MENANTU SAYANG MERTUA SAYANG
“Ah sial” kataku sambil menghisap rokok
Kemana dia?
Apa yang dia lakukan?
Kenapa selalu ada suara laki laki tua saat aku menelponnya?
Apalagi aku pernah memergoki rania sempat menangis. Tentu saja jawaban khas wanita yang keluar dari mulutnya “ga papa”. Yang lebih gila lagi, aku baru tahu kalau calon mertuaku ternyata ada main dengan salah satu dosen tempat kuliahku berada. Dosen yang powerful karena mempunyai perusahaan besar. Perusahaan yang selalu membiayai kegiatan kampus sehingga bisa mengadakan event besar.
Angin malam memang berbahaya. Sepoi sepoi angin tidak hanya membuat masuk angin tapi juga meningkatkan libido seorang pria. Bukan libido yang baik karena faisal sedang beronani sambil membayangkan tubuh MERTUANYA.
“Ughhhh bu dina”
—
Dina sedang menyetrika. Kegiatannya berhenti karena dilihat hp nya menyala pertanda ada telfon yang masuk. Dina berharap itu bukan pak war atau pak rizieq atau pria hidung belang lain. Pasalnya privasi dina bukan miliknya lagi. Baru saja kemarin ada nomor iseng yang sms kurang ajar kepada dirinya. Usut punya usut ternyata dari temennya rania.
Dina melihat nama yang tertera. Syukurlah itu hendra. Dina dengan senang hati menjawab telfon dari suami tercintanya
“Assalamualaikum dina, urgentt urgentt”
“Walaikumsalam mas, urgent apa mas?
“Bapak din, lagi sekarat”
“Ya ampun, terus gimana”
“Segera kesana din, banyak saudara udah disana”
“I-iya mas. Segera kesana”
Entah mengapa cobaan silih berganti menghampiri keluarga dina.
—
Tempat yang dikunjungi dina adalah sebuah rumah sakit sekitar 3.5 Km dari rumahnya. Walau dina hanya memakai rok jins panjang dan kemeja tapi dina tetap anggun paripurna.
Dina mencari cari kamar bernomor 201. Sebuah kamar VIP yang terletak di ujung ruangan. Saat sampai disana nampaknya sudah banyak sanak saudara yang datang. Menangis sambil membaca doa.
Kabarnya pak handoko (ayah hendra) sekaligus mertua dina mengerang kesakitan. Salah satu saudara yang menjaga disana mengatakan bahwa itu merupakan sebuah tanda tanda jadi pihak ia menghubungi keluarga.
“Arghhhhhh” erang pak handoko
“Mbakk dinaa” tangis salah satu keluarga sambil memeluk dina. Tak kuasa juga dina juga merintihkan air mata.
Tangan pak handoko seperti menggapai gapai. Seperti memanggil, lalu salah satu saudara mendekat dan tampak pak handoko berbisik. Saudara tersebut mengangguk nampak paham
“Saudara saudariku yang kucintai, seperti yang kita ketahui bapak sedang mencapai batasnya, dan bapak tadi berpesan untuk ditinggal berdua saja bersama mbak dina agar wasiat dan keinginannya tersampaikan sehingga bapak bisa tenang”
Dina sedikit kaget dengan keadaan tersebut. Kemudian saudara saudara keluar. Satu demi satu ruangan yang ramai kini sepi menyisakan dina dan pak handoko
Dari saudara saudara hendra yang lain memang. Hendra lah yang paling sukses dan paling berbakti untuknya. Pak handoko pun semasa mudanya suka menganak emas kan hendra. Wajar saja kalau pesan terakhir atau wasiat diberikan kepada anak yang dianggap emas oleh keluarga tersebut. Walau begitu dina sedikit sungkan kalau diperlakukan spesial.
Baginya tanpa dukungan saudara yang lain baik finansial ataupun moral. Tentu saja ayah mertuanya tak akan bertahan dari diabetesnya sampai sekarang
Dina mendekat sebagai menantu yang baik. Ia berikan senyum terindahnya sebagai wujud rasa cintanya kepada ayah mertuanya. Dina mengusap pria yang sudah berusia sama dengan pak war tersebut walau memang kulit pak handoko lebih keriput dan kasar. Kontras dengan dina yang masih halus dan kencang
“Bapak sudah makan?”
“Su-sudah dinn”
“K-kamu cantik sekk kali hari ini” kata pak handoko
Dina tersipu malu mendengar pujian mertuanya. Bagi dina memang pak handoko orang yang baik dan ia hormati karena tidak cerewet seperti mertua lain.
“Din, bisa tolong ambilkan hp bapak”
Dina mengambil hp tersebut lalu memberikannya. Sambil tiduran dan tersenyum pak handoko mengutak atik hp nya seperti tengah melihat sesuatu
“Bapakk sakit kok main hp” kata dina menasehati
“Iyaa dinn bapak bosan”
Dina dan pak handoko kemudian bercerita panjang lebar. Dina paham memang ketika sudah tua akan kembali sifatnya seperti anak anak. Untung saja pak handoko tidam ngrepoti istilahnya. Lambat lau obrolan menjadi serius tentang masa depan keluarga. Dan tak lupa dina juga masih deg degan dan penasaran tentang wasiat apa yang bapak inginkan
“Dinaa sebelum bapak tiada, bapak ingin melakukan sesuatu, dan bapak rasa hanya kamu yang bisa membantu bapak”
“Iya pak dina siap bantu”
“Tapi kamu jangan marah atau membenci bapak ya din kalau permintaanya kali ini sedikit berat”
“Iyaa pak dina akan membantu”
Tentu saja bagi dina. Dia akan melakukan apapun agar ayah mertuanya bahagia. Amalan apapun akan dina kerjakan
“Sini din mendekat bapak mau utarakan”
Dina pun mendekatkan telinganya ke mulut pak handoko. Masih penasaran dengan wasiatnya
“Sebelum bapak tiada, bapak mau ngenthu sama kamu din”
Dinaa terperanjat dan kaget bukan main.
pak handoko
Dina mundur dua langkah sambil menutup mulutnya agar tidak teriak. Ia kaget dan marah karena bapak mertua yang ia hormati ternyata memiliki nafsu hewan kepadanya. Terlebih lagi itu dilakukannya saat ia sakit keras. Nalar dina berjalan. Beliau berbeda dengan pak war atau pak rizieq karena setahu dina beliau bukan tipe mertua yang jahat walau suka usil.
“Bapak.. wasiatnya kok gitu sih, bapak apa tidak salah ucap?”
“Enggak din bapak gak ngantuk atau ngelantur. Bapak masih sadar walau uhukk uhukk. Bapak tahu ini sudah mendekati waktunya, bapak harus tahu rasanya din biar bapak tenang”
Lutut dina lemas mendengar hal tersebut. Dari sorot matanya dina tahu sekali kalau ayah mertuanya itu serius. Seketika jantung dina berdegup kencang semenjak menjadi asset pak war. Dina suka membayangkan hal terlalu jauh bila ada laki laki selain suami yang suka atau ingin menidurinya. Dina kesal sekali sama tubuhnya waktu itu walau hatinya masih milik hendra tapi nampaknya tubuhnya juga penasaran akan penis mertua.
“Dosa loh pak, kunci hati tenang itu ibadah pak. Lagipula saya istri anak bapak hendra saya tidak bisa menghianatinya”
Pak handoko nampak kecewa karena ditolak dina
“Yasudah kalau kamu tidak mau. Ternyata baktimu kepada orang tua suamimu cuman segitu segitu saja. Aku kini tidak peduli mau hidup atau tidak. Aku hanya bilang kepada hendra kalau kamu masih tidak punya sikap baik kepada keluarga”
Mata dina melotot kepada orang tua tidak tahu diri itu. Setiap kata yang ia keluarkan menusuk dan meresap hati dina. Sebenarnya kasihan juga dina melihat ayah mertuanya cemberut seperti itu. Nampaknya dia benar benar pengen ngentot dengannya. Toh dina sudah kotor dan bentar lagi tidak akan bertemu beliau.
Di saat yang bersamaan ia juga jengkel. Ia juga takut diadukan kepada hendra. Suaminya sangat benci orang yang tidak sayang keluarga
Setelah menimbang nimbang akhirnya keputusan pun tiba
“Bapak serius ingin menyetubuhi saya?”
Mata pak handoko bersinar nampaknya taktiknya berhasil.
“Tentu saja dina, saya serius, uhukkk uhukk”
“Apa bapak bisa jaga rahasia dari hendra”
“Kalau itu siap sedia. Lagipula aku tidak tahu bertahan berapa lama lagi uhukkk uhukk”
“Tapi tapii, pikirkan lagi pak dosa yang bapak tanggung. pikirkan perasaan anak bapak ketika istrinya digauli bapaknya” kata dina malu malu saat kata “bapak”
“Lagi pula saya mau jadi nenek pak. Apa menariknya tubuh saya ini”
“Udah kamu gak usah pikir dosa. Aku tahu resikonya biar bapak yang tanggung. Aku juga yakin hendra akan lebih marah kalau istrinya tidak berbakti pada ayahnya” kata pak handoko
“Bapak sejujurnya penasaran sama inimu dinaa kok tambah besar” kata pak handoko sambil tangannya merayap di dada dina kemudian meremasnya
“Ahh pak, cukup” kata dina melepaskan
“Jadi gimana jawabanmu?” Kata pak handoko
Dina berfikir sejenak sekitar 2-3 menit. Mempertimbangkan baik dan buruknya atau lebih tepatnya senonoh atau tidaknya perbuatan mereka kelak. Nampaknya pak handoko menang kali itu. Dina yang menarik nafas panjang lalu bicara
“Baiklah saya akan melayani bapak tapi tunggu sampai semua sanak keluarga yang menunggu di luar pulang semua ya pak”
“Baiklah menantuku yang pengertian hehe” kata pak handoko mencolek dagu dina
“Ishh pak” kesal dina
Dina lalu keluar ke ruang tunggu. Disana banyak sanak saudara yang telah menunggu. Khawatir akan kondisi sang pasien dan juga penasaran wejangan apa yang diberikan ke keluarga tersebut. Tentu saja dina tak cerita sejujurnya karena bisa skandal. Lama kelamaan sanak familiy sudah pulang. Dina meminta izin suster untuk menjaga ayah mertuanya sehingga bisa tinggal di rumah sakit.
“Memang anda menantu hebat bu” celetuk seorang suster
Dina hanya menjawab sekenanya. Suster itu tidak tahu bahwa titel menantu hebat tersebut membebani pikiran dina. Jawabnya simpel. Menantu mana yang rela memasukkan kontol mertua dalam dalam ke memeknya. Sungguh hina
Dina berjalan pelan menuju kamar tersebut. Ia masuk lalu mengunci pintu agar orang tidak bisa masuk dan menghentikan adegan di dalamnya
Dina yang tegang lalu berucap
“Bapak sudah siap?”
Tangan pak handoko melambai pelan dan hinggap juga pada dada ibu cantik dina. Dengan semangat ia meremas remas dada yang selalu membuatnya ereksi akhir akhir minggu ini.
Dina menjadi sedikit terangsang melihat kelakukan pak handoko. Pasalnya perlakukan awalnya begitu enak dan tenang tidak seperti pak war atau pak rizieq. Semua demi memenuhi wasiat.
“Ahh uhmm uhmm, bapak kok nakal sih menantunya di mesumin”
“Habisnya dina, lihat video videomu di hp bikin bapak sange berat”
“Kamu sudah main sama berapa lelaki?”
Dina berfikir dan menimbang-nimbang. Ia tidak tahu persis berapa jumlahnya karena di setiap kesempatan orang mau melecahkannya dina selalu melayaninya dengan baik.
“Ahh lupahh pakhh” kata dina mendesahh lebar karena pak handoko mengobok vaginanya
“Yasudahh, ini tolong kontol bapak kedingingan.”
Dina yang sudah horny menurut saja. Lalu menuju ke tonjolan yang sedari tadi membuat risih dirinya. Pertama ia elus elus tonjolan tersebut lalu ia remas pelan. Pak handoko hanya bisa batuk-batuk karena servis tangan dina begitu enak.
Kemudian dina membuka celana tidur mertua dan mengeluarkan isinya.
“Astagfirullah pakk”
Kontol pak handoko besar sekali. Mungkin tidak lebih besar dari pak war namun lebih berurat dan tebal. Ada rasa jengah yang muncul dari dalam dirinya. Namun karena sudah terlanjur. Akhirnya dina mengurut urut penis tersebut.
“Akhh dinaa nakal sekali kamuu” kata pak handoko
“Iyaa pakk biar bapak kalau sudah gak ada. Gak kepikiran”
Dina memutar mutar kontol berurat tersebut sambil sesekali meremas kantungnya. Entah mengapa dina menjadi seperti ini mungkin karena sering diperkosa dan melayani lelaki akhirnya instingnya bergerak sendiri.
“Uhh uhh uhh ahh” kata pak handoko tak bisa berkata kata
Dengan nakal ia ingin sekali menyepongnya. Biar cepat selesai katanya.
“Hmm, boleh saya hisap?” Kata dina dengan muka memerah
“Silahkan sayangkuuu”
Blupp.
Memang hanya setengahnya namun pak handoko sudah terbang ke surga. Mulut dina benar benar enak. Istrinya pun tak akan membawa sensasi seperti yang diberikan dina. Ya dia menantunya.
Slurpp slurpp slurpp slurppp. Hisapan hisapan dina begitu telaten dan penuh pengalaman. Dina sudah menyerah. Ia sudah benar benar kotor dan hina buat apa kembali lagi. Tidak bisa, kontrak aset tersebut mengikatnya seumur hidup.
Bila ada lelaki yang menginginkannya ia rela untuk ditiduri. Ia rela untuk merasa diperkosa bila rekuesnya demikian. Ia rela diapakan saja oleh lelaki mesum di penjuru kota.
Asal
Hendra tak tahu
Slurpphhh. Ketika akan mencapai klimaks. Pak handoko tiba tiba sangat bertenaga dan menidurkan dina dengan keras. Secepat kilat rok panjang dan celana dalam dina disobek. Beruntung rok panjangnya bisa dipakai untuk pulang. Ia mengarahkan kontolnya ke memek dina
“Ughhh pakkk” desah dina manja
“Aku entoti kamu menantuku”
Bagai kuda jantan. Tenaga menghentak pak handoko begitu liar dan cepat. Seperti selama ingin menuntaskan nafsu yang terkungkung. Dengan liar kontol tersebut masuk dan keluar dengan cepat. Dina hanya bertahan akan sakitnya diawal namun menjadi nafsu ke belakang.
“Auhh ahh auhh ahh dasar menantu nakal”
“Enggakkhh pakk aku bukann”
“Ah ahh ahhhhhhjhhh”
Hampir keluar
Hampir keluar
Hampir keluar
“Ahh ahh bapak suka sekali kamu dinaa”
“Ahhh ahhh iya saya juga sukaaahh”
Crottt
Crettt
Mereka klimaksi bersamaan. Pak handoko jatuh menimpa dina yang terlentang. Raut kepuasan nampak dari wajah mereka berdua. Dengan sisa tenaga pak handoko mencoba mencium pipi dina. Ngocoks.com
“Din, mau nanya”
“Njeh apa pak”
“Apakah hendra tahu kamu jadi begini”
Dina lalu menutup mulut pak handoko dengan telunjuknya
“Sstt pakk ia gak boleh tahu”
Pak handoko hanya tersenyum lalu mereka bergumul satu ronde lagi
—
“Fiuhh akhirnya selesai” kata dina merentangkan tangan
Hari ini memang melelahkan karena habis beres beres. Setelah kejadian di rumah sakit entah mengapa dina menjadi lega dan sedikit lelah. Tinggal menunggu waktu saja pak handoko dijemput ajalnya
Suara hp bergetar. Dina lalu melihatnya. Oo dari suaminya ternyata. Ada kabar apa sampai ia menelpon begini. Apa pendidikannya ada masalah?
“Assalamualaikum maa”
“Walaikumsalm pahh, ada apaa?”
“Mau kasih kabar bahagia mama”
“Ada apa sayang”
“Gini setelah beberapa hari ini keadaan bapak semakin lama semakin sehatt. Dokternya juga bingung bapak pulih cepat sekali. O ya dan bapak bisa keluar rumah sakit akhir akhir ini”
Dina kaget setengah mati. Ia terdiam beberapa saat. Ternyata wasiat itu hanya akal – akalan pak handoko. Kalau ia sembuh pasti dina akan diperbudak lagi. Semua pemikiran itu membuat memeknya menjadi basah.
“Maa.. maama halo kok diam?”
“Alhamdulillah kalau gitu paa”
“Yasudah kalau gitu”
Dari dalam sudut terdalam dina. Ia berkata “dasar orang tua mesum”
Bersambung…