“Dami, lepaskan!” Mysha menghentakkan tangannya. Alhasil Damian melepaskan genggaman tangannya.
Damian menatap Mysha bertanya-tanya. “Kenapa?”
“Kenapa kau melakukan itu di depan Dimian?” tanya Mysha to the point.
Damian mendengus dingin dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Kau benar-benar hantu yang sangat polos, Mys.”
Mysha mengernyit heran.
Damian lalu menatap Mysha dingin. “Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran,”
Mysha mengerti maksud ucapan Damian. “Ta-tapi, bisakah kita mendengarkan penjelasan Dimian terlebih dahulu?”
“Penjelasan apa?” Tiba-tiba Damian memekik keras hingga membuat Mysha membulatkan matanya terkejut dan tertunduk ketakutan. Ia tak pernah melihat Damian semarah ini padanya.
“Oh, astaga,” Damian mengusap wajahnya kasar saat melihat Mysha sepertinya terkejut dengan ucapannya.
“Maafkan aku,” tiba-tiba Damian menarik tubuh Mysha ke dalam dekapannya. Sontak Mysha terkejut dan membulatkan matanya.
Tiba-tiba dari arah lain. “Mysha!” Teriak seseorang yang tak lain adalah, Dimian.
Mysha buru-buru melepaskan pelukan Damian dan melihat ke arah Dimian yang melihatnya dengan raut wajah tak suka.
Ada rasa kecewa saat melihat Damian memeluk Mysha. Tapi, keselamatan Mysha menurutnya sangat penting. Dimian berjalan dengan cepat menghampiri Damian, amarahnya sudah di puncak ubun-ubun.
“Damian … Katakan! Kau masih menyimpan liontin itu bukan?” selidik Dimian.
Damian tersenyum miring. Sedangkan Mysha hanya mengernyit bingung dengan apa yang di ucapkan oleh Dimian.
“Damian, katakan!” Dimian sedikit menaikkan nada bicaranya.
“Liontin apa?” Damian tersenyum remeh.
“Ck,” Dimian berdecak kesal dan memutar bola matanya malas. Ia tahu kembarannya itu sedang berbohong.
“Dimana kau menyembunyikannya brengsek?” pekik Dimian yang telah habis kesabarannya.
Damian tersenyum kecut. “Apa masalahnya dengan mu?”
Tiba-tiba Dimian menarik kerah baju Damian dengan kasar. “Tentu itu masalah bagiku, karena itu menyangkut keselamatan Mysha.”
Mysha yang mendengar namanya disebut semakin tak mengerti dengan perdebatan kedua kakak beradik itu.
“Kau lucu … Bahkan kau telah menyakiti perasaannya,” Damian masih bersikap santai.
Dimian memejamkan matanya dalam-dalam, ia tahu dirinya telah menyakiti Mysha. Tapi, ini bukan waktunya memikirkan hal itu.
“Dimana kau simpan liontin itu? Kenapa kau berbohong kepada keluarga kita?” Tatapan Dimian berubah menjadi dingin.
Damian menatap tajam laki-laki dihadapannya. Aura matanya memancarkan sinar kebencian dan rasa dendam yang belum terpenuhi. Hal itu membuat Dimian mengernyit heran, siapa laki-laki ini? Dia bukan Damian, saudaranya.
Tiba-tiba tubuh Dimian terangkat dan brakk … Dimian terlempar cukup keras ke arah tembok gedung.
Mysha yang melihatnya sontak menjerit histeris. “Dimian!”
Dimian tentu terkejut dengan perlakuan saudaranya. Darimana Damian mempunyai kekuatan itu? Pasti itu efek dari kekuatan liontin terkutuk itu. Dimian berusaha bangkit walau tubuhnya sedikit sakit.
“Ahs …,” ringis Dimian.
Damian tersenyum miring dan berjalan ke arah Dimian. Lalu jongkok di hadapan Dimian yang sedang meringis kesakitan. “Jangan bahas tentang keluarga di hadapan ku! Aku sungguh membencinya.”
Damian pasti belum melupakan kejadian masa lalu itu.
Dimian tak menjawab ucapan saudaranya. Ia tau, dendam dalam hatinya belum hilang begitu saja.
Damian lalu bangkit dan menatap remeh pria yang sedang tersungkur di bawahnya. “Ck … Dasar lemah,” Damian lalu pergi meninggalkan Dimian dan menghampiri Mysha yang sedang menatap keduanya terkejut, ketakutan dan sedih.
“Ayo,” Damian menarik tangan Mysha untuk pergi.
Ada sedikit usaha penolakan yang dilakukan oleh Mysha. Tetapi, cekalan tangan Damian cukup erat di tangannya. Sungguh, hatinya benar-benar merasa sedih saat melihat Dimian sedang meringis kesakitan. Ingin rasanya ia membantu pria yang telah menyakiti hatinya itu. Tapi, apa daya, dia hanya seorang hantu lemah.
Dimian menatap kepergian 2 insan itu. Ia berusaha untuk bangkit. Ini bukan waktunya menyerah. Dimian berjalan mengikuti Mysha dan Damian dari kejauhan.
“Dami, kita akan kemana?” tanya Mysha saat melihat Damian tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.
“Luar negeri,” Damian masih sibuk membereskan barang-barangnya.
Mysha membulatkan matanya. Luar negeri? Kenapa ia harus pergi ke luar negeri?
“D-dami, sepertinya aku tidak akan ikut. Aku akan kembali lagi ke apartemen Dimian saja,” Mysha mundur beberapa langkah dan hendak pergi.
Damian menatap Mysha tajam, lalu bangkit dan berjalan menuju Mysha. “Kau mau kemana, Mys?”
Mysha semakin ketakutan saat Damian berjalan mendekatinya.
“Kau akan ikut dengan ku,” ucap Damian penuh penekanan.
Mysha menelan salivanya dan menggeleng pelan. Mysha berbalik dan hendak menghilang. Tapi aneh, dia tidak bisa pergi dari tempat itu. Apa yang terjadi padanya?
Damian tersenyum miring. “Kau tidak bisa pergi dariku,”
Mysha semakin panik dan berusaha kembali untuk pergi. Tapi lagi-lagi dia gagal.
“D-dami …,” Mysha terbata-bata karena Damian semakin mendekatinya.
“Yes babe,” jawab Damian masih berjalan menuju Mysha dan seringai iblisnya masih menghiasi wajahnya.
Mysha terpojok. Dirinya benar-benar bingung harus melakukan apa.
Kini jarak diantara keduanya hanya tinggal beberapa senti saja. Mysha memejamkan matanya tak kuasa menatap mata tajam Damian.
“Mysha, kau cantik.” Damian membelai wajah Mysha lembut. Hal itu membuat Mysha terkejut. “Saat ini kau seharusnya masih hidup. Tapi, karena kepolosan mu, kau menjadi terjebak dalam kehidupan seorang iblis jahat seperti ku.” Damian menyeringai jahat.
Mysha mengernyitkan dahinya bingung. Ia tak mengerti dengan ucapan Damian. “A-apa maksudmu?” Mysha memberanikan diri membuka suaranya.
“Ck … Kau masih tak mengerti?” Damian menatap wajah Mysha sambil tetap tersenyum evil.
Mysha menggeleng pelan.
Damian terkekeh kecil. Mysha semakin kebingungan dengan sikap Damian yang selalu tiba-tiba berubah. Tiba-tiba Damian menghentikan tawanya dan menatap Mysha dingin.
“Aku yang telah menabrak mu,” ucap Damian dingin.
Mysha membulatkan matanya dan terkejut. Ia tak percaya dengan ucapan Damian. Ternyata, Damian yang ia anggap baik ternyata sebenarnya ia sosok iblis yang bersembunyi di balik topeng malaikat.
Tak terasa bulir air matanya jatuh. Sedangkan Damian masih menatap Mysha dingin.
“Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau merebut hidupku?” lirih Mysha dengan air mata yang telah membasahi pipinya.
Damian mendengus dingin. “Kau ingin tahu?” Damian tersenyum miring.
Mysha tak bergeming, ia hanya memandangi wajah Damian dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka bahwa Damian yang ia anggap baik, ternyata dia adalah seorang dibalik kesengsaraan Mysha selama 5 tahun ini. Dia yang membuat Mysha harus berpisah dengan keluarga, teman bahkan kehidupannya.
Tiba-tiba Mysha tersentak saat tangan kekar Damian mencengkeram kuat rahangnya.
“Mysha, aku tau kau masih mempunyai benda itu. Dimana kau menyembunyikannya?” gertak Damian.
Mysha memejamkan matanya, tak kuasa menatap mata marah Damian. Sungguh, ia tak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Damian. Benda apa yang dia maksud?
“Katakan!” Damian semakin mencengkram rahang Mysha hingga membuatnya sedikit menggaduh.
“Ahs … Be-benda apa yang kau maksud?” Mysha sedikit terbata.
Damian tersenyum kecut. “Jangan pura-pura tidak tahu, Mys.”
“A-aku benar-benar tidak mengetahuinya,” Mysha mencoba berkata jujur.
“Bohong!” pekik Damian sambil melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar.
Mysha sedikit terpelanting ke samping, perlahan ia terduduk dengan air mata yang terus mengalir.
“Kau bohong, Mys.” Damian jongkok di hadapan Mysha seraya menyelipkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah Mysha.
“A-aku benar-benar tidak mengetahuinya, Dami,” lirih Mysha sambil tertunduk.
Perlahan wajah Damian berubah menjadi dingin. Tatapannya berubah menjadi tatapan elang yang siap mencengkram dan membunuh mangsanya. Damian lalu berdiri dan berjalan menuju nakasnya.
Mysha yang melihatnya, kemudian memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi dari apartemen terkutuk ini. Perlahan Mysha berdiri saat Damian berjalan sedikit menjauh darinya. Dengan hati-hati, tangannya meraih gagang pintu. Kekuatannya sama sekali tak dapat di gunakan.
Damian tentu bukan orang yang bodoh. Ia tersenyum miring saat menyadari Mysha akan kabur dari apartemennya.
Tanpa membalikkan tubuhnya, “tangkap hantu itu!” titah Damian pada sosok makhluk tinggi besar dan mata berwarna merah menyala yang sejak tadi memperhatikan keduanya dari balik lemari.
Sontak Mysha terkejut. Dengan patuh, hantu menyeramkan itu menangkap Mysha. Mysha berusaha memberontak, tetapi tenaganya tidak cukup kuat. Yang ia dapat lakukan hanya menangis. Sedangkan Damian tersenyum puas.
“Dami, aku mohon, lepaskan aku!” pinta Mysha sambil terisak.
Damian kembali berjalan menghampiri Mysha setelah mengambil sesuatu dari atas nakasnya.
“Kau lihat ini!” Damian menunjukkan layar handphonenya kepada Mysha.
Mata Mysha membulat sempurna saat melihat sebuah foto di dalam handphone Damian. Ya, itu dirinya, benar-benar dirinya. Ia masih hidup, tubuhnya masih ada di dunia ini dengan kabel-kabel melekat pada tubuhnya.
Rasa bahagia bercampur sedih terbungkus menjadi satu. Lagi dan lagi, pertanyaan-pertanyaan muncul dalam pikiran Mysha. Kenapa Damian melakukan hal ini? Kenapa Damian menginginkan dirinya? Dan … Dimana tubuhnya sekarang?
“Aku tahu kau terkejut melihat ini. Aku tahu kau bahagia melihat tubuhmu masih ada di bumi ini. Jadi … Jangan buat ini semakin buruk, Mys. Kau hanya perlu mengatakan dimana kau simpan liontin biru itu?” tanya Damian.
Mysha benar-benar tak mengerti bahkan ia tak tahu soal liontin itu. Apakah benar saat ia hidup, dirinya mempunyai liontin yang dikatakan oleh Damian? Jika benar, kenapa Damian sangat menginginkannya?
“Oh, baiklah. Aku akan menjelaskan sedikit tentang liontin itu. Liontin itu akan memberikan kekuatan sangat dahsyat jika aku menggabungkannya dengan liontin hitam ini,” Damian mengangkat liontin hitam pemberian kakeknya dulu.
“Aku akan dengan mudah menguasai dunia dan membalaskan dendam ku kepada orang-orang yang telah menyakiti ku … termasuk Dimian dan bibi Ellyn.” Damian menyeringai jahat sambil memperhatikan liontin itu dan membayangkan kekuatan dahsyat yang akan dia dapatkan jika ia berhasil mendapatkan liontin biru dan menggabungkannya.
Mysha ikut menatap liontin itu. Kini ia mengerti mengapa Damian sangat menginginkan liontin itu.
Damian lalu beralih menatap Mysha, “ramalan mengatakan, kau mempunyainya, Mys.”
Mysha menatap sendu wajah Damian. Ia benar-benar tak mengingat liontin itu, bahkan mungkin ia tak mengetahuinya sama sekali. Mysha menggeleng pelan.
Hal itu membuat Damian semakin naik pitam. “Jangan pura-pura bodoh, Mysha! … Atau aku akan membunuhmu,” tiba-tiba Damian mencekik leher Mysha. Seringai iblis kembali menghiasi wajah Damian. Damian tertawa puas saat melihat Mysha kesakitan. Tiba-tiba …
Brakk!!!
Seseorang mendobrak paksa pintu kamar Damian. Sontak Damian melihat ke arah pintu itu.
Bukk!!
Satu hantaman keras mengenai pelipis Damian. Alhasil Damian terpelanting dan melepaskan cengkeramannya di leher Mysha. Mysha terkulai lemas.
“Hentikan itu, brengsek! Mysha tak bersalah … Itu semua kesalahanku,” bentak Dimian yang ternyata mendengarkan semua perkataan saudaranya dari balik pintu.
Damian menatap tajam wajah Dimian, matanya berubah menjadi merah menyala. Dimian tau, di hadapannya bukanlah Damian. Tapi sosok yang selama ini ada pada liontin terkutuk itu. Ia telah merasuki tubuh Damian, karena Damian sepertinya sudah melakukan perjanjian gaib dengan hantu itu. Setidaknya itu yang dikatakan kakeknya dahulu.
“Ini memang salah mu!” pekik Damian.
“Kau bukan Damian saudara ku, dimana kau sembunyikan dia?” tanya Dimian.
Damian mendengus dingin. “Apa maksudmu? Aku Damian,”
Dimian tahu, makhluk di hadapannya sedang berbohong. “Kembalikan liontin itu!” pinta Dimian sambil mengulurkan tangannya.
Damian tersenyum miring sambil menatap uluran tangan Dimian. Tiba-tiba matanya memancarkan sinar merah menyala. Dengan seketika, tubuh Dimian kembali terangkat dan dengan mudah Damian mencekik leher Dimian.
“Kenapa kau selalu ikut campur dalam urusan ku, sialan?” ucap Damian sambil menatap tajam ke arah Dimian yang sedang kesakitan.
Dimian tak dapat menjawab ucapan saudaranya itu. Tangannya memegangi tangan kekar Damian yang tengah mencengkram erat lehernya.
Mysha yang telah sadar dari pingsannya, tentu terkejut dengan apa yang ia saksikan di hadapannya. Ia memutar otaknya agar Damian berhenti mencekik leher Dimian. karena bisa saja, Dimian mati di tangan kakaknya sendiri. Tiba-tiba Mysha terpikirkan sesuatu,
“Dami, aku mohon hentikan!” teriak Mysha dengan berurai air mata.
Sontak Damian melihat ke arah Mysha.
“A-aku tahu dimana liontin itu berada,” bohong Mysha. Sebenarnya ia tak tahu dimana liontin itu bahkan bentuknya pun ia tak mengetahuinya.
Damian menatap intens manik mata Mysha, mencari-cari kebohongan di sana. Sedangkan Mysha sibuk berdoa kepada Tuhan supaya Damian tak tahu akan sandiwaranya. Mysha tak peduli jika dia tak kembali hidup dan ia harus mati di tangan seorang Damian. Setidaknya dia bisa melihat Dimian tetap hidup dari atas langit sana dan melihatnya bahagia bersama istri dan anak-anaknya kelak.
Damian tersenyum menang. Mysha pikir sandiwaranya berhasil.
“Aku mohon, lepaskan Damian!” lirih Mysha.
“Kau yakin kau tau tempat liontin itu?” Damian memastikan.
Mysha mengangguk. Damian kembali tersenyum menang. Dan …
Brak!!!
Damian melemparkan tubuh Dimian sembarang. Dimian meringis kesakitan.
Damian lalu berjalan ke arah Mysha. Tatapannya benar-benar membuat Mysha bergidik takut.
“Tunjukkan tempat liontin itu berada!” pinta Damian lembut.
Iblis ini benar-benar pandai berakting. Dia terkadang bersikap jahat dan lembut dalam waktu yang singkat.
Mysha berdiri dan mengangguk. Sesaat ia melihat ke arah Dimian yang sedang tersungkur kesakitan. Ini demi kebaikan dirinya dan Dimian. Mysha harus melakukan ini walau ia tahu, bisa saja Damian tak segan-segan membunuhnya sekarang.
Bersambung…