Hari itu pak Risman tampak sumringah, wajah mesumnya terlihat berseri-seri. Terdengar ia bersiul-siul mengungkapkan kegembiraannya. Tangan kanannya memegang sebuah proposal pengajuan kerjasama dari perusahaan dimana bu Melisa bekerja.
“Sungguh beruntungnya aku ini, sudah dapat memek gratis..dapat duit pula..haha” gumamnya “tapi..ngomong-ngomong soal memek…aku jadi ingat guru-guru yang belum aku cicipi..hmm” kembali pak Risman menggumam.
Ia baru ingat kalau rencananya baru setengah jalan. Pak Risman keluar dari ruangannya, ia kini berjalan-jalan berkeliling sekolah tersebut. Beberapa staff, guru, dan juga murid yang berpapasan tampak menyapanya yang ia tanggapi dengan ramah.
“Ternyata gak cuma guru-guru yang cantik…di sekolahku ini juga banyak siswi-siswi sexy” itulah hal yang terbersit dalam benaknya ketika melihat murid-murid perempuan di sekolah itu.
Pak Risman terus melangkahkan kakinya berjalan-jalan di areal sekolah itu, hingga suatu ketika langkah kakinya terhenti. Sayup-sayup telinganya mendengar suara-suara yang tak asing di telinganya.
Suara itu berasal dari ruangan konseling, dimana ruangan itu diapit oleh dua bangunan laboratorium, sehingga letaknya agak tersamarkan. Dengan hati-hati pak Risman melangkahkan kakinya mendekati pintu ruangan itu.
Telinganya ia tempelkan di pintu itu seolah-olah ingin mendengarkan lebih jelas suara-suara yang keluar dari dalam ruangan tersebut. Ketika pak Risman sedang serius menguping, ia dikagetkan obrolan orang dari dalam ruangan tersebut.
“Ayoh bu…puaskan kontol sayah…oh..sebelum pak Risman menikmati jepitan memek ibu…yah..goyangh..”
Itulah yang terdengar oleh pak Risman dari dalam ruangan tersebut. Ia semakin penasaran, siapa orang yang tengah berada diruangan itu, dan kenapa ia tahu tentang skandalnya yang senang menikmati tubuh para guru perempuan di sekolah itu.
Ingin sekali pak Risman mengetuk pintu ruangan itu dan melihat siapa orang yang berani melakukan hal mesum di sekolah itu selain dirinya. Namun pak Risman mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, ia lebih memilih menunggu persetubuhan itu selesai dan orang dari dalam ruangan itu keluar.
Pak Risman terlihat cemas menunggu di depan ruangan konseling tersebut, hingga setelah menunggu hampir setengah jam, terdengar suara kunci dari pintu itu dibuka dari dalam. “Cklek..” Pintu itu terbuka, terlihat seorang murid laki-laki keluar dari dalam ruangan tersebut.
Anak laki-laki itu tampak kaget ketika matanya bertemu pandang dengan sosok buncit kepala sekolahnya, mulutnya terbuka tak bisa berucap sepatah katapun.
Sementara dari dalam terdengar suara perempuan yang memanggil anak laki-laki itu dengan mesra bahkan agak jorok, karena tidak mengetahui kalau di depan ruangan tersebut anak laki-lakinya tengah gemetar di hadapan kepala sekolahnya.
“Aldo sayang..jangan lupa nanti sore ke rumah Firman ya…ibu pengen dientot rame-rame lagi sama kall..”. Kata-kata dari perempuan itu terpotong ketika mendapati pak Risman telah berada di depan ruangan tersebut bersama murid laki-lakinya yang tak lain adalah Aldo, salah satu dari gerombolan anak-anak bengal yang tempo hari memperkosanya yang kini tengah gemetar di hadapan pak Risman kepala sekolahnya.
“Oh…jadi rupanya bu Indah punya peliharaan” sambil terkekeh menjijikan pak Risman mulai mengeluarkan suara.
“Ma..maksud bapak?” tanya bu Indah pura-pura tak mengerti.
“Gak baik bicara di luar bu, ayo masuk..kamu juga nak” jawab pak Aldo sambil merangkul bahu anak laki-laki itu dan mengajaknya masuk kembali ke dalam ruangan konseling. Pak Risman berpikir cepat, ia tidak bisa membiarkan anak ini. Ia takut rahasianya akan terbongkar.
Setelah di dalam ruangan, pak Risman lalu duduk di sofa kecil yang disediakan di ruang tersebut. Ia juga mempersilahkan Aldo dan bu Indah duduk. Dengan tenang pak Risman menginterogasi Aldo.
Ia bertanya tentang awal mula anak itu bisa menyetubuhi bu Indah dan dari mana anak itu tau skandal tentangnya dengan para guru. Aldo dengan gemetar menceritakan semuanya. Sementara bu Indah hanya bisa menunduk malu karena dirinya ketahuan senang disetubuhi murid-muridnya sendiri. Selesai Aldo berbicara, pak Risman terlihat memikirkan sesuatu. Lalu sesaat kemudian ia mulai angkat bicara.
“Begini do..kamu gak perlu takut…cukup tutup mulut..” Ucap pak Risman kepada Aldo.
“Ma..maksud bapak apa?” Aldo bertanya heran tak tahu apa yang dimaksudkan pak Risman.
Lalu pak Risman menjelaskan tentang perjanjian yang ia tawarkan kepada Aldo dan teman-temannya. “Gimana menurut kamu..deal?” tanya pak Risman kepada Aldo mengakhiri penjelasannya.
“Jadi beneran pak saya boleh..kapan aja sama bu Indah?” Aldo malah balik bertanya, kali ini dengan raut muka sumringah.
Pak Risman hanya mengangguk dan tertawa mendengar pertanyaan Aldo, seakan-akan dialah yang berhak menentukan nasib bu Indah.
“Sampaikan penawaran bapak ini sama temen-temen kamu..” Kembali pak Risman memberikan perintah pada anak itu, “dan jangan lupa hari senin pulang sekolah kita bicarakan di ruangan saya” lanjut pak Risman yang ditanggapi dengan gembira oleh Aldo.
Saking gembiranya Aldo saat itu hendak merangkul bu Indah, Namun pak Risman mencegah anak itu. “Hey..tadi kan kamu udah..sekarang giliran saya” cegah pak Risman.
Pak Risman hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Aldo. Sementara bu Indah nampak tersipu malu mendengar dirinya diperebutkan oleh kedua laki-laki beda usia ini.
“Gini aja..kamu sekarang jangan ganggu bapak dulu sama si cantik ini ya” kembali pak Risman memberi tawaran kepada Aldo.
“Terus saya sama siapa pak?” Aldo kembali bertanya.
Sejenak pak Risman berpikir lalu mengeluarkan Hp dari sakunya dan mengetik pesan yang ia kirimkan kepada seseorang. Lalu beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan di pintu ruangan tersebut.
Pak Risman segera beranjak untuk membukakan pintu, ia tampak berbincang dengan orang yang berada di luar sana. Sesaat kemudian pak Risman kembali masuk dan menghampiri Aldo dan bu Indah yang tengah duduk di sofa.
“Aldo..ini hadiah dari bapak buat kamu..” ucap pak Risman sambil mempersilahkan orang yang di luar itu masuk.
Aldo dan bu Indah tampak kaget, keduanya seolah tak percaya.
“Bbb..bu Astri..” Ucap bu Indah sambil kedua tangannya seakan-akan ingin menutup mulutnya. Sementara Aldo hanya bisa melongo dan beberapa kali menelan ludah melihat sosok bu Astri yang berlenggak-lenggok genit bak peragawati memamerkan tubuhnya memasuki ruangan.
Bu Astri lalu berhenti di depan Aldo Muridnya, ia lalu menggoyangkan badannya layaknya biduan dangdut memamerkan keindahan pinggulnya. Dengan jari-jari tangan memainkan ujung rambutnya dan lidah yang memainkan bibir ranumnya, bu Astri nampak binal di hadapan Aldo, pak Risman dan bu Indah.
“Aldoo…sekarang belajarnya sama ibu ya…” ucap bu Astri dengan suara mendesah manja sambil mengulurkan tangannya kepada Aldo.
Seperti kerbau dicucuk hidung Aldo hanya menuruti ketika tangannya digandeng bu Astri yang membawanya keluar ruangan tersebut. Sebelum keluar ruangan bu Astri menengok, ia mengedipkan matanya.
“Bu Indah…selamat menikmati” ucapnya masih dengan gaya genit yang berbeda dengan kesehariannya.
Pak Risman hanya terkekeh melihat kelakuan bu Astri. Ia sangat puas dengan hasil yang didapatkan buah dari kekuasaan yang ia miliki di sekolah ini. Sepeninggal bu Astri dan Aldo, pak Risman yang telah tinggi birahinya menyuruh bu Indah untuk duduk mendekat di sampingnya.
Nampak saat itu bu Indah sangat gugup, karena walaupun ia mengetahui kalau dirinya akan menjadi hidangan bagi pak Risman, ini adalah kali pertama ia bermesraan dengan laki-laki yang lebih tua darinya selain suaminya.
“Jangan gugup seperti itu bu Indah..relax saja” ungkap pak Risman sambil merangkul bahu bu Indah sesaat setelah ia mendaratkan pantatnya di atas sofa berdampingan dengan kepala sekolahnya.
Tangan pak Risman mulai mendorong bahu bu Indah mendekat ke tubuhnya, mata mereka saling memandang memancarkan birahi. Kini pak Risman mendekatkan bibirnya ke arah bibir bu Indah yang merah merakah. Ketika ujung kulit bibir mereka bertemu, bu Indah tampak langsung memejamkan mata.
Ia tampak pasrah menerima pagutan pak Risman, sesekali lidahnya membalas lumatan lidah pak Risman yang kini nampak sangat menikmati kepasrahan bu Indah yang menyerahkan tubuhnya dengan total untuk dinikmati kepala sekolahnya yang mesum.
Desah kenikmatan tertahan bu Indah terdengar menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Kesehariannya sebagai seorang guru sangat kontras dengan kelakuannya. Ia takluk takluk pada kenikmatan seksual, hingga dirinya rela disetubuhi kepala sekolahnya bahkan disetubuhi murid-muridnya.
Kini bu Indah dan pak Risman sudah bertelanjang bulat. Pakaian yang tadi mereka kenakan kini tampak berserakan diruangan tersebut. Tubuh proporsional bu Indah yang putih mulus sungguh menggugah hasrat kelelakian pak Risman.
Rambutnya yang dipotong pendek sebahu menambah aura kecantikan bu Indah yang kini tengah duduk menyender di atas sofa dan mengangkangkan kakinya. Membiarkan vaginanya yang merekah merah muda dijilati oleh lidah kasar pak Risman.
“Ouh…yeah…it..tilnyah diemuth..pakh..yaaahhh..” desah kenikmatan keluar dari mulut bu Indah sampai ketika orgasmenya tiba.
Sesaat kemudian giliran batang kemaluan pak Risman yang dimanjakan oleh bibir bu Indah. Sungguh luar biasa kenikmatan yang pak Risman dapat dari guru sekaligus pengantin baru ini. Kulumannya benar-benar hebat, seakan-akan ia sudah mahir memanjakan batang kemaluan laki-laki dengan bibirnya.
“Ouwh…bu Indah sudah mahir rupanya..aaahhh” ungkap pak Risman mengomentari service mulut bu Indah.
Pak Risman lalu menghentikan bu Indah yang tengah asik menikmati batang kemaluannya.
“Sudah bu…sekarang layani saya dengan memek ibu” ucap pak Risman sambil menjambak rambut panjang bu Indah yang hitam dan menyuruhnya terlentang di sofa.
Bu Indah terlihat tak sabar untuk menikmati batang kejantanan pak Risman yang hitam, panjang, dan besar serta dipenuhi urat-urat yang melingkar. Dimana hampir setiap perempuan yang pak Risman setubuhi pasti ketagihan.
Bu Indah membimbing batang itu memasuki vaginanya yang licin, basah dan sempit. Ia sampai merem melek ketika merasakan batang itu memasuki vaginanya.
Pak Risman yang ingin menunjukan kejantannannya langsung menggenjot vagina sempit bu Indah hingga membuat bu Indah mengerang-ngerang. Bunyi kulit yang bertumbukan saling bersahutan dengan suara desahan dan jeritan-jaeritan tertahan bu Indah. Hingga tak lebih dari sepuluh menit kembali orgasme menimpanya.
Belum reda orgasme yang didapat oleh bu Indah, pak Risman sudah memaksanya menungging. Ia langsung kembali menusukan batang besarnya kedalam vagina bu Indah yang sempit dan tanpa ampun menggenjotnya dengan tempo cepat dan dengan kedua tangan meremas payudara bu Indah. Tak ayal lagi, orgasme bu Indah kembali datang dan semakin menenggelamkannya dalam lautan kenikmatan.
“Auhhh…ampun…enakh…ampun” racau bu Indah ketika orgasmenya tiba. “Apanya yang enak bu Indah” tanya pak Risman tanpa menghentikan genjotannya, walaupun saat itu bu Indah sudah berkelojotan.
“Kon…tooolll…konhhh..tolll…enak..ouh” ucap bu Indah terputus-putus menanggapi pertanyaan pak Risman, yang rupanya mengalami hal yang sama.
Saat itu pak Risman hampir mendapatkan orgasmenya hingga ia tak menghentikan genjotannya. Dan ketika orgasmenya tiba ia tancapkan batangnya dalam-dalam di lubang vagina bu Indah, tubuhnya berkelojotan dan menyemburlah spermanya di dalam rahim bu Indah.
“Annjingh..oh…terima ini guru pelacur” racaunya ketika orgasme.
Bu Indah yang mendengar perkataan tak senonoh dari kepala sekolah tersebut hanya memejamkan mata sambil tersenyum menikmati semburan-semburan sperma di rahimnya. Akhirnya tubuh buncit pak Risman ambruk diatas tubuh bu Indah.
Nafas mereka berdua terengah-engah dengan tubuh bermandikan keringat. Namun mereka melupakan sesuatu. Tadi pak Risman lupa untuk mengunci pintu ruangan tersebut, hingga “cklek..” Suara pintu yang dibuka mengagetkan mereka.
Saat itu pak Risman tengah memeluk bu Indah yang menelungkup di atas sofa masih dalam keadaan telanjang. Nafas mereka berdua terengah-engah. Sekilas tampak terlihat senyum dari bibir bu Indah. “Cklek…” Pintu itu terdengar dibuka dari luar, yang tentu saja menimbulkan kepanikan bu Indah dan pak Risman.
Bu Indah menutupi payudara bulat miliknya dengan seragam yang ia pungut dari atas meja yang berada di depan sofa tempatnya barusan mengadu birahi bersama pak Risman. Wajahnya pucat ketakutan. Dengan bibir menganga tak mampu mengucap sepatah katapun.
Namun orang yang baru saja membuka pintu tampak santai. Seperti tak pernah melihat kejadian apapun di ruangan tersebut.
“Bb..bu..Linda..” Ucap pak Risman memberanikan diri memanggil orang yang baru saja datang.
Sementara orang yang dia panggil tak lantas menjawab panggilan pak Risman. Dengan tenang ia masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengunci pintunya. Bu Linda lalu berjalan menghampiri pak Risman yang tengah duduk di sofa dengan tubuh yang masih telanjang.
“Jangan mentang-mentang ini jam bubaran sekolah pak..masa mau ngeseks tapi pintunya gak dikunci” ucap bu Linda sambil duduk di atas meja di depan pak Risman dan bu Indah sambil menyilangkan kakinya. “ternyata gini yah kelakuan bu Indah…” kembali bu Linda berkata sambil matanya menatap tajam bu Indah yang menunduk dengan badan gemetar.
“Tt..tolong bu..jangan bilang sama siapa-siapa” ucap bu Indah yang kini mulai terlihat akan menangis. Mendengar ucapan bu Indah, terlihat senyuman mengembang di bibir sensual bu Linda.
“Saya gak bakalan bilang sama siapa-siapa bu Indah…assal..” ucapan bu Linda terhenti.
“Asal apa bu?” Kini bu Indah nampak penasaran dengan apa yang akan diucapkan bu Linda. “Asal saya juga dikasih jatah kontol sama pak Risman” jawab bu Linda malu-malu sambil mengerlingkan matanya terhadap pak Risman.
Terdengar dengus nafas dari pak Risman dan bu Indah, keduanya merasa lega mendengar ucapan bu Linda.
“Dengan senang hati bu..kemarilah..” Ajak pak Risman sambil menarik tangan bu Linda.
“Bu Indah..saya pinjam pak Risman ya” bu Linda meminta izin terhadap rekannya.
“Eh..silahkan bu..tapi sisain ya” jawab bu Indah genit
Lalu bu Linda duduk menyamping di pangkuan pak Risman, ia langsung menggapai kepala pak Risman dan memagut bibirnya penuh birahi. Rupanya sebelum bu Linda masuk ke ruangan itu ia telah mengintip persetubuhan pak Risman dan bu Indah, hingga ia terangsang dan memberanikan diri untuk ikut ambil bagian dalam persetubuhan itu. Sesaat pak Risman menghentikan pagutannya.
“Kalau mau saya entot ya dilepas dong bajunya” ucap pak Risman sambil tangannya sibuk melolosi pakaian bu Linda.
Setelah semua pakaian bu Linda terlepas, kembali pak Risman menggumuli tubuh semok janda muda ini. Ia tampak gemas memainkan payudara besar bu Linda. Tubuh aduhai bu Linda yang didukung paras wajah sensualnya memang menjadi daya pikat bagi semua lelaki. Kini tampak bu Linda yang menikmati bagaimana tubuhnya dirangsang pak Risman sedemikian rupa.
“Bu..kontol saya udah gak tahan pengen nyoblos” bisik pak Risman sambil bibirnya mengulum telinga bu Linda. mendengar itu bu Linda lalu turun dari pangkuan pak Risman, ia lalu bersimpuh di depan pak Risman yang duduk mengangkang memperlihatkan batang kejantananya yang sudah tegak.
Tangan bu Linda lalu menggapai batang pak Risman yang telah berdiri tegak tersebut, ia mengocoknya perlahan seolah-olah sedang meresapi betapa kerasnya batang kemaluan pak Risman. Setelah beberapa detik ia lalu melumuri kemaluan pak Risman dengan ludahnya lalu mengulumnya.
Nampak sekali bu Linda sangat mahir dalam melakukan oral seks. Sesekali matanya beradu pandang dengan pak Risman yang nampak hanya bisa mengerang keenakan. Bu Indah yang saat itu hanya menonton mulai merasakan birahinya muncul kembali.
Ia kemudian merebahkan dirinya di samping pak Risman dan meminta pak Risman memainkan vaginanya dengan jari-jari tangan gemuk kepala sekolah tersebut. Setelah beberapa menit, pak Risman menyudahi kegiatan oral seks yang dilakukan bu Linda terhadap batang kejantanannya.
Ia lalu menyuruh bu Linda menungging dengan wajah tepat di hadapan vagina bu Indah yang mengangkang. Mengerti dengan maksud pak Risman, bu Linda lalu menjulurkan lidahnya kearah rekahan vagina bu Indah. Ia dengan telaten menjilati vagina bu Indah yang kini mendesah penuh kenikmatan dengan tangan yang meremas-remas payudaranya sendiri.
Di tengah-tengah asiknya bu Linda menjilati vagina bu Indah, ia tampak mengerang merasakan penetrasi batang besar pak Risman memasuki vaginanya.
“Aaaaaarrrggghhh…hmmm…” Erang bu Linda tertahan karena bu Indah kembali mendorong kepalanya tenggelam di vaginanya.
Pak Risman sangat menikmati mengocok vagina bu Linda dari arah belakang. Apalagi ketika bu Linda menggoyangkan pinggulnya memutar, terasa batangnya seperti dipelintir oleh vagina lembut bu Linda.
Namun goyangan pinggulnyapun tidak hanya memberikan kenikmatan kepada pak Risman, bu Linda pun merasa batang kejantanan berotot itu menyentuh semua bagian di dalam rongga vaginanya hingga ia orgasme. Pak Risman merasa batangnya semakin terjepit lubang vagina bu Linda.
Cairan putih tampak melumuri batangnya yang keluar masuk di vagina guru tersebut. Beberapa saat kemudian giliran bu Indah yang mendapatkan orgasme. Tubuhnya menenggang, kepalanya terangkat dan dari vaginanya mengalir cairan putih kental yang dengan cekatan dijilati bu Linda.
Kemudian pak Risman mengganti gaya. Ia kini membalikan bu Linda terlentang di atas sofa, dengan kaki bu Linda yang ia angkat di bahunya, pak Risman kembali menggenjot vagina sempit bu Linda dengan tempo cepat.
“Ouh pa..en..nak..iyah en..naak..” terdengar kini bu Linda merengek-rengek.
Semakin cepat pak Risman menggenjot, maka semakin dekat pula orgasme yang menghampiri bu Linda. Maka dengan satu hentakan yang dalam dari batang pak Risman, vagina bu Linda pun memuncratkan cairan orgasmenya. Pak Risman yang juga sudah hampir mencapai orgasme segera mencabut batang kejantannanya, yang kini terlihat diperbutkan oleh bu Linda dan bu Indah.
“Crottt…crott…crot..” sperma menyembur mengenai wajah-wajah cantik kedua guru tersebut.
*****
Pagi hari yang cerah jam 06.30
Seorang laki-laki berbadan buncit usia 45 tahun masih terlelap di kamar tidurnya dengan tubuh telanjang ditutupi selimut hangat. Disampingya seorang perempuan berusia 37 tahun berparas cantik khas ibu-ibu masa kini dengan rambut pendek sebahu masih menggelayut manja memeluk tubuh suaminya. Sinar matahari yang mulai masuk menyilaukan mata laki-laki itu mengganggu tidur lelapnya.
“Hoaaaammm…jam berapa ini” ucap laki-laki itu sambil menggeliatkan badannya dan tangan meraba-raba meja yang terletak di samping tempat tidurnya. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, laki-laki itu sontak kaget.
“Hahhh…mah bangun…papah kesiangan” dengan setengah berteriak laki-laki itu beranjak dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
15 Menit kemudian acara ritual mandi pagi laki-laki tersebut selesai. Ketika ia keluar dari pintu kamar mandi, nampak istrinya tengah menyisir rambut di depan meja rias dengan tubuh yang hanya dibalut kimono berwarna merah pendek menggantung di atas lutut, sehingga paha putih mulusnya terlihat dengan jelas menggoda laki-laki tersebut.
“Hmmm…Yunitha, tak salah memang aku mengawinimu” ucap laki-laki tersebut sambil memeluk wanita itu dari belakang dan tangan yang menyusup kedalam kimono wanita tersebut meremas nakal payudara berukuran sedang istrinya.
“Kalau bukan karena uangmu..aku gak bakalan mau kamu kawini Risman” pikir wanita itu. “Udah pahhh…katanya kesiangan” ucap wanita itu sambil menggeliat dengan suara mendesah melepaskan diri dari rabaan suaminya.
Yunitha Silviani, sebenarnya wanita itu adalah istri kedua pak Risman yang belum genap 3 tahun dinikahi. Perkawinan pertama pak Risman berakhir dengan perceraian, dikarenakan istri pertamanya tak kuat menghadapi sifat buruk suaminya yang hidung belang.
Dari perkawinan pertamanya pak Risman dikaruniai dua orang anak laki yang hak asuh keduanya diambil mantan istrinya. Yunitha sendiri dulunya adalah seorang penyanyi cafe yang selama 8 tahun menjadi simpanan pak Risman, sebelum akhirnya dinikahi oleh kepala sekolah mesum tersebut. Selesai mematut dirinya pak Risman keluar dari kamarnya, diiringi istri cantiknya yang menggelayut manja di lengan kirinya.
“Selamat pagi juragan…sarapannya udah si mbok siapin di meja makan gan” ucap wanita setengah baya sambil membungkuk kepada pak Risman dan istrinya.
“Hari ini saya gak sarapan mbok..udah kesiangan ni” jawab pak Risman sambil mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangannya.
“O iya mbok, kalau mau ke pasar sekarang aja ikut sama bapak…kan searah…gak apa-apa kan pah” timpal Yunitha kepada pembantunya yang dilanjutkan dengan pertanyaan kepada suaminya.
“Iya..boleh-boleh…ayo mbok..udah siap kan” jawab pak Risman yang ditanggapi dengan anggukan pembantunya.
“Met pagi gan…mobilnya udah siap” suara laki-laki hitam berbadan tegap usia tiga puluhan di teras rumah besar milik pak Risman.
“O iya mang Udin makasih ya…ini buat rokok mang” jawab pak Risman sambil memberikan selembar uang kepada tukang kebun sekaligus supir istrinya itu. “Mah..papah berangkat ya..” ucap pak Risman berpamitan kepada istrinya, sambil tak lupa mencium pipi kanan dan kiri istri cantiknya.
Sementara itu mang Udin yang ada di depan suami-istri tersebut nampak beberapa kali menelan ludahnya melihat kesintalan tubuh istri majikannya. Bagaimana tidak, Yunitha yang mengantar keberangkatan suaminya tersebut masih mengenakan kimono merah sexynya.
Pahanya yang putih mulus terlihat menggoda, apalagi ikatan tali kimono dipinggangnya yang tidak kencang memperlihatkan belahan dadanya yang tidak memakai BH. Baru saja mang Udin menutup pintu gerbang selepas kepergian pak Risman, dari teras rumah tersebut terdengar suara yang memanggilnya.
“Mang…di rumah sekarang kosong…saya tunggu di kamar yah…” ucap Yunitha dengan desahan manja. “Ingat…mamang mesti telanjang” lanjut Yunitha sambil mengacungkan jari telunjuknya menggoda tukang kebun sekaligus supir pribadinya, yang kemudian berlalu memasuki rumahnya.
Mang Udin yang mendapat undangan dari nyonya rumahnya sangat senang bukan main. Dengan terburu-buru ia mengunci gerbang rumah tersebut.
“Nyah…aku datang..haha..” ucap mang Udin sambil setengah berlari mengejar sang majikan.
*****
Sementara itu, pukul 07.20
Pak Risman tiba di sekolah. Hari itu hari senin dimana pada waktu itu upacara bendera yang rutin dilaksanakan pada hari senin masih berlangsung. Pak Risman lalu bergabung dengan barisan guru-guru dan staff yang sedang mengikuti upacara tersebut. Hampir semua guru dan staff menyapanya, tak terkecuali dengan para guru-guru muda cantik yang telah berhasil ditaklukannya. Bu Ernita, Bu Astri dan Bu Linda terdengar genit menyapanya.
“Bentar-bentar…bu Indah mana” pikir pak Risman setelah mengamati guru dan staff di sekolahnya satu-persatu.
Hari itu pak Janudi sebagai wakil kepala sekolah menggantikan pak Risman yang terlambat datang sebagai pembina upacara. Ia berceramah tentang moral bangsa yang kian hari kian hancur di depan ratusan siswa-siswi sekolah tersebut.
“Ahhh…munafik kau ini Janudi…pake ngomongin moral…kalau udah ngerasain memek guru-guru disini pasti lu ketagihan” cibir pak Risman dalam hatinya, mendengar ceramah pak Janudi yang secara tak langsung seperti menyindir kelakuannya.
Sementara ketika upacara tengah berlangsung, di ruang penjaga sekolah atau lebih tepatnya disebut gudang di sekolah itu tengah terjadi pertarungan birahi. Terlihat satu orang guru cantik melawan dua murid laki-laki dan satu orang laki-laki paruh baya. Ya, siapa lagi wanita itu kalau bukan bu Indah yang tadi tampak tidak mengikuti upacara.
Sementara dua orang murid laki-laki itu tak lain adalah Rizal dan Reska, dimana beberapa hari yang lalu ikut memperkosa bu Indah bersama teman-temannya. Sedangkan laki-laki paruh baya itu adalah mang Yono, yang hari itu sangat beruntung diizinkan mencicipi tubuh satu orang lagi guru hasil penaklukan pak Risman.
Saat itu bu Indah sedang duduk mengangkang diatas kursi yang tak terpakai di gudang sekolah tersebut. Celana dan celana dalamnya telah terlepas memperlihatkan vaginanya yang sedikit berbulu, merekah dan menggiurkan yang kini tengah dijilati mang Yono sambil berjongkok di depannya.
Mulut merah bu Indah tengah mengemut batang kemaluan Reska di samping kanan tubuhnya, sementara tangan kirinya tengah mengocok lembut batang kemaluan besar berotot milik Rizal. Baju seragam mengajar bu Indah telah terbuka semua kancingnya, begitu pula dengan cup BH-nya yang kini terangkat ke atas, memperlihatkan payudaranya yang bulat yang kini tengah diremas kedua muridnya.
Lenguhan tertahan bu Indah serta bunyi kecipak dari lumatan mang Yono di vagina guru itu menandakan birahinya yang semakin tinggi. Kini mulut bu Indah beralih ke batang kemaluan milik Rizal, ia sangat mengagumi batang muridnya tersebut, dimana beberapa hari yang lalu batang kemaluan Rizal lah yang akhirnya membuat bu Indah menyerah dan takluk pada kenikmatan.
“Mmmhhh…ayo jagoan…ibu pengen dientot lagi” ucap bu Indah disela-sela kesibukannya memanjakan batang kemaluan muridnya.
“I..iyaah bu…gak percuma…sayyah..bolos” jawab Rizal terpatah-patah sambil mengelus kepala gurunya yang berparas cantik tersebut.
Selang beberapa menit mang Yono menyudahi kegiatannya menikmati cairan birahi yang keluar dari vagina bu Indah. Ia mencari beberapa lembar kardus bekas, lalu menggelarnya di lantai gudang tersebut. Kemudian ia sendiri membuka celana berikut celana dalam dekilnya dan rebahan di atas kardus-kardus yang barusan ia gelar.
“Ayo bu Indah sini…Lihat ni kontol mamang udah ngaceng pengen nusuk memek ibu” ucap mang Yono memanggil bu Indah sambil menunjukan batang kemaluannya yang hitam, panjang dan besar, dihiasi urat-urat yang melingkar disisi-sisinya.
Bu Indah yang mendengar ajakan mang Yono segera bangkit. Ia membuka baju seragam dan juga pakaian dalamnya yang menjadi kain penutup terakhir di tubuhnya. Lalu guru cantik itu menghampiri mang Yono diikuti kedua murid-muridnya.
Lalu bu Indah mengakangi tubuh mang Yono, dengan kedua tangannya sendiri ia menyibakan vaginanya, memperlihatkan lubang merah sempit yang basah di hadapan mang Yono yang kini terlihat mengurut-ngurut batang kejantannannya yang semakin membengkak.
“Mamanghhh…mau memek saya mang…ssshhh” ucap bu Indah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya menggoda si penjaga sekolah, yang kini hanya bisa mengangguk sambil menenggak air liurnya sendiri seperti orang idiot.
Rizal yang tak sabar langsung menekan bahu gurunya tersebut untuk segera memasukan batang kemaluan mang Yono ke dalam vaginanya. Anehnya bu Indah tak marah diperlakukan seperti budak yang harus menuruti perintah tuannya oleh muridnya sendiri.
Sebelum menusukan batang kemaluan besar mang Yono, bu Indah tampak beberapa kali meludahi telapak tangannya. Lalu air ludahnya itu ia balurkan ke seluruh batang kemaluan mang Yono. Setelah itu ia genggam batang kemaluan mang Yono dan membimbingnya masuk ke dalam vaginanya.
“Ahhh..ssshhh…besssar..” desah bu Indah menikmati penetrasi kemaluan mang Yono yang menembus memasuki vaginanya.
Rizal dan Reska tak tinggal diam. Mereka berdua langsung menyodorkan kemaluan masing-masing di depan wajah penuh birahi gurunya.
“Ayo bu…perlihatkan sepongan hebatnya” ucap Reska sambil menjambak rambut bu Indah dan mendorongnya mendekati selangkangannya.
Bu Indah yang diperlakukan kurang ajar oleh muridnya itu malah tersenyum. Sambil menatap binal, ia menjulurkan lidahnya yang basah menyapu batang kemaluan Reska dari biji pelir sampai ke ujung kepalanya, yang walaupun tidak besar tetapi sangat panjang dan keras seperti kayu.
“Reska…tempat kontolmu di lubang pantat ibuh…hhh…ayo nak…tusuk pantat ibu…ssshhh” desah binal dan genit bu Indah meminta kepada muridnya melakukan anal seks terhadapnya.
Reska akhirnya menuruti apa yang dikehendaki gurunya tersebut. Dengan sedikit bantuan dari cairan vagina bu Indah yang kini tengah menggenjot batang kemaluan mang Yono, ia melumasi lubang pantat gurunya dan menusukan batang kerasnya.
Kini bu Indah benar-benar seperti wanita murahan. Vaginanya menggenjot batang besar mang Yono ketika anusnya disodok dengan ganas oleh Reska muridnya. Mulut bu Indah pun tidak bebas untuk mengerang karena Rizal menugaskan gurunya tersebut untuk menservice batangnya.
“Ohhh…mantaps..goyangannyahhh..gak kalah sama perek” ucap mang Yono berkomentar ketika bu Indah menggoyang batang kemaluannya.
“Ahhh…ini kan guru yang sampinganyah jadi perek mangh..oh” Reska pun menimpali ucapan mang Yono.
Sementara Rizal hanya dapat melenguh-lenguh sambil menjambak rambut gurunya, menikmati kuluman dan sedotan bibir merah bu Indah di batang kemaluan besarnya.
Mendengarkan celoteh mang Yono dan Reska muridnya, bu Indah malah semakin bersemangat memberikan pelayannan seks kepada ketiga pejantannya. Pikirannya menerawang, membayangkan dirinya berdandan menor ala wanita-wanita penghibur dan menjajakan dirinya di pinggir jalan menggoda para lelaki hidung belang.
Rupanya bayangan nakal bu Indah mampu menyeretnya kedalam orgasme yang dahsyat. Tubuhnya menegang berkelojotan, dari vaginanya memuntahkan cairan putih kental yang melumuri batang kejantanan mang Yono. Sejenak ia melepaskan kulumannya terhadap batang kemaluan Rizal untuk mengekspresikan pencapaiannya ketika mendapatkan orgasme.
“Sssshhh…Oughhh..yeaaahhh…nikkkmaaattt..aa hh”.
Orgasme bu Indah ternyata ikut menyeret Reska yang masih belum banyak pengalaman mendapatkan klimaksnya. Ia tak mampu bertahan ketika bu Indah mengejang, otot lubang anusnya seakan-akan menggigit lembut batang kemaluan Reska yang ikut memuncratkan cairan spermanya di dalam anus bu Indah. Reska mencabut batang kemaluannya perlahan dari lubang anus bu Indah. Ia lalu duduk mengistirahatkan dirinya di atas kursi yang tadi diduduki bu Indah.
“Gile men…pantatnya asoy guru kita ini” ucap Reska sambil terengah-engah mengomentari kenikmatan yang dia dapat dari lubang pantat bu Indah.
“Beneran men?..kalau gitu gua juga pengen nyicip..” Ungkap Rizal sambil beranjak ke arah pantat bulat bu Indah.
Bu Indah yang merasakan kembali anusnya disodok melenguh. Kali ini batang yang menusuk anusnya lebih besar dan berotot.
“Pelan-pelan nak…kasihani gurumu ini” ucap bu Indah memohon sambil menengokan kepalanya ke arah Rizal yang kini tengah serius menyodok-nyodokan batang kemaluan besar di anus gurunya.
Namun Rizal tak perduli, Ia malah dengan ganas menggenjot pantat bu Indah.
“Amppppun…Ampunh nakh..ohhhh…panas” bu Indah mengerang meminta ampun karena bibir lubang anusnya terasa panas merasakan gesekan kencang batang kemaluan Rizal muridnya.
Namun di balik kesakitan yang dirasakan bu Indah, ternyata diam-diam ia menikmati perlakuan kasar para pejantannya.
“Ough…inikah yang dirasakan para pelacur,sakit tapi puas” itulah yang ada dipikiran bu Indah, ketika Rizal dan mang Yono menggenjot lubang-lubangnya dengan brutal. Hingga orgasme menimpanya, Rizal dan mang Yono tak berhenti menikmati tubuh sintal guru cantik itu.
“Praaang…brsssssk..” terdengar suara benda terjatuh yang mengagetkan keempat orang di dalam gudang tersebut, dan sontak mereka menghentikan kegiatannya. Reska segera mencari tahu ke arah suara itu.
Beberapa menit kemudian ia datang menyeret seorang gadis yang meronta, masih berseragam lengkap dengan tas gendongnya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Reska yang menyeretnya.
“Tifany…” Bibir bu Indah mengucap satu nama dengan kaget, Ia berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang dengan kedua tangannya.
Rupanya anak perempuan itu bernama Tifany, murid kelas dua di sekolah itu. Ia bermaksud bersembunyi di gudang sekolah menunggu upacara selesai karena ia kesiangan. Tak disangka ia malah memergoki gurunya tengah berbuat mesum dengan kedua murid dan penjaga sekolah di gudang tersebut. Karena kaget ia lantas menyenggol kaleng-kaleng bekas cat, sehingga keberadaannya diketahui dan Reska menangkapnya.
“Ma..maaf bu saya gak maksud ngintip” ucap Tifany panik dihadapan gurunya. “Wah bisa-bisa ni anak ember ngomong kemana-mana” Rizal angkat bicara. “Ngga…engga…saya gak bakal ngomong ke siapa-siapa..lepasin saya” kembali anak gadis itu panik.
Bu Indah yang masih telanjang akhirnya tersenyum karena mendapat ide dikepalanya. Dengan langkah gemulai ia mendekati Tifany yang dengan erat dipegangi Reska.
“Kamu janji gak bakalan ngomong sama siapa-siapa?” Tanya bu Indah dihadapan gadis itu, yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Tifany yang kaget melihat gurunya mendekati dalam keadaan telanjang.
“Tapi sayangnya ibu gak percaya nak…ibu perlu jaminan” kembali bu Indah berucap kepada gadis itu sambil jari-jari tangannya membelai pipi gadis itu.
Lalu tanpa disangka-sangka tangan kiri bu Indah menyelusup dari bawah rok abu-abu di atas lutut gadis itu. Jari-jari lentiknya membelai lembut vagina sang gadis. Sambil terisak gadis itu memohon “TIIIDAAAKKK…”
Jerit dan tangisan tertahan terdengar di dalam gudang sekolah. Seorang gadis remaja usia 17 tahun yang pakaian seragamnya telah dilucuti tak bisa mempertahankan kehormatannya. Gadis itu bernama Tifany, murid kelas 2 SMA yang memiliki wajah cantik dengan ditunjang postur tubuh ideal khas remaja SMA.
Kini tubuhnya tengah duduk mengangkang di atas kursi di dalam sebuah gudang. Di kanan dan kirinya berdiri dua orang laki-laki dengan celana yang sudah ditanggalkan memegangi kedua tangan dan menahan tubuhnya yang telanjang.
Di depannya, seorang laki-laki paruh baya tengah asik menjilati harumnya vagina gadis itu. Sementara itu, seorang guru cantik tengah berdiri dengan tubuh telanjang, tangannya memegang handphone yang ia gunakan untuk merekam kegiatan yang tengah terjadi didepan matanya.
Tubuh Tifany sudah menyerah untuk melawan. Ia hanya bisa menangis dan mengerang tertahan karena mulutnya telah disumpal oleh celana dalamnya sendiri.
“Hmmm…hmmm…” Tifany bergumam ketika merasakan lidah mang Yono tengah mengorek liang sempit vaginanya.
“Menyerah saja sayang…nikmati..ini enak ko..” Ucap bu Indah, yang hanya dijawab dengan gelengan kepala yang lemah dari Tifany, seolah-olah memohon belas kasihan dari gurunya itu.
“Iya fan..lu mending nikmatin…tuh bu Indah aja jadi doyan” timpal Rizal menimpali ucapan gurunya.
Kini tubuh Tifany direbahkan di atas kardus bekas, tempat dimana sebelumnya bu Indah digauli tiga laki-laki yang kini mengerubuti gadis itu. Tangan kanan dan kirinya kembali mencoba untuk meronta. Akan tetapi tenaganya bukanlah tandingan Rizal dan Reska yang kini tengah memegangi tangan kanan dan kirinya.
Di bawahnya mang Yono mengangkangkan kedua paha gadis tersebut dengan batang kemaluan yang sudah menempel di belahan vaginanya yang putih dan bersih dari bulu. Beberapa kali penetrasi mang Yono meleset karena rontaan gadis itu, hingga bu Indah yang masih tetap merekam kejadian itu membantu mengarahkan batang kemaluannya. Dengan perlahan batang besar mang Yono memasuki lubang sempit vagina Tifany.
“Hkkkkkk…” tiba-tiba Tifany mengernyitkan dahinya, matanya yang bulat terlihat menyipit. Dari bibirnya yang tersumpal celana dalamnya sendiri terdengar rengekan seperti tengah merasakan kesakitan.
Bu Indah mengabadikan momen tersebut dengan handphonenya, dimana batang kemaluan mang Yono telah tertelan semuanya oleh vagina Tifany. Mang Yono sangat menikmati jepitan vagina yang diperawaninya.
“Ahhh…mantap bener ni memek si neng..” Ungkap mang Yono sambil dengan perlahan mengeluarkan batang kemaluannya, terlihat darah segar yang melumuri batang kemaluan mang Yono.
“Ini sudah terlanjur sayang…nikmati saja…jangan coba-coba melapor..ibu punya rekamannya..” Ucap bu Indah sambil membelai-belai rambut panjang gadis tersebut.
Mendengar ucapan gurunya itu Tifany semakin terisak. Ia tidak percaya jika gurunya sendiri menjerumuskan dirinya. Keperawannan yang ia jaga telah direnggut dengan paksa. Andai saja hari itu dirinya tidak kesiangan untuk berangkat ke sekolah, pasti kejadian ini bisa dihindari.
Pikiran Tifany mulai buyar ketika dengan perlahan mang Yono mulai menggoyang dan memaju mundurkan batang kemaluan besarnya. Semakin lama semakin meningkat tempo genjotan mang Yono.
Tifany semakin gelisah, apalagi kini tangan kedua temannya menjamah payudaranya yang bulat dan sedang secara berebutan. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menahan rasa sakit di lubang vaginanya. Lama-kelamaan kesakitan yang dirasakan Tifany mulai sirna digantikan rasa nikmat yang baru kali ini ia rasakan.
“Ouh…kenapa jadi gini…ko jadi enak banget” pikir Tifany ketika merasakan vaginanya berkedut.
Tubuhnya melengkung ke atas membusungkan dadanya, dari mulutnya terdengar erangan panik ketika gadis itu tanpa disangka mendapatkan orgasme pertama dalam hidupnya yang ia dapatkan dari pemerkosanya.
Gelak tawa terdengar dari ketiga laki-laki diruangan itu, karena melihat gadis yang mereka perkosa mendapatkan orgasme yang hebat. Bu Indah menghampiri gadis itu yang kini matanya tengah terpejam menikmati apa yang baru saja ia rasakan.
Lalu bu Indah melepas celana dalam yang menyumpal mulut gadis tersebut, dengan penuh kasih ia membelai rambut gadis itu yang kini tidak lagi meronta. Sementara itu, Rizal mulai beralih menjamah payudara telanjang bu Indah yang berada dekat dengannya.
Bu Indah hanya memandang penuh birahi kepada muridnya tersebut sambil mengeluarkan lidahnya menjilati bibirnya sendiri menggoda Rizal.
“gimana sayang..enak kan” tanya bu Indah kepada Tifany sambil membelai rambut panjang muridnya tersebut, yang mulai kembali mendesah merasakan vaginanya kembali digenjot mang Yono.
Gadis itu hanya mengangguk menanggapi pertanyaan gurunya tersebut. Kini Tifany terlihat pasrah menerima tubuhnya digumuli ketiga pemerkosanya. Malah kini ia tidak menolak ketika Reska menyuruhnya untuk mengulum batang kemaluan panjang miliknya.
Sementara, di samping gadis tersebut bu Indah juga tengah menjilati batang kemaluan Rizal sambil menungging mengarahkan bokongnya di hadapan mang Yono. Mang Yono yang melihat pantat bulat bu Indah dihadapannya tak kuasa untuk tidak menjamahnya.
Ia mengulurkan tangan kanannya dan mengocok vagina guru cantik tersebut dengan dua jarinya. Kini yang terlihat di ruangan tersebut bukanlah adegan pemerkosaan, akan tetapi yang kini terlihat adalah pergumulan tiga orang laki-laki dengan dua orang perempuan cantik beda usia yang terlihat menikmati perlakuan para pejantannya.
Tifany kini terlihat bergairah menggoyangkan pinggulnya diatas tubuh Reska yang tengah duduk di atas kursi. Gadis itu nampak sudah melupakan kejadian pemerkosaan terhadap dirinya. Kini ia tengah bergoyang di atas tubuh Reska, rambutnya yang panjang terlihat acak-acakan.
Kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang dipenuhi bekas-bekas cupangan ketiga laki-laki di ruangan tersebut. Sementara itu bu Indah tengah disandwich oleh Rizal dan mang Yono. Ketiganya nampak hanyut dalam kenikmatan birahi dan berlomba-lomba untuk mencapai kepuasan.
“Adduh..ahh..bu Indah…lobang bo’olnya kenceng jepit kontol mamangh..” Ucap mang Yono terengah, yang kala itu tengah menggenjot kencang pantat bu Indah.
“Iyya..mang..ni memeknyah juga sama..oh” Rizal menimpali ucapan mang Yono.
“Ahhh…konthol…kalian..nyah gede..gede..hmmm” jawab bu Indah menanggapi komentar orang-orang yang tengah menikmati tubuhnya.
Entah berapa kali bu Indah dan Tifany mendapatkan orgasme dari persetubuhan itu. Hingga pada akhirnya tubuh mereka berdua berpelukan lemas diatas kardus bekas, Setelah sebelumnya ketiga laki-laki tersebut secara bersamaan memandikan bu Indah dan Tifany dengan sperma yang mereka tumpahkan sembarangan di wajah keduanya.
Setelah merapihkan diri dan memperbaiki make up-nya, bu Indah keluar dari gudang tersebut bersamaan dengan bubarnya para murid di sekolah itu karena upacara telah usai. Tifany berjalan agak tertatih karena rasa nyeri dari selangkangannya yang baru saja diperawani.
Di persimpangan jalan menuju kantor guru mereka berpisah. Tifany berjalan tanpa pamit pada bu Indah menuju kelasnya. Hari masih pagi ketika Tifany menyadari dirinya sudah tidak perawan lagi. Ketika tengah berjalan, langkah gadis itu terhenti. Tanpa menoleh ia mendengar suara orang yang memanggilnya.
“Tifany…maafkan ibu…”
*****
Tanpa terasa jam pelajaran terakhir sudah dilewati.
“Huft…akhirnya selesai juga” pikir perempuan cantik berpakaian seragam khas pengajar.
Ia kini tengah berjalan menuju ruang guru, ketika langkahnya terhenti karena dikagetkan oleh seseorang yang mencolek pantat bahenolnya.
“Kurang ajar…ini kan tempat umum” pikirnya. Perempuan itu lalu menoleh ke arah sosok yang telah kurang ajar terhadapnya.
“met siang bu Astri” sapa orang yang mencolek pantat bu Astri tadi, sambil cengar-cengir memuakan.
“Ih mang Yono…kalau ada yang lihat gimana…jangan gitu ah mang” jawab bu Astri kepada orang yang telah berani mencolek pantat bahenol kebanggaannya.
“Hehe…iya bu maaf…abisnya ibu nggemesin…bikin saya gak bisa nahan” kembali mang Yono berucap dengan masih bergaya cungar-cengir yang sama sekali tidak bisa menambah ganteng wajahnya.
“Huuuu…gombal…bilang aja kalau kontol mamang mau minta jatah memek ke saya” jawab bu Astri tanpa tendeng aling-aling.
Mang Yono yang mendengar jawaban bu Astri senang bukan main, ternyata kenikmatan dari batang kejantanan laki-laki telah mampu merubah kepribadian seorang guru yang dikenal alim ini. “Hmmm…dasar pelacur doyan banget sama kontol” pikir mang Yono sambil menatap lekat tubuh sintal bu Astri.
“Jadi mau dimana mamang ngentotin saya…saya gak punya banyak waktu nih mang” ucap bu Astri sambil melihat jam tangannya yang sontak mengagetkan mang Yono.
Mang Yono lalu mengajak bu Astri ke bagian paling belakang dari sekolah itu. Rupanya si penjaga sekolah tersebut berniat mengambil jatahnya dari bu Astri hari itu di ruang kepramukaan yang tempo hari digunakan empat orang murid-murid bengal untuk menaklukan bu Indah.
Sesampainya di ruangan itu mereka malah dikagetkan oleh suara-suara lenguhan dari dalam ruangan tersebut. “Wadduh…udah ada yang ngeduluin kita bu” ucap mang Yono setengah berbisik kepada bu Astri, sambil tangannya menggandeng tangan bu Astri mengajak untuk mengintip kegiatan di dalam ruangan tersebut.
“Bu Linda…” Bisik bu Astri ketika mengetahui orang yang tengah berada di dalam ruangan itu. Nampak di depan mata bu Astri, saat itu bu Linda tengah menikmati batang kemaluan seorang laki-laki yang menyodok vaginanya dari belakang. Dengan posisi tangan bertumpu pada tembok bu Linda menggoyangkan pantatnya menerima sodokan batang besar milik seorang laki-laki.
“Ouuugh…terus pak Arif…yahhh” racau bu Linda.
Ternyata laki-laki yang tengah menggenjot bu Linda itu adalah pak Arif, seorang guru mata pelajaran olahraga yang memang menurut gosip yang beredar, dirinya mempunyai hubungan khusus dengan bu Linda. Batang kemaluan pak Arif yang menyodok-nyodok vagina bu Linda tidak bisa tidak akhirnya menimbulkan birahi bu Astri.
“Hmmm…mang udah yu ikutan aja…memek saya udah gatel” ajak bu Astri kepada mang Yono, karena tak kuat menahan birahinya sambil menarik tangan mang Yono. Ceritasex.site
“Pak Arif, bu Linda…kita ikut numpang yah..” ucap bu Astri ketika memasuki ruangan itu, membuat pasangan yang tengah berasyik masyuk itu tampak kaget. Setelah tahu orang yang masuk adalah bu Astri dan mang Yono, nampak sekali perasaan lega di wajah bu Linda.
Tetapi hal itu berbeda dengan pak Arif, ia masih kaget melihat rekan kerjanya sesama pengajar itu berpagutan liar dengan seorang penjaga sekolah. Malah kini nampak bu Astri dengan sukarela mengulum dan memanjakan batang kemaluan mang Yono.
“Ohhh…gila…sejak kapan bu Astri jadi liar gitu…beruntung sekali mang Yono…” pikir pak Arif ketika matanya bertemu pandang dengan bu Astri yang kini tengah asik menikmati batng kemaluan mang Yono dengan bibir ranumnya.
“Udah pak…sekarang puasin saya dulu…nanti pak Arif boleh ngentotin bu Astri” ucap bu Linda membuyarkan lamunan pak Arif.
Dengan perasaan iri terhadap mang Yono, pak Arif kembali menggenjot vagina bu Linda. Lenguhan-lenguhan bu Linda pun terdengar kembali di ruangan itu. Sedangkan di samping mereka kini terlihat bu Astri yang sudah bertelanjang bulat tengah mengangkang, vaginanya yang segar tengah dijilati mang Yono.
“Auuuh…iyah…ennakh mang..” racau bu Astri tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan lidah mang Yono yang mengorek dalam liang vaginanya.
“Haaai pakh Arifh…kalau buh Linda..udah puashhh…tolong entotin Astri jugah ya pakhhh..” pinta bu Astri menggoda ketika matanya bertemu dengan tatapan pak Arif.
Sedangkan pak Arif yang mendengar permintaan bu Astri itu langsung meningkatkan tempo genjotannya terhadap bu Linda, yang tentu saja membuat bu Linda semakin melenguh-lenguh nikmat. Keempatnya menghabiskan jam usai sekolah dalam birahi liar di ruangan itu selama sejam lebih hingga akhirnya mereka pulang dengan rasa puas.
Bersambung…