Untuk episode kali ini alur cerita akan dibawakan oleh sang Ibu (Marissa).
EKSEKUSI
Marwan masuk kedalam kamar hotel dengan memakai penutup mata, berjalan pelan sambil tangannya diarahkan kedepan seperti menggerayangi sesuatu agar tidak menabrak, seolah olah dia tidak tau apa apa tentang kondisi kamar itu. Sementara Marissa berdiri di samping kasur masih menutupi kedua payudara dan vaginanya. Ya ampun apa yang harus aku lakukan, ini benar benar Marwan.
“K.. kau yang akan ngeue denganku kan nona??” tanya Marwan memecah keheningan sesaat. eehh nge.. ngeue… aaku akan ngewe dengan anakku?? “Y-yeah …”
Ha bagaimana jika dia mengenali suaraku?. “I… ini pertama kalinya aku melakukan begituan, j-jadi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, hehe” oh iya ini pertama kali baginya mungkin dia agak grogi… jadi dia tidak akan menyadari suaraku.
Aku memegang tangannya dan menuntunnya ke tempat tidur. Maafkan aku Marwan, ibumu yang akan mengambil keperjakaanmu, tapi tak ada seorangpun yang akan tahu tentang ini, termasuk dirimu.
Aku harus cepat cepat menyelesaikan ini. Sekilas kulirik camera yang sudah terpasang tadi, Bercinta seperti sepasang kekasih? Bagaimana aku melakukannya? Aku melepas jaket yang ia kenakan.
“B-baiklah ayo kita mulai berciuman!” tawarku. “I.. iiya nona”.
Aku teringat masalalu, saat ia masih kecil aku sering menciumnya. Tapi ini akan jadi ciuman yang berbeda. Seperti sepasang kekasih ya? Aku melumat bibirnya, mungkin ini pertama kalinya aku aktif dalam berciuman, Kujulurkan lidahku kedalam bibirnya, dia merespon dengan memainkan lidahnya berputar putar dan menghisap lidahku.
Pergerakan lidahnya seperti orang gelisah, aku bisa merasakan jika dia agak gugup melakukan ini. Seharusnya kau tidak perlu tergesa gesa.
“Mmmh slurp slurp hamh chlup slurp” Suara kami saling beradu. “Mmh ahh.. nona boleh ku sentuh tetekmu?”
“Oke tapi pelan pelan ya” Dia memegang kedua payudaraku dan meremasnya lembut. “Ngggnhh”.
Seperti tersengat ketika tangannya menyentuhku rasa geli dan nikmat bersatu. “Woow empuk banget, whoaa enak sekali ketekmu nona”. “Ini putingmu kan?” “ah.. ii iya” “Boleh kujilat?” “ehh… ah ya lakukan sesukamu”.
Tidak kepikiran sama sekali, hari dimana dia menetek padaku akan terjadi lagi. Selama dia melakukannya, mengingatkanku disaat dia masih kecil, dan menyadarkanku bahwa kita adalah ibu dan anak. Hal ini membuat hatiku seperti tertusuk tusuk.
Kurasakan vaginaku basah, Ini bukan hisapan seorang bayi, tapi ini adalah hisapan seorang pria untuk memancing gairah wanita. Oh tidak jika kau memainkan putingku seperti itu.
“aaa.. ah nggh mmmg”. Desahanku semakin meningkat. “Nona selanjutnya aku ingin menjilati yang bawah, bolehkan??” “Eeeh ttidak perlu, kau tidak perlu sejauh itu, yang kau butuhkan hanya melepas keperjakaanmu kan?” “Ehh?? kenapa tidak nona? aku ingin menikmatinya seperti sepasang kekasih”
Aku berbaring dan membuka pahaku, kupegang kepalanya, dan kuarah kan kedepan.
“Maju kedepan sedikit”. “okay” “Sedikit kebawah”.
Oh tidak walaupun matanya tertutup, tapi seharusnya aku tidak menunjukkan diriku seperti ini didepan anakku. Ketika lidahnya menyentuh vaginaku. “Benar disini kan?” “mmh, uuhh, hhg ah”
Aku mencoba menahan suaraku agar tidak terdengar. Aku bertanya tanya sudah berapa tahun memekku terakhir kali dijilat. Benar benar nikmat, setiap pergerakan lidahnya terasa nikmat, sangat berbeda dengan mainan. Membuatku teringat masa lalu saat masih bersama suamiku.
Setiap jilatannya, sangat telaten tapi tidak terlalu dalam. “Slurrrp slluurp mcupp mccup hah”. “Hiiah ahh, . haaaahhh ah. ah”. Aku hanya bisa mendesah dan menikmati semua ini. ”??!!! MMMGGHHH”
Tiba tiba dia memasukkan jarinya kedalam, sontan aku menutup mulutku. Dia tahu tehnik seperti ini??, apa dia sering lihat film porno?? Jarinya semakin masuk kedalam dan mengorek bagian atas. Oh tidak disituu. Aku… aku harus menghentikan ini untuk sementara waktu.
“Hey sudah cukup kan? Seharusnya kita…” “Eeh kenapa?? kan baru sebentar, kau belum keluar kan?” Anak ini ingin membuatku klimaks? Aku tidak boleh membiarkan hal ini terjadi. “MMNGGG HIIIHH MMMMGGGGH”.
Dia semakin cepat memainkannya. Oh tidak pantatku terangkat sendiri, Tidak tidak tidak, aku tidak boleh keluar karna dijilati anakku sendiri.
“Tidaaakk… MMMMHGGGGG MHGGGGG”.
Aku menoleh kesamping, wajahku kubenamkan di bantal, tangan kananku mencengkram bantal dan menutupkan kemulutku. tangan kiriku meremas sprei, sedang pantatku terangkat tinggi tinggi sambil mengapit kepala anakku.
“AHHH HAAHH HAAAMMM HAH”.
Nafasku ngosngosan karena puncak nikmat yang baru saja kuraih. “Kau baru saja keluar kan nona? iya kan?” “Jjjangan ttanyakan eh.. hal itu” “AUUUU YEESSS” Apa yang terjadi? Sensasi ini… ini pertama kalinya aku merasakan ini.
“Sekarang, bisa gantian kau yang jilatin aku nona??” Anak ini juga tahu tentang tehnik sepong. Apa benar dia hobi nonton bokep? Dia mulai membuka celana dan CDnya. “Ini sedikit memalukan, heh heh he”.. katanya sambil menggosokkan jari telunjuk dibawah hidungnya. Penisnya berbeda ketika dia masih kecil, dulu aku sering membantunya jika sedang pipis. Kupegang penisnya dan kuraba.
“Apa kau sering onani?” tanyaku.
“Yyyah kadang kadang, sebenarnya ini rahasia, tapi aku melakukannya dengan memakai pakaian dalam ibuku, hehe” Tidak mungkin, dia menggunakan daleman ku buat bahan coli?? Begitu ya, makanya CD ku kadang kok ada yang hilang. Kuremas penisnya.
“Kau anak nakal, jangan lakukan itu lagi oke!”
“Hehehe kok rasa rasanya nya seperti dimarahi ibuku beneran ya!”
”…!!!!!!”
Gawat tadi aku refleks.
“Ibumu tidak akan melakukan hal ini padamukan?”
Mulai kujilat penisnya, kulitik camera sekali lagi. Meskipun orang tadi menyuruhku melakukan hal ini seperti seorang kekasih, tapi aku kesulitan melakukan oral pada suamiku dulu, apa kujilat ujungnya pelan pelan seperti ini.
“lick lick lick”
“Ooh wau enak sekali nona”.
Kuputar lidahku disekitar kepala penisnya.
“Ahh ssh mantab nona, tubuhku sampai bergetar.”
Sesekali kuhisap testisnya.
“Ooh wooo menakjubkan, aku ingin sekali melihat bagaimana wajahmu ketika nyepong nona… hah hah”
“Tidak.. kau tidak boleh melakukannya”
“Yeeah… karena aku tidak bisa melihat, aku ingin mendengar suara seponganmu nona”
“Dengar suara???”
“Yah bikin suaranya agak keras agar aku bisa lebih nikmat, hehe’
“Ehh ttapi tapii..”
Anak ini… kenapa pikirannya jorok terus. huh. Kumasukkan penisnya kedalam mulutku, dan kusedot sedot.
“Swewerrwieh iiwhwi (Seperti ini)??”
“Uwaau suaranya kerenn, kayak sluprut sluprut gimana gitu… terusin nona, ohh yess”
“Nnmmuu.. muuh.. hlooogghh… mmhuuh.. hloggh mumm, . slllrrrpppp… cupbbh.. hohg .”
“ooh wau kau semakin binal nona… membuatku benar benar terangsan.. teruss lebih keras lagi”.
“mmmnn mnnnhg hloogh”
“Woaah.. sial.. ini enak sekalii… aku mau kluar nona!”
“Nmmuhh??”
“Boleh ku keluarkan dimulutmu?”
“Nmmmuhh!!!”
“Whohhh, haah ah akk ku kellluarr aarhhgggg”
“Nnghooobbbbbbb ngghhngggooommbb”
Crrot… croot… croot… croot.
Deras sekali, pejuh anak muda memang menakjubkan.
“uaahhh hahh”
Masih terus keluar?? banyak sekali! kental seperti jelly, Aroma sperma yang memenuhi mulutku sampai menyeruak kedalam hidung ku. Sudah lama sekali aku tidak merasakan aroma ini, membuat memekku bergetar. Kuhisap sisa sisa sperma yang masih diidalam penisnya.
“Gluup gluup gluup… mhh?????”
Oopss… aku menelannya tanpa berpikir dulu, aku menoleh kesamping karena malu, lebih baik kurahasiakan hal ini, lagian dia tidak melihatnya kan.
“Ohh maan, tadi benar benar maknyuss.. Akhirnya, sekarang boleh kumasukkan kan?”
“Apa kau ingin lagi???… tt tapi kau baru saja keluar kan?”
“heeh, lihat masih onfire kan”
Dia menunjukkan penisnya yang masih tegang dan mengangguk anggukkannya. Sulit dipercaya!!
Ini pertama kalinya bagiku bercinta dengan anak muda… aku sedikit meremehkan hal ini, Di hotel tidak tersedia kondom, walaupun mungkin hari ini aman bagiku. Tapi… Dia mulai merangkak mendekatiku, aku berbaring dan membuka pahaku.
“Gimana ini nona, aku gak bisa lihat lobangnya”.
Kupegang penisnya dan kuarahkan kebibir vaginaku.
“Kkke.. kesinii…!”
“Woow.!!???”
“Kau hanya perlu memajukan pinggulmu.!”
“Awww maan.. akhirnya… kulepas keperjakaanku, trimakasih nona!!”
Apa kita… Apa kita akan melakukan ini?? Kita ibu dan anak.. Tidak.. Aku harus menghentikan ini.. Aku harus membuatnya berhenti sampai disini..
“Tttunggu…”
“Jleeeeeebbbbb””
“JJJAANGGAAAAAAANNNN..”
Aku bergetar saat penisnya masuk kedalam memekku..
“Agghhhkkk gghhhg…”
“Eeh??? Nona? kau baik baik saja? yees aku berhasil ngewe… Wau amazingg!!”
Aahhh.. Kita benar benar melakukannya.. Aku telah gagal sebagai seorang ibu..
Tapii… iinii, penis anakku, kenapa, kenapa nikmat sekali???
Dia mulai bergerak.
“Mmmhhhg”..
“Ajiiib.. Jadi giniya rasanya memek.. wow benar benar mengagumkan.. ahh”
Tidakk… memek tua seperti ini dia bilang mengagumkan?? Dia berkata seperti itu karna memang ini pertama kali baginya, dan belum pernah merasakan memek gadis lain. Tapi entah kenapa ini membustku senang, aku sedikit tersenyum sambil memalingkan wajahku.
“Baiklah mulai ku entot ya nona!”
“Jlebb.. jlebb.. plokk… jlebb,, plook… plookk”
Penis beneran benar benar berbeda dengan mainan… Dan ini polosan tanpa pengaman, walaupun dengan suamiku dulu, jarang sekali aku main polos seperti ini… Inikah yang dinamakan ngentot beneran??? Menakjubkan. Penisnya bergerak hebat.. keras.. hidup.
“aahh… uuhh, ssst mmmhh, uuhhggg”
“woohhh huuhh haaah yees, anjrit gile ni memek”
Pergerakan pinggulnya memang belum terkontrol… tapi jika dia terus memompa seperti ini!! Aku harus membuatnya cepat keluar… Akan kupancing dengan desahan ku
“Aahhhm.. terrrus.. iihh oohh… eeehhh”.
“Yaaa nona, akan kulakukan yang terbaik”
Tiba tiba dia mengangkat kaki kananku, dia peluk, sehingga tubuhku agak miring..
“Ehhh heyy.. heyy.. ttunggu dulu!”
“oohhh… tenang nona… nikmati saja huuhh haahh”.
Tidak.. posisi ini malah terasa lebih dalam..
”.. hggghh ahhh.. haah hhmm uggghh haaggg..”
“Posisi gini nikmat juga… aku jadi leluasa bergerak”.
“Ahhh ihh… ohhh.. uuhhh.. mmmhf”.
“Dan begini boleh juga..”
Dia merubah sedikit posisiku lebih miring.
“Aahh ttunggu… ttidakk..”
“Seperti dugaanku begini malah lebih leluasa… haah, ohh”
“Aahh.. oojh ssttt aaaaghh”
Ehh?? dia berhenti??
“Nona aku mau coba dari belakang!!”
“Eehhh… B b baiklah…???”
Kemudian aku merangkak nungging.
“ii.. ini memalukan..”
“Ehh?? kenapa malu?”
Memamerkan pantat besarku ini… Walaupun dia tidak bisa melihatnya.. kupegang penisnya dan ku tuntun kearah memekku..
“Kesini..”
“Ah ya aku bisa merasakannya. Baiklah aku mulaaaiiiiii..”
“Plokk… plook.. jleebb. jleeb… ploookkk”
“aaahhh aaahh ohhh… agghhh mmuuugf”.
“Ahh pantatmu empuk sekali”.
“cepplak”
Dia seekali menampar pantatku.
“ahh ttidak..”
Berhentilah bermain main… cepat keluar… Atau nanti aku yang akan…
“Aahh kupikir aku sedikit faham pola pompa an yang lebih baik”
ehhh!!! ttunggu… ini gawat…
“Boleh kupercepat??? Aku lebih leluasa mompa nih,”
“Aaahhh eeehh ttiid.. aaahh heyy..”
“Lihat suaranya indah kan nona, ceplak ceplok haha”
“Plokkk plokkk pkokkk ceploookk”
Gawat jangan dalam dalam… cepatlah keluar siaalann… ehgggg.
“oohh nikmat sekali, aku gak bisa berhenti nih nona”.
“Eeggppl mmggghhhh …”
“Aggghhhrrg aku mau kluar non”.
“Ahhh iyaahh gak papa, tapi diluar yah ah hah”
“Ok aku ngerti.. oohhggg ahhhh “’
“aahh.. mppphhh tidak.. tidakk…”
Ini gila.. aku serasa mau pingsan.
“Aahhhg nona aku kkkeluaaaaaarrrrr… aaahhgggggg…”
Dengan cepat dia mencabut penisnya, dan menumpahkan lahar hangat diatas punggungku..
“Crrroootttt crrrrooottt crroooottt”
“Wahhhh nonna manteb nona… hoohh hooh haah”.
Marwan menarik tubuhnya kebelakang.
Sedangkan aku ambruk tapi pantatku masih nungging.
Hahh.. ohh hampir saja.. hampir saja aku sampai.. Pejuhnya membasahi punggungku sampai terkena pipiku, kucolek dengan jariku. Sampai sampai aku tidak berani melihatnya karena malu.
“Waah ngentot ternyata melelahkan ya?? Sampai kakiku bergetar hah hah”. Terdengar suaranya yang masih ngos ngosan.
Akhirnya sudah sel…
“Sekarang giliranmu nona!”
Eeeeh? Kau bercanda?? Padahal sudah keluar dua kali, tapii…
“Katakan berapa kali kau keluar jika masturbasi?”
“Hehe biasanya sih dua sampai tiga kali, tapi beberapa waktu lalu sengaja kusimpan, biar kali ini bisa lima sampai enam kali!”
Anak ini… Dia menyudutkanku sampai sejauh ini. Jika kita ngentot lagi, sudah pasti dia akan membuatku keluar.
Posisi sekarang dia berbaring lalu kunaiki tubuhnya, kumasukkan perlahan penisnya dalam vaginaku.
“Ahhhhg …” Desah kami berbarengan. penisnya menyeruak sangat dalam. Kenapa penisnya masih sangat keras? Kuingat lagi kata kata pria tadi. Agar berhubungan seperti sepasang kekasih.
Sekarang aku yang memegang kendali., Jika kugoyang dengan benar mungkin dia akan cepat sampai.
“Nmmuhh.. ahh haa”. kutahan suaraku.
“Wooahh hebatt nikmat sekali… padahal aku gak gerak… posisi Ini paling maknyus..”
Gawat, gimana ini, kugoyang model apa saja malah terasa semakin nikmat bagiku.. Baiklah akan kumasukkan sedikit di ujungnya saja.
“ahhh ini enak juga nona”.
“Mmnmh.. mmuhhff..”
“Nona.. suaranya hot banget ya?”
“Eehhhhh??”
“Aku gak bisa lihat, jadi pendengaranku semakin tajam.. Tapi rasanya ada yang sedikit aneh, Kau mau kluar tapi kau tahan kan?”
“Bbbukan.. begituu.!”
“Empotan dan licinnya memekmu tambah maknyus dari sebelumnya. hehe”.
“iiittu ..”
Dia menyadariku. Tiba tiba tubuhnya bangkit, mulutnya menyusuri payudaraku sambil tangannya meremas remas. Yang lebih parah lagi dia ikut menggoyang pinggulnya.
“Aahhh. ohh tiidak.. ahh”
“Oohh… jangan ditahan nona, aku ingin membuatmu keluar agar kita sama sama puas.. hehe”
Jika terus seperti ini.
“aaaaa.. ahhhh ohh. aaaghgh.. Berhentiii jangan ker.. as keeersss ahh tidak.. tidakkk…”
Oh tidakk aku benar benar akan keluar…
“AAAAAHGHGGGH.. AHHHGGGGG… AAAAAJHGGG”
“Slurrrryt… seeerrr.. seeerrrrr… serrrrt”
“Woohhh empotanmu kenceng bener nona waahh haah”
“HHGGHHH… MBBBHHG… HAHHH.. HAAAGG”
D-ddia benar benar membuatku klimaks. dan ini benar benar berbeda seperti yang aku bayangkan..
Sampai sekarang aku belum pernah merasakan klimaks yang seperti ini. Tapi kini malah anakku sendiri yang membawaku kepuncak sex yang sesungguhnya.
“Non. nnona.. memekmu sempit sekali aku tidak kuat menahannya lagi.. cepat cabut nona”.
“Eeehh??”
“Gawat nona aku benar benar mau keluar”.
“Tung… tunggu dulu… akkk.. ku gak bisa gerak!!!?”
Setelah sampai puncak tadi kakiku terasa kaku dan tidak bisa kugerakkan.
“Ahhgg noonnn… nonna, akku benar benar keluar”
“Croot.. crrrrooot.. crooooottt. crroottt”
“Hyaahh.. Tiiidaaaaaaaaakk..”
Karena panik aku malah kehilangan keseimbangan dan ambruk kedepan,
Terasa lahar panas menyembur deras didalam vaginaku. Sangat terasa semburannya sangat keras. Secara refleks dia menarik pantatku kebawah sehingga spermanya bisa keluar semua dan menikmati puncaknya.
“Haahhh… Haahh. ughhh, hosshft”
Nafas kami bersaing mengambil udara.
Aku benar benar sudah jatuh kepelukannya. Aku menyerah..
Akupun tidak memikirkan lagi apa yang akan terjadi nanti…
“Akkk.. ku minta maaf nonn.. mmmh”
Sebelum ucapannya selesai, aku menyambar mulutnya, kucium dengan ganas dan kutarik lidahnya.
“Geeezzz, kau benar benar nakal… tapi.. masih mau lanjut lagi kan?”
“iiiya… nona”
“Okee selanjutnya mau posisi apa??”
Aku sudah kehilangan akal sehatku, setelah dia menyemprotkan pejuhnya di dalam vaginaku.
‘Plookk,, plookk… jllebb… plook.. jllebbb’
“Aahh… kau pintar sekali nak.. ah entotanmu benar benar nyampai di rahim”.
Diposisi berdiri, sambil nempel ditembok dan menungging, dia menghantam pantatku dengan keras.
Lalu aku merubah posisi menghadapnya, kaki kananku diangkat tangan kirinya. sambil berciuman, mengadu pantat kami.
“Cplokk.. cplook.. cplook…”
“Slllurp.. ssh… sllrph.. ahh”
Berbagai posisi sudah kita coba, juga posisi yang belum pernah kulakukan dengan suamiku..
“Ahhh.. ohh.. yeess.. ahhh.. hoohh haahh.”
“Mmmhh.. ssshtt.. ohh. ihhh.. mmuuffggh..”
Apa karena sudah lama aku tidak bercinta..??
Atau karena ada rasa yang telah hilang..??
Atau karena kita ibu dan anak… sehingga terdapat kecocokan dan saling melengkapi?
Sudah tak terhitung berapa kali kita Klimaks… Jika selesai puncak aku malah semakin ketagihan membersihkan sisa sisa sperma di penis anakku ketika ia selesai keluar dalam vaginaku.
Pada akhirnya.. kita melakukan hubungan intim selayaknya sepasang kekasih.
Tanpa ada kepalsuan.
Kini aku masih dalam posisi dogystyle..
Tiba tiba dia berkata.
“ahh. ohh. sstt mhhfh…”
“Heyy nona.. apa kau mau ngentot lagi lain waktu?”
Aku terdiam sejenak..
”… Selama kau tetap memakai penutup mata itu.. ahh mmpphh”
“Beneran nih??? yeeeea… Janji yaa..”
Dia meraih tanganku ditariknya kebelakang, dan menyantolkan jari kelingking kita berdua, sambil berjanji…
Dia semakin cepat memompa dari belakang..
Dengan sisa sisa tenagaku aku hanya bisa menikmati dan mendesah desah..
“Ahhhh.. ahhhooh.. nona aku mau keluar lagi nih..”
“ahhh. ahhh.. ohggg. mmgpuh..”
Hanya kujawab dengan desahan dan…
‘Jleeebbb.. Plok.. Jleebb… Plook.. jleeeb… plookk. ploook.. jleebbb’
“AARRHGHGGGG… UWOHHH.. AHGGG GEHH..”
“AAAAAAAHHHH… AHHH.. AHHH.. HUHH. HOOHH”
‘Croott. crooottt… ccrroootttt… croooott’
‘Criitt. sleeeerrr.. seerrr… crruttt. seeeeerrr’
Apa benar aku bisa meenuhi janji ini??
Kupikir mungkin aku yang akan mengingkarinya…
Bersambung…