Hari² mas Gas berlalu seperti biasa, ketika sore tiba, ia selalu ke rumah bu Erni untuk memuaskan nafsu kedua wanita setengah baya yang haus akan seks. Kedua wanita yang sangat suka di anal oleh kontol jumbo mas Gas, membuat lubang anus kedua wanita stw itu menganga kecil.
Semenjak saat itu, sikap dan sifat mas Gas yang pemalu dan cuek, perlahan terkikis. Ia lebih berani membuka obrolan dengan teman wanita, lebih supel, hangat dan mau berbaur. Bahkan tak jarang ia berani menggoda. Hingga akhirnya, suatu pagi, di tengah sibuknya pekerjaan kantor, bu Erni memanggil mas Gas yang sedang mengerjakan laporan di depan laptopnya.
Kriiing…..kriiingg….nampak mas Gas langsung mengangkat telpon, setelahnya ia lalu beranjak daei kursi menuju ruangan bu Erni.
Tok..tok..tok..
Dari dalam bu Erni menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan mas Gas untuk masuk.
“Duduk sayang, ibu mau ngobrolin sesuatu” ucap bu Erni.
“Ya bu, kayaknya serius banget” balas mas Gas.
“He em, sebenernya sedih mau ngomong, tapi mau gimana lagi. Udah tugas dari kepala. Ibu disuruh keluar kota, kunjungan kerja sama studi banding kinerja tiap bagian dengan kantor cabang di surabaya. Jadi….”
“Jadi gak bisa ketemu lagi tiap hari?” Sahut mas Gas.
“He em….”, ucap bu Erni sambil tertunduk lesu.
Mas Gas pun tampak terdiam,agak kecewa mendengar berita mendadak itu. Namun apa daya, ia berfikir jika ia ikutan sedih, bu Erni malah tidak bisa fokus, akhirnya akan membuat semuanya jadi berantakan, dan malah bisa membuatnya dan bu Erni tidak bisa ketemu lagi. Lalu mas Gas tersenyum.
“Ibuku sayang, kok sedih?, hehe…kan cuman sebentar. Nanti kalo pulang kan bisa makin asyik. Hihihi…. kan cuman ke surabaya” hibur mas Gas sambil memegang tangan bu Erni.
“Kok malah ketawa sih kamu sayang, ya iya sih. Cumaaaaan…. kalo aku kepengen gimana? Hahaha….” sahut bu Erni sambil terkekeh. “Iya kamu enak, disini bisa sama bi Resti, lah ibu? Sama laki² sewaan?”
“Hehe, buuu, klo emang mau, gakpapa. Daripada ditahan. Lagian aku juga gak mungkin tiap hari sama bi Resti. Kesanapun kalo pas antar obat aja buat bapak seminggu sekali. Kerjaan ku numpuk, banyak laporan yang mesti dikerjakan. Kalo gak nyicil di rumah, gak bakalan selesai. Gas janji, kalo ibu pulang, Gas milik ibu seharian. Hihi…”, hiburnya lagi sambil tersenyum.
“Sayang, ibu yakin laki² lain gak punya kontol segede dan sepanjang punya kamu. Sama mereka gak akan kerasa. Hihi…. kamu mau bukti?, coba deh ajak teman kantor kamu laki² yang tinggi besar ke hotel, trus panggil bi Resti, ajak threesome, bandingin kontol kamu sama kontol temen kamu. Nanti kamu bakalan tahu.”, tegas bu Erni.
“Ehh tapi janji ya, nanti kalo ibu balik, seharian sama ibu?”, pintanya memelas. Mas Gas pun mengangguk sembari memegang tangan bu Erni dan mengusapnya. Tangan perkasa itu membuat bu Erni dimabuk asmara. Hingga iapun terhibur dan tak bersedih lagi dengan tugas mendadak itu.
“Masa sama bi Resti sayang, hihi” ucap mas Gas sambil tersenyum.
“Yaaa itu sih terserah kamu sayang, emang mau sewa PSK? Tanya bu Erni balik. “Saranku sih jangan sayang, kecuali kamu pake kondom. Kapan hari pake kondom gak nyaman kan? Hihi…”, canda bu Erni.
“Hehe, iyaa iyaa, nanti deh aku pikirin caranya bu”, balas mas Gas. “Chat aku ya bu selama disana, telpon juga boleh, biar kangennya terobati. Hehe!” Pinta mas Gas.
“Iyaa sayang, apapun yang kamu minta, ibu turutin” jawab bu Erni mengiyakan.
“Ya udah bu, aku balik ke meja ya, buanyak banget yang mesti kukerjakan”, ucap mas Gas sambil berdiri.
“iyaaa iyaaa, ya udah sana sayang, jangan lupa nanti balik kesini, tak tagih janjimu. Hihi…”, canda bu Erni sambil mengerlingkan mata.
Lalu mas Gas pun kembali ke meja. Dan seperti biasa, ia jadi buah bibir teman² kerja wanitanya. Ajeng, Ambar dan Tika memang sedang membicarakan mas Gas yang kian hari kian dekat dengan bu Erni, dan perubahan sikapnya yang awalnya cuek jadi mudah bergaul.
Saat memandangi laptop, mas Gas kepikiran apa yang dibicarakan bu Erni. Ia memang belum pernah threesome dengan teman laki². Ia juga penasaran apakah yang dikatakan bu Erni benar, jika kontolnya memang benar² gede, berbeda dengan lelaki indo pada umumnya. Mas Gas tampak melamun, pikirannya sedang berada di suatu tempat meskipun ia menatap laptopnya. “Temen kantor, siapa ya……”, dalam hati mas Gas berfikir, sambil melamun.
“Ehemmm….ehemm….”, mas Gas terkejut, saat suara itu berasal dari bangku seberang, tempat ketiga teman kerja wanitanya duduk. Rupanya suara itu berasal dari Ajeng, temannya yang berpayudara besar. Berbeda memang dengan Ambar dan Tika yang memiliki payudara berukuran sedang, namun bokong ketiga teman wanitanya itu semuanya bulat dan sekal.
“Lagi ngelamunin apa sih mas?” Celetuk Ajeng.
“Ahh nggak jeng, iniloh, crosscheck laporan kok gak sinkron”, dalih mas Gas. Ia berpura² sedang mengetik di atas keyboard laptopnya, padahal ia berbohong.
“Crosacheck apa crosscheck, hihihi…. alesan ae to maaaaas mass”, canda Tika. Entah angin apa yang menerpa mas Gas, seketika itu, sambil tersenyum, ia menghampiri ketiga rekan kerjanya. Sontak mereka bertiga kaget bukan main, mereka langsung berpura² fokus di depan laptopnya masing².
Mas Gas lalu duduk di tepian meja kosong di samping meja kerja Ajeng, ia memandangi Ajeng yang berkerudung hitam, payudaranya yang dihimpit tangannya itu tampak sedikit menyembul kesamping. Mas Gas yang duduk di tepian meja, dengan 1 kaki menggantung dan kaki lainnya menahan tubuhnya, memperlihatkan tonjolan kontolnya yang terlihat jelas. Ajeng hanya melirik sejenak, “brengsek mas Gas, pagi² dah bikin horny lagi”, gumamnya dalam hati. Berbeda dengan Ambar dan Tika, yang mengamati mas Gas dari mulai ia berjalan hingga duduk, mata keduanya pun tak beralih dari tonjolan di selangkangan pria bertubuh kekar itu. Karena mas Gas hanya fokus memandang Ajeng, ia tak sadar, kedua temannya yang lain memperhatikannya.
“Jeng, lagi sibuk ya?”, tanya mas Gas tiba².
“Ehh, nggak juga mas, ada apa, tumben?” Ucap Ajeng sambil memandang wajah mas Gas. Ajeng merubah posisi duduknya yang semula menghadap meja, kini ia menghadap ke arah mas Gas sambil menyilangkan kaki.
“Hehe, anu Jeng, kira² ada waktu gak sore nanti setelah pulang kerja, ato mungkin malam? Pengen ngobrolin sesuatu.” Jawab mas Gas.
“Wuiihh, ngajak kencan nih. Hahaha”, canda Ajeng. Sontak kedua temannya kaget, sambil senyum².
“Cieeee…cieee…..dinner nih yeee….”, goda Tika. “He em, kita gak diajak yo Tik”, sahut Ambar.
“Halah, kok kencan, haha…. kalo mau ikut yo ayo toh. Malah asik rame²”, ucap mas Gas. Mendengar itu, Ambar dan Tika berbunga², beda dengan Ajeng, yang agak kecewa karena tidak jadi berduaan dengan mas Gas. “Asem, nggangu ae se rek”, ucap Ajeng dalam hati.
“Gimana Jeng? Bisa gak?”, tanya mas Gas lagi.
“Lah kok nanya aku, itu tanya mereka. Kan mereka juga ikut” balas Ajeng sambil tersenyum kecut.
“Nggak nggak Jeeeeeng, kita gak akan ganggu kalian. Hahaha. Becanda loh, kok nesuuuu”, ucap Tika. “Hahahaha, iyo jeng, pokonya aku bungkusin makanan, beres”, sahut Ambar. Mendengar kedua temannya berkata seperti itu, hati Ajeng mulai berbunga² lagi. Senyumnya tak lagi kecut, kini malah tersipu malu.
“Hihi, ngerti ae sek rek karepku (ngerti aja sih mauku), iyaaa iya tak bungkusin jajanan masing² nanti”, ucap Ajeng. Ia lalu menatap wajah mas Gas dengan wajah berseri², sambil mengerlingkan mata. Mas Gas pun membalas dengan senyuman.
“Jadi nanti jam berapa mas?” Tanya Ajeng.
“Habis maghrib ae ya, nanti tak WA kalo mau berangkat. Rumahmu masih tetep disana dulu kan? Jelas mas Gas.
“Ya iyaaaaa laaaah, masa pindah, nanti mas Gas bingung nyari aku. Hihihi…”, canda Ajeng. Ia berharap nanti malam mas Gas bakal ngelakuin sesuatu yag lebih dari sekedar makan. Ia hanya akan menuruti apa kemauan mas Gas, asal hasrat terpendamnya terpenuhi. Betul² tak jauh beda dengan bu Erni dan bi Resti.
“Ehemmm…ehemmm…, awas ada cctv”, kata Ambar. Menyadari itu, seketika mas Gas pun segera kembali ke mejanya, berikut Ajeng dan kedua temannya kembali fokus di kerjaan mereka masing².
Mas Gas yang kini sudah kembali ke mejanya, tiba² ingat obrolan dengan kedua orang tuanya beberapa hari yang lalu. Cepat² ia buka chat dari ayahnya yang tenggelam oleh obrolan grup dan chat dari teman² nya. Disitu, ada kiriman foto dari ayahnya yang belum ia buka. Foto yang ngeblur itu lalu ia buka.
Nampak seorang wanita cantik dan manis yang sepertinya pernah bertemu dengannya, namun ia lupa dimana. Ia coba mengingat², namun tetap saja mas Gas lupa dimana pernah bertemu dengan wanita itu. “Ah, ntar aja deh sambil jalan, barangkali nanti aku bisa ingat”, gumam mas Gas.
Sore harinya, setelah tiba di rumah, seperti biasa bu Erni langsung menyiapkan obat suaminya. Ia lalu mengobrol sambil meminta ijin jika ada tugas luar kota selama 2 minggu. Awalnya suaminya agak keberatan, namun setelah bu Erni menjelaskan ini itu, akhirnya pak Wito pun mengizinkan.
Bu Erni lalu menuju ke dapur, dimana bi Resti saat itu nampak sedang mengelap perabotan. Bu Erni lalu menarik kursi meja makan.
“Bi, boleh menyela sebentar kerjaannya, saya mau ngobrol sama bi Resti!” Ucap bu Erni.
“Oh iya bu, boleh sekali”, balas bi Resti. Ia lalu berhenti dan berdiri di depan bu Erni.
“Duduk aja loh bi, saya udah anggap bi Resti kakak sendiri. Kakak nakal bareng ketemu gede. Hahaha”, canda bu Erni.
“Waduh ibu ada² aja”, balas bi Resti sambil tersenyum malu².
“Hihi… abis nakal bareng mas Gas kan juga sama kamu bi. Berapa hari loh kita dipuasin sama dia. Hihi”, canda bu Erni. “Nyantai aja loh bi kalo ngobrol sama saya, anggap aja adik sendiri, losss pokoknya”, jelas bu Erni.
“Hehe, iya bu. Tapi ya tetap aja jenengan itu majikan saya, saya harus hormat dan santun. Oh iya bu, maaf saya tadi gak sengaja dengar obrolan jenengan sama bapak. Emang bener nggeh bu mau tugas luar kota?”, tanya bi Resti sambil menarik kursi lalu duduk bersama bu Erni.
“Iya bi, bener. Udah diijinkan bapak juga. Saya titip rumah sama bapak ya bi. Sama titip mas Gas. Hihi”, tukas bu Erni sambil terkekeh. “Misal bi Resti pengen kentu sama mas Gas, ya silahkan aja. Justru saya lebih seneng kalo mas Gas cuman ngeseks sama bi Resti, gak jajan kemana²”. Imbuhnya.
Bi Resti agak kaget dengan perkataan bu Erni. “Walah bu, saya hanya mau kentu kalo ada jenengan saja. Gimana ya bu, hihi, apa jenengan ndak cemburu?” Tanya bi Resti.
“Halaaaaah ngapain cemburu biii, saya juga udah sering sama laki² lain, ya memang cuman mas Gas yang spesial barangnya. Kayaknya saya cuman mau sama mas Gas kalo untuk urusan kentu, dan saya entah kenapa ikut seneng kalo bi Resti juga ikut menikmati kontolnya yang gede. Hihi…” ucap bu Erni sambil agak berbisik.
“Wihh bu, hihi. Ya saya hanya manut (nurut) aja deh sama jenengan, cuman gimana ya bu, agak aneh loh, masa jenengan ijinkan saya kentu sama mas Gas disini”, balas bi Resti sambil bermain² memutar2 jarinya.
“Wes to bi, tenang aja. Mas Gas juga udah janji sama saya, kalo saya pulang, bakal seharian puasin nafsu saya. Pokoknya jangan tinggalin rumah ya bi, kalo keadaan aman disini, ya lanjut aja bi. Intinya jangan sampai bapak tau. Itu aja. Bisa marah besar dia”, kata bu Erni.
“Hmmm, nggeh bu. Siap kalo gitu”, jawab bi Resti. “Mas Gas hari ini gak kesini bu?”, tanya bi Resti.
“Haha, hayooooo, kita sudah beberapa hari sama dia loh bi, tapi memang bikin nagih ya. Hihi… mas Gas hari ini gak bisa kesini, katanya ada urusan keluarga bi”, ungkap bu Erni.
“Oh gitu toh, yaaah gak bisa kentu deh hari ini. Ehh bu, beneran baru sama jenengan loh anus saya disodok. Burungnya mas Gas buuuesar dan panjang lagi, bikin mules. Hihi”, balas bi Resti juga sambil terkekeh. “Anus saya jadi seperti sejuk, lubangnya gak rapet kayak dulu lagi”.
“Mules tapi kan enak bi, hehe. Anus saya juga. Coba ada 2 laki² ya. Pasti enak bi. Apalagi yang kontolnya kayak punya mas Gas”, ucap bu Erni sambil pandangannya menerawang ke langit² rumahnya.
“Wah ya susah nyarinya bu. Punya suami saya aja cuman setengahnya burungnya mas Gas, gedenya juga masih gedean punya mas Gas. Kan rata² orang indo ya segitu itu ukurannya. Sukur² dapat yang panjang. Jenengan beruntung sekali loh bu”, puji bi Resti.
“Ya itu dia bi, susah. Kepengen 2 lubang saya dimasukin kontol. Rasanya pasti enak. Cuman memek sama anus saya udah kena kontol mas Gas, pasti kalo sama laki² lain gak kerasa. Lobang saya dua²nya udah longgar. Hahahaha”, kata bu Erni sambil ketawa.
Mereka berdua tampak asik mengobrol, bercanda sore itu hingga malam tiba. Kedua wanita stw yang haus kepuasam bercinta. Mereka tak mengetahui jika mas Gas hari itu sedang janjian dengan Ajeng untuk mengobrol.
Sementara itu…
Di rumah mas Gas selepas maghrib, tampak ayah dan ibunya mas Gas sedang di depan televisi. Menonton berita sambil ngemil berdua. Sungguh pemandangan romantis tiap hari yang dilihat mas Gas.
Tampak mas Gas keluar kamar, sudah rapi, memakain celana jeans, kaos hitam, dan harum parfum CK-b yang lembut namun tegas menambah kesan jantan dan gagah.
“Wah wah, wes ganteng anaknya mamah. Mau kemana le? Ke bu Erni lagi?”, tanya ibunya.
“Ndak mah, mau keluar ngopi sama temen² kantor”, jawab mas Gas sambil berjalan duduk di sofa depan televisi. Ia lalu nampak mengeluarkan hapenya, lalu sibuk memencet², seperti mengobrol dengan seseorang. Ya benar, yang sedang ia chat adalah Ajeng. Teman kantornya yang tadi siang ia ajak ketemuan.
“Le, sibuk tah?” Sapa ayahnya.
“Aahh iya maaf pah, lagi chat sama temen yang mau ngopi bareng”, dalih mas Gas.
“Sudah diliat belom foto yang papah kirim? Kok gak ada tanggapan apa² dari kamu le”, tanya papahnya.
“Ooh itu, sudah pah. Gas kayaknya juga pernah liat wajah itu kapan hari, tapi lupa dimana. Cantik sih. Hehe” jawab mas Gas.
“Lah itu, klo memang sreg yo wes to le. Nanti papah mamah kapan gitu ngajak kamu kesana. Ketemuan langsung sama om Wisnu dan anaknya, piye (gimana)? Tegas ayahnya.
“Waduh, sek to pah, Gas pikir² dulu ya. Gampang wes, nanti kalo sreg kan Gas pasti bilang ke papah mamah”, jawab mas Gas.
“Ya udah kalo gitu le, tapi yo jangan lama² mikirnya, keburu tua. Hihi”, sahut ibunya.
“Hmmmm iyaaa iya. Dah Gas berangkat dulu ya, assalamualaikum”. Pamitnya.
“Iya hati² le. Walaikumsalam”, balas ayah ibunya.
Mas Gas lalu melangkah keluar rumah, dan disaat ia berjalan, terdengar nada pesan masuk. Rupanya pesan itu dari Ajeng lagi.
“Mas, sudah berangkat tah?” Chat Ajeng
“Sabaaaar, ini udah mau berangkat. Tadi diajak ngobrol sebentar sama mamah papah, dah aku otw. Mau nitip sesuatu?” Balasnya.
“Boleh, coklat silverqueen aja 1. Dah itu aja, dah berangkat gih, ati² ya mas”, balas Ajeng.
“Iyaaa iya tak belikan”.
Motorpun distarter, mas Gas pun berangkat menjemput Ajeng. Tak lupa ia mampir di indomaret yang tempo hari ia datangi sebelum menuju rumah bu Erni. Mas Gas pun segera memarkir motornya, dan berjalan masuk. Secara kebetulan, yang tugas jaga kasir saat itu adalah cewek yang sama saat mas Gas datang pertama kali disana. Aulia dan Feni. Dari dalam minimarket, tanpa sengaja, Aulia yang tempo hari mengharap kehadiran mas Gas, terlihat kaget, apa yang ia harapkan akhirnya keturutan.
“Fen fen, mas² itu datang lagi. Hihihi…”, ucap Aulia.
“Ehh iya Ul, keren juga sih. Badannya ituloh, macho. Hihi…”, balas Feni. Mereka berdua tampak sedikit berbenah, merapikan dandanannya. “Kamu naksir dia juga ya?” Tanya Aulia sinis. “Hehehe…gak lah. Kan dia incaran kamu, masa aku mau rebut sih, pssst…psst… dia masuk”, balas Feni yang melihat mas Gas berjalan masuk.
Saat sampai di dalam, mas Gas menuju meja kasir. Ia menyapa kedua kasir cantik itu dahulu.
“Malaaaam, hehe, ketemu lagi”, sapa mas Gas.
“Malam juga mas”, ucap keduanya hampir bebarengan.
“Wah, kompak banget jawabnya. Haha”, canda mas Gas.
“Bisa aja mas ini, ya kan kebetulan. Oh iya mas, mau beli apa?”, tanya Aulia mendahului Feni. Keduanya tampak terpesona dengan mas Gas yang berkaos hitam dan harum. Mata keduanya tak lepas dari memandangi body laki² itu dari atas hingga bawah. Terutama Aulia yang agak lama memandangi bagian selangkangan mas Gas yang makin menonjol karena celana jeans ketat yang dikenakan.
“Saya mau beli silverqueen aja 1”, jawab mas Gas. Karena Aulia yang tengah asyik memandang tonjolan besar itu, Feni pun mendahului menjawab permintaan mas Gas.
“Oh iya mas, itu ada di rak bawah. Pilih aja yang mana”, jawab Feni. Mendengar jawaban itu, mas Gas lalu melihat ke arah bawah, diambilnya 1 coklat silverqueen tadi, lalu ia berikan ke Feni. Ia nampak serius memandangi wajah Feni, seperti pernah melihat wajah wanita cantik itu. Sontak ia kaget, dia adalah calon yang akan dikenalkan oleh mamah papahnya.
“Kamu Tika ya, anak om Wisnu? Tanya mas Gas tiba².
“Loh, kok kamu tau mas? Tau darimana?” Jawab Feni yang agak kaget mendengar ucapan mas Gas. Lalu mas Gas mengeluarkan HP nya, ia tunjukkan foto Tika yang saat itu mengenakan kerudung, foto kiriman dari ayahnya, pak Wisnu ke HP mamahnya mas Gas.
“Nih, aku dikasih papahku. Bener kamu kan?” Tanya mas Gas lagi meyakinkan.
“Ii..iiya bener itu aku. Oooo jadi kamu to mas, yang kapan hari ayah ceritakan. Hihi….”, ucap Tika yang kegirangan karena tau bahwa jodoh yang akan dikenalkan oleh ayahnya, kini ada di hadapannya. Laki² bertubuh atletis, berkulit putih dan berpenampilan rapih.
Aulia yang mendengar pembicaraan mereka, nampak penasaran. “Hmmm, kalian ini saling kenal ya?” Tanya Aulia.
“Nggak Ul, gakpapa. Ntar aja aku ceritain. Hihi” jawab Feni. Ia segera memotong pembicaraan, karena dibelakang mas Gas, ada 2 orang yang sedang mengantri untuk membayar belanjaan.
“Udah ini aja ya mas?” Tanya Feni.
“Iya Tik, itu aja”, ntar aja ngobrolnya dilanjutin yah. Ini nomor WA ku. 082xxxxxxxx3. Kemudian Feni tampak mengeluarkan pulpen dan mencatat nomornya di secarik kertas.
“Udah kucatat mas. Nanti aku WA kamu yah. Oh iya ini cokelatnya 26ribu” balas Feni.
Lalu mas Gas mengeluarkan uang dari dompetnya sebesar 50ribu.
“Simpan aja kembaliannya ya, hehe..”, ucap mas Gas.
“Ehhh….hmmm”, gumam Feni.
Lalu mas Gas ambil cokelatnya, sembari mengerlingkan mata ke arah Feni. Mas Gas pun berlalu diikuti langkahnya menuju pintu. Feni pun tersipu malu dan membalas kerlingan ke mas Gas. Aulia makin penasaran, laki² itu dilihatnya bermain mata dengan teman kerjanya. Namun rasa penasaran itu buyar, ketika ada seorang pelanggan menyerahkan belanjaannya.
Di perjalanan, mas Gas senyum², calon yang akan diperkenalkan dengannya begitu cantik, seksi. Badannya juga tak setinggi bu Erni dan bi Resti. Body nya tergolong kecil. Buah dadanya juga standard namun berisi. Keunggulannya ada di wajah dan bokongnya yang montok. Tak lama kemudian, ia tiba di rumah Ajeng. Ia lalu mengeluarkan HP nya dan menghubungi Ajeng.
“Jeng, udah diluar nih, udah siap kan?” Tanya mas Gas. Tak sampai semenit chat mas Gas pun terbalas.
“Iya mas, masuk dulu ya, pamit sama bapak ibuk, sebentar aku ke depan”, balas Ajeng.
Lalu tampak Ajeng dengan kaos merah dan celana jeans ketat keluar. Payudaranya yang besar berayun, pantatnya yang bahenol juga bergoyang naik turun. Melihat itu, birahi mas Gas mulai naik, kontolnya berkedut. Ia berusaha mengalihkan pikirannya, karena celana jeans yang ia kenakan cukup ketat. Ia berfikir jika kontolnya menegang, bakalan susah untuk diarahkan ke paha seperti biasanya. Ia pun turun dari motor dan menyambut Ajeng.
“Wew jeng… hihi….”, sapa mas Gas.
“Kenapa sih, kok ngeliatin gitu?, gak suka ya Ajeng pake baju gini? Gendut ya? Jelek?” Tanyanya bertubi².
“Ya gak lah, beda sama di kantor. Hahahaha….” canda mas Gas. “Ya udah yok masuk, nemuin bapak ibuk!” Ajak mas Gas.
“Hmmmm…”, jawabnya sambil memalingkan muka. Mereka berdua pun masuk dan pamitan. Ajeng pun berlari ke kamar untuk mengambil jaket parasut warna hitam besar. Tujuannya untuk menutupi payudaranya yang memang menonjol sekali.
“Jaket kamu gede banget Jeng, hahahaha…”, goda mas Gas sambil tertawa.
“Lah diledekin, ya iyalah, buat nutupi ini nih!”, jawab Ajeng sambil memegang dan meremas kedua payudaranya yang besar.
“Waduh…haha…iyaaa..iyaa… dipraktekin segala si Ajeng nih. Nanti…”
“Nanti opo? Kamu ngaceng yaaa, hahaha”, balasnya mulai berani menggoda mas Gas.
“Yeeee, gak yooo. Enak aja”, dalih mas Gas yang memang sebenernya bernafsu juga dengan Ajeng. Pakaian yang ketat, memamerkan lekuk tubuhnya yang seksi dan montok, laki² mana yang tidak akan bernafsu. “Wes ayo naik, aku dah laper!”, ajaknya.
“Hmmm, iyaaa iya”, jawab Ajeng. Mas Gas pun menstarter motornya dan mereka pun berlalu. Ia membonceng dan memeluk mas Gas dengan kedua tangannya ia letakkan di paha kanan dan kiri mas Gas. Agak kelimpungan juga mas Gas dibuatnya, namun ia tak berkata apa², karena memang itu juga yang sebenarnya ia inginkan.
Birahinya mulai naik lagi perlahan, merasakan punggungnya ditekan dan digesek² bongkahan payudara Ajeng yang besar. Bagi Ajeng sendiri, ini kesempatan baginya, ia ingat saat diantar waktu itu oleh mas Gas, kontol mas Gas yang gede panjang itu menegang dan membujur di pahanya, apalagi kalo bukan mas Gas terangsang oleh aksi Ajeng memeluknya dari belakang. Ajeng ingin nanti berpura² tak sengaja memegang kontol mas Gas yang menegang dan ia arahkan ke paha.
“Mas, aku peluk ya, takut jatuh, hihi”, bisik Ajeng dari belakang.
“Iya Jeng, sakarepmu wes (terserah kamu deh)”, jawab mas Gas. “Awas tangannya jangan mepet² ke tengah!”, goda mas Gas.
“Hahaha, ngarep nih ye”, goda Ajeng sambil mencubit paha mas Gas. “Aduh, Jeng. Nyubit segala loh”, ucap mas Gas mengaduh.
“Genit sih, nanti lama² tak remet manukmu loh mas. Hihi…”, balas Ajeng sambil tangannya ia usap² hampir mendekati pangkal paha mas Gas.
“Husss….ngawur”, kata mas Gas. Karena Ajeng yang makin nakal dan berani, membuat kontol mas Gas berkedut², dan mulai mengembang. Ia bingung karena kontolnya mulai mendesak celana jeans nya yang ketat. Apalagi kontolnya ia arahkan ke bawah, sehingga kepala dan batang kontolnya yang mulai mengembang tertahan dan cenut².
Mas Gas lalu percepat laju motornya sambil melihat kanan kiri. Ia berusaha mencari resto yang terdekat, agar ia bisa segera ke kamar mandi membetulkan posisi kontolnya. Sukur² bisa lemas dan kembali ke ukuran semula. Setelah sekitar 2 kiloan berkendara, ia menemukan sebuah resto ramen yang cukup sepi. Ia lalu segera memarkir motornya.
“Loh, mas, kok berhenti, emang mau makan disini?”, tanya Ajeng.
“Iya disini aja, sepi juga, kan enak buat ngobrol. Aku juga kebelet pipis”, jawab mas Gas. Padahal sebenarnya ia tak begitu suka ramen, namun karena kondisi kontolnya tak memungkinkan, terpaksa ia berhenti.
“Hmmm, ya wes lah, terserah”, jawab Ajeng. Dalam hati Ajeng, ia tahu sebenarnya kontol mas Gas mulai mengembang karena sentuhan dan obrolannya tadi yang menggoda. Ia juga tahu karena mas Gas sedikit gusar saat berboncengan. Ia hanya senyum² bahagia, ia berfikir, mungkin nanti saat pulang, ia bisa benar² bercinta dengan mas Gas karena tak tahan godaan²nya yang lain.
Mas Gas yang setengah berlari ke dalam resto, segera memesan meja, lalu meminta pelayan menunjukkan kamar mandi. Lalu tampak pelayan resto tadi menghampiri Ajeng untuk mengantarnya menuju meja yang dipesan mas Gas sambil membawa buku menu.
“Silahkan mbak, maaf ini buku menunya”, ucap pelayan tadi. Ajeng pun membuka² dan membolak² menu makanannya. Lalu ia memesan sepaket ramen berdua berikut minumannya. Ia duduk santai menunggu mas Gas yang cukup lama di kamar mandi. Tak lama berselang, tampak mas Gas yang berjalan menghampiri meja yang ia pesan.
“Lama banget di kamar mandi mas, boker ya, hihi?”, tanya Ajeng sambil terkekeh.
“Yeee, gak lah. Pipis aja loh, kok boker. Malu di tempat umum boker”, jawab mas Gas sambil menarik kursi untuk duduk di depan Ajeng.
“Pipis apa pipis, hayooooo” canda Ajeng lagi.
“Haduuuh apaan si Ajeng, udah ah. Ehh iya kamu pesan yang mana?” Tanya mas Gas mengalihkan obrolan tadi.
“Hihi…iyaa iya, iniloh, aku pesan paket yang berdua. Oh iya kamu memang suka ramen ya mas, kok ngajak aku kesini?”, tanya Ajeng.
“Gak juga sih, sebenernya, aku intinya tadi kebelet pipis. Hihi….”, jawab mas Gas. “Gakpapa juga sih, dicoba. Nanti kalo gak habis, kamu yang habisin ya?”, imbuhnya.
“Yeeee enak aja, gak mau. Aku gak mau gendut. Jelek”, jawab Ajeng sambil cemberut. “Oh iya mas, emang mau ngobrolin apa sih?”, tanya Ajeng. Belum sempat menjawab, nampak pelayan resto itu datang membawa pesanan mereka. 2 porsi ramen dan 2 gelas es jeruk.
“Permisi mas, mbak, ini pesanannya. Silahkan. Selamat menikmati”, sapa pelayan resto itu.
“Eeh iya, makasih ya mas”, jawab Ajeng.
Mereka berdua mulai menyantap makanannya. Mas Gas yang kurang suka dengan ramen, hanya makan 3 suap. Ajeng terlihat cukup lahap, namun karena ia tak mau gendut, hanya setengah porsi yang ia makan.
“Gak dihabisin Jeng?”, tanya mas Gas.
“Udah kenyang mas. Aku gak mau gendut. Oh iya, mau ngobrolin apaan sih?”, tanya Ajeng.
“Mmmmmm, mulai darimana ya. Hihi”, jawab mas Gas. Ia bingung memulai darimana obrolannya, terlihat clingukan di depan Ajeng.
“Hadeeeeh, mas Gas, trus kalo gak mau ngobrol, emang mau ngeseks sama aku, hihi?”, ucap Ajeng yang spontan membuat mas Gas kaget.
“Gila kamu Jeng. Hahaha… gak lah”, jawab mas Gas terkekeh. “Mana sanggup kamu”. Kata² terakhir mas Gas ia ucapkan sedikit samar. Namun tetap didengar oleh Ajeng, hingga membuat Ajeng penasaran.
“Eeh, mana sanggup apaan?”, tanyanya penasaran.
“Nggak… sanggup apaan sih, aku gak bilang gitu”, dalih mas Gas.
“Iyaaa aku denger kok. Hayoooo. Terusin yang tadi!!!”, desak Ajeng.
“Nggaaaaak Jeng. Gak bilang gitu aku. Eeh iya, itu Jeng, aku mau nanya. Kamu pernah pacaran gak?”, tanya mas Gas berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Hmmm… tadi terusin apa, mas Gas buat Ajeng penasaran”, tanya Ajeng ngotot.
“Ihh, ituuuu jawab dulu pertanyaanku, kamu pernah pacaran gak? Hehe, kok masih ributin yang tadi”. Jawabnya.
“Hadeeeh, iya iya. Aku pernah pacaran, berkali kali lagi. Hahahaha”, balasnya. “Pasti mas Gas mau nanya juga, apa aku pernah nge seks sama mereka, iya kaaaan?”, imbuh Ajeng.
“Ehh kok kamu tau, hahaha”, lanjut mas Gas sambil ketawa.
“Ya iyalah mas. Berkali kali malahan. Hihi…, emang kenapa, kok nanya gitu?”, tukasnya.
“Itu Jeng, eee..ee…”, kata mas Gas terbata².
“Itu apa sih mas?”, lanjut Ajeng penasaran.
“Eee..ee….gede panjang gak?”, tanya mas Gas agak ragu². Ia takut juga pertanyaannya membuat Ajeng marah.
“Oooh manuke tah mas? Haha. Hmmmm….segini mas”, tampak Ajeng lalu meraih botol saos ABC yang kecil. Ia genggam², ia tatap botol itu. “Iya, segini sih, tapi gak sepanjang botol ini sih, kan emang rata² orang indo segini ini. Malah aku pernah juga sama yang lebih pendek lagi dari ini. Hihi”, imbuhnya sambil senyum².
“Ooooh, ya ya ya… trus pacar kamu tinggi besar gak? Lanjut mas Gas. Seperti detektif yang sedang menyelidiki sesuatu.
“Iyalah mas, aku gak mau pacar yang pendek. Rata² lebih tinggi dari mas Gas juga sih, cuman body mereka gak kayak mas Gas. Atletis. Hihi….”, jawab Ajeng sambil memuji.
“Halah, badanku biasa kok dibilang atletis. Hehe” ucap mas Gas.
“Kenapa sih nanya itu?” Lanjut Ajeng penasaran.
“Ya nggak sih, cuman pengen tau aja. Pengen bandingin sih. Hahahaha”, jawab mas Gas sambil tertawa.
“Bandingin sama punya kamu mas? Hahaha…”, Ajeng pun ikut tertawa. “Kan aku lom pernah tau punyamu, mana bisa dibandingkan, hayooo!”, lanjut Ajeng sedikit memancing dan menggoda mas Gas. Mas Gas yang malu, menggaruk² rambutnya.
“Hehe, iya juga sih. Udah ah. Jangan dilanjut”, kata mas Gas. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya menuju meja kasir. Tak lama kemudian, ia datang lagi menghampiri Ajeng, mengajaknya pulang.
“Pulang yuk Jeng. Udah jam 8 nih”, ajak mas Gas.
“Lahh gitu aja toh, biyuuuuuh (ya ampuuun), yaaaayaya…”, jawab Ajeng. Iapun bangkit juga dari kursinya, mengikuti mas Gas yang berjalan duluan.
Merekapun pulang. Seperti sebelumnya, Ajeng pun memeluk mas Gas dari belakang. Ia tekan² payudaranya ke punggung mas Gas. Mas Gas pun mulai gelisah, karena kontolnya mulai berkedut dan mengembang lagi.
“Mas….emang punya mas seberapa sih?”, bisik Ajeng.
“Hah….apaan sih Ajeng, gak ah, malu”, jawab mas Gas.
Tiba², tangan kanan Ajeng yang semula berada di paha kanan mas Gas, bergeser ke arah selangkangan. Ia memegang dan mengelus tonjolan besar itu. Sontak mas Gas pun kaget bukan kepalang.
“Jeng, apa²an kamu. Malu diliatin orang banyak!”, ucap mas Gas gusar.
“Berhenti dulu mas, nih pake jaket Ajeng, tapi dibalik ya!”, pinta Ajeng.
“Lah, buat apa Jeng, aku gak kedinginan kok!”, jawab mas Gas.
“Udahlah, pake aja. Nih”, imbuh Ajeng sambil memakaian jaket dengan menghadap kebelakang. “Dah jalan lagi mas!”, pinta Ajeng.
Lalu Ajeng mulai lagi meraba kontol mas Gas yang agak mengembang tadi, ia belai², ia rasakan kontol mas Gas bergerak² menekan celana jeansnya.
“Nah, kan gak keliatan sekarang, udah ketutup jaket. Hihi…”, ucap Ajeng.
“Aduh Ajeng, tapi kan….”, kata mas Gas yang makin gelisah karena tangan Ajeng tak berhenti mengusap² tonjolan selangkangan mas Gas.
“Udah diem mas. Hmmmm punya kamu gede banget ya mas. Hihi… tapi kok dihadepin bawah ya. Emang gak sakit apa?, goda Ajeng. “Sini Ajeng kendorin celananya, biar Ajeng yang betulin. Hihi….”. Mas Gas hanya bisa pasrah, pasrah yang dinanti. Lalu Ajeng membuka kancing celana jeans itu, menurunkan resletingnya, lalu merogohkan tangannya ke dalam boxer mas Gas. Tampak jaket penutup tadi bergerak². Namun karena malam, tak begitu kelihatan oleh orang lain.
“Wiiiih… masss, segini gedenya loh, anget lagi mmmm…, kuhadepin ke atas ya, biar gak sakit!” ,ucap Ajeng. Ia arahkan kontol mas Gas yang setengah tegang tadi menghadap ke atas. Mas Gas pun lega karena kontolnya tak lagi ditekan oleh celana jeans ketatnya. Sembari masih di dalam boxer dan setengah mengembang, Ajeng mulai lagi mengelus² lagi dengan setengah mengocok kontol mas Gas.
Hingga makin lama makin menegang dan memanjang ke atas perut mas Gas. Ajeng mengurut dan mengelusnya hingga tangannya kini berada diatas pusar mas Gas. Ia tercengang, kontol yang tadi setengah tegang sampai bawah pusar mas Gas, kini sudah menjulang melebihi atas pusar mas Gas panjangnya.
“Weeeeew…. tambah guede gini mas….hihihi”, puji Ajeng. Birahi Ajeng pun maikin naik. Ia terus mengocok² pelan batang kontol mas Gas yang gede dan panjang itu. Sesekali ia mainkan kepala kontolnya dengan jari. Ia usap² lubang jamur nya dengan jari telunjuknya.
“Ssssh….Jeng…udaaah….jangan…”, desah mas Gas. Ajeng tak mempedulikannya. Ia tetap menikmati mengelus dan mengocok batang kontol idamannya itu. Bahkan kedua tangannya bermain naik turun dibalik jaket yang dipakai mas Gas tadi. Ajeng cukup takjub dengan ukuran kontol mas Gas, karena dengan dua tangan yang menggenggam batangnya, masih bisa naik turun mengocok. Kira² 3 genggaman tangan Ajeng menggambarkan panjang kontol mas Gas. Benar² membuat Ajeng makin bergairah.
“Mas… emang mau pulang tah?”, tanya Ajeng. “Puter² dulu ke tempat sepi dong, masa buru² pulang?”, bisiknya lagi. Mas Gas sepertinya sudah terbawa nafsu gilanya. Ia menuruti apa kata Ajeng. Bahkan sekarang ia juga berani menggoda Ajeng.
“Emang, ssssh…kka..mu mau liat bben..ssh..tuknya? Ttapi yyaa jja..ngan…sssh… di tempat umum lah jeng…aaah”, ucap mas Gas terbata² karena rangsangan tangan Ajeng. Motor yang mereka naiki oleng ke kanan dan kiri, beruntung lalu lintas saat itu tidak sedang ramai. Mas Gas seakan dirasuki sesuatu hingga ia selalu memilih jalanan yang sepi dan gelap.
“Mau banget maaas….hmmmm…. aku ngikut aja mas Gas mau bawa aku kemana, yang penting aku bisa liat manukmu yang gede panjang ini”, jawab Ajeng.
“iyaa terserah kamu Jeng. Mau diapain aja aku manut kok”, ucap mas Gas. Dalam hati Ajeng, rencananya sudah 90% berhasil. Ia senang bukan kepalang. Antara senang dan takut menghampiri benaknya. Bercampur aduk, takut karena ukuran kontol mas Gas yang benar² diluar dugaannya, senang karena sebentar lagi ia bisa menikmati keperkasaan mas Gas. Memeknya pun mulai basah oleh cairan vaginanya.
“Kkkita kke..ke red..doorz yah Jeng…ssssh….uu…udaaaah nnan..nanti puas²in ddi…dikamar Jeng…aaah…”, pinta mas Gas. Karena dari kejauhan ia melihat ada neonbox merah khas reddoorz.
“Hehe…iyaaa maaas..iyaa…”, jawab Ajeng yang lalu melepas pegangan dan kocokannya. Ia tutup kontol mas Gas tadi dengan kaos.
Setelah Ajeng melepaskan genggamannya, kontol mas Gas pun perlahan menyusut. Ia segera melarikan motornya menuju reddoorz yang ia lihat dari jauh tadi. Ia tepikan motornya di parkirannya, lalu turun sambil menggandeng Ajeng. Ajengpun seperti diistimewakan diantara Ambar dan Tika, pikirannya melayang², terbuai mesra dengan genggaman tangan kekar mas Gas.
Mereka lalu cek in dan memilih kamar di lantai 2 menghadap ke jalan. Cukup sepi juga penginapan kelas 3 itu. Hanya ada beberapa kamar yang terisi oleh pasangan muda mudi juga yang dimabuk asmara. Ajeng dan mas Gas yang berjalan menuju lantai 2 sempat mendengar desahan² lirih dan suara² tumbukan ranjang dengan tembok. Mereka berdua saling melempar senyum, dan menyempatkan untuk berciuman di lorong lantai 2 depan kamar mereka.
Mas Gas lalu membuka kamar dengan bibir masih berpagutan dengan bibir Ajeng. Kedua pasangan ini seperti tak sabar untuk memulai petualangan seks malam itu. Ciuman dan permainan lidah Ajeng membuat kontol mas Gas mulai mengembang. Apalagi payudara Ajeng menekan² bergesekan dengan dada bidang mas Gas.
Mmmpff…cup..cup…mmmpf…mmmm..cup.. sejenak Ajeng dan mas Gas saling memandang, sorot mata keduanya saling memancarkan aura romantis.
Ciuman mereka pun berlanjut setelah kamar mereka kunci, mas Gas yang memeluk Ajeng, menariknya ke arah ranjang hingga Ajeng menindih badan mas Gas. Kedua kaki Ajeng menggapit pinggang mas Gas, dengan posisi menungging, ia melanjutkan ciuman dengan membelai² rambut mas Gas. Sangat intim dan romantis kedua pasangan ini.
Cup…cupp…mmmpff…mmmm…mmpf..cup..
“Massss… wes ngaceng manukmu, aku mau lihat boleh ya?”, tanya Ajeng di sela ciumannya.
“He em, buka aja Jeng”, jawab mas Gas sambil membelai rambut, pipi, dan bibir Ajeng.
Ajeng pun menurunkan bokong semoknya duduk diatas paha mas Gas. Ia lalu buka kancing celana jeans mas Gas yang sudah menonjol, ia turunkan resleting celananya sambil memandangi mas Gas dengan tatapan nakal. Kontol mas Gas yang menegang mengarah ke arah pusarnya, tertutup tepian celana dan kaos hitamnya, nampak menonjol mengarah keatas.
Ajeng lalu menarik turun celananya hingga terlepas semua. Senyumnya yang nakal diikuti oleh tangannya yang melucuti boxer hitam mas Gas. Lalu terlihatlah biji peler mas Gas yang bulat besar dan pangkal kontolnya yang gede. Setengah batangnya ke atas masih tertutupi oleh kaosnya. Ajengpun menyibakkan kaos hingga ke dada mas Gas.
“Weeeeeeeew masssss…..super…..”, pujinya. Ia lalu sejajarkan kontol mas Gas yang tegang tadi dengan lengannya. “Ada yah yang sepanjang lenganku ini. Panjang gede, berurat kontolmu mas….aiiiih….”, ucap Ajeng sembari mengelus² biji peler dan batang kontol jumbo itu.
Ia lalu beranjak dari atas tubuh mas Gas, ia raih tas nya dan mengambil HP. Ia aktifkan kameranya, lalu memfoto kontol mas Gas berulang kali.
Cekrek….cekrek…cekrek…cekrek……cekrek…
“Jeng, ngapain difoto anuku, jangan aneh² lah?”, tanya mas Gas.
“Hehe, buat koleksiku pribadi mas. Kalo kangen kan tinggal liat punyamu. Buat bahan onani juga. Hihi….”, jawab Ajeng. “Aku gak foto wajahmu kok, tenang aja”, ujarnya menenangkan.
“Hmmmmm….terserah kamu lah, dah sekarang udah liat kan bentuk anuku?”, tanya mas Gas.
“Hihi, iya mas, guedenya gak karu²an gini. Punya cowokku sama mantan pacarku gak ada yang segini panjang dan gedenya”, ucapnya sambil memegang kontol mas Gas dan mengayun²kan naik turun.
Ia tegakkan kontol mas Gas yang tegang mengarah keatas. Ia sejajarkan dengan wajahnya, nampak kontol mas Gas yang tegang tadi melebihi ukuran wajah Ajeng dari dagu hingga ke ubun². Ajeng lalu menggenggam batang mas Gas dari pangkal, lalu ia berkata..
“Nih panjang kontol pacarku cuman segini, cuman satu genggaman tanganku lebih dikit, hihi…”, jelas Ajeng.
“Masa sih Jeng?, bukannya pacarmu tinggi besar”, tanya mas Gas keheranan.
“Lah emang mas pernah liat punya pacarku? Punya mantan²ku?”, ucap Ajeng.
“Ya gak lah”, balas mas Gas.
“Lah iya, emang cuman segini panjangnya, kok gak percaya. Makanya aku bilang punya mas Gas super banget”, jelasnya lagi sambil sesekali mengocok batang kontol mas Gas di samping wajahnya. Tak henti²nya ia memandangi kontol mas Gas, seperti suatu kekaguman yang tak bisa ia ungkap dengan kata².
“Mas… udah gini aja nih? Hihi…”, goda Ajeng dengan tatapan mata yang seolah ingin melakukan hal yang lebih dari sekedar mengocok dan mengelus. Bibirnya berulangkali hampir bersentuhan dengan batang kontol mas Gas, hanya dengus nafas hangatnya yang mendarat di batang panjang itu.
“Ehhh, hihi… terserah Ajeng deh, aku ngikut aja”, balas mas Gas.
“Hihihi….kalo aku sih, hmmmmm gimana ya, hihi… aa..aku……aku…. kalo mas Gas, maunya gimana? Hahahaha….”, kata Ajeng sambil terkekeh. Cukup lama mereka berdua mengobrol, dan selama itu pula tangan Ajeng tak pernah lepas dari menggenggam kontol mas Gas. Akhirnya mas Gas memberanikan diri memulai.
“Eee…ee…Jeng, gimana kkaalooo….eee…itu… anu Jeng… “, ucap mas Gas terbata². Berulang kali tubuh atas mas Gas dibungkukkan sedikit dan disangga dengan kedua sikunya diatas ranjang. Berulangkali pula saat rangsangan Ajeng ia rasakan, ia rubuhkan lagi tubuhnya.
“Anu opo to mas?”, tanya Ajeng.
“Eee..eee….Jeng, boleh gak kita saama…ss..sama… te..lan..jang?”, pinta mas Gas sambil sedikit takut jika apa yang ia inginkan tidak berkenan di hati Ajeng, dan bisa menggagalkan hasratnya malam itu.
“Owalaaah, mbok ya dari tadi maaaas…maass, hihi….ya boleh lah. Lagian siapa juga yang mau cuman gini² aja”, jawab Ajeng sambil ia menarik diri untuk berdiri didepan mas Gas di tepian ranjang. “Mas juga ya, buka kaosnya. Bodymu bagus banget mas, gak kayak pacarku menang gede sama ganteng aja, tapi perutnya agak buncit. Hihi …”, imbuhnya sambil mulai satu persatu pakaiannya ia lucuti.
Mas Gas pun tersenyum dan ikut melepas kaosnya. Ia masih terbaring di ranjang dengan kontol yang masih menegang. Ia kocok² kontolnya naik turun sambil memandangi Ajeng yang membuka pakaiannya satu persatu. Kontolnya makin menegang saat ia melihat Ajeng menarik keatas kaosnya, payudara Ajeng yang terbungkus BH berukuran 36D itu menyembul keluar.
Ajeng pun tersenyum ke arah mas Gas, tatapan mata yang nakal itu semakin menggugah birahi mas Gas. Lalu Ajeng membuka tali pengikat BH nya, ia turunkan BH nya dan kini nampaklah sepasang payudara jumbo putih mulus dengan puting berwarna coklat muda. Ia lanjutkan dengan menarik turun celana dalamnya hingga jatuh ke lantai. Memek yang mumpluk gundul mulus itu sedikit memperlihatkan belahannya.
Mas Gas yang terkesima dengan body Ajeng, lalu duduk dan memegang pinggang Ajeng. Tanpa berkata², ia langsung mendaratkan bibirnya di payudara Ajeng, menjilat dan menghisap kedua putingnya bergantian. Ngocoks.com Ia baluri kedua payudara Ajeng tadi dengan jilatan basah lidahnya. Ia remas² lembut, ia hisap putingnya, ia kenyot dengan penuh nafsu. Ajeng pun sangat menikmati aksi mas Gas itu. Ia mengalungkan tangannya di bahu mas Gas sambil mengusap² rambut mas Gas.
“Ooooohhh….maasss…..hmmm….enak banget…. terusin masss…aaah…ssssh… remas sss…su..suku. Ggi..git² putingnya…aaah….aaaww… mas…kenyot abis susu ku maaaas….uuuuh….”, desah Ajeng. Ajeng lalu menurunkan tangannya, meraih kepala kontol mas Gas, ia elus², lalu kocok² lembut. Mas Gas pun menurunkan satu tangannya untuk mengelus² punggung, lalu turun ke panggul, dan akhirnya mendarat di bokong besar Ajeng yang mulus. Ia remas² bongkahan pantat semok itu.
Ajeng pun mendongakkan kepala mas Gas, ia pandangi mata mas Gas sejenak, lalu perlahan mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka berdua bersentuhan. Deru nafas mereka berdua beradu, satu kecupan lembut mendarat di bibir mas Gas. Ia biarkan bibir mereka saling menempel dan berpagut mesra.
“Mas, cup….mmmph…cup…Ajeng pengen ngerasain manukmu…cup…cup….tapi takut sakit…cup….hihi”, bisik Ajeng disela² ciumannya.
“Cup…yakin Jeng…cup…mmmpf…cup…ya…ppelan pelan Jeng” balas mas Gas.
“he..em, ttapi…janji pelan² ya”, ucap Ajeng sembari telapak tangannya mengelus² kedua pipi mas Gas.
Ajeng lalu naik dan duduk di pangkuan mas Gas, kedua pahanya mengapit pinggang mas Gas, selangkangannya menekan batang kontol mas Gas sehingga menempel dan bergesekan di perutnya dan perut mas Gas. Ia rasakan kontol yang besar dan panjang itu mengganjal dan menekan² pusarnya. Payudaranya menyembul keatas, menekan dada mas Gas dan bergesekan lembut. Putingnya pun mengeras. Sementara mas Gas, mengusap² punggung dan bokong Ajeng, sambil sesekali meremas²nya.
Cupp…mmmpfff…..mmpff…cup…cup…mmmph…mmpp…mmmppf… cukup lama kedua nya menjalin keromantisan dengan berciuman. Hangat tubuh yang keduanya keluarkan semakin menaikkan gairah, ditambah lagi suasana sepi diluar seolah² membuat dunia serasa hanya milik mereka berdua. Hanya ada satu dua motor yang berlalu lalang di jalan depan kamar mereka. Sunyi dan romantis.
“Jeng… rebahan ya…”, ucap mas Gas. Ajeng pun mengangguk. Mas Gas lalu mengangkat tubuh montok itu, ia rebahkan diatas tengah² ranjang. Kini tubuh mas Gas berada di atas Ajeng. Ia lanjutkan ciumannya di bibir Ajeng, lalu turun ke dagu, leher, payudara Ajeng yang bulat, ia kecup kedua putingnya bergantian. Ia jilat dan remas² bongkahan melon itu. Ajeng pun mendesah² kelonjotan. Tangannya meremas² dan menjambak rambut mas Gas.
“Aaaaaah…..ssssh…. maaas……ssssh….”
“Gede banget susumu jeng…cupp….sluuurp….cupp….montok….cuppp..”
“Maaaaas…..uuuuh…..isep…kenyot pentilnya mas….gigit masss…..aaaah…sssh…” pinta Ajeng berbisik. Mas Gas pun menggigit² lembut puting Ajeng, sambil ia hisap dan kenyot. Birahi Ajeng pun semakin naik. Ia menggelinjang keenakan.
Lalu mas Gas turunkan lagi ciumannya di perut, ia putar² lidahnya di pusar Ajeng, ia kecup lembut perut Ajeng kanan dan kiri, ia gerakkan mulutnya mengitari perut Ajeng dengan lidahnya. Mas Gas turunkan lagi jilatannya ke bawah pusar Ajeng, ia ciumi hingga mendekati memek Ajeng yang mumpluk itu. Apa yang dirasakan Ajeng hanya mampu diungkapkan dengan desahan² kenikmatan.
Jantungnya memompa semakin kencang, deru nafasnya makin tak teratur manakala bibir dan lidah mas Gas menciumi dan menjilat bibir kemaluannya yang gundul. Mas Yob basahi bibir yang mumpluk itu tadi hingga mengkilat, sesekali ia cium dan kenyot² sambil tangannya meremas² payudara Ajeng. Ajeng pun ikut meremas² payudaranya, ia pegang tangan mas Gas, ia tahan di atas payudaranya, seakan meminta remasan tangan mas Gas tak berhenti.
“Maaaaasss……ooooooooh……maaaaas….”
Tangan mas Gas lalu menahan dan membuka lebar² kedua paha Ajeng. Ia mulai menjilat² lagi bibir memek Ajeng, ia mainkan lidahnya berputar² dan menyibakkan bibir memek mumpluk itu ke kanan dan kiri. Ia kenyot² dan sedot klentit Ajeng, lalu mengobok² liang memeknya dengan lidah, Ajeng pun makin menggelinjang, tubuhnya mengejang, tangannya menjambak rambut mas Gas, ia tekan wajah mas Gas ke memeknya berulang kali. Rupanya Ajeng orgasme hebat. Ia mengerang dan mendesah, saking nikmatnya, kaki Ajeng pun bergetar.
“Uuuuuuuhhh…..sssssh….maa…maaaaasss….aaahhh…….ee…en…enaaaak bb…baangeeeet….”, desah dan erangnya diikuti gerakan tangannya menjambak² rambut mas Gas.
“Sluuurp…sluuurp…mmmmpfh….sluuurp…gurih Jeng lendirmu….hmmmm…nyammm…mmmpf..” ucap mas Gas sambil mulutnya menikmati cairan yang dikeluarkan memek Ajeng. Ia biarkan Ajeng klimaks hingga puas, ia tak berontak saat Ajeng menjambak² rambutnya dan mengapit kencang kepalanya dengan paha.
Cairan memeknya mengalir keluar, membasahi bibir dan dagu mas Gas, sebagian ada yang masuk ke dalam mulutnya dan mas Gas telan. “Gurih, hangat… hmmm nyam..nyam..”, kata mas Gas sambil menatap wajah Ajeng.
“Iiih mas, gak jijik apa?”, tanya Ajeng dengan ekspresi nyengir. Enak lagi, gurih. “Kamu mau nyoba juga gak rasain pejuhku Jeng?”, tanya mas Gas.
“Hmmmm….aku pernah sih sama pacarku, dulu ku emut itunya, trus dia gak bilang klo mau keluar, akhirnya ada yang ketelen. Punya dia pahit mas!”, ungkap Ajeng. “Liat ntar deh ya mas… hihi…”, imbuhnya. Setelah Ajeng klimaks, ia lalu bergegas ke kamar mandi mencuci memeknya. Mas Gas yang menunggu tiduran di atas ranjang, terlihat kontolnya perlahan kembali ke ukuran semula. Nampak lunglai menutupi biji zakarnya, dan sebagian mendarat di atas kasur. Seperti belalai gajah.
Badan mas Gas yang telanjang, tertiup hawa AC, membuatnya tertidur. Lalu nampak Ajeng keluar dari kamar mandi, ia juga dalam keadaan telanjang bulat. Berjalan menuju mas Gas. Payudaranya yang besar dan montok bergetar seiring langkahnya. Bokongnya pun naik turun, terlihat indah dengan kulit yang mulus dan putih. Ia lalu mendekati mas Gas, ia dapati lelaki idamannya itu tertidur. Perlahan ia menaiki ranjang, lalu ia duduk bersimpuh diantara kaki mas Gas.
Tatapannya tertuju pada kontol mas Gas yang lemas. Meskipun lemas, panjangnya masih melebihi panjang kontol pacarnya yang dalam keadaan tegang. Besar pula diameter batang mas Gas. Membuat Ajeng tak bisa menolak birahinya yang naik perlahan.
Ia lalu mengelus² paha mas Gas yang kekar, ia belai² rambutnya, ia ciumi pahanya, lalu perlahan naik ke pangkal mendekati kontol mas Gas. Ia melihat kontol mas Gas sesekali berkedut. Senyum nakalnya mengawali bibir dan lidahnya yang mulai menciumi dan menjilati kepala dan batang mas Gas yang menjulur panjang.
Ia kecup kepala kontol mas Gas, lalu menggapitnya dengan bibir, ia tarik dengan lidahnya masuk ke dalam mulutnya. Kepala kontol mas Gas itupun menjadi santapan lidah Ajeng yang berputar² membasahi dan melumurinya dengan air liur.
Hingga ia rasakan semakin lama, mengembang dan semakin besar. Hampir memenuhi mulutnya. Batang kontol mas Gas pun mulai menegang. Ajeng buka lebar² mulutnya mencoba menjaga agar kepala kontol mas Gas tetap berada di mulutnya. Ia cukup kesusahan, karena kontol mas Gas pun makin menegang dan terus membesar.
“Brengsek nih kontol, mulutku sampai gak muat. Kepalanya aja bikin mulutku kesusahan memutar² lidah. Bisa sobek memekku kayak perawan kalo disodok”, gumam Ajeng. Ia lalu keluarkan kepala kontol mas Gas, dan seketika itu juga, kontolnya yang menegang mencuat mendekati perut mas Gas.
Ajeng yang penasaran dengan panjang kontol mas Gas, perlahan menaiki pahanya dengan selangkangannya menempel dengan pangkal kontol mas Gas. Ia lalu meraih kontol jumbo itu, dan ia tempelkan di perutnya. Ia takjub, panjang kontol yang akan ia nikmati itu, menjulang ke atas melebihi pusarnya. Kepala kontol mas Gas kini menempel di perut bagian atas pusar Ajeng. Tepatnya di posisi ulu hati Ajeng.
“Anjing, ini namanya bunuh diri. Gimana rahimku nanti. Aiiiiih mas Gas, kontolmuuu…..ssssh…..”, gumamnya lagi sambil memejamkan mata dan tangannya mengelus² batang mas Gas yang menempel di perutnya. “Kontol Dimas (pacar Ajeng) aja cuman nyampe di bawah puser ku mas, ooooh…..hmmmmm”.
“Cuman aku penasaran banget, kucoba ah pelan². Hihi…..”, ucap Ajeng dalam hati. Ia lalu perlahan turun dari ranjang, ia raih tas nya dan mengeluarkan sesuatu. Rupanya Ajeng membawa sebuah pelumas bermerk durex. “Hihi…biar licin, biar gak terlalu sakit masuknya”, ucapnya lagi dalam hati sambil berjalan lagi untuk duduk diatas mas Gas.
Ia lalu memencet tabung pelumas itu tadi, hingga keluarlah cairan pelicin dingin yang cukup banyak di telapak tangan kirinya. Sambil duduk diatas mas Gas, ia raih lagi kontol mas Gas yang masih tegang tadi, lalu ia lumuri dengan pelumas, merata, kepala, batang hingga pangkal kontol mas Gas. Ia lalu mengocok perlahan pangkal batang mas Gas. Sejenak ia terdiam karena melihat mas Gas merubah posisi kepalanya, namun tetap dalam keadaan tertidur.
Sembari ia pegang pangkalnya, ia mulai menarik badannya naik setengah berdiri dengan badan membungkuk. Iapun majukan posisinya hingga memeknya kini berada tepat diatas kepala kontol mas Gas. Lalu turunkan sedikit badannya sambil tetap membungkuk, dengan kepala menunduk menatap kontol mas Gas yang menjulang tegak tadi.
Kemudian menggoyang² pangkal batang mas Gas, hingga kepala kontol nya mengobok² bibir memeknya yang telah basah dari tadi. Iapun turunkan lagi badannya, hingga kepala kontol mas Gas tadi akhirnya masuk membobol memeknya.
“Sssh….uuuh.. bangsat…..sssh..sesek banget memek ku. Kampret bener kkkon..kontolmu masss….ssssh…..uuuuh…” desah Ajeng. Sejenak ia diamkan kepala kontol mas Gas tadi terbenam memenuhi rongga memeknya.
“Oooooh….gggee…gede……njirrrr…..”
Tanpa disadari Ajeng karena kepalanya melihat ke arah memeknya yang sedang dibobol, mas Gas terbangun, namun ia tak bersuara. Ia hanya melihat Ajeng tampak setengah berdiri sambil membungkuk, pandangannya tertutup rambut Ajeng yang jatuh terkulai diatas dadanya. Mas Gas mencoba menahan agar tak bersuara, menikmati dalam diam. Mas Gas pun mendengar gumaman Ajeng, memuji² ukuran kontolnya, membuatnya makin bangga dengan keistimewaan yang ia miliki.
“Oooooh….maaaas….”, desah Ajeng lagi seiring badannya menekan ke bawah, membuat kontol mas Gas masuk perlahan senti demi senti. Ajeng cukup kewalahan dengan besarnya kontol mas Gas. Meskipun sudah ia lumuri dengan pelumas, tetap saja ia rasakan sesak, permukaan liang memeknya serasa tertarik maju mundur. Lubang memeknya pun membuka maksimal, membuatnya tertarik keluar saat ia naikkan bokongnya.
Dan terdorong masuk saat ia menekan turun. Ajeng pun menaikkan lagi badannya, hingga kepala kontol mas Gas berada diluar bibir memeknya. Ia tekan lagi tabung pelumas, lalu ia balurkan di sekujur batang mas Gas. Ia ludahi kepala kontol mas Gas lalu ia arahkan lagi ke bibir memeknya. Ia tekan lagi lebih dalam, ia meringis kesakitan meskipun kini sudah setengah kontol mas Gas yang berhasil terbenam.
“Fiuuuuh…..hhhh…ssssh……brengsek kontolmu mas…sesak banget rasanya…fuhh..fuh…”, dengus nafas Ajeng.
Tiba²…
“Sini biar aku bantu Jeng, kamu rebahan aja”, suara mas Gas tiba² terdengar di telinganya.
“Eeeeh…mas udah bangun, hihi…., iya sini bantuin dong. Capek aku berdiri membungkuk kayak gini. Hihi…”, ucap Ajeng.
“Ya udah kamu rebahan aja”, timpal mas Gas. Ajengpun menurutinya. Ia lalu melepaskan kontol mas Gas yang sudah setengah tertancap. Kini ia sepenuhnya berdiri diatas selangkangan mas Gas, sambil mengusap² panggulnya yang menandakan ia kecapekan membungkuk.
“Aku rebahan dimana nih mas?”, tanya Ajeng.
“Disini aja Jeng”, tunjuk mas Gas sambil tangannya mengarah ke bibir ranjang. Ajengpun lalu berpindah posisi. Mas Gas pun bangkit dan turun dari ranjang. Diikuti Ajeng yang rebahan dengan posisi bokong ada di bibir ranjang. Ajeng buka lebar² pahanya, hingga memeknya yang mulus dan mengkilat terpampang di depan mas Gas.
Sambil berdiri di depan Ajeng, ia turunkan kontolnya yang tegak mengacung keatas, hingga kini kepala kontolnya berada di depan memek Ajeng. Ajeng pun menyangga badannya dengan kedua sikunya, agar ia bisa melihat kontol mas Gas yang besar itu mengobok² memeknya.
Lalu mas Gas memajukan badannya, hingga kepala kontolnya menyibakkan bibir memek Ajeng. Ia gosok²an naik turun, lalu ia basahi dengan ludahnya. Karena tadi sudah berhasil terbenam, kini mas Gas lumayan gampang menusuk memek Ajeng. Hingga kini kepala kontolnya sudah terbenam.
“Kamu jangan tegang Jeng, rileks. Jangan ditahan. Biar aku yang atur masuknya”, pinta mas Gas sambil tangan kirinya mengelus² bibir memek Ajeng.
“Uuuuh….ii..iya masss….pelan pelan ya….”, pinta Ajeng. “Jangan langsung dimasukin semua, biar adaptasi dulu memekku dengan kontolmu”, ucapnya lagi dengan wajah sedikit khawatir.
“Iya lah Jeng, nanti kamu pingsan lagi. Hihi….”, ucap mas Gas sambil mendorong masuk kontolnya lebih dalam.
“Ssssh….aaaaw…..masss…. aiiih….. penuh memekku masss…”, desahnya sambil memegang perut bawahnya. “Kencengin…aaaah…ssssh… ddi..kit…sodo…uuuh..kanmu…masss…aaah….”, pinta Ajeng sambil menggigit bibir bawahnya, merasakan sodokan lembut dari mas Gas.
Mas Gas tarik lagi mundur, lalu ia dorong lagi pelan hingga setengah kontolnya masuk. Ajeng menggeliat keenakan, tangannya mengocok bibir memek dan klentitnya, sedang tangan satunya meremas² payudaranya.
“Aaawww….ah…….ah…..uh…..sssh…..ah……oh……mmm……massss…..eee….ee…enak….bba…nget…aaah….ah….ah…kkken…ce….ah….aw….ngin……ooh ….mmmmh….mmm….laaa…giii…..”, desahnya meminta sodokan mas Gas dipercepat.
“Aaah….ooooh…..jeng…..sssh……njepit…bba…nget….memekmu…..aaah…..ah………sssh….”, erang mas Gas yang merasakan kontolnya bergesekan sengit dengan liang memek Ajeng. Batangnya mengkilat keluar masuk karena cairan memek Ajeng. Ia percepat sambil sedikit mendorong masuk lagi kontolnya. Saat ia dorong lebih dalam, Ajeng menggelinjang dan mengerang, dinding rahimnya seakan ditekan², didorong lebih melar kedalam.
“Aaaaaaaah…..mmmaaas….ah……aaaaaaah……sssh….ngilu…..maaaass….” erang Ajeng. Sambil ia agak menahan perut mas Gas, mengisyaratkan agar tidak menekan terlalu dalam. “Mmmaaaaaaassss……..aaaaaaaah……aduuuuuuh….mass……..sssh…..”, tubuh Ajeng menggeliat ke atas bawah, kanan kiri, kepalanya ia dongakkan keatas, kocokan tangannya pun ia percepat agar rasa sakit itu sedikit terkurangi.
Mas Gas yang melihat itu, lalu mengurangi laju genjotannya. Ia juga menarik kebelakang kontolnya yang tadi telah terbenam setengah. Ia lalu bungkukkan badannya, lalu menciumi payudara Ajeng, ia jilat dan hisap putingnya. Membuat Ajeng semakin tak karuan. Ia remas² payudara Ajeng yang besar dan kenyal tadi dengan ganas. Ia maju mundurkan lagi pinggulnya, dengan kaki Ajeng yang kini menggapit pinggul mas Gas. Tanpa disadari Ajeng, kontol mas Gas sudah hampir tenggelam semua. Ajeng hanya merasakan dinding rahimnya semakin ditekan ke dalam, rasa ngilunya dibalut nikmat yang terasa hingga ubun².
Kaki Ajengpun makin menekan pinggang mas Gas, menandakan ia ingin ditekan lebih dalam lagi. Mas Gas pun beralih naik menciumi bibir Ajeng. Keduanya saling berciuman ganas, lidah mereka saling beradu. Mas Gas pun semakin menekan lebih dalam kontolnya hingga tanpa terasa sudah terbenam seluruhnya di memek Ajeng.
“Mmmpfff…..sssh….ah……oh……mmmpf….cup….cup…masss….enak…bba…ngeeet…..sssh…”, bisik Ajeng disela² desahan dan ciumannya.
“Enak ya Jeng….mmmpff…mmpf…cupp….mmmh….memek kamu…..nikmat….Jeng….sssh…..mmpff….”, balas mas Gas sambil lidahnya ia putar² didalam mulut Ajeng. Ia tekan² kontolnya dalam² hingga Ajeng makin mendesah hebat.
“Aaaaaaaargh massss…..mmmen….tok…..mmm…aaaah….maaasss…..uuuuuuuuuh…..”, erangnya sambil tetap berciuman dengan mas Gas, ia jilat² juga pipi, telinga mas Gas, ia jambak rambut mas Gas sambil ia peluk erat dan cakar² punggung mas Gas.
Lalu mas Gas memundurkan badannya, ia posisikan tangannya dilipatan kaki Ajeng, hingga paha Ajeng pun tertekuk menghadap atas. Memek Ajeng yang masih dipenuhi kontol mas Gas makin becek. Ia dorong tubuh Ajeng ke tengah ranjang. Lalu mas Gas dengan posisi jongkok sambil menahan paha Ajeng menghadap keatas, menarik mundur kontolnya hingga kepala kontolnya saja yang terbenam, ia dorong masuk lagi hingga ambles semuanya. Dengan posisi mengangkang lebar seperti itu, Ajeng merasakan rahimnya makin tertekan, ulu hatinya serasa didorong naik.
Mas Gas lalu memundurkan kakinya hingga posisi kaki dan badannya seperti pushup. Dengan lengan yang menahan kaki Ajeng, ia hujamkan dengan cepat dan dalam kontolnya. Mata Ajeng terbelalak, mengerang sejadi²nya, tubuhnya bergetar, kakinya mengejang, dan tangannya menjambak rambut mas Gas makin liar.
Plogh….plogh…plogh…plogh…plogh…plogh…
“Sssin…tiing…aah..ah..hegk..ah..oh..hegk..hegk..ggi..gi..laaaa…..mmmaaaass…oh..ugh..ugh..hegk..hegk..oh…sssh…sssh..” desah Ajeng berirama seiring tumbukan badan mas Gas dengan badannya.
Sodokan cepat dan dalam itu menbuat Ajeng tak mampu berkata apa². Ia hanya melotot, memandangi wajah mas Gas sambil melumat bibirnya. Keringat yang menetes dari tubuh mas Gas membasahi tubuh Ajeng. Mas Gas yang rajin fitness itu membuat tenaganya seperti tak terbatas. Ia genjot dengan cepat tubuh Ajeng cukup lama.
“Ah..ah..ssh..ah..sssh..oh…uh…mas….mas….aah…ah….uh…uh..uh..oh…mas….mmm…mmm…ah..”, desahnya.
Plogh..plogh..plogh…plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..plogh..
Sekitar 30 menitan tubuh sepasang rekan kerja itu saling bertumbukan. AC kamar mereka pun tak terasa dingin karena begitu gencarnya genjotan mas Gas, sehingga tubuh keduanya memancarkan panas dan mengeluarkan keringat yang cukup banyak.
“Mmmass….kku..at…ah..ah..ah..bbangeeeet….aaa..aku….ggak….nna…han….masss….aaku….aaah……aaaaaaaaaaaargh…..aaaaah…..uuuuuuuuuuuuh……mmmmmmmmm….”, desah dan erangan Ajeng diikuti tubuhnya yang menggelinjang, menjepit² pinggang mas Gas. Memeknya yang menjepit dan memijit batang kontol mas Gas menyemburkan cairan yang cukup banyak.
Plogh..plogh..plogh..plogh…….
Mas Gas masih menggenjot ganas tubuh Ajeng, ia hujamkan dalam² kontolnya ke dalam memek Ajeng. Sodokan demi sodokan mengujam dalam rahim Ajeng. Ajeng yang telah orgasme 2x, menciumi bibir mas Gas, ia pelintir² puting mas Gas, sambil satu tangannya meremas pantat mas Gas yang sekal.
“Ayo masss…ah…ah…tusuk…memekku mass…..ah….sssh…..keluarin masss…semprot yang banyak…..ah…ah…”, desah Ajeng yang telah lelah, agar mas Gas segera klimaks.
Mas Gas yang mendengar kata² rangsangan Ajeng, makin menghujam dalam² kontolnya, ia rasakan aliran darah di kontolnya makin deras. Membuat kepala kontolnya makin mengembang, menandakan ia akan segera keluar.
“Jeeeeeng….aaaku…..aku…mau ….keluaaaar…..aaaah…..ah….ah….” erang mas Gas. Segera ia cabut kontolnya, ia lalu setengah bersimpuh di depan selangkangan Ajeng sambil mengocok kencang kontolnya. Ajeng pun membantu merangsang dengan mengelus² biji peler mas Gas.
“Aaaaaaaargh….uuuuuh….sssssh…sssh….jeeeng….aaaaargh…” erang mas Gas.
Crooot…crott…crot…crot…crot…serrrr ..serrrr
Semburan sperma putih kental dari kontol mas Gas membasahi perut dan payudara Ajeng. Kencang dan banyak hingga dagu Ajeng pun tak luput dari cipratan pejuh kental itu. Hampir seluruh perutnya tertutupi sperma putih kental mas Gas. Ajengpun kagum dengan banyaknya pejuh mas Gas.
“Masss…banyak banget pejuhnya, putih kental lagi, hihi….” ucap Ajeng sambil tersenyum dengan jarinya yang masih membelai biji peler mas Gas. “Sebanyak ini ditelen, hihi…kenyang perutku masss”, kata Ajeng sambil terkekeh.
“Incipin Jeng pejuhnya, gimana rasanya!”, pinta mas Gas. Lalu Ajeng mengangguk dan mencolek sperma putih kental di perutnya, ia berusaha menampung dengan telapak tangannya. Lalu ia suapkan ke mulutnya. Mulutnya nampak merasakan pejuh mas Gas itu, ia lalu jilat² lagi yang masih menempel di tangannya. Sepertinya Ajeng cukup menikmati rasa pejuh mas Gas, karena ia terlihat lahap sekali.
“Eeh mas, gurih loh ini. Hihi…. enak, gak kayak punya pacarku. Apa mungkin karena dia merokok ya?”, tanya Ajeng.
“Waduh, aku gak tau Jeng, hahaha….emang aku dokter”, jawab mas Gas sambil tertawa. “Tuh masih banyak yang di perutmu Jeng, gak dihabisin sekalian?”, pinta mas Gas.
“Nggak ah, dingin gak enak. Hahahaha….enak kalo anget mas. Lain kali crotin di mulutku aja ya. Biar kutelen semua pejuhmu”, balas Ajeng sambil tertawa.
“Hahaha, iyaaa iya deh, terserah Ajeng. Emang kapan mau lagi?”, tanya mas Gas.
“Besok. Hahahaha…tiap hari. Hahahah…..mas Gas nakal, bikin aku keenakan”, canda Ajeng sambil mencubit genit perut mas Gas yang sixpack.
“Aww…. genit kamu Jeng. Hihi….cuppp…cupp…” balas mas Gas sambil memajukan badannya dan mencium bibir Ajeng. Ajeng pun membalas ciuman mas Gas dengan mesra. Mas Gas lalu merebahkan tubuhnya di samping Ajeng. Dan Ajeng memiringkan badannya ke arah tepian ranjang, lalu mas Gas memeluknya dari belakang.
“Mas, kalo misal aku cerita ke Ambar sama Tika, boleh gak?” Tanya Ajeng.
“Cerita apaan Jeng?”, tanya mas Gas sambil mendekatkan wajahnya ke rambut Ajeng. Ia cium² rambut Ajeng yang wangi sambil merekatkan pelukannya.
“Ya cerita malam ini, kita… hihi…”, jawab Ajeng cekikikan.
“Hah… jangan lah. Ntar malah nyebar kemana² loh. Aku tuh sebenernya tadi mau ngobrol, mau nanyain tentang ukuran kontol laki². Hahaha…”, ucap mas Gas terkekeh.
“Loh, kok? Kenapa nanya itu? Emang sebelum sama aku ada yang bilang kalo kontol kamu gede ya mas?” Tanya Ajeng.
“Ehh…ee..ee…enggak lah. Gak ada”, balas mas Gas sambil agak gugup. Ia salah berucap, padahal bu Erni dan bi Resti adalah 2 wanita pertama yang bilang kontolnya super, beda dengan ukuran laki² normal indo.
“Hayooooo….jujur, hahaha. Ketahuan kaaaaan… sama bu Erni yaa?” Canda Ajeng.
“Nggak lah, cuman baru sama kamu loh”, dalih mas Gas.
“Udaaaah jujur aja, kalo aku sih gak masalah mas. Kita udah sama² dewasa juga loh”, desak Ajeng.
“hmmmm…eee…ee…. iyaaaaa…iyaaa aku ngaku deh. Emang pernah sama bu Erni. Beberapa kali malahan. Ya dia itu Jeng, yang bilang anuku gede banget, beda sama laki² indo normal. Makanya aku penasaran emang bener yang dia bilang.”, aku mas Gas.
“Tuh kaaan…ngaku, hihi…., aku sebarin yah, hahaha….”, goda Ajeng.
“Ihhh usil ya, jangan lah, bisa berabe. Ortuku juga bakalan malu. Aku pasti diamuk besar²an”, tegas mas Gas.
“Hehe, iyaaa iya aku janji gak bakal buka rahasia ini. Asalkan…..”, kata Ajeng mengancam.
“Apa Jeng, asal apa?”, tanya mas Gas penasaran.
“Asalkan kamu mau ngeseks sama aku tiap aku mau. Gimana mas?”, ungkap Ajeng. Nampak mas Gas berfikir sejenak. Ia diam dan menerawang ke langit² kamar.
“Hmmmm, iya deh, terserah kamu. Cumaaaan…”,
“Cuman apa mas, kamu gak suka entotin aku? Aku jelek? Item ya? Ituku bau ya?”, desak Ajeng penasaran.
“Bukaaan itu Jeng. Kamu cantik, putih, mulus, montok, susu kamu juga gede, aku suka. Itumu juga gak bau kok. Cuman ini Jeng…..eeee…aku juga harus layani bu Erni dan bi Resti. Hihi…., aku dah janji sama mereka”, ungkap mas Gas sambil terkekeh.
“Hah….bi Resti? Siapa lagi itu?”, tanya Ajeng.
“Itu pembantu bi Resti Jeng. Tiap kali aku entot bu Erni, dia selalu ikutan. Cuman mereka berdua sukanya dimasukin anus. Hihi….”, jelas mas Gas.
“Gilaaaa, edan kamu mas. Berarti udah 3 wanita yang ngerasain kontolmu dong. Sampai pembantu bu Erni ikutan juga. Apa kubilang, emang kontolmu itu menggoda banget mas”, ucap Ajeng.
“Ii..iiiya Jeng. Kamu gak marah kan, kalo misal aku bagi waktu ke mereka juga. Soalnya mereka yang duluan perjakain aku, mereka juga baik sama aku”, kata mas Gas sambil menciumi pundak Ajeng.
“Hehe, iyaa iya gakpapa mas. Asalkan aku juga masuk di list ya. Hihi….”, ucapnya sambil mengelus² tangan mas Gas yang mendekapnya.
“Jujur ya mas, kita tuh dari awal emang penasaran sama kamu. Aku, Tika, Ambar klo kamu datang ke kantor, selalu ngeliatan tonjolanmu. Hahahahaha…..”, imbuh Ajeng. “Ehh mas, kalo Ambar sama Tika minta juga kamu layani gak?”, tanyanya lagi.
“Menurutmu gimana?”, tanya mas Gas balik.
“Ya aku sih terserah kamu mas, kan kamu yang punya kontol. Hahaha….”. Canda Ajeng sambil menciumi tangan mas Gas. “Aku sih kepikiran main berempat sama mereka, hihi… itu kalo kamu mau”.
“Waduh, dikeroyok dong. Hahaha…., tttapi….hmmmm…ya boleh deh, terserah kamu deh Jeng. Aku sih ngikut aja”, kata mas Gas.
“Oh iya mas, kamu beneran pengen ngebandingin kontolmu sama punya orang lain?”, tanya Ajeng.
“Iya sih, penasaran aja. Emang bener punya laki² indo itu kecil². Itu aja”, jawab mas Gas. Sejenak Ajeng berfikir. “Ngelamun Jeng?….”
“Eee…gini aja mas, gimana kalo kita main bareng bertiga sama Dimas, pacarku? Hihi….”, canda Ajeng sambil nyengir.
“Ihhh gila, nanti dia marah. Ntar dia liat ounyaku minder. Lagian masa dia mau pacarnya dientot orang lain loh. Gak ah. Nambah masalah aja. Gak ada ide lain apa?”, ungkap mas Gas sedikit jengkel.
“Haha, yaaaa namanya juga ide. Kali aja dia mau mas. Nanti aku yang atur cara ngomongnya ke dia. Ato mas Gas nyari aja temen kantor cowok, trus ajak ngentot bu Erni ato bi Resti tuh. Hihi….”, usul Ajeng.
“Hmmm temen kantor siapa ya? Apa mereka mau?”, tanya mas Gas balik.
“Coba aja mas, itulo si Pramono sama Hendra, liat dari wajahnya kayak muka² mesum gitu. Sering godain aku juga, kalo pas liatin aku, Ambar sama Tika, suka garuk²in itunya. Badan mereka juga gede tinggi. Kayaknya sih lebih tinggi dari kamu deh. Aku yakin kontol mereka juga gede. Hehehe….”, kata Ajeng.
“Oh ya?, hahahaha…. besok deh aku coba lobi mereka. Moga² aja mau”, ucap mas Gas optimis. Dalam hati mas Gas juga berfikir, “apa bi Resti mau main bertiga sama mereka?”.
“Ya udah terserah mas. Eehh kita pulang yuk mas, udah malem loh”, ajak Ajeng. “Mas, kalo aku besok pengen lagi gimana? Hihi….”, tanya Ajeng sembari merubah posisinya menghadap mas Gas.
“Haha, iya boleh lah. Kan liat sikon juga Jeng, gampang lah, diatur besok ya, cup…cup…”, jawab mas Gas sambil mencium bibir Ajeng. “Cupp..cup…”, Ajeng pun membalas ciuman mas Gas.
“Ya udah yuk beberes. Kita mandi bareng dulu yuk. Tapi jangan saling rangsang ya, hihi…” ajak mas Gas sambil bangkit, menarik tangan Ajeng menuju kamar mandi.
“Eeeeeeh….iyaaa.iyaaa….”, jawab Ajeng sambil mengikuti mas Gas.
Mereka pun mengakhiri pertempuran malam itu, dengan perasaan masing² begitu bahagia dan terpuaskan. Ajeng yang telah berhasil menikmati kontol jumbo mas Gas nampak sumringah, pun mas Gas yang juga penasaran dengan Ajeng, nampak begitu bahagia karena rasa penasarannya terbayar lunas.
Setelah mas Gas mengantar Ajeng pulang, di tengah jalan, HP nya bergetar. Rupanya misscall dari bu Erni, dikuti sebuah pesan masuk. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Sayang, lagi di rumahku tah? Gak ada kabar”, chat bu Erni.
“Nggak ibuku sayang, aku lagi di rumah. Tadi bantuin mamah mindahin perabotan, trus udah nyantai² di depan tivi, hehehe…. baru juga tadi berangkat. Hahaha”, jawab mas Gas.
“Oh gitu, hehe namanya kangen sayang. Ehh sayang, kalo aku kepingin ngentot, boleh gak aku sewa gigolo?, hehehe….” balas bu Erni.
“Haha, iya boleh lah sayang, asal aman aja. Jangan lupa suruh gigolonya pake kondom. Janji nanti kalo ibu pulang, seharian kupuasin”, balas mas Gas.
“Beneran loh ya. Awas klo gak tepatin. Ya udah aku bobok dulu sayang, nih udah di kamar hotel lagi rebahan. Mmmuaach….”, kata bu Erni mengakhiri obrolan. “Iya met bobok sayang, mmuaaaach…”, jawab mas Gas.
Malam itu mas Gas tampak gelisah, ia bingung bagaimana memulai obrolan dengan bi Resti, sementara ia sangat penasaran sekali membandingkan ukuran kontolnya dengan kedua teman kantornya, Pramono dan Hendra, yang menurut cerita Ajeng, mereka berwajah mesum. “Hahaha, ada² si Ajeng”, gumam mas Gas. Kini wanita haus seks miliknya bertambah lagi 1, yaitu Ajeng, teman kantornya. Ia pun memejamkan matanya, karena besok ia harus bekerja lagi dan melancarkan misinya.
Apa wanita haus seks mas Gas bertambah lagi? apa kah Hendra dan Pramono mau untuk gangbang dengan bi Resti? Ataukah bi Resti mau mencoba dengan teman² mas Gas? Lalu bagaimanakah dengan bu Erni. Simak terus ya kelanjutannya hanya di situs Ngocoks.