Nada chat masuk terdengar di HP mas Gas.
“Berangkat jam berapa kesini sayang?” Tanya bu Erni dalam chat nya. Mas Gas yang kebetulan berada dekat dengan HP nya, langsung membuka dan membacanya. Iapun segera membalas chat dari ibu² bernafsu tinggi itu.
“Ini udah siap² sayang, mau berangkat abis ini, mau nitip dibeliin sesuatu tah?”, balas mas Gas.
“Beneran nih? Tapi aku takut kamunya ntar malu, hihi…”, balas bu Erni.
“Loh, emang mau beli apaan kok pake malu?”, tanya mas Gas heran dengan mengernyitkan dahi. Ia penasaran.
“Kondom sayang”.
“Hah??? Gak salah sayang, buat apa? Beli dimana?”, tanyanya heran sambil garuk² kepala. Pikirnya, bu Erni ini aneh, kemarin nelen semua pejuhku, eeeh sekarang minta kondom. Namun karena sudah diminta oleh wanita yang spesial buatnya, ia hanya menuruti. Bu Erni lama tak membalas pertanyaan mas Gas. Lalu mas Gas mengechat lagi. “Iyaaa iya, nanti aku belikan. Mau yang merk apa sayang?”, tanya mas Gas.
“Hehehe. Asiiiikkk…. beli yang durex yah, yang extra protection. Itu lebih kuat, makasih ya sayang, dah buruan berangkat gih, ati²”, jawab bu Erni.
“Hmmm iya iyaa, ya udah aku berangkat sekarang. Mmmuuaaach…”
“Mmuaach..”
Akhirnya mas Gas berjalan keluar kamar, di ruang keluarga sudah ada papah mamahnya yang lagi asik nonton acara televisi.
“Mau berangkat kesana le?”, ucap ibunya yang sambil memangku toples cemilan.
“Iya mah, seperti kemarin ya, kalo ngunci pintu, kuncinya jangan lupa dicabut. Biar Gas bisa masuk”, jawabnya.
“Le, sudah kamu kirim fotomu ke HP papah?”, sela ayahnya.
“Oooh iya pah, ya udah tak kirim sekarang”, sejenak mas Gas membasuh² HP androidnya untuk memilih fotonya yang akan dikirim. “Udah pah, aku dah kirim 2, ntar papah pilih aja yang mana terserah”, imbuhnya.
“Ya wes, nanti papa lihat, jangan pulang larut malam, inget ndak enak dilihat tetangganya. Masio (meskipun) kamu gak ngapa²in disana.” Pesan papahnya. Mas Gas pun hanya tersenyum mendengar kata² papahnya.
“Paaah paah… kan udah cerita anakmu kalo perumahannya sepi, tetangganya gak peduli.”. Celetuk mamahnya. “Tapi yo ndak ada salahnya sih le ikutin kata papahmu, cuman ya terserah sih le…”
“Heleeeeh… iya iyaaa mah, pah, tak usahakan gak malam² pulangnya, ya wes Gas berangkat. Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”, sahut mereka berdua.
Tak lama kemudian, mas Gas tiba di sebuah minimarket. Ia memarkir motornya, lalu masuk dan segera membelikan keinginan wanita idamannya. Ia tampak kikuk, sedikit kebingungan bercampur malu. Belum pernah seumur hidupnya ia membeli kondom. Hatinya degdegan saat akan memasuki minimarket itu, karena saat itu memang sedang banyak sekali pelanggan.
Selamat sore, selamat datang di indomaret, selamat berbelanja. Ucap kasir indomaret, seorang wanita cantik, dengan bernama Feni Artika Ghani, kulitnya putih, payudaranya sih standar, gak kecil dan gak besar, ukuran 34C, pantatnyapun juga tak terlalu besar. Bisa dikatakan body nya ideal. Tau sendiri kan kasir minimarket makin hari makin cantik² dan seksi.
“Permisi mbak, aa..anu…ssaya maau…sasaya…eeh aaada ddurex?”, tanyanya sambil mengalihkan pandangan ke arah camilan di depan kasir.
“Ada mas, mau yang merk apa?”, tanya kasir lain yang bernama Aulia Eka Putri. Seorang kasir cantik juga, namun bodynya lebih berisi. Payudaranya berukuran 36B lumayan besar, karena begitu tercetak jelas di bajunya yang tidak terlalu ketat. Semok, montok, putih, namun wajahnya biasa.
“Aanu mbak, dd..durex” jawab mas Gas sambil melihat ke arah kedua kasir itu. “Kasir sekarang cantik dan seksi, edian. Yah memang daya pikat minimarket ya ini salah satunya”, ucap mas Gas dalam hati. Melihat kedua kasir montok itu, darah mas Gas pun berdesir. Kontolnya berkedut dan mulai mengembang. Kini mas Gas setiap melihat wanita dengan body montok, jadi mudah terangsang, terutama yang berpayudara besar, pinggul khas ibu² beranak, dan bokong yang semok. Semenjak kejadian sore bersama Ajeng, hasrat birahai laki² dewasa seperti bangkit dari tidur panjangnya.
Kedua kasir itu tersenyum². Rupanya mereka juga kesengsem dengan pria yang ada di depannya. Lumayan tinggi, badannya atletis, wangi, macho, dengan kaos warna putih yang ia gunakan, mempertontonkan dadanya yang bidang.
Aulia yang kini ada di depan mas Gas, memandangi pria macho itu dari atas ke bawah. Iapun berhenti dan sedikit terkejut saat matanya melihat ke arah selangkangan mas Gas, begitu menonjol dan menggoda hati. Karena memang mas Gas saat itu mulai terangsang dengan pemandangan kedua kasir montok.
Sehingga kontolnya yang mulai mengembang perlahan, terlihat makin menonjol. Sadar kasir itu memandangi selangkangannya, ia sengaja membiarkan. Ia penasaran apakah benar miliknya itu termasuk jumbo. Ia penasaran apakah kebanyakan wanita suka dengan ukuran kontol jumbo. Dugaannya tak salah, karena setiap melirik kasir itu, pandangannya sering tertuju ke arah kontolnya.
“Masss…mass… itu pengamannya ada di depan mas. Mau durex yang mana yah?”, tanya Aulia sambil senyum² dengan mata sesekali melihat tonjolan besar menggoda milik mas Gas.
“Eee..iya mbak, yy..yang extra protection ada?”, jawab mas Gas.
Aulia pun segera mencari yang diminta mas Gas, sambil mencari, lagi² ia mencuri² pandang ke arah tonjolan itu. Mas Gas sengaja membiarkannya sambil sesekali ia gosok² dan memegang batangnya seolah sedang membetulkan posisinya. Hingga kontolnya yang mulai mengembang setengah, nampak makin menonjol dan menekan celananya. Aulia pun seperti tidak fokus, pandangan matanya seolah tak mau lepas dari benda keramat itu. Mas Gas pun hanya senyum². “Ada mbak?” Tanyanya mengagetkan Aulia.
“Ooh iya mas, iii…ini mas”, balas Aulia. Feni yang melirik dan memperhatikan tingkah teman jaga nya itu, penasaran. Karena melihat pandangan mata temannya itu kenapa ke arah bawah namun tangannya mencari² merk kondom. Ia tak paham apa yang dilihat temannya karena terhalang mesin kasir dan sebuah banner kaca diatas meja.
“Ahh ini dia, iya bener mbak. Extra Protection, berapa ini ya?” Tanya mas Gas..
“Sebentar yah mas, saya scan dulu. Aah ini harganya 30.900 mas”, tukasnya.
Mas Gas lalu segera mengeluarkan uang 50 ribu, “ini mbak uangnya, kembaliannya simpan aja, buat mbak nya yah” ucapnya sambil tersenyum agak menggoda. Aulia pun membalas senyum pria macho itu, “wah makasih banyak ya mas”.
“Iya mbak sama²”. Mas Gas pun bergegas memasukkan ke dalam tas nya, ia pun lalu pergi menuju pintu keluar minimarket. Ternyata benar kata bu Erni dan bi Resti, sudah 3 wanita yang ia temui, ketiganya seperti menyukai kontol jumbo. Sambil berjalan ke arah motornya, iapun senyum², ia membayangkan menyetubuhi banyak wanita dan memuaskan mereka. Pikiran mas Gas kini seolah berubah. Dsri yang cupu, berubah menjadi suhu. Ia pun menstater motornya dan menuju rumah bu Erni.
Di dalam minimarket, Feni yang heran ke Aulia, segera bertanya. “Ul, kamu liatin apa to tadi?”, tanya Feni. “Hihi, kamu gak tau tah Fen, itulo, kontole mas iku maeng guede pol, hihihi… koyok kontol e bule”, jawabnya sambil terkekeh. “Mosok se Ul, aku seh cuman liat body nya, bodynya bagus atletis, tapi wajahnya sih biasa”, ungkap Feni.
Obrolan keduanya berhenti saat ada pelanggan yang menghampiri mereka. “Wes kerja kerja”, sahut Aulia. Sambil melayani, Aulia sesekali matanya menerawang, membayangkan andai pria tadi datang lagi, ia mungkin akan meminta nomor WA nya untuk bisa lebih dekat, dan tentu tujuannya untuk bisa menikmati batang perkasa mas Gas.
Dalam perjalanan, mas Gas memikirkan apa yang bakal bu Erni ajarkan kali ini. Apa mungkin ia akan diajarkan seperti yang bi Resti katakan. Ataukah hal lain yang ia tak ketahui. Ia sendiri gak menyangka, dirinya kini semakin berani memamerkan kontolnya di depan wanita asing. Ia juga sedikit penasaran apa yang dibilang bu Erni dan bi Resti, jika miliknya bener2 gede dan panjang. Terbesit ide di pikirannya untuk membandingkan ukurannya dengan milik orang lain, tapi siapa….
Tak lama kemudian, mas Gas sudah sampai di depan rumah bu Erni. Petang itu, matahari yang tenggelam tertutup mendung dan angin bertiup agak kencang. Rasa dingin mulai menerpa mas Gas. Ia buru² menghubungi bu Erni.
“Sayang, aku dah di depan nih”, tulis mas Gas di chatnya. Lalu tak sampai semenit, terdengar suara pintu depan dibuka. Nampak bi Resti yang keluar menyambut mas Gas. Bi Resti mengenakan daster warna hijau tua. Payudaranya yang naik turun berayun seiring tubuhnya yang berlari² kecil menuju mas Gas. Daster seukuran paha atas itupun semakin menampilkan tubuh montok bi Resti. Melihat itu, darah mas Gas pun mulai berdesir, dan efeknya mulai terlihat dari bentuk kontolnya yang mulai mengembang menekan celana kainnya.
“Masuk mas, udah ditunggu ibu dari tadi. Hihi… wiiiih udah kedutan itunya ya? Pasti liat bibi pake ini yaaaa…”, goda bi Resti.
“Hehe…iya bi. Bi Resti montok banget…”, ucap mas Gas. Kata² yang keluar dari mulut mas Gas makin lama makin berani. 180° berbanding terbalik dengan pribadi mas Gas yang dulunya pendiam dan cuek. Mendengar pujian itu, bi Resti semakin bertingkah menggemaskan dan menggoda. Sambil membuka pagar, ia berbisik di telinga mas Gas, “bibi gak pake BH mas, hihi…”.
Mendengar itu, kontol mas Gas pun makin menegang. Bi Resti yang berdiri di sampingnya, menurunkan tali dasternya sebelah kanan, lalu ia pelorotkan kainnya setengah, hingga payudaranya menyembul keluar. Ia tempelkan di lengan mas Gas, dan mas Gas pun tak mau kalah, tangannya meremas² dan memelintir puting besar bi Resti. “Ssshhh…aaaah….masss ..”, desah bi Resti pelan. Aksi nekat di halaman depan itu tak berlangsung lama, karena dari kejauhan, ada suara mobil yang hendak berlalu di depan rumah Bu Erni. Buru² bi Resti merapikan kembali dasternya.
“Udah mas, bibi nanti kerangsang, udah ditunggu ibu juga di dalam!”, ucap bi Resti. “Ahh iya bi, Gas masuk dulu ya….”, balas mas Gas. Sambil berlalu, ia setengah berbisik ke bi Resti, “Memeknya udah basah juga tuh, hihi….”, goda mas Gas.
“Nakal mas Gas, awas ya….”, sahut bi Resti sambil mencubit manja pantat mas Gas dari belakang.
“Aww….bibi…..hihi”, seraya menoleh ke belakang dan tersenyum. Iapun segera berbalik dan menuju pintu depan. Bi Resti dalam hati mengharap, bahwa majikannya bakal mengajak nya serta menikmati kontol jumbo mas Gas. Namun ia tepis jauh² angan² itu, ia tahu itu sama dengan 1000 : 1. Meskipun ia tahu majikannya bernafsu dengan mas Gas, namun ia berfikir ini bukan di film yang dengan mudah merubah keadaan. Lalu bi Resti pun dengan wajah sedikit lesu, berjalan masuk ke dalam rumah.
Mas Gas yang sudah berada di dalam, segera disambut oleh bu Erni. Seperti biasa, suami bu Erni sedang tidur karena sore tadi ia sudah meminum obat. Sehingga bu Erni yang tahu kebiasaan suaminya, seperti merpati yang lepas, bebas. Ia pun menyambut mas Gas dengan menggunakan handuk sebagai kemben. Mas Gas pun tak takut lagi mengekspresikan gairahnya. Ia seperti seorang lelaki yang baru reinkarnasi menjadi sosok pemuda perkasa yang haus wanita.
“Sayaaaaaang…kangeeeen…cupp…cuppp….mmmppfff….mmmmppf…ehmmm….cup….mmpff”, suara bibir mereka berdua beradu, saling bermain lidah, tangan keduanya pun saling memberi rangsangan ke tubuh pasangannya. Tangan Bu Erni memegang wajah kanan dan kiri mas Gas sambil melumat bibirnya, sedang mas Gas, meremas² bokong semok bu Erni. Tangannya menyelinap masuk ke balik handuk bu Erni, ia remas² lagi pantat sekal itu, ia juga mainkan belahan bokongnya.
“Ssssshh….aaah…..mmmmpfff….mmppff….hmmmm…mmm…sssh….uuuh… sayaaaaang…., kamu mmmaakin jja…jago sayang….”, desah bu Erni
Mas Gas tak menjawab apa², ia tengah asik dengan bibir bu Erni, ia sungguh menikmati ciuman dan pagutan penuh gairah itu. Bi Resti yang dari tadi di depan pintu, tak berani masuk, ia tak mau mengganggu mereka. Tapi bu Erni yang tiba² membuka mata mengisyaratkan dengan tangan agar bi Resti masuk aja, langsung ke belakang. Sementara mas Gas yang terus melumat bibir bu Erni, sebetulnya tahu bu Erni sedang mengkode siapa, namun ia biarkan, ia tak pedulikan gangguan². Ia terus melumat bibir bu Erni, sambil tangannya meremas² payudara dan mengusap² putingnya dengan jari.
“Ooooh…. sayaaaang….. kenyot dong…. isep puting ibu sayang…., abisin, lumat, jilatin sampai basah sayang….lumuri dengan liurmu….aaaaah…..aaaw….sssh….ssaa..sayang”, suara bu Erni sayup² terdengar.
Mendengar permintaan wanita idamannya, mas Gas segera membuka simpul handuk bu Erni, hingga jatuh ke lantai. Kini tubuh bu Erni telanjang bulat di depan mas Gas. Mas Gas yang makin terangsang mengusap² dan mengocok kontolnya yang makin mengeras dari luar celana.
“Sayang, pindah ke kamar yuk…”, ajak mas Gas. “Kamar bapak juga masih terbuka tuh”, imbuhnya.
“Oh iya sayang…hihi…sebentar ya aku tutup dulu, kamu duluan ke kamar gih, lepas semua yaaah…. mmmuaaach…” ucap bu Erni.
Sambil berjalan ke kamar, mas Gas menengok ke arah dapur, dimana diluar pintu kaca itu, kamar bi Resti sudah nampak. Ia melihat bi Resti sedang mengintip sambil memainkkan memeknya. Mas Gas pun tersenyum sambil mengerlingkan matanya. Iapun lalu masuk ke kamar tamu. Rupanya bu Erni sempat menyaksikan aksi mas Gas itu, ia membiarkannya, dan ia malah menemukan ide baru saat itu.
Setelah menutup pintu, ia segera menuju ke belakang, ke tempat bi Resti berdiri. Bi Resti pun kaget melihat kedatangan majikannya yang tiba². Ia tak bisa berkata apa², terpaku dan melongo.
“Bi Resti, hayooooo ngapain disini….hihi..”, canda bu Erni. “Udaaaah jangan tegang gitu deh, saya tau bi Resti juga kepengen ngerasain kontol mas Gas kan? Goda bu Erni sambil cekikikan.
Bi Resti heran, kenapa majikannya tidak marah mengetahui hal itu.
“Aa..anu bu, nggak kok….”, jawab bi Resti sambil menunduk.
“Udah jangan bohong. Di rumah ini ada kamera cctv biii, saya tau apa yang bi Resti lakuin sama mas Gas tadi siang di kamar belakang. Hehehe.. Nyantai aja bi, saya gak akan pecat bi Resti kok. Kalo saya jadi bi Resti, saya juga gak akan bisa tahan godaan dengan kontol mas Gas yang guede panjang itu. Hihi….” ucap bu Erni sambil tersenyum.
“Aduh…mmma…maaf…buuu, sssaaa…saya….”
“Iya saya tau bii, udah tenang aja, nanti saya bakal kasih kesempatan bi Resti. Hehe….tapi sekarang saya dulu ya….hihi…”, goda bu erni lagi.
Bi Resti kaget mendengar kata² bu Erni, ia hampir tak percaya, majikannya memberikan ia kesempatan merasakan gede dan panjangnya kontol mas Gas. Sesuatu yang amat sangat ia inginkan siang tadi. Yang sempat terhenti hingga bi Resti penasaran.
“Ii..ii..ibu serius??? Tta…ta..tapi bbb..buuu…”, ucap bi Resti dengan terbata².
“Iya biii…. udah tenang, jangan berisik, saya mau bi Resti awasin bapak ya. Kasih kode ke kamar kalo ada sesuatu, ketuk pintunya 3x ato panggil saya aja. Hihi… nanti kalo bi Resti saya suruh masuk, bi Resti masuk ya…!” Sambungnya, kemudian berjalan dengan telanjang ke arah kamar tamu. Bi Resti yang memandang tubuh bu Erni dari belakang hanya bisa menggeleng²kan kepala, sepertti mimpi, jika ia akan mengalami suatu kejadian diluar nalar.
Mas Gas yang kini sudah telanjang di dalam kamar, merebahkan tubuhnya, ia letakkan 2 bantal yang disusun untuk mengganjal bahu dan kepalanya. Sambil ia kocok pelan kontolnya yang sudah menengang, dengan memandangi pintu yang terbuka, menanti kehadiran bu Erni.
Lalu nampak bu Erni yang masuk dengan keadaan telanjang, memandangi mas Gas yang sudah bugil juga, dengan kontol jumbonya yang sudah mengeras. Mas Gas pun yang melihat tubuh mulus dan montok bu Erni, semakin bernafsu, ia gigit bibir bawahnya, ia mainkan pelernya, ia kocok² batangnya, dengan pandangan nakal menggoda bu Erni.
Bu Erni yang berjalan masuk sembari meremas² payudaranya berucap “Sayaaaang…. udah telanjang aja ihh…nakal sekarang yaaaa…”, tatapan matanya yang liar dan penuh nafsu, sembari ia gigit² bibir bawahnya, lalu dengan senyum menggoda perlahan ia naik ke atas ranjang. Ia merangkak melewati paha kiri, kemudian dengan posisi menungging, ia ciumi tangan mas Gas yang tengah memegang batang kontolnya yang gede, lalu ciumannya ia turunkan ke pangkal kontol, ia jilat², ia cium buah zakar mas Gas yang berbulu tipis, ia kulum kedua bininya bergantian. Tangannya mengelus² paha mas Gas yang berbulu, menaikkan gairah mas Gas.
“Cupp…cluuurp…mmmpff….mmm…mmmm…sluurp….cup….cup… slopf….sloppfff…kekar sekali kontolmu sayang…mmmmm….mmpfff….sluuurp…cup..” nampak bernafsu sekali bu Erni melumat kontol mas Gas.
“Ooohh….saayaaaang….enak banget….sssh….uuuh….aaaaah…..ssssshhh….”, desahnya sambil menengadahkan kepalanya. Mas Gas pun elus² rambut bu Erni, tangannya mengikuti gerakan naik turun kepala bu Erni yang menjilat² batang mas Gas. Ia remas2 juga payudara besar bu Erni yang bergesekan dengan pahanya. Ia pelintir² putingnya. Bu Erni pun mendesah nikmat. Bu Erni lalu menjilat² kepala kontol mas Gas yang ada diatas perut berbulu halus itu. Dengan gerakan dari pangkal bawah, naik perlahan ia basahi dengan liurnya, naik menyusuri batang yang besar dan berotot. Begitu panjang dan besar kontol mas Gas, hingga kepala bu Erni kini ada diatas dada mas Gas. Lalu bu Erni mengulum kepala kontol, dan memainkan lidahnya di lubang pipis mas Gas.
“Uuuuhh sayang, aaaaargh….., cup…cup…”, dengan sedikit menundukkan kepalanya, ia cium rambut bu Erni yang harum.
“Enak sayang…. mmm…sluuurp….”, tatapan bu Erni menggoda. Ia lalu mendekatkan kepalanya dengan kepala mas Gas. Ia rekatkan bibirnya, berciuman mesra, mereka berdua saling memainkan lidah dan bibir mereka.
Cup…mmmph….mmmphh…cup…cupp….mmmphh….
Tangan bu Erni kini ada di atas pundak mas Gas, mas Gas pun melingkarkan tangan kanannya di punggung bu Erni, sementara tangan kirinya meremas² bokong semok dan mulus bu Erni. Sambil sesekali mengelus² paha bu Erni yang kini menjepit pinggang mas Gas. Posisi bu Erni kini ada diatas mas Gas, kulit keduanya saling menempel, bergesekan lembut karena keringat yang mulai keluar.
Bu Erni lalu menggesek²kan bibir memeknya yang basah diatas pangkal kontol mas Gas. Dengan gerakan maju mundur hingga ke pusar mas Gas, membuat kontol mas Gas mengkilat oleh lendir vagina bu Erni. Bu Erni lalu tegakkan badannya, hingga nampak utuh payudaranya yang besar berputing coklat muda. Ia raih kedua tangan mas Gas yang sedang mengelus² pahanya, ia arahkan ke payudaranya.
“Ooohhh…ssaayaaaang…remaaas….remaass… isep putingnya sayang….”, pinta bu Erni.
Mas Gas pun membungkukkan badannya mendekati payudara bu Erni. Ia lumat kedua payudara bu Erni bergantian. Sambil ia hisap² dan sedot putingnya. Tangan mas Gas pun aktif meremas² bongkahan besar payudara bu Erni, ia tenggelamkan wajahnya diantara payudara besar itu, ia tekan payudara besar itu dari kanan dan kiri, ia gesek²kan wajahnya sembari menjilat.
“Aaaaaah…..sssaaaayaaaaang…. ee.eeeenaaaak…bba…baaangeeet…., remas sayang, remaaaaasss…. aaaah…ooohh….”, desah bu Erni sambil menggeliat² keenakan. Ia goyangkan juga pinggul dan pantatnya diatas kontol jumbo mas Gas.
“Ssaa…sayaang…. aku di bbbawah yaaah…”, bisik bu Erni. “Masukin kontolmu ke memek ibu yah…ibu gak tahan….”. Mas Gas pun mengangguk. Kini mereka bertukar posisi. Bu Erni telentang dengan membuka kedua pahanya, hingga memeknya yang merekah dan mulus itu terlihat jelas oleh mas Gas. Dengan posisi kaki dilipat di bawah paha bu Erni, ia kocok² pelan kontolnya, ia mulai mengarahkan kepala kontolnya ke memek bu Erni.
Ia tekan ke arah bawah, cukup susah karena kontol mas Gas yang tegang itu mengarah ke atas, ke arah perutnya. Ia perlahan turunkan, lalu ia gesek²kan dengan bibir memek bu Erni. Lendir vagina bu Erni pun mulai membasahi kepala kontol mas Gas yang terlihat memang besar. Ia gesekkan ke liang vaginanya. Hingga bu Erni menggelinjang geli.
“Sayaaang….geliii…..ooooh……ssssh…..” desahnya.
“Masukin doooong…. tekan dikit² sayang….ssssh….aaaah…. jangan digosok²in teruuuusss….aaahhhh…”, pinta bu Erni manja.
Mas Gas pun mengangguk. Sambil ia gesek² dengan kepala kontolnya, ia mulai menekan kepala kontolnya ke liang vagina yang basah dan nampak sempit. Perlahan ia tekan, hingga masuk setengah kepala kontolnya. Karena basah oleh lendir, kepala kontolnya pun menekan liang vaginanya dengan mudah. Hingga bleeeesssss…… terbenam sudah kepala kontol mas Gas.
“Aaaaah….ssssh…..sssa….sa…sayaaaaang…. oooh…gge..ge..gede bba…bangeeeet…., sesak maaasss…..aiiiihh….ssssh….” tatapan bu Erni sambil mengernyitkan dahinya.
“Sempit banget buuu….mmemek nya sempit” ucap mas Gas. “Aaangeet…kontolku seperti dipijat²…uuuuh….”, ucap mas Gas. Sambil ia tekan² lagi kepala kontolnya yang sudah tak terlihat. Lalu ia keluarkan lagi hingga kontolnya kembali tegang menjulang keatas.
“Kok dicabut sayang? Ayooo masukin lagi, tekan dikit²….”, ucap bu Erni sambil tangannya memainkan bibir vaginanya. Ia lalu memasukkan dua jarinya kedalam liang vagina yang basah itu. Ia kocok keluar masuk jarinya hingga berbunyi…
Kecipak…kecipak…kecipak…nyeekk..nyekk..
“Aku takut nanti ibu kesakitan. Abis kayak gak cukup loh…”, ucap mas Gas sambil tangannya mengelus² kedua paha bu Erni. Ia kini sadar, kontolnya yang besar itu seperti gak muat.
“Kamu deketan sini dong, coba tempelin pangkal kontol kamu diatas memek ibu”, pinta bu Erni sambil meraih kontol mas Gas. Mas Gas pun memajukan badannya hingga kini pangal kontolnya menempel selangkangan bu Erni. Lalu bu Erni tarik turun kontol mas Gas, dan ia tempelkan diatas perutnya, hingga nampak panjang kontolnya sampai menutupi pusar bu Erni.
“Iiiihhhh….sayang….kepala kontolmu nyampe sini” ungkap bu Erni, sembari menahan kepala kontol mas Gas yang memang melebihi pusarnya. “Panjang bangeeett…. aaaiiihhhh….” ucap bu Erni sambil mendesah. Bulu kuduknya berdiri. Ia membayangkan kontol gede panjang itu menekan dinding rahimnya. “Maaaasss… panjangnya kontolmuuu….aaah….”
Mas Gas pun melihat kontolnya yang ditekan tangan bu Erni menempel di perut itu, nampak membujur keras panjang melebihi pusar bu Erni. “Memangnya bisa masuk semua bu?” Tanya mas Gas.
“Bisa sayang….tapi pelan². Kontol suami ibu aja gak sampai setengah panjang kontolmu sayang. Hihi….” balas bu Erni sambil tersenyum. “Kerasanya cuman di perut bawah ini, hihi…”, ucap bu Erni sambil menunjuk ke bagian perut bawah diatas vaginanya.
“Tapi kaki ku pegel kulipat seperti ini sayang, hehe”, canda mas Gas.
“Ooh gitu, ya udah kita ke bibir ranjang aja yah!”, balas bu Erni. Kini keduanya berpindah posisi ke bibir ranjang. Mas Gas menarik pinggang bu Erni ke arah pinggiran springbed. Lalu mas Gas pun berdiri di depan bu Erni yang kedua pahanya telah ia buka lagi. Bu Erni pun mulai memainkan lagi memeknya sambil meremas² payudara dan memilin putingnya. Dan memeknya pun mulai basah lagi oleh lendir. “Sayang, kepala kontolnya basahin pake ludah kamu sayang, biar makin licin, hihi…, ludahin juga batang kekarmu. Mas Gas pun mengangguk.
Kini kepala kontol mas Gas terlihat basah oleh air liurnya, setengah batang kontolnya juga nampak sedikit mengkilat. Lalu mas Gas kembali mengarahkan kontolnya ke memek bu Erni. Ia gosok² lagi, lalu ia benamkan sedikit demi sedikit, hingga akhirnya ambles lagi kepala kontolnya.
“Shhh….aaah….dd…do…rong sayang…aaah…”, pinta bu Erni sambil kedua kakinya yang mengangkang itu menekan² pinggul mas Gas agar mendorong maju.
“Aaargghhh….sssh….”, mas Gas pun memaju mundurkan bokongnya sedikit demi sedikit, hingga kontolnya mulai menekan masuk ¼.
“Oooohhh….sssshh…., iiiyya…bbe..bener gitu ssayaaang, tekan lebih dalam lagi”,
“Aahh… sesek memekmu buuuu…. tapi nikmat banget, dipijit² seperti ini batangnya”, kata mas Gas sambil memaju mundurkan pelan kontolnya. Mas Gas coba dorong makin masuk lagi, hingga kini setengah panjang kontolnya sudah terbenam.
“Aaaaaaah….sss..sssaa…yaaaaang….. penuuuh….mmmmhhh….ppeelaan…ssa..yaaang …ra..ra..him ku ke…ken..kena tekaaan…aaah….kkon..tol…gggee..de….koon…toooooolll….”, racau bu Erni sembari memegangi perutnya yang terasa penuh.
“Oooh…uuh….sssh ….ssh…aah…”, desah mas Yob menikmati sambil menggoyang pelan maju mundur.
Aaah…ah…ah…sss..saa…yang… uuh…uuh.. ah…
“Saaayaaang….ssst…stop duuluuu….ngiiiluuu maaaaass…. ppperut ku aaa..agak..ngiiluu…”, ucap bu Erni sembari memegang batang kontol mas Gas yang masih belum terbenam di memeknya.
“Hhaaaah…hhh….hhhh…aaaah…..ssayaang….stop duulu…., tapi jja..jangan dddi..cabut…” pinta bu Erni lagi dengan dahi berkerut menahan ngilu. Mas Gas pun menghentikan genjotannya, ia merasakan kontolnya dipijit² di dalam liang memek bu Erni. Ia juga merasakan kepala kontolnya seperti menyentuh sesuatu.
“Aaaahh….ssssh….”, mata bu Erni terpejam, ia pegangi perutnya yang terasa mules, namun ia juga merasakan kenikmatan karena batang kontol yang tebal itu memenuhi liang memeknya.
“Bbuuu….ii..ibu gakpapa kkan…?”, tanya mas Gas sedikit khawatir. Bu Erni tampak diam sambil memercingkan mata dan mengernyitkan dahinya.
“Eeeerrrggh….sssh…..oooooooh….kkoon…tooolll mu ssa..sa..yaaaaang … gilaaaaak…” racaunya lirih.
Bu Erni lalu membuka matanya, membungkukkan badannya seraya melihat batang kontol mas Gas yang begitu gede, masih tersisa diluar memeknya. Baru setengah yang bisa masuk melesak di memeknya. Melihat dan merasakan penuhnya liang memeknya, mata bu Erni kembali terpejam. Ia mengelus² perut sixpack mas Gas. Saat nafasnya mulai teratur, ia membuka matanya kembali, lalu memandangi mas Gas yang hanya terdiam melihatnya meraung² kesakitan.
“Ssaayang…kontolmu gilaaaak….mules perutku sayang…oooooohhh….. belum semua bisa masuk yaaah….”, ucap bu Erni.
“Iiiya buuu….sakit banget ya? Aku cabut ya buuu!”, ujar mas Gas.
“Jangan dicabut mas, biar memek ibu terbiasa dulu yaaa… tapi muleeees sayang, lom pernah ada yang segede ini, sepanjang ini”. Air mata bu Erni mulai mengalir, mengiringi rasa mules namun nikmat itu.
“Iiyaa iyaa buuu, aku gak akan cabut kok”, tukas mas Gas. Ia elus² paha dan perut bu Erni yang basah oleh keringat. “Kalo sakit aku cabut aja gakpapa buuu, yang penting ibu gak mules lagi…”. Percobaan penetrasi pertama buat mas Gas cukup lama. Sekitar 15 menitan setengah kontol mas Gas yang masih tegang itu berada di dalam liang vagina bu Erni. Mungkin karena rajin fitness yang membuat kontol mas Gas awet tegangnya.
Dalam hati bu Erni, “kontolmu sayang, bikin perutku mules banget. Kontol laki² lain gak pernah ada yang bisa bikin ibu seperti ini. Kalo masuk semua mungkin aku bakalan pingsan, hmmmm… apa aku harus panggil bi Resti ya, kenapa aku kepikiran pengen liat mas Gas ngentot bi Resti ya, hihi….”
“Buuu… aku cabut ya?”, tanya mas Gas lagi.
“Iiiih jangan dong sayang….ini udah enakan perut ibu. Tekan lagi pelan², mundur, trus maju tekan lagi agak dalem yah”, pinta bu Erni sembari mengelus² dan meraba² sisa batang kontol mas Gas yang masih ada di luar memeknya.
“Aaaarrghh…….sssssh……ddorong ssa..sayanggghhmmmphhf….” pinta bu Erni. Mas Gas pun mulai mengayunkan lagi pinggulnya maju mundur, saat kontolnya merangsek maju, ia tekan sedikit demi sedikit, lalu ia tarik lagi mundur sampai ujung kepala kontolnya. Lalu ia dorong lagi maju sambil menekan lebih dalam.
“Oooh…….ooooh….oooohh….aaaaaaaaaaah…..ssssh…..ssssh……hmmmmm….saaayang……aah….aah… dorong sssa yaang….uuuh….uh…oooh…..mmmpph…mmmpff”, kata² yang keluar dari mulut bu Erni, seiring gerakan pinggul mas Gas yang mengayun maju mundur makin cepat. Hingga kini sudah ¾ kontol mas Gas yang sudah terbenam.
“Aah…sssh….aaah…..bbbuu….nikmat bbangeeet…. aaah….ah….sssh….”, desah mas Gas diikuti sodokannya yang makin cepat. Saat kontolnya ia tarik dan lalu ia hujamkan lagi, tanpa sengaja mas Gas menekan terlalu dalam hingga akhirnya kontol mas Gas yang sepanjang botol kecap kaca itu ambles semua. Sontak bu Erni kaget bukan kepalang.
Jiwanya serasa pergi tiba² dari raganya. Diikuti desahan dan erangan panjang, sembari tangannya meremas sprei. Matanya melotot ke arah wajah mas Gas. Tubuhnya mengejang hebat. Tusukan kontol mas Gas benar² menekan dalam² dinding rahimnya hingga terasa di ulu hatinya.
“Aaaaaaaaaaaaaarggggh……….oooooooohhhh…”
Ia jepit batang kontol mas Gas, ia tahan rasa ngilu yang luar biasa bercampur kenikmatan itu. Ia tahan pinggang mas Gas, ia gepit dengan kakinya, ia lingkarkan di belakang pinggul mas Gas. Hingga mas perut mas Gas menempel di selangkangan bu Erni.
“Aaaah….mmm…mmaaf ssaayaaaang…” kontol mas Gas sudah tak nampak lagi, ambles semua di dalam memek bu Erni. Selama semenit bu Erni memejamkan matanya, otot memeknya berkedut hebat, memijat² batang kontol jumbo yang memenuhi rahim dan rongga vaginanya.
“Ssaaayaaang…tahan…dduluuu ssayaaang…ssssh….” pinta bu Erni. “Aiiih…penuh banget rasanya, sambil mengelus² ulu hatinya”. Bagian perut atas pusar, dimana ujung kontol mas Gas ia rasakan.
Kembali keduanya terdiam dalam dengusan nafas yang menderu, bu Erni menikmati rasa mules bercampur nikmat, sedangkan mas Gas menikmati pijatan di batang kontolnya. “Jangan dicabut dulu saayang…aaah….., biar ibu terbiasa dulu”, ucap bu Erni. “Tunggu aba² ddda..dari ku yyya…ssayang…”
“Iiyaa iibuku sayang….”, angguk mas Gas.
Sementara itu, diluar kamar tamu, bi Resti nampaknya sedang menguping. Rupanya sudah cukup lama bi Resti berada disana. Selama ia mendengar suara desahan keduanya, bi Resti meremas² susu besarnya dan mengocok² memeknya. Hingga cairan vaginanya menetes di lantai. Ia juga cukup kaget dengan erangan panjang bu Erni yang terakhir ia dengar. Sayup² ia mendengar percakapan keduanya. Ia makin penasaran, membayangkan sedalam apa kontol mas Gas bisa terbenam di dalam memeknya.
Didalam kamar itu, setelah beberapa menit, bu Erni yang merasakan mules nya sudah berkurang, memberi aba² mas Gas untuk mulai menggenjot lagi. Ia menganggukkan kepala sembari tersenyum, lalu menekan kebelakang pinggul mas Gas dengan kedua kakinya, hingga ujung kontol mas Gas saja yang masih berada di dalam, lalu menariknya lagi maju agak cepat hingga perutnya bertumbukan dengan selangkangan bu Erni. Mengisyaratkan agar mas Gas mulai menghujam dengan gerakan cepat dan membenamkan semua batang kontolnya di memek bu Erni. Hingga tercipta suara tumbukan yang bertalu-talu.
Splog…plogh…plog…plog…plog….plog…
Aaah..ah..ah..ohh..ssssh…ssh…ah..ah…ooh…
Tampak bu Erni begitu menikmati kontol jumbo mas Gas yang bergesekan dengan liang vaginanya. Menekan dinding rahimnya yang kini sudah tak ngilu lagi. Ia rupanya sudah mulai terbiasa. Setiap hentakan mas Gas begitu ia nikmati. Keringat keduanya mulai bercucuran. Kontol mas Gas yang kini bisa ambles semua, membuat mas Gas bisa meremas² dan melumat payudara bu Erni, semakin membuat bu Erni mengerang nikmat.
Plogh…plog..plog…plog…plog..
Ah..ah….ah..ah… ah…uuh…ah…sssshhh…ah..
Plog…plog..plog…plog…plog…
“Ssaaayaaaang….yyyaang kken…aah…ah…ceng….ah….aaaah….sssh…”, desah bu Erni.
Mas Gas pun semakin kencang menggenjot bu Erni, tangannya meraba dan menikmati setiap lekuk tubuh bu Erni. Mereka juga sesekali berciuman, berpagut mesra, saling bermain lidah.
Cup…cup..sluurp..mmmpf..mmpff..cupp..
“Buuu…mmmpf..cup…eee..mmpf..cup…eenak..banget vvva..gi..na…mmpf….mmpf…ooh…mu…”, ucap mas Gas disela² ciumannya yang semakin ganas di bibir bu Erni. Tangan bu Erni pun seraya merangkul pundak mas Gas, ia elus² juga rambut mas Gas sambil ia lumat bibir mas Gas. Lalu mas Gas kembali menegakkan tubuhnya, ia genjot lagi semakin kencang. Kedua nya saling mendesah nikmat.
Plog….plog…plog..plog..plog.plog.plog.plog.plog.
Aah..ah.ah.ah.uh..uh.uh.uh.aah…ah…ss..ah..ah..
“Kkkon…ah..ah.ah..ah..tol..ah..uh..uh..uh…ah..kkaammuuu…aah..ah..ah..nnik..oh..oh..mat..ssa..sss…ah…ah..sa..ah..yang….”, racau bu Erni yang tangannya meremas² sprei. Suara nya tenggelam dan kalah oleh suara tumbukan tubuh keduanya yang makin berkeringat.
Sodokan mas Gas membuat kaki bu Erni yang mengapit pinggulnya merenggang, lalu berayun maju mundur naik turun tak terarah. Tumbukan perut mas Gas di selangkangan bu Erni yang becek oleh lendir vaginanya, semakin membuat keduanya melayang².
Lalu mas Gas menarik kontolnya perlahan mundur, sampai ujung kontolnya menyentuh bibir vagina bu Erni, lalu ia hujamkan dengan cepat dan dalam². Mata bu Erni pun sampai terbelalak. Ia ulangi sodokan panjang itu berulang kali. Suara tumbukan badan keduanya terdengar cukup kencang.
Sleeeeeepph…..plogh…….sleeeeeeeeph…..plogh…….sleeeeeeeeph…plogh……sleeeeeeph….plogh..
“Sssaayaaang….ttee…rusin….hha…jaar…mme…meek…aah…..aaah……aaaaaaah…..iii…bu…ooooh….oh….ssa….aah….yang….” desah bi Erni yang makin mendekati klimaksnya.
“Enaak bbb…plogh….plogh…..bbuuu….sssh….?”, bisik mas Gas sambil menekan dalam² kontolnya.
“Hhhnnnghh….eeeenghhhh….ppen…to..kin….sa…yang….iiibu…mmmmaaauuu….kkekkeee…lluuuuaaaar….aaah….” desah bu Erni. Dengan kontol yang masih tertancap semua, mas Gas putar² pinggulnya, hingga dinding rahim bu Erni seperti diaduk² dan digosok². Bu Erni pun semakin kelonjotan, ia meremas kain sprei, kakinya mengejang tak karuan. Menandakan bu Erni mengalami orgasme hebat diikuti erangan panjang.
“Aaaaaaaaaaaaaarghh…….hhhhhhmmmmppff..ssaayaaaaaaaaang…..oooooh….sssssh……aaaaah…..uuuuuhh….sayaaaang…..” erang bu Erni yang lalu mendudukkan badannya dan merangkul bahu mas Gas. Dengan ciuman ganas dan pagutan lidah, ia menikmati orgasme yang belum pernah ia alami selama ini. Sekitar 1 menit bu Erni mengalami orgasme. Kontol mas Gas pun merasakan kehangatan lendir vagina bu Erni, dengan rentetan pijatan di batang kontolnya. Peluh di kedua tubuh mereka tampak mengkilat terkena cahaya lampu kamar.
Setelah vaginanya menyemprotkan berkali² cairan, tubuh bu Erni pun lunglai. Perlahan pelukannya mengendur, ia pun menjatuhkan badannya diatas ranjang. Ia memejamkan matanya, seiring deru nafasnya yang mulai teratur.
“Aaahhh………hmmmm…hmmm…mmm”
Melihat bu Erni yang lemas, mas Gas pun perlahan mencabut kontolnya yang mengkilat oleh cairan vagina. Vagina bu Erni nampak menganga, ada rongga gelap seukuran buah anggur yang mengalirkan cairan vaginanya.
Ia memegang paha bu Erni, lalu mendorong tubuh bu Erni maju, hingga posisinya kini di tengah ranjang. Lalu ia turunkan kedua kaki wanita idamannya itu ke atas ranjang. Lalu ia duduk di samping bu Erni. Kontolnya yang masih tegang ia pandangi. Ada rasa penyesalan karena ia telah melanggar amanah kedua orang tuanya, namun penyesalan itu seperti tertutup oleh kenikmatan yang ia dapat, meskipun mas Gas sendiri belum orgasme.
“Sssayaaaang…ka..kamu belum keluar yah? Tanya bu Erni dengan mata terpejam.
“Ehhh, iii..iya bbuuu….gakpapa kok, dah kamu tiduran aja sayang”, ucap mas Gas sambil membelai rambut bu Erni yang basah oleh keringat. Ia pandangi tubuh montok wanita itu. Lalu bu Erni memiringkan badannya, sehingga ia bisa memeluk paha dan kepalanya ia rebahkan di samping pinggul mas Gas. Tangannya kanannya meraba dan mengelus kontol mas Gas yang masih tegang.
“Kontolmu masih tegang sayang…kamu kuat banget, ibu gak nyangka. Hmmmm….gemeeeees banget sama kontol nakal ini” ucapnya sambil menggenggam kuat pangkal kontol mas Gas.
“Hehe, kontolnya kan punya kamu ibuku sayang” balasnya.
“Jangan bo’ong, yakin cuman punya ibu?” Canda bu Erni.
“Ya iyalah, masa punya orang lain buuu?” Sahut mas Gas sambil tersenyum.
“Yakiiin, bukan punya bi Resti juga?”
Deggg….degg..deg..deg..deg..deg.. sontak jantung mas Gas berdegup kencang. Ia berfikir, apakah bu Erni tau apa yang ia lakukan sebelumnya dengan bi Resti.
“Udaaaah jangan bo’ong sayang, gakpapa kok. Ibu udah tau. Kamu kepengen gak sama bi Resti?” Goda bu Erni.
Mas Gas heran, kenapa sepertinya bu Erni gak marah, malah menawarkan bi Resti. Ia berfikir mungkin bu Erni mengujinya.
“Eee…ee….e..aa..anu…bu..aa…mma..af…bbu..kan…”
“Sayang, gakpapa kok. Gak usah cerita, ibu tau. Ibu udah denger dari bi Resti sendiri. Hehe” potongnya sambil tersenyum ia pandangi wajah mas Gas yang nampak gugup.
“Sebentar ya sayang….”, tiba² bu Erni beranjak dari ranjang, kemudian berjalan keluar kamar. Mas Gas sempat berfikir, apakah benar bu Erni betul² menawarkan bi Resti untuk memuaskan hasratnya yang sempat terhenti. Memikirkan hal itu, kontol mas Gas berkedut², jika benar, maka malam itu ia telah menyetubuhi 2 wanita sekaligus.
Diluar kamar, bu Erni cukup kaget melihat bi Resti yang berada di balik dinding. Tak ayal, bi Resti pun juga terkejut melihat kehadiran bu Erni. Apalagi lantai di bawah selangkangannya basah oleh cairan vagina.
“Bi Resti, hayoooo abis ngapain disini? Nguping yaaa….hihihi…”, sapanya sambil terkekeh. “Bi Resti gak sabar yaaaa di entot mas Gas?” Tanyanya menggoda.
“Iiiih ibu apa²an, hihi….” jawabnya sambil tersipu².
“Mau apa gak? Hihi… saya sudah puas bi, udah keluar sekali”. Ungkapnya. “Cuman mas Gas masih belum”
“Ehhh, yyyaa..yya ibu terusin lagi sama mas Gas, biar mas Gas bisa keluar juga. hihi…., saya kebelakang dulu ya bu” balas bi Resti.
Tiba² saat ia akan berbalik, tangan bu Erni menggenggam lengannya.
“Bi….gak usah malu², ayo gantian sama saya. Bi Resti cobain kontol mas Gas. Kita sama² cari kepuasan. Saya tau bi Resti amat sangat kepingin kentu sama dia. Iya toh?, tapi cobain dulu pelan² bi, soalnya kontol mas Gas bener² gede dan panjang, sesek banget di perut. Saya aja tadi sampai mules 2x, hihi” imbuhnya.
“Tttaapi bbuuuu….”
“Uweeees, ojo tapi², ayo sini masuk!” Kata bu Erni sambil menggandeng tangan bi Resti, menariknya masuk ke kamar.
Setengah kaget, bi Resti yang berjalan masuk, terhenti langkahnya, ia melihat mas Gas yang telanjang bulat sedang rebahan di atas ranjang dengan kontol jumbonya yang sangat menggoda. Seketika itu juga bulu kuduk bi Resti berdiri, memeknya berkedut². Mas Gas yang melihat bi Resti datang juga agak terkejut, namun ia juga senang, karena bisa melesakkan lagi kontolnya di memek wanita lain.
“Tuh liat, mas Gas udah siap bii”, ucap bu Erni. Lalu bu Erni melepas kaitan tali daster bi Resti, hingga dasternya pun jatuh ke lantai. Nampaklah pemandangan menggairahkan, tubuh bahenol dan montok bi Resti dengan susu yang besar, pinggul yang lebar terpampang jelas di hadapan mas Gas. Kontol mas Gas pun berkedut² naik turun.
Kulit bi Resti yang sawo matang, mengkilat karena keringat di payudara dan pahanya, makin membuat bi Resti tampak seksi. Di belakang bi Resti, ada bu Erni yang juga telanjang bulat, sedang menutup pintu. Sehingga pantat bu Erni dan belahannya yang seksi itu juga membuat mas Gas makin bergairah.
Bi Resti yang tersipu malu, berjalan mendekati mas Gas yang telentang dengan kontol besarnya menegang dari tadi. Mas Gas pun tersenyum, menyambut tubuh telanjang bi Resti mendekati ranjang, lalu duduk di tepian. Karena tak tahan melihat kontol jumbo mas Gas, bi Resti beranikan diri untuk membelai dan mengelus² paha mas Gas yang berbulu tipis, memijit² lembut mengarah ke biji zakarnya yang berwarna kecoklatan.
Bu Erni pun mengikuti mendekati mas Gas, lalu rebahan disampingnya. Ia silangkan pahanya diatas paha mas Gas, tangan kanannya memeluk perut mas Gas sambil mengusap²nya. Payudaranya yang besar menekan tubuh mas Gas hingga menyembul keluar, terasa lembut dan kenyal.
“Bi, jangan tunggu lama lagi, tancepin. Hihi…., oh iya sayang, kamu udah beli titipanku tadi kan?”, tanya bu Erni.
“Iya udah, ada di dalam tas ku”, jawab mas Gas.
“Bi, maaf, sebelum bi Resti nikmatin kontol mas Gas, boleh minta tolong ambilin tas yang di meja rias itu!”, pinta bu Erni.
“Oh baik bu”, jawab bi Resti. Lalu ia berjalan dan mengambil tas mas Gas. Ia berikan ke bu Erni.
Lalu bu Erni langsung membuka tas mas Gas, ia nampak mencari sesuatu. Rupanya ia menemukan sesuatu, karena bu Erni nampak tersenyum.
“Nah, ini dia”, ucap bu Erni sembari mengeluarkan kotak warna biru bertuliskan Durex Extra Ptorection. Ia lalu buka, dan sobek salah satu plastik pembungkusnya.
Bi Resti kaget, yang ternyata itu adalah kondom. Namun ia tak berani berkata apa², ia hanya melihat apa yang dilakukan bu Erni. Bu Erni lalu mengambil kondom itu, ia lebarkan lubangnya, lalu ia pasangkan di kontol mas Gas.
Ia tempelkan lubang kondom tadi di kepala kontol mas Gas yang besar. Dan berusaha memasangnya, meski agak kesusahan. lalu lingkarkan jarinya di sekeliling karet kondom tadi, lalu ia tekan dan arahkan menuruni kepala kontol mas Gas.
“Susah banget sayang, kegedean kontol kamu. Hihi….” ucapnya sambil berusaha menyarungkan di jamur mas Gas yang merekah. Karena kesusahan dengan 1 tangan, ia lalu duduk bersila, dan mencoba menyarungkan lagi dengan kedua tangannya. Ngocoks.com Ia lingkarkan kedua pasang jari telunjuk dan jempolnya, ia turunkan gulungan kondom yang ketat menyelubungi batang kontol mas Gas, hingga gulungan karet itu berakhir.
Kini nampaklah kontol jumbo mas Gas terbungkus kondom berwarna putih bening, namun tak sampai seluruh batangnya yang tertutupi. Menyisakan ¼ bagian batang yang tak terbungkus kondom. Karena saking panjang dan gedenya, bi Resti dan bu Erni terkesima sekaligus merinding dibuatnya.
“Bu, gak enak banget rasanya, seperti ketekan batang kontolku”, ucap mas Gas.
“Hihi…sayang, itu karena memang kontolmu yang kebangetan gede dan panjangnya, sampai gak cukup loh, edan”, sahut bu Erni sambil menggelengkan kepala dan tersenyum bangga.
Bi Resti yang memegang biji peler mas Gas pun tersenyum, ia elus² dan mainkan bijinya dengan jari. “Mas, guede polll….”, sahutnya sambil menggigit bibir bawahnya. Kondom itu memang terlihat sangat ketat melapisi kontol mas Gas, seperti mau sobek.
“Bi, naik sini, cobain kontol mas Gas, bisa masuk semua gak bi? Hihi….” canda bu Erni sambil meraih tangan bi Resti agar berdiri di atas selangkangan mas Gas.
“Ttaa..tapi bu, ii..ibu serius, saya gak tau bu bisa masuk semua apa gak, abis panjang plus gede punya mas Gas, hihi…?” Tanya bi Resti, padahal dalam hatinya, ia benar² telah menunggu kesempatan itu. “Mas Gas, pper..misi..ya…”, perlahan ia turunkan badannya, hingga agak setengah jongkok. Mas Gas pun tersenyum sambil mengarahkan kontolnya yang tegang agar mengarah keatas. Tiba² bu Bu Erni menahan tangan mas Gas.
“Sayang, biar ibu yang pegangin, biar ibu yang arahin masuk memek bi Resti ya….!” Ucap bu Erni diikuti anggukan mas Gas.
Bi Resti yang sudah setengah jongkok harus menaikkan lagi sedikit bokongnya agar ujung kontol mas Gas mengarah persis di bibir vaginanya. Lalu bu Erni menggoyang² kontol jumbo itu, mengaduk² bibir vagina bi Resti, bi Resti pun terpejam matanya, merasakan geli bercampur nikmat, hingga memeknya makin basah.
“Ayo bi, turunkan lagi pantatnya, biar masuk kepalanya!” Pinta bu Erni.
Sleeeeep….”Oooooooh…sssssh….”, desah bi Resti saat kepala kontol mas Gas menekan lubang memeknya, dan perlahan masuk. “Mmaaaassss…..gggede…bangeeet”, ucap bi Resti saat kepala kontol mas Gas terbenam di liang vaginanya. Kedua tangan bi Resti menopang dengan memegang kedua lututnya.
Sambil memegang kontol mas Gas, bu Erni mendekatkan tubuhnya ke mas Gas, ia lalu mencium bibir mas Gas. Mereka saling berpagut mesra. Memainkan lidah dan saling melumat.
“Ayo bi…mmmpff….cup…cup…mmmpfff….cupp.. tekan lagi bi…. mmmppff…cup…cup…biar lebih nikmat” ucap bu Erni di sela² ciumannya dengan mas Gas. Tangan bu Erni pun beralih memegang tangan bi Resti seolah menariknya agar jongkok lebih rendah lagi.
“Uuuuuh….oooooh…….sssssssshhh….”, desah bi Resti sambil menurunkan lagi bokongnya, membuat penetrasi kontol mas Gas makin dalam memenuhi liang vaginanya.
“Enak ya bi….hihi…”, sahut bu Erni menghentikan ciumannya. Ia melihat kontol mas Gas sudah terbenam separuh. Tiba² bu Erni bangkit, lalu berdiri di belakang bi Resti, ia memegang pinggul bi Resti dan menekannya turun, hingga kontol mas Gas langsung ambles semua.
“Buuuuuuu……iiiiiiihh……”, erang bi Resti. Ia kaget, karena tiba² kontol jumbo sepanjang botol kecap itu melesak masuk menekan dinding rahimnya. Matanya terbelalak, tubuhnya bergetar mengejang. Kontol sebesar dan sepanjang itu tiba² memenuhi rahimnya. Bu Erni tampak tetap menekan bahu bi Resti beberapa saat.
“Enak gak bi, hihi? Biarin dulu di dalem, saya tau pasti ngilu” Bisik bu Erni. “Buuuu….pppe..nuuuh..bb…baangeeeet….”, erang bi Resti. Kini dengan posisi duduk jongkok diatas perut mas Gas, tangan bi Resti meraih tangan mas Gas, ia arahkan ke susunya. Mas Gas tahu keinginan bi Resti untuk meremas² susu besar menggantung itu yang basah oleh keringat.
“Aaah…..ssssssh….maaas…reeemaaaas…. teruuusss….”, desahnya sambil memutar² pinggulnya diatas kontol mas Gas yang terbenam seluruhnya. Bi Resti merasakan rahimnya diaduk², ditekan² oleh kontol mas Gas. Matanya merem melek. Bu Erni pun makin bernafsu melihat mereka. Ia lalu berpindah posisi lagi, berdiri diatas kepala mas Gas, lalu ia berjongkok dan mengarahkan memeknya ke mulut mas.
Dengan lahap mas Gas menjilat² memek bu Erni yang basah, ia masukkan lidahnya ke liang vagina bu Erni, lalu ia putar². Ia cucup juga bibir vagina bu Erni, ia jilat, ia hisap² klentitnya yang makin menonjol dan mengeras. Anusnya pun tak luput dari sapuan lidah mas Gas, lidahnya seolah mengebor lubang sempit itu. Bu Erni pun menggelinjang geli dan keenakan, ia pun meremas2 dan menjambak rambut mas Gas. Sementara bi Resti yang sedang memutar² pinggulnya, sejenak diam menikmati penuhnya rahimnya dan rasa ngilu nikmat.
Lalu bi Resti topang tubuhnya dengan tangan di perut mas yon, ia mulai memompa naik turun kontol mas Gas. Perlahan ia gerakkan naik turun hingga pantatnya bertumbukan dengan perut bawah mas Gas.
Plogh…….plogh……plogh…….plogh……plog…..
“Sssssh…..ah……..ah……..ah………ah……”, desah bi Resti. Ia yang begitu energik, menggejot kontol mas Gas dengan tempo yang konstan. Kontol mas Gas dijepit tarik dengan ganas oleh bibir dan otot² vagina bi Resti. Saat bokong bi Resti bergerak keatas, bibir vaginanya seperti tertarik keluar karena begitu tebalnya kontol mas Gas. Batang kontol mas Gas pun mengkilat karena cairan vagina bi Resti.
Hampir setengah jam bi Resti memompa kontol mas Gas naik turun. Keringat pun mengalir dari lehernya, menuruni bongkahan payudara besarnya, sebagian memercik mengenai perut dan dada mas Gas. Sodokan ujung kontol mas Gas yang berulang kali menekan dinding rahim bi Resti, membuatnya berulang kali memejamkan mata, ngilu bercampur nikmat membuat aliran darah bi Resti mengalir deras.
Genjotan bi Resti pun makin lama makin cepat. Nampaknya bi Resti sudah tak bisa menahan untuk segera klimaks.
Plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..
“Kkkencengin aaah….sssh…terus bbb..bi.. genjotan…aaah…mu, pentokin, kita….ssssh….aah…ppu..aaasin kontol mmmas…ooooh… Gas malam ini!”, ucap bu Erni sambil mendesah karena memeknya diobok² lidah mas Gas. Bu Erni menggoyang² memutar² dan memaju mundurkan pinggulnya, sambil menekan ke arah bawah, hingga mulut dan hidung mas Gas berulang kali terbenam dalam memeknya yang basah.
“Ah..ah..ah..ah..ah..oh..kkon..tol.. sssh..mmu..ee..ee..ssssh…gge..oh..oh..de..baa..ba..nget..ah..uh..mmm..aasss..oh..oooh” desah nya.
“Bbb…ah..ah..bi…ah..oh..mmma..mau…aaah….ooh…ke..luu…aah…ah…ar…mmmaaaa…mmaaaaassss….ah…uuuuuuh…..uuuuuuuuuuhhh…..sssssh…….aaaaaaaaaaaaaah…kkkon….toooooolll……..”, erang bi Resti panjang diikuti tubuhnya yang mengejang, dengan kontol mas Gas yang terbenam seluruhnya, ia jepit dan pijit² dengan otot² vaginanya, diikuti semburan cairan vagina yang cukup banyak, hingga meluber keluar membanjiri perut mas Gas.
Bi Resti lalu terkulai lemas diatas tubuh mas Gas. Keringat kedua nya berpadu, payudara bi Resti yang besar terasa hangat dan kenyal bergesekan dengan dada mas Gas. Mas Gas yang masih asik melumat memek bu Erni, mengalungkan tangannya ke punggung bi Resti. Kontolnya yang berkedut² di dalam vagina bi Resti, terasa hangat.
Bu Erni yang melihat ke belakang, lalu perlahan berdiri. Tampak cairan vaginanya menetes ke wajah mas Gas, sebagian ada yang masuk ke mulut mas Gas. “Anget ya sayang, gurih kan lendir ibu?” Tanya bu Erni sambil melihat ke bawah.
“He em bu, gurih banget, plus lengket, hihi…” ucap mas Gas sembari menelan dan membersihkan sisa² lendir vagina bu Erni di sekitar mulutnya dengan lidah.
“Ehhh, udah keluar bii…? Lama juga yah, hebat bi Resti. Sini gantian aku bi. Biar mas Gas ngerasain sensasi baru. Hihi…” ucap bu Erni. Bi Resti yang masih memeluk tubuh mas Gas, menganggukkan kepalanya, “iiiya..bu..ssi..silahkan”, ia lalu berpindah ke sisi kanan mas Gas. Kontol mas Gas yang masih tegang itupun terbebas keluar. Begitu basah oleh lendir bi Resti.
“Sayang, kontol kamu masih tegang aja tuh, hihi…., ayo gantian sekarang ibu nungging ya, kamu genjot dari belakang!” Pinta bu Erni.
Mereka pun berpindah posisi. Kini bu Erni menungging di samping bi Resti yang terkulai lemas. Pantat besar bu Erni terpampang di depan mas Gas. Nampak basah di sekitar selangkangannya karena cairan vaginanya sendiri, begitu menggoda.
“Mas Gas, jangan dimasukin dulu yah, kobel anus ibu dengan jari²mu, basahin dulu jarinya pake lendir di memek ibu sayang!” Pinta bu Erni.
“Hah, di anus bu?” Tanya mas Gas heran. “Emang gak sakit bu?”, imbuhnya sambil mengobok² memek bu Erni, hingga jarinya kini basah.
Bi Resti yang lemas, mendengar itu juga merasa heran. Baru kali ini ia mendengar permainan anus. Dalam hatinya, “emang gak sakit apa ya, ttapi kalo emang enak, harus kucoba juga. Hihi…”.
“Nggak lah sayang, malah enak. Hihi…., jari telunjuk sama jari tengahmu basahin semua sayang. Masukin ke memek ibu!”. Mas Gas pun mengikuti kemauan wanita idolanya itu. Kini dua jari yang ia masukkan dan mengobok² memek bu Erni. Bu Erni pun mendesah keenakan.
“Ssssh……..aaaah……hmmmmm…., bi Resti kalo udah seger, boleh nyoba juga loh anusnya disodok. Hihi….” goda bu Erni ke bi Resti sambil menoleh ke arahnya dan tersenyum genit.
“Eeeh….hihi….belum pernah bibi” sahut bi Resti.
“Hehe, bi Resti. Makanya dicobain. Ntar bikin nagih. Cuman saya gak tau, muat gak yah pake kontol mas Gas yang jumbo ini. Hihi… saya kok agak merinding”, ucap bu Erni.
“Iiya buuu… punya mas Gas gede banget, panjang lagi. Nanti jenengan mules lagi loh. Hihi…” balas bi Resti.
“Yah dicoba dulu dong. Pelan² ya sayang. Anus ibu memang pernah disodok kontol, cuman gak segede dan sepanjang punya kamu. Hihi”, ucap bu Erni sambil tersenyum ke arah mas Gas. “Oh iya, lepasin dulu kondomnya sayang!”.
“Oooh..ii..iya bu. Aku ngikut maunya ibu aja”, tukas mas Gas sambil melepas kondomnya.
“Klo jarinya udah basah, masukin ke anus ibu sayang. Pake 1 jari dulu yah, trus obok² ke kanan kiri, biar lubangnya melar dikit!” Pinta bu Erni. Mas Gas pun mulai memasukkan jari telunjuknya ke anus bu Erni perlahan. Otot² bibir anusnya menjepit² jari mas Gas. Ia kocok keluar masuk dan ia obok² ke kanan kiri memutar agar lubang anus bu Erni agak melebar.
“Aaaaah……ssssshh…iiya…ggii..tu …sayang…”, desah bu Erni. “Masukin jari satunya lagi sayang!”. Mas Gas hanya menuruti kemauannya, ia lalu memasukkan 2 jari ke dalam anusnya, lalu ia kocok keluar masuk. Hingga setelah beberapa menit, lubang anusnya tampak sedikit menganga seukuran kelereng.
“Bi, saya bisa minta tolong gak, emut kontol mas Gas, basahin pake liur bi Resti. Ludahin juga kalo perlu biar makin basah dan licin!” Pinta bu Erni ke bi Resti. Bi Resti pun mengiyakan, ia lalu bangkit dan duduk di samping bokong bu Erni, ia raih kontol mas Gas, lalu ia berlutut dan mulai menjilat² kepala kontol dan meludahi batangnya. Mas Gas pun mendesah keenakan.
“Ooooh…bii……enak…..basahin semua biii”, ucap mas Gas. Bi Resti tampak lahap sekali menjilat² dan mengulum kepala kontol mas Gas. Ia lumuri kepala dan batang mas Gas yang berurat itu dengan liurnya.
“Buuu, udah basah nih kontolnya mas”, kata bi Resti.
“Aaah iya, sekarang cabut jarimu sayang, trus pegang pangkal kontolmu yah! Jangan dipegang batangmu, nanti pelumas liur bi Resti ilang. Arahin ke anus ibu yah, trus dorong pelan²”, pinta bu Erni manja.
Mas Gas mulai menekan ke bawah kontolnya yang menegang keatas, ia tekan hingga kepala kontolnya berada di depan lubang anus bu Erni. Ia dorong perlahan, hingga lubangnya makin menganga, namun karena sempit dan kepala kontolnya basah, membuatnya licin dan beberapa kali terbabit. Bu Erni pun senyum² menengok ke belakang.
“Sayaaaang, pelan², jangan keburu dorong. Di pas in lubangnya, lalu tekan perlahan. Anus ibu gak seperti memek sayang. Hihi…”, canda bu Erni. “Bi Resti, tolongin dong, kobel lagi lubangnya, basahin jari bi Resti dulu ya, biar main lebar lubangnya.”, pinta bu Erni.
Bi Resti pun menuruti, ia jilat dan emut jarinya hingga basah, lalu ia masukkan ke anus bu Erni sembari mengobok². Lalu diikuti mas Gas yang mengarahkan lagi kepala kontolnya ke anus bu Erni.
Sleeeeeeeeep….., perlahan kepala kontol yang besar itu seperti dihisap oleh lubang anus bu Erni dan langsung terbenam.
“Aaaaaaah….., masuk buuu…”, ucap mas Gas, ia tak berani memaju mundurkan kontolnya. Ia menunggu komando dari bu Erni.
“Aaaaaaauwwww…..gedeeeee kerasa banget sayang…”, desah bu Erni sambil menungging dan telungkup, kedua tangannya melebarkan pantat nya ke kanan dan kiri.
Bi Resti pun seperti mulai terangsang dengan pemandangan sodomi kontol jumbo itu. Ia lalu tanpa disuruh, menjilati sekitar lubang anus bu Erni dan batang kontol mas Gas, ia ludahi dan ia ratakan di sekeliling batang berurat itu, sambil mengelus² biji peler mas Gas.
“Oooooh….bibiii….mulai nakal yaaa….ssssh…..” ucap bu Erni. “Tapi enak biii, geli nikmat, terusin jilat bibir anusku biii!” Desah bu Erni.
“Iiya bu, bibi bantu biar bisa licin. Hihi…”, balas bi Resti.
“Sayang, dorong lagi pelan doooong….ssssh…., masukin lebih dalem maaaas….!” Pinta bu Erni.
“Iya bu, ibu siap² ya, Gas dorong lagi sekarang”, balas mas Gas. Ia lalu memegang panggul bu Erni, ia tahan sambil ia tekan kontolnya masuk senti demi senti, lalu ia tarik lagi mundur. Lalu ia dorong lagi hingga setengah batang kontolnya sudah terbenam.
“Uuuuuuuuh….sesek banget anus ibu sayang. Eeeenaaaaaaak bangeeet….”, desah bu Erni sambil meremas² sprei. “Tekan lagi lebih dalam sayang….ssssh……aaaaaaah….aa…yooo….tekaaaan….!”
Mas Gas pun meludahi lagi batang kontolnya yang belum terbenam, ia lumuri merata, lalu ia tarik lagi mundur kontolnya hingga ujung kepala kontolnya saja yang di dalam, ia meludah lagi, ia lumuri lagi hingga licin. Lalu ia tekan lagi perlahan hingga masuk ¾, bu Erni pun mengerang keenakan. Ia tepok² pantatnya berulang kali, ia lalu juga mengkobel² memeknya. Bi Resti yang menyaksikan itu, sambil duduk bersimpuh, ikutan mengkobel memeknya sendiri, dengan jarinya yang basah oleh lendir memeknya, bi Resti memasukkan jarinya ke dalam anusnya. Ia kocok keluar masuk jarinya di dalam anus. Ia ingin mencoba anusnya digempur kontol mas Gas yang besar dan panjang.
“Seret banget bu anusnya”, ucap mas Gas. Ia sejenak terdiam membiarkan ¾ kontolnya tenggelam di dalam anus bu Erni. Ia merasakan pijatan² otot anus bu Erni, merasakan keenakan, ia lalu tiba² mencabut kontolnya, lalu ia lesakkan tiba² di memek bu Erni yang sudah basah. Dengan sekali dorong langsung ambles semua. Bu Erni pun kaget dan meraung².
“Aaaaaaaaaaarghhh…..sssa…yaaaaaaang….., kkk…kkook….tt..ti…”, belum selesai ucapannya, mas Gas yang makin terbakar gairah, menghujam memek bu Erni dengan cepat.
Plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh…plogh……….
“Aaahh…ah..ah..ah..uh…ah…ss…ssa…ah..ah…ah..sa…yang….oh..oooohh…ah..ah..ss..ssaa….sayang…ee..een…ah….ah….nak…ss……sssh….aaaargh….oh..oh..oh…..” desah bu Erni sambil kedua tangannya meremas dan menggigit sprei. Mas Gas seperti kesetanan, ia lesakkan kontolnya dalam² di anus bu Erni, hingga suara becek itupun berpadu dengan tumbukan.
Splock..splock..splock..splock..splock..splock..splock..splock..splock…
“Uuh..uh..uh..mm..mmm..mmm…oh…ah…ssa..ah..ah…ssayang….ii..ibu…mm….ah…ooooh…aaah .ah…ah..mmaau….kke…aah..uh..uh..keluaaaaaaaaaaaaaarrr…..” erang bu Erni diikuti tubuhnya yang mengejang hebat, kedua kakinya ia angkat dan bergetar. Ia terguling ke samping bi Resti.
Bi Resti yang makin terangsang pun, segera menungging, menggantikan posisi bu Erni.
“Mas, ayo bibi juga mau maaaasss….”, pinta bi Resti.
“Ayok bi, sini biar ku pentokin juga di memekmu bi….aaaah …ssssssh….”, balas mas Gas. Kali ini mas Gas menaiki ranjang, ia berdiri mengangkang di atas bokong bi Resti. Ia gosok²an kepala kontolnya di memek bi Resti, lalu saat bibir memeknya terbuka dan makin basah, ia tancapkan dengan cepat. Lalu memasukkan setengah panjang kontolnya, kemudian mengayunkan pinggul nya naik turun. Dia makin mempercepat sodokannya.
“Uuh..uh..uh…ah..oh…oh…aaaah…ah…mmas….ah..ah..kkok…gak…ah..ah..sse..mua….di…ah…ah…ah…ah..masukin….?” Desah bi Resti sambil meminta mas Gas untuk membenamkan semua batang kontolnya.
“Bibi….mau semua ya…hah….he em….aaaah….oh ….mma…mau…ah…di…pen…ah…tokin…juga….aaah…ah…?, desah mas Gas sambil menggenjot bi Resti. Lalu ia tarik kebelakang, dan ia sodok dengan cepat dan dalam. Bi Resti pun mengerang. Ia gosok² klentitnya, tangan yang lain meremas² susunya. Kini posisi mas Gas dengan kontol yang masuk seluruhnya, ia tekan maju dalam², dengan posisi setengah membungkuk. Ia mulai menggenjot dengan cepat.
“Plogh.plogh.plogh.plogh..plogh..plogh..plogh..plogh…plogh..
“Ah..ah..ah..ah..uh..ah..terus…mm..mas…gen..jot…bbb..ah..oh..oh..bi..bi…mas…aaah…aaah…”, sesekali bi Resti mengerang panjang saat mas Gas menekan dalam² kontolnya. Dengan posisi menungging memang penetrasi bisa benar² dirasakan sepenuhnya. Apalagi kontol mas Gas besar dan panjang. Bi Resti merasakan kontol itu menekan hingga ke ulu hatinya.
“Ooooooooohh…mmmaaaaaasssss…..ah…ah..oh…oh..oh…ah..mm….mmaas….gg..gi…laaaaa…..”, desah bi Resti hebat sambil kini tangannya memegangi ulu hatinya yang terasa ngilu² nikmat.
Hngghk….hegkk..hegkk…engh…engh..
Plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..splock..splock..splock..splock..splock..
“Enak…sssh….ah…ah…ee..enak..biii…?” Ucap mas Gas sambil terus memompa. Kemudian mas Gas menurunkan badannya tanpa mencabut kontolnya, ia mulai berlutut di belakang bokong bi Resti, dan mulai memompa lagi.
Splock..splock..splock..splock..splock..splock..
“Aah..ah..ah..uh..uh..m..mm…mm..mm..ah…oh..ah..ah..mmas..mas.., bbi..bi…ah..aah..kke..lu…aaaaaaar…aaaaaaaaaaaaargh……ooooooooooooohhh….sssssss…ss…sssss…ssssh…aaah…..aiiiiiiih……aaaaah….” erang bi Resti sambil menggelinjang hebat. Otot vaginanya menjepit² kontol mas Gas. Mas Gas pun merasakan akan segera klimaks. Ia makin percepat sodokannya di memek bi Resti.
“Mmmasss…aah..ah..ah…oh…mma..masukin…anus…bbi…aah..ah..bi…mas….ayooo….” pinta bi Resti agar mas Gas ganti menghajar anusnya. “Hajar..ah..ah..aja aaa..oh..oh..oh..anus bibi mmmaaas…!” Pinta bi Resti lagi.
“Iiya…bb..bbi….aku jujuga…mmau …keluar…”, mas Gas pun mencabut kontolnya, lalu ia arahkan ke lubang anus bi Resti. Karena udah pernah melesak di anus bu Erni, kini mas Gas nampak lebih mudah memasukkannya di anus bi Resti. Hanya 2 kali percobaan, kepala kontolnya sudah terbenam. Ia lalu tanpa aba² langsung menusuk dalam² anus bi Resti yang memang lobangnya lebih besar dari milik bu Erni. Bi Resti pun melotot, kontol sepanjang botol kecap itu melesak semua ke dalam anusnya.
“Mmaas…..aaaaauww……sssaa…..kit…aaaah….”, erang bi Resti.
Tak menghiraukan ucapan bi Resti, mas Gas yang akan segera klimaks itu langsung menggenjot anus bi Resti dengan cepat. Betul² brutal.
Plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..
“Aaah..ah..ah..oh..ah..ah..ah..ah…” desah bi Resti yang awalnya kesakitan, berubah menjadi kenikmatan anal seks.
“Ooh..oh..ssse…reet…bbi…aah..ah..oh..ah..oh…aaku…mma…mau…kke..lu…ah..uh…uh..ar..bbbi…aah..ah..ah..ah..uh..mm..mm..bbi..bi..te…ah..oh..telan…pe..juh..ku…yah….”, desah mas Gas yang lalu mencabut kontolnya. Ia genggam batang bawah kepala kontolnya, ia lalu segera berpindah ke depan wajah bi Resti, ia berlutut lalu mengocok dengan cepat kontolnya sembari ia arahkan ke mulut bi Resti.
Yock..yock..yock..yock..yock..
“Ayo mmmasss…keluarin yang bba..nyak…bbi..bi ..haus…”, ucap bi Resti sambil membuka mulutnya lebar².
“Biiii….aaaku…keluaaaaaar…..aaaaaah…aaaaah…aah….ooooooooh….aaaaah…..sssssh…sssh…aaaah….ooooooooh……oooh….ssssssh”, erang mas Gas diikuti semburan sperma yang kental dan buanyak sekali di wajah dan mulut bi Resti.
“Aaaaangh….aaanghh…hengck…hengck…hengck…glek…glek…glek….hengck…aaanghh…glek…glek….glek..sluuurp…glek…glek…” hanya suara itu yg keluar dari mulut bi Resti. Pejuh kental dan putih yang menyemprot ke dalam mulutnya berusaha ia telan. Saking banyaknya, ia meluber keluar mulut bi Resti. Ia telan dengan lahap sambil melihat ke arah wajah mas Gas yang mengerang keenakan. Sekitar delapan kali semburan pejuh mas Gas membanjiri mulut dan wajah bi Resti.
Dengus nafas mas Gas yang menggebu² kini semakin menurun. Ia pun duduk di depan bi Resti, sambil melihat bi Resti menyapu pejuh yang membasahi wajahnya dengan jari, lalu ia arahkan ke mulutnya untuk ditelan. Bi Resti pun ikut tersenyum puas. Dengan anus menganga dan memek yang becek itu, ia ambruk di depan selangkangan mas Gas.
“Bbba…nyak..banget pejuhmu mas…, kamu perrrkasa sekali….” ucap bi Resti yang badannya terlungkup dengan mata terpejam.
Bu Erni yang telah lemas dan tertidur, tak menyadari pertempuran bi Resti dan Mas Gas. Seluruh tenaganya terkuras, anusnya juga menganga, tapi tak selebar anus bi Resti. Ketiganya lemas tak berdaya di atas ranjang. Persetubuhan threesome itu berlangsung cukup lama. Hingga hampir tengah malam.
Mas Gas yang tersadar lebih dulu, segera membersihkan diri dan menutup tubuh kedua wanita yang telanjang bulat itu dengan selimut. Setelah memakai baju, ia pun berjalan pelan² keluar kamar, sambil menengok kamar utama. Disana bapak masih tertidur pulas. Ia pun segera pergi meninggalkan rumah bu Erni dengan meninggalkan pesan di WA bu Erni.
“Ibu sayang, makasih ya malam ini. Sampein juga makasih buat bi Resti. Kalian berdua betul² mengagumkan. Kalo boleh besok lagi yah, hihi…Mmuuaaach…”
Malam yang menggairahkan dan takkan bisa dilupakan oleh seorang mas Gas, malam dimana ia di perjakai oleh kedua wanita montok, malam dimana pertama kali kontolnya membuat takluk wanita² yang berpengalaman. Bagaimanakah dengan Ajeng, Ambar dan Tika, apakah impian mereka juga akan segera terwujud? Apakah Aulia dan Feni, kasir jaga minimarket memiliki kesempatan untuk bertemu mas Gas lagi?
Bersambung…