamkan ini aja”, sambil menyodorkan celana boxer yang berukuran L. Jika dipakai oleh mas Gas yang berpostur tinggi, maka celana boxer itu hanya bisa menutupi bawah pusar hingga setengah paha atas mas Gas.
“Mas Gas yang terkena efek obat perangsang tadi, memperlihatkan kegelisahan. Kontolnya yang setengah mengembang, berusaha ia tutupi lagi dengan tas.
“Kenapa mas Gas, kok kayaknya gelisah gitu”, tanya bu Erni setengah menggoda, padahal bu Erni tahu itu efek dari obat perangsang yang ia berikan tadi. Bu Erni yang juga sebenarnya nafsunya semakin membara, segera mengajak mas Gas ke kamar tamu yang berada di dekat dapur.
“Ehhh, nggak bu….gapapa…”, jawabnya sambil gelisah.
“Oh ya uudah klo gakpapa, yuk, ibu antar ke kamar tamu, biar mas Gas bisa mandi air hangat”, sahut bu Erni yang juga gelisah.
“Ahh tt..terimakasih sekali bu”, iapun mengikuti bu Erni sambil menenteng baju dan boxer yang dipinjamkan tadi.
Sesampainya di kamar, bu Erni lalu menunjukkan kamar mandinya, terlihat elegan, berdinding kaca bening, dihiasi stiker bunga² yang berwarna putih buram, sehingga jika diamati terlihat semi tembus pandang. “Itu handuknya ya mas Gas, sabun sama shampoo nya udah ada di dalam”.
“Iya bu, terimakasih sekali lagi”
“Iya sama² mas Gas, saya keluar dulu ya, saya angin² dulu baju basah mas Gas di jemuran belakang, kalo saya tungguin di dalam nanti malah gak mandi mas Gas nya, hihi”, tiba² saja kata² bu Erni semakin berani menggoda.
“Oh iya bu, hehe, ada² aja ibu nih, kan saya juga malu, keliatan dari luar pas mandi”, dan mas Gas pun tak habis pikir, mulutnya seakan mulai berani untuk mengucapkan kata² godaan. Ia merasakan aliran darahnya semakin deras, memacu libidonya semakin naik. Ia mencoba mengendalikan perasaannya, namun seperti mati kutu. Mas Gas pun segera melepas bajunya di dalam kamar mandi, mulai menyetel air hangat di shower.
Sssssssshhhhhhhhhhhh…….terdengar air hangat menyembur membasahi seluruh tubuh mas Gas yang perkasa dan atletis.
Setelah menjemur baju mas Gas, bu Erni kembali mendekati kamar tamu, ia menunggu momen saat air shower mengucur hangat, dan dalam setengah menit, dinding kaca itupun mulai terlihat buram oleh embun dan cipratan air hangat. Perlahan bu Erni menyelinap masuk untuk mengintip mas Gas yang sedang asik membasahi seluruh tubuhnya dengan air hangat.
Bu Erni mengendap² lalu duduk diatas kasur di samping kamar mandi, jaraknya sekitar 2 meteran. Ia tahu jika air hangat dinyalakan, maka yang berada di dalam tidak akan bisa melihat yang diluar. Namun sebaliknya, yang diluar bisa melihat yang didalam meskipun sedikit agak buram.
Mas Gas yang tak menyadari kehadiran bu Erni, asik membasuh tubuhnya yang kekar, menikmati air mengalir dan membasahi setiap lekuk tubuhnya. Ia pun memandangi kontolnya yang dari tadi setengah menegang akibat efek dari obat perangsang. Ia biarkan air mengalir menyusuri batang kontolnya yang besar dan berurat.
Kontolnya pun berkedut, semakin mengembang hingga membujur kedepan. Ia tuangkan sabun cair, lalu dari arah leher ke bawah, ia mulai menyabun permukaan kulitnya, makin turun, hingga sampai ke bagian selangkangannya. Tangannya lalu menyentuh pangkal kontolnya, mengurut pelan dengan sabun hingga ke ujung kepala kontolnya. Ia merasakan sensasi yang berbeda lagi.
Perlahan ia mulai mengocok penisnya, hingga makin mendongak keatas mendekati perutnya. Kepala kontolnya yang berbentuk jamur yang mengembang dan mengkilat, kini berada sekitar 5 senti dari atas pusar. Betul² kontol perkasa yang membuat wanita tergila², termasuk ke 4 wanita rekan kerjanya. Dengan panjang hampir selengan orang dewasa, sekitar 22 senti, dan berdiameter 5,5 senti, wanita mana yang tak ingin mencobanya.
Mas Gas sendiri agak heran, kenapa tangannya bisa melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, mengocok kontolnya hingga menegang maksimal. Deru nafasnya pun semakin menggebu², dadanya naik turun, dan ia mulai membayangkan payudara Ajeng dan bu Erni yang besar dan kenyal. Iapun terus mengocok kontolnya keatas dengan pelan, menikmati sentuhan dengan kulit batanganya yang berotot, ia urut perlahan hingga ke kepala kontolnya yang telah licin oleh sabun.
Bu Erni yang dari awal sudah diatas kasur, begitu takjub dengan pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Sosok bawahannya yang bertubuh kekar, berkontol panjang dan besar, tengah mandi di dalam rumahnya, sambil mempertontonkan keperkasaannya.
Karena semakin bernafsu, bu Erni lalu menurunkan tali yang melilit di pundaknya, menarik turun dasternya hingga jatuh ke lantai, sambil ia duduk di tepi kasur, ia pun menurunkan tangan kanannya ke arah vaginannya yang telah basah, sedang tangan kirinya meremas² payudaranya yang besar, sembari menopang dan mengarahkan pentilnya yang mengeras ke arah mulutnya.
Ia isap², jilat putingnya sendiri dan mengkobel memeknya yang sudah dicukur mulus. Sesekali ia usap² klitorisnya, lalu memasukkan dua jarinya ke liang memeknya dan mulai mengocok keluar masuk jarinya. Lendir di dalam memek yang membasahi jari²nya, memberikan kenikmatan tersendiri.
Mata bu Erni tak pernah lepas dari memandangi tubuh kekar mas Gas, terutama kontol besarnya yang menggemaskan. “Gila mas Gas, kontolmu bisa segede itu, aaaakuuu….akuuu… mauuu Gas sayaaaang….”, racaunya. Antara takut dan nafsu, membuat bu Erni berulang kali membuka tutup matanya.
“Maaasssss….ssssh… aaah….uuh, enak banget kontolmu maaaas…gedeee…. sesak… penuh perutku sayaaaaangmmmmhhhfff… mmpfff…ssssh…aaaaah.. terus maaas, dorong lebih dalem, pentokin, amblesin semua”, ucap bu Erni dalam hati, sembari membayangkan ia tengah digempur rudal mas Gas.
Suara bu Erni makin lama makin tinggi, ia seolah lupa jika mas Gas satu kamar dengannya. Hanya dinding kaca yang buram pemisahnya. Samar² akhirnya mas Gas mendengar ada suara² desahan yang begitu dekat dengannya. Perlahan, ia mengelap dinding kaca, mengusap dengan tangannya, begitu kaget dirinya, dibalik dinding kaca itu, ia dapati bu Erni yang telanjang bulat sedang bermasturbasi di atas ranjang.
Matanya melotot, seolah tak percaya, orang yang ia jadikan fantasi seks, kini ada di depan matanya. Begitu menggoda birahinya, tangan mas Gas pun tak berhenti mengocok. Namun ia masih takut untuk keluar, ia pun tak berani mematikan kran shower, apa jadinya jika tiba² bu Erni sadar dan melihatnya telanjang dengan kontol tegak menjulang.
Kalut bercampur nafsu, itu yang kini dirasakan mas Gas. Sebetulnya ia ingin sekali segera menyetubuhi wanita itu, tapi ia tak tahu bagaimana memulainya. Iapun menempelkan telinganya di dinding kaca, mencoba mendengar apa yang keluar dari mulut bu Erni. Asumsinya, bu Erni masturbasi karena melihatnya telanjang. Hanya itu. Tak pernah terpikirkan mas Gas, jika nyatanya, bu Erni masturbasi karena betul² menginginkan seluruh lekuk tubuh atletisnya yang begitu menggoda, terutama kontolnya yang jumbo, melesak ke dalam liang vagina bu Erni yang tembem.
“Mas Yoooon sayang…. tekan maaas… dorong yang dalem mas, buat dinding rahimku meronta² minta ampun maaaassss… buat rahimku ngilu maaas… tusuk juga anusku Gas sayang, puasin ibu sayang…”, meski tak begitu jelas, mas Gas mendengar namanya disebut berulang kali dalam fantasi seks bu Erni. Kini nafsunya makin membara, jantungnya memompa darah semakin deras ke otak dan kontolnya. Kontolnya makin menengang, seolah meronta² ingin segera beradu dengan vagina bu Erni.
Ia bingung lagi, harus mulai darimana, karena belum pernah sekalipun ia entot seorang wanita. Akhirnya mas Gas perlahan membuka pintu kaca kamar mandi, kran shower sengaja tidak ia matikan, ia hanya ingin mendekat di depan bu Erni tanpa sepatah katapun. Ia berharap, bu Erni yang memulainya dulu.
Ia lalu berdiri di depan bu Erni. Bayangannya menutupi sebagian tubuh dan wajah bu Erni. Bu Erni masih belum sadar, pria yang ia idamkan kini sudah berdiri di hadapannya.
Lelaki itu masih berdiri mematung, ia pandangi dan nikmati setiap lekuk tubuh bu Erni, tak terkecuali payudaranya yang tak cukup satu genggaman. Bergoyang mengikuti setiap gerakan tubuh bu Erni yang sesekali menggelinjang. Vagina bu Erni yang tembem pun tak luput dari sorot matanya.
Karena mas Gas yang agak membungkukkan badannya, menyebabkan bulir² air yang ada di wajahnya menetes, mengenai perut bu Erni, hingga bu Erni pun sontak membuka matanya.
Seperti tersambar petir, keduanya saling terkejut, saling pandang tanpa sepatah kata apapun. Namun situasi ambigu itu tak berlangsung lama. Bu Erni yang sudah berumah tangga dan beberapa kali bersetubuh dengan laki² lain mencoba mencairkan suasana.
“Auuuw… mas Gas”, sapa bu Erni memulai. Kedua tangannya berusaha menutupi payudara dan vaginanya. Ia pandangi tubuh mas Gas dari dada hingga ke selangkangannya. Begitu menggoda bu Erni, sampai² ia menggigit bibir bawahnya dan tak berkedip. “Isssshhh..”,Tatapan mata nanarnya sontak terhenti di selangkangan mas Gas. Kontol gede dan panjang impiannya kini sudah mengacung di depan matanya.
“Mmm…mm…maa..maaf bu…, aaa…aku..aa..a..aku…”, lidah mas Gas serasa kelu, seketika ia menunduk tak berani memandang wajah dan tubuh bu Erni. Bongkahan payudara nya yang besar dan sekal dengan puting yang bulat menonjol berwarna coklat sungguh menggoda mas Gas untuk sesekali melirik. Kepala mas Gas yang masih menunduk, membuat matanya masih bisa menikmati keindahan perut bu Erni yang sedikit berlemak dan paha putih mulus yang ia rapatkan.
“Mas Gas sayang… jangan takut dong, ibu tau kamu di dalam tadi menyebut² namaku, jujur ibu juga berfantasi membayangkan mas Gas”, ucapnya sedikit menenangkan. Walaupun jantung bu Erni pun kini sedang berdegup cepat.
Mas Gas cukup terkejut, kata² sayang yang ia dengar, membuat dirinya seperti sedang memiliki seorang kekasih.
“Aahh iii…iya..bu…, aa..aku..eee..e..anu..aa..anu bu…eee…”, ucapnya sambil memandang wajah bu Erni yang cantik.
Dugg..dug..dug..dug..dug, jantung mas Gas berdegub cepat…
Ia merasakan sepasang tangan lembut bu Erni yang tiba2 mendarat di pinggang kanan dan kirinya, sesekali mengelus kulit mas Gas yang sedikit basah oleh air. Kontol mas Gas kini semakin dekat dengan wajah bu Erni yang masih duduk di pinggiran kasur, hanya tinggal beberapa senti saja. Kontolnya kembali berkedut, bergerak² sedikit, membuat mata bu Erni semakin nanar karena posisinya yang mengacung tegak, benar² berada di depan matanya, persis di tengah² wajahnya.
Bu Erni lalu berdiri, kini kepalanya sejajar dengan dada mas Gas, sembari melihat wajah mas Gas yang putih bersih dengan bibir mas Gas yang berwarna merah muda merona, menandakan ia tak pernah merokok, semakin membuat bu Erni tergila². Lalu ia mengalungkan kedua tangannya di bahu mas Gas. Ia dekatkan wajahnya dengan bibir mas Gas sambil berbisik.
“Gas sayang.., ibu bimbing yah. Mas Gas ikutin aja, ibu tau mas Gas baru pertama kali kan”, ucapanya lembut.
“iii…iya buu..”, suara mas Gas terdengar pelan dan bergetar.
Bibirnya semakin dekat dengan bibir mas Gas. Lalu dengan perlahan, ia tempelkan bibirnya dengan bibir mas Gas, ia kecup lembut. Tampaknya mas Gas yang pemula sangat kaku. Terlihat bibir mas Gas hanya diam, tak bergerak mengikuti gerakan bibir bu Erni.
Kembali bu Erni dengan sabar membimbingnya. “Gas sayang, lingkarkan tanganmu di pinggang ibu yah, gini loh…”, seraya memegang lengan kekar mas Gas, kemudian menempelkan kedua tangannya di pinggang kanan dan kiri. Semangka bu Erni yang lembut dan kenyal kini menekan tubuh mas Gas, seiring bu Erni yang semakin mendekatkan badannya, dan kontol mas Gas yang tegang menempel di perut dan sebagian payudara bu Erni, karena panjangnya hampir selengan dan tebal, kepala kontolnya menyentuh belahan bawah payudara bu Erni, terasa hangat dan semakin memacu aliran darah bu Erni. “Gede banget sayang…., panjang lagi…”, ucap bu Erni pelan.
“Hah, aaa..apa..nya yya..yang gge..gede bbbuuu…” tanya mas Gas.
“Tuh…kontolmu, gede banget, ibu merinding sayang….” sembari melirik ke arah bawah.
Mas Gas pun kaget, karena baru kali ia mendengar dari mulut wanita yang menilai kontolnya gede. “Ggge..gede bu?”, tanyanya penasaran. “Bbu..bukannya sse..semua.llaki-laki ssa…sama uukuurrrannya?”
“Ya gak dong sayang, klo kamu liat kontol suami ibu, baru kamu tau kalo punya kamu itu super”, ucap bu Erni meyakinkan dan memuji. Maklumlah, mas Gas berfikiran seperti itu karena memang tak pernah sekalipun ia melihat kemaluan laki² lain. Begitu polos dan lugu.
Obrolan mesum itupun sejenak terhenti, manakala bu Erni kembali mencium mas Gas, sambil berbisik, “ikutin bibir dan lidah ibu ya sayang”. Mas Gas pun mengangguk. Kini bibir keduanya saling berpagut mesra, lidah mereka saling berpadu, saling melumat satu dengan lainnya. Sambil tangan kanan bu Erni mengelus² rambut mas Gas, tangan kirinya ia turunkan ke bawah sambil membelai lembut bahu, turun ke dada, ia usap² mesra, lalu ia susupkan ke belakang dan mulai mengelus² punggung mas Gas yang padat berotot.
Tampaknya mas Gas mulai bisa mengimbangi gerakan bu Erni, kini tangannya yang masih melingkar di pinggang bu Erni, perlahan ia gerakkan. Ia elus² punggungnya, dan ia turunkan ke bokong besar bu Erni. Ia remas² dengan kedua tangan, terasa kenyal dan sintal. Jari²nya pun ia arahkan ke belahan bokong bu Erni, ia raba² sampai² bu Erni pun sedikit menggelinjang.
Mmmmppff…mmmpff..sluurp…mmmpf…mmpf…mmmpf… sluuurp…cluup…clupp…mppf…
ciuman kedua pasangan hot itu semakin menggebu², keduanya semakin bernafsu. Sekitar 10 menitan lamanya mereka saling berciuman dan berpelukan erat. Air bercampur keringat saling membasahi permukaan kulit keduanya, menjadikan licin dan berpadu lembut.
“Mas Gas, sambil tiduran yuk”, mas Gas pun hanya menurut, dengan tubuhnya yang kekar dan berotot, ia tahan punggung dan kepala bu Erni, ia rendahkan dan dengan lembut ia rebahkan di kasur. Bu Erni pun semakin melayang² merasakan keperkasaan tubuh mas Gas. “Perkasa banget sih mas Gas badan kamu, keker, bikin ibu makin sayang…” bisik bu Erni di dekat telinga mas Gas, yang kini ada di samping kepala bu Erni. “Jenengan bbb..bisa aa.ja buuu”, balasnya dengan tersenyum.
Ia robohkan tubuhnya disamping bu Erni, lalu bu Erni memiringkan badannya ke kanan, ia silangkan pahanya ke atas perut mas Gas yang sixpack dan basah oleh keringat bercampur bulir² air, paha putih mulusnya pun bergesekan dengan kontol mas Gas yang masih tegang.
“aaah… buuu…”, sentuhan lembut dari paha mulus bu Erni membuat mas Gas mendesah nikmat.
“gemesin banget kontolmu mas Gas”, ucap bu Erni mesra.
“Iibuuu…”, hanya itu yang keluar dari mulut mas Gas sambil memejamkan mata, menikmati sentuhan tubuh bu Erni.
“Belum di pegang aja udah mendesah, gimana klo dikulum, hihi…”, ucap bu Erni dalam hati sambil tersenyum genit. Ia sengaja tak memegangnya dulu, karena ia ingin mas Gas juga menyentuh dan melumat vaginanya dengan bibirnya. Ia ingin kenikmatan itu dirasakan bersama pasangannya.
Tangan kiri bu Erni mengelus2 dada mas Gas yang ditumbuhi rambut2 halus. Iapun menyandarkan kepalanya diatas dada mas Gas. Sudah seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Tangan kiri mas Gas menyangga belakang kepala bu Erni sembari mengelus² rambut bu Erni yang harum. Mas Gas pun mulai berani mencium kening bu Erni, ia kecup dengan mesra. Bu Erni pun dibuat melayang, ia pejamkan mata seolah betul2 menikmati keromantisan yang berbalut hasrat birahi malam itu.
Mas Gas pun seakan² melupakan tujuan utamanya malam itu. Ia larut juga dalam pelukan atasannya, bu Erni. Dalam hatinya sebenarnya berontak, karena teringat akan nasehat mamah papahnya, bahwa ia tidak boleh menyentuh wanita, apalagi berzina sebelum menikah. Apalah daya, nafsu dan godaan wanita montok dan seksi itu begitu besar. Membuatnya semakin larut dalam hasrat birahi.
Hampir 30 menit lamanya mereka rebahan tanpa satu patah katapun. Jam dinding saat itu menunjukkan pukul 20.30 malam. Dan diluar, hujan nampaknya telah reda. Bu Erni yang meninggalkan hapenya di kamar dengan mode getar, otomatis tidak menyadari ada 3 pesan masuk dan 3 panggilan tak terjawab dari seseorang. Ya, pesan dan misscall itu dari bi Resti. Seorang janda yang tak kalah seksi dan montok dari bu Erni, hanya nasib dan warna kulit yang membedakan mereka.
Bi Resti datang malam itu menggunakan kaos longgar dan celana kain. Ia ikat rambutnya yang sebahu, dengan balutan lipstik tipis di bibirnya. Meski memakai kaos longgar, bongkahan payudaranya yang disangga BH ukuran 40B itu masih terlihat menonjol. Celana jeans biru muda pun seperti tak cukup menahan bokong bi Resti yang besar dan montok.
Rupanya bi Resti sudah ada diluar pagar sekitar 15 menit. Bi Resti pun kembali menelpon bu Erni, yang membuat hapenya bergetar mendekati bibir meja, dan….. GLODAK… HP bu Erni jatuh ke lantai, namun tetap bergetar. Suaminya yang masih terlelap juga tak mendengar suara gaduh itu.
Mendengar ada suara benda jatuh, bu Erni pun kaget dan tersadar. Ia bergegas bangun dari pembaringan, meninggalkan mas Gas sendiri di kamar. “Sebentar ya sayang…”, ia bangkit dan segera memakai kembali dasternya, karena buru², BH dan sempaknya ia tidak ia pakai. “Iiiya buu…”, jawab mas Gas yang agak terheran².
Mas Gas pun buru² menegeringkan badannya, dan memakai pakaian yang sudah disiapkan bu Erni tadi. Kaosnya sih cukup nyaman, namun, boxernya yang kekecilan, sehingga kontol mas Gas yang perlahan kembali ke bentuk semula, tak cukup bersembunyi di balik boxer milik suami bu Erni. Kepala kontolnya menyembul keluar di paha sebelah kiri karena saking besarnya.
Iapun mencoba menaikkan, lalu ia posisikan miring. Memang sudah tertutupi sempurna, namun ketika ia coba berjalan, posisinya berubah lagi menjuntai kebawah, menyembul lagi keluar melewati batas boxer kecil itu. Berulang kali mencoba posisi baru tetap saja sama. Akhirnya ia berinisiatif berjalan sambil menahan dengan tangan, agar posisi kontolnya tidak menjuntai lagi ke kanan ataupun ke kiri celana boxer itu.
Sementara itu, bu Erni yang sudah di kamar utamanya, mengecek keadaan suaminya, karena masih tertidur pulas, ia pun merasa lega. Ia segera memungut HP nya yang jatuh, lalu membuka pesan. Benar saja, itu adalah pesan dan misscall dari bi Resti yang sedari tadi sudah berdiri di depan pagar.
Bu Erni pun bergegas menuju ke depan dengan hanya menggunakan daster tanpa dalaman. Setengah berlari sehingga membuat payudaranya yang besar berayun naik turun, pantatnya pun bergoyang dan bergetar indah. Mas Gas yang akan keluar kamar, melihat itu, ia pun lalu mundur selangkah, dan hanya mengintip dari balik kusen pintu.
Ia terpesona lagi akan keindahan tubuh atasannya. Sembari dalam hati bertanya² ada apa gerangan hingga bu Erni buru² keluar. Dan perasaan cemas pun menghinggapi benaknya. Ia takut ada tamu atau saudara bu Erni yang tiba2 datang. Iapun tetap bersembunyi di kamar itu sambil sesekali mengintip keluar.
“Assalamu’alaikum bu. Betul bu Erni ya? Tanya bi Resti yang melihat seorang wanita berdaster berlari kecil menuju pagar.
“Walaikumsalam, iiiya betul. Jenengan bbb..bi Resti ya?” Balas bu Erni sambil mendengus² nafasnya karena berlari.
“Nggeh betul bu. Saya pikir jenengan ketiduran karena saya datangnya malam sekali. Ngapunten nggeh bu (maaf ya bu), saya mesti nuggu anak saya bisa mengantar, soalnya tadi anak saya ada acara tahlil di tetangga”, terang bi Resti.
Drrrreeeeeeeedegdegdegdeg… pintu pagar pun dibuka bu Erni sambil mempersilahkan masuk.
“Mboten nopo² bi (tidak apa² bi), nggak kok, saya gak ketiduran, tadi saya sedang mengerjakan tugas dari kantor di dapur. Lha HP nya saya taruh di kamar. Sambil putar musik di laptop, jadi saya gak kedengeran ada chat masuk”, kilah bu Erni. Sebuah alasan spontan yang cerdik.
Keduanya lalu masuk, dan bu Erni mempersilahkan bi Resti duduk di sofa. “Ayo bi, silahkan duduk, saya buatin dulu teh hangat ya”, tukas bu Erni. Bi Resti yang merasa statusnua sebagai pembantu, langsung duduk di lantai.
“Nggak usah bu, makasih”, ia jawab sambil melipat kakinya di lantai.
“Loh, kok duduk bawah bi?, nyantai aja, ayo dong, duduk di sofa. Jangan karena mau kerja sebagai pembantu, bi Resti lalu duduk di bawah!”, balas bu Erni, sembari mendekati bi Resti lalu menyuruhnya bangkit.
“Anggap aja saya sebagai teman bi Resti”. Meskipun kaya raya, bu Erni adalah sosok wanita yang humble.
“Aduhh, bu Erni, saya malu bu, nanti dilihat bapak, dipikir saya tidak sopan”.
“Halaaaah bi Resti, udah duduk aja di sofa. Bapak sudah tidur bi. Klo bi Resti gak duduk di sofa, saya suruh pulang loh…”, ancam bu Erni sambil terkekeh.
“Saya kebelakang dulu ya bi, duduk² aja dulu!”.
Bi Resti pun menuruti kata² majikannya. Sambil ia duduk di sofa yang empuk dan elegan, ia pandangi isi dalam rumah bu Erni. Baru kali itu ia bekerja di sebuah rumah mewah. Dinding rumah bu Erni yang dilapisi wallpaper berkelas, lampu gantung di ruang tamu yang berkilauan, sofa dan meja tamu yang lux, membuat bi Resti takjub.
Di dapur, bu Erni lalu membuat teh hangat, mengambil dua toples camilan, lalu ia bawa ke depan.
“Nah, gitu dong, kan jadi gak kikuk”, ucap bu Erni yang berjalan ke arah ruang tamu. “Diminum dulu bi, jangan sungkan, ini juga cemilannya. Maaf hanya dua macam kue kering, maklum jarang ada tamu.”, tegas bu Erni sambil ia duduk di depan bi Resti.
“Aduuuh bu Erni iniloh, saya makin sungkan”, balas bi Resti sambil menunduk.
“Halaaah bi Resti ini. Anggap aja rumah sendiri bi, kan nanti juga bi Resti bakal sehari² di rumah ini”, sahut bu Erni.
“Oh iya bi, saya langsung aja jelaskan tugas² bi Resti ya?”
“Bi Resti seminggu dua kali mengepel, setrika baju juga seminggu 2 kali saja. Dan yang penting, bi Resti jagain bapak, bapak minta makan apa, bi Resti yang masakin, jangan lupa pantangan makanan bapak ya!. Nanti seminggu sekali, ada mas Gas yang datang tiap jumat, mengantarkan obat untuk bapak. Bi Resti nanti yang menyiapkan obatnya, pagi dan sore, jangan lupa juga baca aturan pakainya.
“Baik bu, siap”, jawab bi Resti dengan yakin.
“Ada tukang sayur yang lewat tiap pagi, biasanya tukang sayur itu berhenti di dekat bundaran, nanti bi Resti belanja aja disitu. Uang belanja saya letakkan di bufet televisi ya”,
“Nanti klo ada kembalian atau sisa uang belanja, bi Resti simpan boleh. Mau pakai untuk keperluan bi Resti juga boleh. Asalkan bi Resti sudah masak buat bapak.”
“Baik bu, saya paham. Moga² bu Erni cocok dengan hasil kerja saya ya” balas bi Resti.
“Aamiin, sebelumnya maaf ya bi, kalo nanti saya agak cerewet. Hihi, soalnya saya suka kalo rumah saya bersih. Saya yakin bi Resti bisa mengerjakan semua, saya juga sudah mendengar dari ibuk saya tentang bi Resti. Moga² kita bisa cocok ya bi”
“Nggeh bu, aamiin…”
“Kalo gitu, sekarang saya antar bi Resti ke kamar pembantu ya. Dihabiskan dulu itu teh nya bi!” Kata bu Erni sambil mulai berdiri.
Glek..glek…glek…
Bi Resti pun menghabiskan teh hangat tadi, lalu membawa serta gelas dan toples camilan, sambil mengikuti bu Erni menuju ke kamar pembantu.
Sambil mengikuti bu Erni, ia menoleh ke kanan dan kiri, memang tak begitu besar bangunan utamanya. Yang membuatnya tampak besar dari luar adalah halamannya. Di belakang juga ada kolam renang berukuran 4×8 meter. Terpisahkan dinding kaca dapur dan ruang makan. Kamar bi Resti sendiri ada di depan kolam renang, cukup besar menurutnya.
Mas Gas yang dari tadi sembunyi di kamar tamu, menguping sayup² pembicaraan bu Erni dan bi Resti. Ia tak menyangka ternyata calon pembantu bu Erni juga datang malam itu. Tak lama kemudian, bu Erni akhirnya menemui mas Gas, ia lalu menutup pintu kamar.
“Mas Gas, maafin ibu ya…”, sapanya dengan wajah sedikit cemas, takut pria idamannya kecewa. “Ibu bener² gak nyangka bi Resti datang semalam ini”, jelasnya. Ia pun memeluk tubuh mas Gas dengan erat. Menandakan penyesalan.
Memang mas Gas terlihat sedikit kecewa, namun apa daya, gairah dan nafsu liar telah merasukinya. Memandang wajah bu Erni yang memelas, ia tak tega.
“Iya gakpapa bu, trus gimana dengan bapak? Apa masih tertidur?”, tanya mas Gas. Bu Erni pun mengangguk sambil kepalanya disandarkan di dada bidang mas Gas. Mas Gas pun membalas pelukan bu Erni dengan tangan kanannya.
“Kok cuman satu tangan aja peluknya sayang?”, tanya bu Erni yang mesakan tangan kiri mas Gas mengganjal di payudara dan perut bu Erni.
“Hmmm…Jujur saya bingung gimana pulangnya bu, dengan pakaian seperti ini”, sambil melirik ke arah boxernya yang ia pegangi terus dari tadi.
Bu Erni tak menjawab pertanyaan mas Gas, ia malah balik bertanya dengan senyum². Dalam hatinya senang, ia bisa melihat pria perkasa itu dengan pakaian minim. Seolah bu Erni tahu, kontol mas Gas gak akan muat di celana boxer itu.
“Kekecilan yah?, tanyanya sembari tersenyum.
“Hehe, tuh liat aja bu”, lalu ia melepas pegangan tangannya. Dan kontol mas Gas pun seketika itu melorot menjuntai ke bawah, terlihat kepala kontolnya mengintip keluar.
“Iiiihhh… kaget ibu, kontolnya nongol, keliatan seksi kamu mas Gas, menggoda ibu banget”. Godanya. Jarinya pun memelintir² puting mas Gas, membuat mas Gas mendesah. “Sssh… aaah.. ssssshhh…, buuu, oooouuhhh…”. Lalu kontolnya yang menjutai mulai berkedut, mulai mengembang, menekan sedikit demi sedikit kain boxernya.
“Bu Erni yang melihat perubahan kontol mas Gas yang begitu cepat, ikut terangsang. “Wiiih… sayang….sssshh…. dedenya cepet bangun”, ia lalu menurunkan tangan kanannya, ia mulai membelai² dan mengusap² batang kontol mas Gas. Mas Gas yang kaget dengan sentuhan bu Erni, makin mengerang merasakan sensasi baru.
“Aaargghh…ooohh…iii..ibu sayang….. enak banget dipegang ibu sambil dielus² gitu. .”, ucap mas Gas sambil ia mendongakkan kepalanya ke atas, merasakan kenikmatan di ubun²nya. Kata² yang keluar dari mulut mas Gas makin berani, ia mulai berani memanggil bu Erni dengan kata sayang.
“Sayang…ini baru ibu pegang loh, belum ibu….”, sahut bu Erni yang terus mengelus, sambil sesekali mengocok kontol gede mas Gas.
“Belum diapain sayang?”, tanya mas Gas.
Tanpa menjawab, bu Erni melepas genggamannya, lalu memasukkan tangannya ke dalam boxer mas Gas, meraih kontolnya yang semakin menegang, ia bimbing keluar dari celana boxer itu. Setelah kontol mas Gas membujur di depan perutnya, lalu ia pelorotkan boxernya.
Bu Erni menurunkan badannya hingga kini wajahnya sudah ada di depan batang kontol mas Gas, ia raih kontol yang sudah menjulang ke atas itu, lalu ia coba arahkan agar sejajar mulutnya. Agak susah memang, karena saking tegang dan kerasnya kontol mas Gas, akhirnya bu Erni menaikkan badannya, hingga ia membungkuk, ia lalu jilat kepala kontolnya, ia coba masukkan ke dalam mulutnya.
Mas Gas kaget, saat melihat ke bawah, hanya nampak kepala bagian belakang bu Erni yang sedang membungkuk, menempel di tukaknya. Merinding bercampur nikmat. Itulah yang dirasakan mas Gas.
Karena hanya kepala kontol yang bisa masuk ke dalam mulut, bu Erni kocok pelan naik turun kontol mas Gas. Sembari sesekali membelai buah zakarnya yang besar. “Gak kebayang kontol sebesar ini masuk ke memekku, menjebol anusku….aaaah….ssssssh…..”, ucap bu Erni dalam hati sambil terus memainkan lidahnya di kepala kontol mas Gas hingga becek oleh air liur. Ia mencoba memasukkan lebih dalam, namun apadaya, terlalu tebal kontol mas Gas. Padahal ia sudah membuka mulutnya lebar².
Mas Gas hanya bisa mendesah, ia tak penasaran aksi apapun yang dilakukan bu Erni, ia hanya pasrah dan menurut.
Kepala bu Erni naik turun di depan mas Gas sekitar 10 menitan, wanita itu tengah asyik mengulum² jamur mas Gas, menjilat, dengan penuh nafsu. Bu Erni benar² menikmati batang perkasa anak muda itu. Ia juga menciumi, membasahi batangnya yang panjang dengan air liurnya, naik turun mengikuti arah kontol mas Gas yang menjulang keatas, menonjolkan urat² yang sangat menggairahkan.
“Bbbuuuu….sayang…aaaargh…aarhhh….oooh….sssh…ooooh…ooh….ssh, enak banget buuuu…”, erang mas Gas.
“Enak ya sayang…. mmmpffff…mmpff…sluuurp…sluurp..clup…mick…mick…mmmpfff..clup…clup..”
“Iii…ibu..ssss..sayang… aku mmm…mmaaa..mauuu kkekke..keluaaar…., awas minggir buuu….”, ucap mas Gas sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Ia menyuruh bu Erni untuk mundur karena ia akan orgasme. Namun bu Erni malah terus mengulum kepala kontolnya, yang makin lama makin mengkilat. Batangnya pun berkedut², buah zakarnya tertarik naik, menandakan anak muda itu akan klimaks.
Namun bu Erni tak melepaskan kepala kontol itu, ia diamkan di dalam mulutnya sambil mengocok batangnya dengan cepat, ia juga elus² buah zakar mas Gas agar mas makin terangsang. “Tahan yyyaa…mmmpff ..ssa…yaaang.. tahan sammppf..pai…kkamuuff.. ggakhh…kuatfff”, ucap bu Erni sambil tetap mengulum kepala mas Gas.
“Sssaaaayaaaaang…. aaaaaaargh…..aku gak nnnaahan buuu….”, seketika tubuh mas Gas mengejang hebat dan….
Serrrrr….serrr…serrrr….serrrrr…..seeeeeerrr….sseeeer..ssseeeeeeeeeer…serrr..serr. Semburan pejuh yang amat banyak itu memenuhi mulut bu Erni. Dengan lahap ia menelan cairan yang putih dan kental dari mas Gas. Karena tak mampu menampung, ada sebagian kecil yang mengalir keluar lewat sela² mulutnya. Ia pegangi paha mas Gas yang masih sesekali bergetar, mengalirkan kejutan² ke kepalanya, kontolnya pun berdenyut² dan masih tegang. Bu Erni yang mulut dan dagunya belepotan pejuh, tersenyum puas, memandang ke arah kontol mas Gas yang masih tegang, ia sasar lubang pipisnya, lalu ia sruput sisa² pejuh dengan menekan² jamurnya.
Sluuurrrpppp…clup…slup…
“Aaaaaahh….sss…. ibuu…, enak banget rasanya buuu”, ucap mas Gas yang puas dengan orgasmenya. Ia terperanjat, cairan pejuh yang ia keluarkan ternyata diminum habis oleh bu Erni. “Ii..ii.ibu…minum spermaku?”, tanya mas Gas keheranan. “Hehehe…, lezat sekali sayang”, nampak wajah bu Erni tersenyum kepadanya. “Huuummmm…yummy”, sambil lidah bu Erni menjilat yang tersisa dan menempel di sekitar bibirnya.
“Ini protein buat kulit mas Gas, emang gak tau yah? Juga bisa mengurangi stress. Makanya ibu suka telen, punya mas Gas juga buanyak banget, kental lagi, sampai gak cukup mulut ibu”, ucap bu Erni memuji. “Sperma yang sehat, warnanya putih kental sayang, itu artinya kamu bener² fit dan jarang onani”. Jelas bu Erni.
“Oooh gitu, aku baru tau bu”, jawab mas Gas. “Tapi iniku gak lemes² bu, gimana?”, tanyanya khawatir karena kontolnya masih belum juga kembali ke ukuran normal.
“Hihihi, itu artinya minta nambah, nambah yang lebih seru… xixixixi”, canda bu Erni sambil meremas² lembut kontol mas Gas yang masih tegang dan keras. “Inilooooh bikin gemes ukurannya…gede banget, hihi”, ucap bu Erni lagi menggoda, sambil ia ciumin lagi kepala kontolnya mas Gas.
“Aaaauuuhhh…buuu….godain aku terus sih, sssshh…ooh…”.
“Hihi, kamu perkasa banget sayang…, udah ngecrot segitu banyak, kontolmu masih keras seperti ini”, kagumnya bu Erni sambil menggeleng²kan kepala. Ia makin yakin jika obat perangsangnya memang sudah bekerja.
“Mau ibu ajarin yang lain sayang?, lebih nikmat lagi lohh”, bu Erni menggoda lagi. “Diajarin apa lagi bu?”, tanya mas Gas penasaran.
Tiba²….
Buuuu…buu…. terdengar suara panggilan dari arah belakang.
Mereka berdua pun terkejut. Mas Gas berusaha memakai boxer dan menyarungkan kembali kontolnya yang masih tegang. Karena gak cukup, ia arahkan ke atas menempel perutnya, ditekan oleh karet pinggang boxer lalu ia tutupi dengan kaos. Namun masih terlihat menonjol di atas perutnya. Apa daya hanya itu yang bisa ia lakukan. Iapun menutupi perutnya dengan tangan.
Bu Erni pun lalu memakai dasternya lagi, ia segera membuka pintu kamar, “sebentar yah sayang…”, ucapnya sambil berjalan keluar kamar, lalu ia tutup pelan².
Ceklek…
Bi Resti kini sudah ada di dapur, melihat bu Erni keluar kamar, ia pun menghampirinya. Sebetulnya bu Erni tadi hendak mengambil minum di dapur, karena berdekatan dengan kamar tamu, ia mendekat ke dinding, lalu ia tempelkan telinganya, ia sayup² mendengar suara² saling mendesah dari dalam kamar. Ia dengar percakapan keduanya tadi, dan ia pun kaget. Namun ia tak berani berbuat apapun, ia hanya menunggu sampai mereka berdua selesai. Bi Resti tau saat mereka sudah selesai dengan mendengar erangan mas Gas. Lalu segera menuju dapur, agar seolah² ia dari arah kamar belakang. Ia beralasan bertanya dimana letak mesin cuci dan ingin diajarin cara menggunakannya.
“Ya bi, ada apa panggil² saya barusan?”, tanya bu Erni.
“Anu bu, aaa…aanu… itu bu Er”, agak gugup bi Resti menjawabnya. “Kok gelagapan gitu toh bi? Ada apa? Ada tikus, kucing, ato ada apa?”, tanya bu Erni.
“Itu bu, saya mau tanya tempat mesin cuci, sekalian saya minta diajari cara pakainya”, jawab bi Resti. “Biar besok saya bisa mulai mencuci baju² kotor, soalnya sy lihat di keranjang baju kotor sudah numpuk”, imbuhnya.
“Oowalaah, iya bi, kirain ada apa”, jawab bu Erni, “sini ikuti saya!”, sambil berjalan ke arah pintu di samping bak cuci piring. “Nah ini mesin cucinya, ada di dalam pintu ini. Gini caranya…”, kata bu Erni sambil menjelaskan ke bi Resti.
Dalam hati bi Resti, “bu Erni dasternya keliatan basah, kulitnya juga seperti keringetan. Kalo mandi malam² gak mungkin, soalnya pas ketemu tadi bu Erni rambutnya harum shampo Memang orang ini sedang ada sesuatu sama orang lain di kamar tadi”. Nampak bi Resti gak seberapa fokus.
“Bi, gimana, udah bisa kan. Gampang kok”.
“Ehh iya bu, gitu aja nggeh. Jemurnya dibelakang situ ya bu?”, jawab bi Resti sambil tersadar dari lamunannya.
“Iya disana bi, tapi sebelum jemur, dikeringin dulu disini, biar jemurnya gak terlalu lama, pake tombol yang ini”, jawab bu Erni sambil menunjuk tombol ‘drain’.
“Nggeh bu, siap, saya mengerti”. Sahutnya. “Ya udah kalo gitu saya ijin tidur duluan nggeh bu?”
“Iya bi, silahkan. “Oh iya sebentar, jangan lupa besok pagi jam 5 bi Resti sudah harus siapkan makanan. Bahan² ada di kulkas, menunya sudah saya tulis kertas, sy tempel di kulkas, disitu juga ada jadwal bapak minum obat, semisal mas Gas, orang suruhan saya gak datang kesini. Mas Gas datang seminggu sekali sesuai arahan saya, orangnya yang ambilkan obat buat bapak. Kalo mas Gas datang, ya obatnya langsung disiapkan, kalo gak, ya bi Resti yang siapkan.” Terang bu Erni panjang lebar.
“Nggeh bu, saya paham, saya duluan nggeh bu”.
“iya bi, silahkan”
Sambil berlalu, dalam hati bi Resti menduga jika laki² yang bersama bu Erni itu adalah mas Gas. Hanya saja ia belum tau seperti apa wajahnya.
Bu Erni sengaja berlama² di dapur, ia menunggu bi Resti masuk ke kamarnya. Sedang bi Resti sendiri, sebenernya penasaran laki² itu, ia pun berencana menguping lagi. Namun apa daya, selama dia menunggu dengan rebahan, ia tertidur.
Setelah 5 menit, ia melongok ke arah kamar bi Resti, saat dirasa aman, bu Erni pun segera kembali ke kamar tamu.
Ceklek, suara pintu kamar tamu dibuka. Mas Gas yang was was, bersembunyi di balik lemari yang ada di samping pintu.
“Sayang…. dimana?”, tanya bu Erni.
Mendengar suara bu Erni, iapun lega, ia lalu keluar dari balik lemari. Lagi², mas Gas buat bu Erni bernafsu, karena ia jalan dengan kontol yang menjuntai kebawah melebihi boxer pinjaman itu.
“Bi Resti ya bu?” Tanyanya sambil berjalan ke kasur, lalu merebahkan diri. “Iya sayang, bi Resti tadi nanya tempat mesin cuci, sama minta diajarin cara pakainya”, jawab bu Erni.
“Sayang, kontolmu loh, intip² aku dari tadi. Hihi… gemes banget”, goda bu Erni yang juga berjalan ke kasur, namun ia hanya duduk di bibir kasur, sembari memandangi mas Gas yang rebahan dengan tangan dilipat di belakang kepalanya. Lalu ia mengelus² batang mas Gas yang tertidur, hingga akhirnya mulai mengembang lagi.
“Aiiih ibuuu… ada² aja loh, abis celananya gak cukup”, ucap mas Gas sembari melempar senyum. “Ibu suka banget anuku ya?, tanya mas Gas berbalik menggoda. Rupanya mas Gas makin berani bermesum ria dengan bu Erni.
“Banget sayang, suka banget, perkasa kontolmu”.
“Sayang jangan sebut anu dong, sebut aja kontol, biar kita makin kerangsang”, pinta bu Erni dengan wajah manja.
“Hihihi, iyaaa iya, ibuku sayang, kontol yah”, jawab mas yon mengiyakan.
“Gitu dong, nanti ibu ajarin yang lain, yang bikin kamu makin keenakan, hihhii…” sahut bu Erni. Sambil terus mengelus kontol mas Gas yang udah setengah tegang.
“Dede gede, nakal banget, godain ibu terus nih… iiiihhhh…”, iapun mulai sedikit membungkukkan badannya lalu mengulum kepala kontol mas Gas, sambil mengelus² batang. Tangan kirinya menahan tubuhnya, dan karena sedikit membungkuk, payudaranya yang besar akhirnya menyembul keluar di lipatan kiri kain dasternya. Mas Gas pun mengelus² payudara bu Erni, meremas² lalu memilin² putingnya.
“Ibu nakal banget yah, ssssh… aaah… sssh.. tete nya keluar juga tuh, ooooh buuu…. gge..gede banget tete nya buuu… aaaaah…”, ucapnya sambil mendesah keenakan karena kuluman bu Erni.
“Hihi, iya sayang, ssssh… oooh… tete ibu punya aaah…kamu, lakuin sesukamu sayang… oooh…sssh…, nakal sekarang tangan….aaah.. tanganmu.. aaauww.. sayang…”, balas bu Erni sambil mendesah juga.
Bu Erni lalu pelorotkan boxer mas Gas, dan kontol mas Gas pun… settt… berayun ke arah perut mas Gas, makin lama makin tegang, mengeras dan menggairahkan.
“Awww… dedenya nakal lagi…hihi… tegang banget, gemeeees…..”. Bu Erni pun menaiki tempat tidur dan mulai menunggingkan badan dan bokongnya yang semok diantara paha mas Gas. Iapun mulai menjilat² buah zakar dan batang mas Gas bergantian.
Memberikan kenikmatan untuk pria idamannya itu. Ia kulum² biji zakar yang berbulu halus itu, ia mainkan didalam mulutnya, sembari lidahnya diputar² seolah memijit² biji zakar, ia sedot, lalu jepit dengan bibirnya. Sambil sesekali melihat ke arah mata mas Gas, yang terpejam menikmati aksi bu Erni.
“Oooohhh…buu….sssh….nikmat banget…”
Tak luput juga biji zakar satunya, ia perlakukan sama. Hingga basah oleh air liurnya. Sembari tangan kanannya mengocok lembut batang mas Gas yang gede. Ia lingkarkan jarinya, namun karena terlalu tebal, maka tak cukup ujung2 jarinya bertemu. Makin membuat bu Erni bergairah.
“Mmmpfff…sluuurp…hhhmmm…hmmm…yock…yockk…flop..flop..flop..flop… hhmmmm…mppff… yock….yock…”, bi Erni lumurin semua bagian kontol mas Gas dengan air liurnya. Ia lumat habis²an. Mas Gas terus mengerang keenakan, bu Erni pun makin ganas mendengar erangan keenakan mas Gas.
Bu Erni pun berhenti sejenak, sambil tangannya tetap mengocok², mengelus² kontol mas Gas. “Sayang…. aku juga mau dienakin dong…” pinta bu Erni dengan manja. Mas Gas yang tengah menikmati, membuka mata dan melihat ke arah bu Erni.
“Dienakin gimana caranya bu? Gini kah?” Balas mas Gas sembari meremas² payudara bu Erni.
“Aaaw…. ssssh….. sayang… diremas² enak juga, tapi ada yang lebih enak, hihi…” tawanya nakal.
“Ooh, gimana itu sayang?” Tanya mas Gas.
“Kamu emut juga memek ibu yah… perlakuin seperti ibu manjain kontol gede kamu”. Jawab bu Erni.
“Oh gitu, ii…iiya boleh aja sih bu. Aku ngikut aja. Trus gimana caranya bu?” Tanya mas Gas lagi penasaran.
“Kamu rebahan aja, bantalnya diganjal lagi 1 yah, biar kepala kamu agak menunduk”. Bu Erni mengambil lagi 1 bantal, lagu ditumpuk untuk sandaran kepala mas Gas. Tanpa melepas daster, bu Erni memutar badannya, hingga kini kaki bu Erni mengapit kepala mas Gas. Memek bu Erni pun tepat berada di depan mulut mas Gas.
Mas Gas yang pemula, diam² mengendus² memek bu Erni. Tak ada bau pesing atau apapun, hanya bau khas vagina yang sedikit basah oleh lendir.
“Bau gak mas Gas, memekku?” Tanya bu Erni.
“Nggak bu, ada bau tapi bau yang aku gak pernah tau, dan tidak menyengat sih”. Balas mas Gas.
“Itu namanya bau vagina sayang, klo sering merawat, baunya ya seperti itu, hihi”, balas bu Erni terkekeh, begitu polosnya mas Gas hingga bau vagina pun tak tau.
“Ooh gitu bu, trus aku gimanain nih?”. Tanya mas Gas sambil kedua tangannya kini memegang pinggul bu Erni.
“Kamu jilat bibirnya, masukin juga lidahmu ke lubangnya yah. Kamu putar² lidahmu, trus kan ada benda kecil yang sebesar kacang, itu kamu emut dan jilat, nanti sesekali dua kali, kamu pasti mahir. Hihihi…” ucap bu Erni yang merinding karena gerakan bibir mas Gas tadi sesekali mengusap² bibir memeknya.
“Begini ya bu……”, jawab mas Gas sembari memulai aksi bibir dan lidahnya. Iapun ikutin arahan bu Erni tadi. Ia jilat² bibir vagina bu Erni, sesekali diemut dan tarik, lalu lidahnya masuk ke dalam liang sambil diputar². Dia sruput juga lendir yang membasahi liang vagina bu Erni. Membuat bu Erni kelonjotan.
“Aaaaah… sayang…. sssh….iiih….nikmat banget mas Yoooon…”
“auww…ahh..ah..ah…sssh…aah…ssssh…sssh.., ttte ruuus sayaaaang… tttee…tteerruuuussin…”
Tubuh bu Erni yang tengah menungging itu membuat pinggulnya bergerak naik turun, menggosok² memeknya di mulut dan wajah mas Gas. Tangan bu Erni pun melanjutkan mengocok² kontol mas Gas, sambil sesekali mengulum dan menjilati batang dan biji zakarnya. Hampir sepuluh menitan mereka saling lumat nelumat.
Bu Erni pun makin tak tahan dengan aksi bibir mas Gas. “Ssaaaayaaaang… ibu mau kkkee..keeeluuaaaar… ooooohh..oh..ah..aaah.. aaaah…iiiihhh…ssaaayang… telan lendir iiibbuuu yaaa…” erang bu Erni. “Iiibbbuuu…kkeeellluuuuaaaaar…..”
Pekikan panjang bu Erni dibarengi semburan lendir vagina yang hangat di mulut dan wajah mas Gas. Buru² mas Gas menutup liang vagina bu Erni dengan mulutnya, agar cairan lendir kenikmatan itu bisa ia telan.
Ssseeerrrr…serrr …serrr…..crottt..crroooot…mmmppfff…glek…glek…serrrr …glek….serrrrr…..serrr ….glek…..sluuurpp…sluuurrrp… glek…glek..
Sangat banyak cairan yang disemburkan vagina bu Erni ke dalam mulut mas Gas, mas Gas pun tampak kewalahan, hingga yang tak tertelan mengalir keluar mulut mas Gas, membasahi dagu dan lehernya. Ia jilat² habis lendir yang setengah lengket di bibir vagina bu Erni, ia sruput lagi lubang pipisnya sambil sesekali ia emut dan tarik.
Tubuh bu Erni pun lemas, lunglai, roboh diatas tubuh mas Gas dengan posisi memeluk kontol mas Gas yang masih tegang. Biji zakarnya menempel dengan mesra di bibir bu Erni, ia kecup² manja sambil ia kulum.
“Ssayaaaang….makasih ya udah bikin ibu enak”.
“Hmmmpfff…hhhmmm..iiya sayang, ibuku sayang….sluuurp…sluurrp..”, ucap mas Gas sambil membersihkan sisa² lendir yang menempel di mulutnya.
Sekitar 10 menit mereka saling berpelukan dengan posisi badan berlawanan. Tanpa ada satu katapun, hanya dengusan nafas kelelahan dan kepuasan yang nampak diantara keduanya.
Dddrrrrt….drrrrt….drrrrt….drrrrt ….
Terdengar suara HP yang bergetar. Rupanya suara itu berasal dari dalam tas mas Gas. Bu Erni yang nampak tertidur, perlahan dipindahkan mas Gas, ia letakkan bantal di kepala bu Erni. Mas Gas pun mengambil selimut untuk menutupi tubuh bu Erni. Sudah seperti suami istri. Lalu perlahan mas Gas bangkit dari tempat tidur, mengambil HP dari dalam tas nya.
“Le… sudah malam. Mau pulang jam berapa? Pintu depan mamah kunci ya, kuncinya sudah mamah cabut. Cepet pulang, besok kan harus bangun pagi subuhan.” Chat dari ibu mas Gas rupanya. Ia pun bingung, ingin pulang, tapi siapa yang bakal mengunci pintu rumah bu Erni. Karena bajunya ada di jemuran belakang. Akhirnya ia mengendap² keluar, menuju jemuran belakang untuk mengambil bajunya yang memang masih agak basah. Bi Resti yang terjaga karena kebelet pipis akhirnya bangun.
Tak disangka tak dinyana, mas Gas yang hanya memakai boxer bertemu dengan bi Resti. Keduanya kaget dan hampir berteriak. Bi Resti pun tertegun, melihat ada laki² lain di rumah itu. Dan yang paling membuatnya syok, ia melihat kontol sesuatu yang menyembul keluar dari balik celana boxer pendek itu. Ia segera menutup kedua matanya.
“Aduhhhh…, apa²an sih, kamu siapa?” Tanya bi Resti dengan sedikit mengernyitkan dahinya.
“Mmmaaa..maa.maaf..aaa aaku mas Gas..tteman…bu Erni” sambil buru² mas Gas mengambil baju dan celana yang agak basah tadi lalu memakainya.
“Aaan..da bbi Mminah ya?, tanya mas Gas balik.
“Iya, saya bi Resti, pembantu baru bu Erni” jawabnya.
“Ooh ya udah, aku pulang dulu bi, tolong pintunya ya dikunci a”. Ucap mas Gas sambil berlalu keluar.
Dalam hati bi Resti, rasa penasarannya terjawab sudah. Rupanya itu yang bernama mas Gas. Namun dalam rasa penasaran itu, ada rasa penasaran juga dengan sesuatu yang tadi ia lihat, sesuatu yang ukurannya melebihi jauh dari ukuran milik mantan suaminya.
Karena kebelet pipis, pikirannya tadi terbang bersama angin. Ia segera ke kamar mandi lalu membuang hajatnya dan kembali ke kamar.
Sedang bu Erni yang terlelap tidur di kamar tamu, tak menyadari bahwa pria idamannya pergi tanpa pamit, namun meninggalkan kesan yang membuat bu Erni makin sayang dan bernafsu.
Mas Gas yang pulang malam itu dengan pakaian agak basah, membawa sebuah pengalaman baru yang akan selalu membekas, bahkan mungkin akan terulang lagi, dari guru seks cantik dan montok.
Bersambung…