“Dia ketahuan bikin video begituan sama pacar, terus videonya ke sebar,” jelas Sion.
“Udah liat pasti kamu mah ya?” Nimas memicingkan matanya.
Sion sontak salah tingkah. “Ya namanya juga ke sebar, ga sengaja masuk di grup temen cowok,” jelasnya sambil kembali memakan mie ayamnya dengan lahap.
Lizia hanya diam dengan jantung berdebar. Dia sangat takut ketahuan soal novel dewasa yang dirinya buat. Itu juga kenakalan, bersama Heksa pun kenakalan walau tidak ada yang bisa membuktikannya.
“D.O ya langsung, udah rame parah sih. Dua-duanya di keluarin, mana mainnya di belakang perpustakaan, di rekam pula. Gila emang zaman,” Gea menggeleng samar.
“Kamu juga hati-hati, Gea.” Lizia bersuara pelan malu-malu khasnya. Lizia akan sangat pemalu jika berada di keramaian.
“Ha? Kenapa?” Gea panik.
“Di terawangkah?” ujar Sion dengan mulut penuh. Terlihat sangat penasaran.
“Bukan, kak Lanon nakal, hati-hati.”
“Ohh.. Kirain teh apa, kaget.” cekikik Nimas.
“Yang ada suka diapa-apain dia kalau sama Lanon,” balas Sion sambil kembali mengunyah.
“ENGGA!” seru Gea tidak terima dengan wajah merona. “Pacaran kita itu sehat!” walau pernah dicium Lanon. Ke depannya Gea akan mencoba menahan untuk tidak pasrah dan segera menolak.
“Oh ya?” Lanon merangkul Gea yang sontak mematung. Membuat bibir Lanon berkedut, lucu sekali. “Nafas, Gea.” bisiknya lalu melepas rangkulannya karena Lizia singkirkan.
“Iya, dasar temen posesif.” goda Lanon sambil mengusap sayang kepala adiknya dan segera duduk di sampingnya setelah berhasil menyingkirkan Heksa yang duduk adem ayem.
Heksa yang terpental jelas menggeram kesal.
***
Gea menelan mie ayamnya agak kesusahan. Kini di sampingnya bukan Lizia, tapi Lanon yang begitu ramah dan mudah bergaul dengan Sion, Nimas.
Gea merasa Lanon banyak kepribadiannya. Dia bagai buku yang isinya banyak kejutan dan banyak misteri.
“Minta dikit, Lizia pelit.” ledek Lanon.
“Ga gitu, kakak juga harus beli dan makan,” omel Lizia dengan lemah lembut yang membuat siapa pun tidak akan takut.
“Kamu belum makan?” tanya Gea yang membuat cek cok lucu si kembar berhenti.
“Belum, ga nafsu. Minta dikit aja,” Lanon meraih sendok di tangan Gea dan memakannya.
Gea merona. Gadis itu berdebar menatap sendoknya yang di pakai Lanon. Mereka bisa dibilang ciuman secara tidak langsungkan?
“Aa.. Buka mulutnya,”
Gea yang terkejut sampai tidak sadar begitu cepat sendok itu masuk dan mie ayam berpindah ke mulutnya.
“Ciee.. Bener loh, pacaran.” heboh Nimas sambil memukuli lengan Sion yang sudah kebal.
Gea mengunyah gugup, pandangannya tidak bisa diam salah tingkah. Wajahnya sudah semerah tomat.
Begini nih resiko pertama pacaran langsung sama buaya yang ahli mendebarkan jantung perempuan.
“Kak Lanon, Gea baru makan sedikit.”
“Ini juga di suapin, Lizia.”
“Tapi—”
“Sstt.. Fokus sama Heksa aja. Tuh liat manyun gitu,” potongnya yang langsung membuat Nimas, Sion dan Gea diam.
Lanon ternyata benar-benar bisa melihat hantu. Nimas dan Sion bertatapan dengan senyum bahagia.
Sepertinya YouTube mereka memang akan benar-benar sukses.
“Kita mulai YouTube setelah Heksa beres.” celetuk Lanon dengan santainya dan begitu tiba-tiba.
Senyum Sion dan Nimas lenyap. Lanon bisa membaca pikiran? Keren banget.
Lanon mengunyah dengan terheran. “Ngapain lo liat kayak terpesona gitu? Mending Nimas, lo kenapa kayak Gay! Jijik lo, berhenti ga!” kesalnya pada Sion.
***
Lanon bermain game, membiarkan yang lainnya menikmati waktu istirahat yang sebentar lagi itu.
Gea tertawa pelan, mendengar cerita lucu Sion dan Nimas saat belanja untuk keperluan YouTube.
Lanon melirik sisi wajah Gea yang manis. Gosip sudah menyebar, apa gadisnya tidak terkena dampak?
“Gea..” panggil Lanon setelah mematikan gamenya.
“Ya?” dia menoleh, membiarkan teman-temannya tetap berhaha hihi. Lizia juga terlihat lebih lepas dan nyaman. Tentu saja karena Heksa menjadi pagar sehingga hantu tidak ada yang berani mengganggunya.
“Punya media sosial?”
“Sempet, tapi ga pake lagi udah lama. Kenapa?” Gea agak salah tingkah ditatap Lanon selekat itu.
Padahal tatapan Lanon memang begitu, menyorot apapun dengan lekat sambil sesekali jika tidak sedang lelah dan memang sedang ingin dia akan menerawang.
“Bagus, terus selama ini mainnya apa?”
“Ga ada media sosial, drama atau film sesekali. Selebihnya main sama Nimas,” jawabnya. “Soalnya lumayan deket rumahnya.” tambahnya.
“Eum, nanti main sama aku ya.” Lanon tersenyum manis nan memikat.
Pipi Gea sontak merona lagi. “Iya.” cicitnya.
Lanon meraih jemari Gea, menggenggamnya di bawah meja. “Ngobrol lagi aja,” perintahnya.
Gea pun memulai gabung lagi, membiarkan jemarinya dimainkan Lanon yang hanya menatap mereka yang asyik ngobrol lalu pada Heksa.
Heksa mendengus. “Gue tahu lo cuma main-main sama diakan?” oloknya.
Lizia terlihat sibuk dengan tawanya sampai tidak sadar dengan ucapan Heksa.
“Terserah lo setan!” jawab Lanon lewat batin.
“Sialan!”
“Heksa. Ibu lo kayaknya ada yang ga beres. Gue ragu sama terawangan gue,”
Lanon mendadak serius. Duduk diam dan hanya berbicara lewat batin.
“Gue juga ragu sama ingatan gue.”
Keduanya diam dengan serius.
“Sampai hari ini, dokter Helena ga pindahin lo. Lo pikir kenapa?” tanya Lanon.
Heksa terdiam beberapa saat. “Ada yang ga mau gue bangun.” yakinnya.
“Bawa ke tempat kakek, nak.” bisik seorang kakek-kakek pada Lanon.
Lanon tersentak pelan karena terkejut merasakan hembusan panas di telinganya. Gea sontak menoleh sama kaget.
“Siapa dia, Lan?” Heksa celingukan. Tidak ada sosoknya.
Lanon tahu siapa dia. “Kita harus kirim doa buat dia. Kita ke makamnya.” putusnya.
“Makam?” Lizia kini menoleh saat mendengar obrolan Lanon.
“Hm, mendiang kakek yang nyuruh.”
“Makan apa?” Sion mengerjap bingung.
“Makam! Itu kuburan!” Nimas menjitak keningnya kesal.
“Kuburan? Ikutlah!”
Lanon terdiam sejenak. “Sebelum ujian, gimana kalau kita liburan?” ajaknya.
Gea menggeleng. “Ga bisa, kita harus belajarkan.” cicitnya.
Lanon mengusap kepala Gea. “Pacar pinter, tapi sambil belajar bisa kok. Kita nginep sehari di desa. Di sana enak lo buat healing.” bujuknya.
Nimas dan Sion sontak berseru mau. Belajar sambil liburan siapa yang menolak coba.
“Biaya semua tenang aja, di tanggung—” Lanon menunjuk dirinya sendiri. Lanon beranjak lalu mengendus sekilas rambut Gea. “Pergi duluan,” bisiknya.
***
“Ke desa?” Celine menyimpan bunga yang sedang dia rangkai. “Tumben? Ada apa?” tanyanya.
“Kalian mau kabur belajar? Harusnya siap buat ulangan semester!” omel Celine.
“Belajar sambil liburan, ma, ba.” Lanon bersandar malas di sofa.
“Jujur, ada apa?” Abidzar menyimpan tabnya.
“Mau ke kuburan kakek, sekalian mau ke nenek sama kakek kedua..” jelasnya setengah mengantuk.
Celine menghela nafas penuh rindu. Mimah sudah meninggalkannya 10 tahun lalu ternyata. Masih saja tidak percaya kini di desa tidak ada mertua yang baik menunggunya.
“Tumben.” Abidzar tersenyum dengan tenang dan senang.
“Di kota polusi banyak, sesekali mau ke tempat yang sejuk banyak sawah,”
“Siapa aja?”
“Banyakan,”
Di tempat lain satu anak Celine begitu nakal. Berada di atas hantu tampan yang sama nakalnya.
Lizia tengah maju mundur menggesekan miliknya dan Heksa. Dia tengah mendesah halus, menggeliat begitu lemah lembut namun panas. Ngocoks.com
Heksa sudah keluar sekali, dan ini mereka melakukan yang kedua kalinya setelah Lizia selesai makan malam.
Heksa lagi-lagi berhasil mengelabui Lanon yang kelelahan di bawah sana, banyak hantu yang Heksa kirim untuk membuatnya kehabisan energi.
Demi malam yang enak bersama Lizia.
Sungguh, Hantu tampan nakal.
“Ahh..” Lizia bergetar dan ambruk. Rasanya nikmat sekali. Karena besok akan demam, Lizia pasrah saja saat Heksa berkali-kali melakukannya.
Bahkan dimana-mana.
Lizia sungguh sudah tidak bisa mengendalikan rasa nikmat yang menjeratnya. Dia tidak bisa berhenti jika sudah di mulai.
Lizia merasa dirinya semakin mesum saja.
Bersambung…