Tapi lama-lama secara tidak sengaja aku mendesis setiap kali tersentuh kantong zakarku. Aku merasa dia tidak lagi memijat dengan tekanan, tetapi sudah berubah dengan gerakan mengelus dengan jalur urut yang berakhir menyentuh zakarku.
“Kenapa pak,” tanya Imah mendengar desisanku.
“Nikmat,” kataku singkat.
“Kalau mau lebih nikmat celananya dibuka, boleh pak,” tanyanya
“Boleh,” jawab ku singkat.
Tanpa ragu dia menarik celanaku sehingga penisku yang sudah mengeras dari tadi langsung tegak mengacung.
“Wah bapak sudah umur tapi masih sehat ya,” komentarnya melihat penisku.
Dia lalu menggenggam sambil membelai-belai kantong zakarku.
Birahiku serasa sudah diubun-ubun dan segala macam pertimbangan dan akal sehat sudah ditindas nafsu.
“Nggak adil nih saya dipijat sampai telanjang, tetapi yang mijat masih pakai baju lengkap,” kataku.
“Jadi bapak maunya gimana?” tanya Imah.
Aku lalu meminta dia membuka juga semua bajunya.
“Ah si Bapak mah, dingin atuh Pak,” katanya.
“Tapi kok keringetan,” ujarku.
Mungkin dia berhasrat pula sehingga dia bangkit lalu menaikkan sarungnya sehingga seperti mengenakan kemben. Dia berbalik lalu melepaskan kausnya, lalu kelihatannya melepas celana dalamnya. Mungkin tadi dia tidak mengenakan BH, karena tidak terlihat dia meloloskan BHnya.
Meski dengan cahaya remang-remang tapi saya bisa menangkap bayangan kedua buah teteknya yang cukup besar, pahanya yang gempal.
Imah lalu duduk bersimpuh diantara kedua kakiku dia menggenggam penisku diremas dan dikocoknya perlahan-lahan, aku merintih merasakan nikmatnya olahan tangannya. Tanpa aku minta dia merunduk lalu menciumi kantong zakarku, penisku diikuti dengan jilatan-jilatan.
Kemudian penisku dilahapnya dan langsung dihisap sambil menaik turunkan mulutnya di sepanjang penisku. Aku sudah tidak mampu menahan desakan birahi sehingga tidak terlalu lama dihisap aku langsung menyemprotkan spermaku. Imah tetap bertahan selama aku melepas desakan spermaku, sampai akhirnya tuntas.
Semua spermaku dikumpulkan di dalam mulutnya lalu dimuntahkan ke handuk yang memang ada di situ. Aku terkulai nikmat. Imah lalu menarik selimut dan dia memelukku menyamping sehingga kami berada dalam satu selimut.
Tangannya memainkan kemaluanku yang sedang melemas. Sedangkan susunya yang lembut menghimpit lenganku sebelah kanan. Cuaca memang dingin, sehingga berpelukan di dalam selimut begini memang sangat hangat.
Dari percakapanku dengan Imah, terungkap bahwa dia memang sudah lama menginginkan suasana seperti ini denganku. Namun dia merasa segan untuk mengutarakannya. Ternyata tawaran memijat itu adalah bagian dari strateginya untuk mereguk kenikmatan bersamaku.
Aku juga mengungkapkan bahwa aku sebenarnya segan bertindak agak kurang ajar pada Imah, karena Imah dibawa oleh Pak Sudin, ” Pak Sudin mah kayaknya udah maklum,” kata Imah.
“Bapak dulu masih mudanya pasti ganteng ya Pak,” kata Imah sambil dengan nada manja.
“Kenapa begitu,” tanyaku.
“Masih kelihatan tuh bekas-bekasnya.” kata dia.
Dalam keadaan sudah mencapai orgasme dengan kesadaran yang baik aku tanyakan ke Imah, apa yang dia harapkan dengan intim bersamaku. ” Imah mah demen aja ama Bapak,” katanya.
Aku menegaskan bahwa aku tidak mungkin mengawininya, karena aku sudah mempunyai istri dan anak yang juga sudah besar-besar. Ku katakan jika hanya untuk mendapatkan kepuasan sex, aku tidak keberatan selanjutnya akrab dengan Imah, tetapi kalau mengharapkan lebih dari itu aku tidak bisa memenuhi.
Imah ternyata setuju bahwa hubunganku dengannya hanya “just for fun”.
Aku juga mengetahui bahwa di daerah sekitar perkebunanku ini masih kuat dengan ilmu-ilmu hitam yang mampu membuat orang mabuk kepayang. Hal ini juga aku tekankan pada Imah agar jangan sekali-kali bermain ilmu untuk mendapatkanku, karena aku juga akan membalasnya.
“Ih Bapak, pikirannya jelek aja,” katanya.
Sekitar sejam kami ngobrol sambil pelukan dan tangannya terus memainkan kontolku. Perlahan-lahan kontolku mulai bangun dan berisi. Mengetahui usahanya berhasil. Imah bangkit langsung menghisap penisku dan menjilati nya.
Penisku makin mengeras sampai cukup keras untuk menerobos celah memek, meski pun belum mencapai keras 100%. Imah lalu bangkit mungkin kerena bosan mengoral terus.
Dia duduk mengangkang di atas ku sambil memegang penisku dia mengarahkannya memasuki lubang kenikmatannya. Perlahan-lahan penisku ambles seluruhnya ke dalam lubang kenikmatannya.
Uniknya sambil pantatnya melakukan gerakan memutar, tangannya memijat dada dan bahuku bagian depan. Pijatannya nikmat ulegannya juga sedap. Kadang-kadang dia melakukan gerakan naik turun, tetapi kadang-kadang melakukan gerakan maju mundur atau gerakan seperti mengayak.
Penisku mendapat perlakukan itu jadi makin mengeras. Namun aku bisa mengontrol rasa nikmat sehingga bisa menunda datangnya puncak kenikmatan.
Baru pertama kali aku merasakan nikmat dientot sambil dipijat. Bukan hanya dada, tetapi dia juga memijat kepalaku dengan meremas-remas rambutku. Aku salut padanya karena dia bisa melakukan multi tasking. Permainan adu kelaminnya terjaga, juga pijatannya tidak kacau..
Susu Imah yang cukup besar terlihat bergoyang dan mengayun mengikuti gerakan badannya. Meskipun cahaya remang-remang tetapi aku cukup jelas menyaksikan gontaian sepasang buah dada yang masih lumayan sekal dan puting kecil serta lingkarannya yang juga masih kecil.
Aku merasa lubang memek Imah meskipun basah oleh cairan birahinya tetapi tetap masih terasa menggigit. Imah makin semangat mengayun dan suara desahannya juga makin keras. Aku khawatir sebenarnya suara itu terdengar keluar dan terdengar oleh kedua penjaga malam di bawah. Bukan apa-apa, aku merasa malu aja.
Tiba-tiba Imah ambruk menindih tubuhku dengan nafas terengah-engah. Rupanya dia sudah mencapai orgasme. memeknya terasa menjepit-jepit dengan irama gelombang puncak kepuasan.
Sementara itu aku merasa masih jauh dari garis finish. Segera kubalikkan posisi sehingga aku berada di atas. Aku menggenjot dengan gerakan cepat. Namun aku tidak terlalu jauh menarik keluar penisku, tetapi hanya sedikit saja dan menghempas serta menekan dimana terdapat clitorisnya.
Gerakan ini selain menghemat tenaga aku juga bisa memberi kenikmatan kepada Imah karena clitorisnya tergerus terus menerus dan di dalam G spotnya juga terus tergesek.
Aku memang tidak terlalu mendapat kenikmatan dengan gaya seperti itu, tetapi Imah sudah mengigau dengan erangan yang menandakan setiap gerakanku memberi rasa nikmat padanya. Memang tidak lama kemudian dia mendapat O nya yang kedua.
Kedua kakinya mencekam badanku sehingga tidak bisa bergerak. Penisku serasa dipijat dan disiram oleh cairan hangat. Imah terengah-engah seperti orang kecapaian habis lari marathon.
Ternyata dia mengatakan baru kali ini merasakan kenikmatan ngentot yang katanya belum pernah dirasakan. badannya merasa lelah dan seluruh persediannya terasa lemas. Sementara aku belum mencapai finish. Aku kembali menggenjot setelah memberi kesempatan jeda Imah menikmati orgasmenya.
Aku mengubah cara bermainku dengan melakukan tarik-sorong yang panjang sehingga penisku juga merasa nikmat bergesekan dengan lubang kenikmatan Imah.
Jika ini tidak kulakukan, bisa-bisa penisku layu di tengah jalan. Nikmat terasa di sekujur batang penisku, tetapi aku masih bisa menguasainya agar tidak merangsang sepenuhnya menuju ke ejakulasi.
Imah kembali berolah vokal khas orang ngentot. Mungkin suaranya itu sebagai representasi dari rasa nikmat di memeknya. Buktinya jika aku mengubah posisi yang tidak memberi kenikmatan Imah tidak bersuara.
Tetapi ketika aku kembali pada posisi yang memberi kenikmatan penuh dia kembali ke nyanyiannya dengan nada berulang-ulang dan iramanya sesuai dengan gerakan di kedua kemaluan kami.
Imah tidak mampu membendung gelombang orgasmenya yang menerpanya lagi dia lalu memelukku erat sekali sehingga tubuhku tidak mampu bergerak. Aku hanya merasakan denyutan memeknya dan siraman hangat di sekitar batangku.
“Aduh ampun deh bapak kenapa kok kuat banget, saya nyerah deh udah gak kuat lagi,” katanya setelah dia siuman dari orgasmenya.
Karena sudah setengah jalan aku tidak perduli dengan ketidak-mampuan Imah, Dia terus kugenjot sampai dia dapat lagi orgasme mungkin kalau aku tidak lupa dia dapat dua kali lagi baru kemudian yang terakhir dia menyamaiku ketika semprotan spermaku kulepas dalam-dalam di dasar memeknya.
Aku tidak ragu mengumbar air mani ke dalam memeknya karena menurut Imah dia susah punya anak, sehingga karena itu pula dia dicerai oleh suaminya.
Badanku lemas sekali. Bukan hanya lemas karena ejakulasi, tetapi juga lemas karena bergerak
terus hampir satu jam. Untung aku cukup bugar berkat setiap hari berkeliling kebun jalan kaki.
Aku tidak perduli dengan mani yang meleleh dan bekas keringat yang membasahi badan kami. Rasa lemas, kantuk yang luar biasa membuat aku dan Imah langsung tertidur.
Dia manja sekali tidur memelukku dalam selimut tebal untuk menahan hawa dingin. Sejak saat itu, jika aku menginap di kebun dia selalu memuaskanku. Aku pun jadi makin sering keladang.
Jika dulu aku hanya sabtu-minggu berada di kebun, sekarang jadi lebih panjang yakni sejak jumat sampai senin, bahkan kadang-kadang Selasa baru balik ke Jakarta.
Selain untuk mereguk kenikmatan dengan Imah, urusan di kebun juga banyak yang membutuhkan keputusan dan perhatianku. sumber Ngocoks.com
Aku sering kewalahan menghadapi nafsu Imah, karena dia selalu menggebu-gebu keinginan sexnya. Tidak ada rasa malu lagi, jika dia sedang ingin dia malah yang mengajakku. Meskipun aku kadang kurang bergairah, tetapi olahan Imah selalu berhasil membangkitkan nafsuku.
Mungkin karena kadar gairah yang tidak full, jadinya aku malah bisa main lama sekali. Apalagi sehari semalam minimal aku main dua ronde. Jadi lama-lama penisku jadi agak imum dengan gesekan-gesekan liang vagina.
Hampir setahun aku menjalani hidup free sex dengan Imah sampai suatu hari dia dengan berlinangan air mata menyampaikan bahwa dia akan menikah dengan duda di kampungnya. Menurut Imah sudah sebulan dia pendam ingin menyampaikan kepadaku, tetapi dia merasa tidak kuat, sampai akhirnya mendekati waktu dead-line.
Calon suaminya cukup baik dan lumayan bagus serta punya kehidupan yang mapan. Umurnya selisih 10 tahun lebih tua. Aku tentu saja tidak bisa menahan atau melarangnya menikah, karena itu adalah masa depannya.
“Pak saya sudah berusaha mencari gantinya, saya pilih yang paling cocok untuk bekerja di rumah Bapak ini, kalau bapak bersedia anaknya akan saya bawa besok.” ujarnya sambil sesekali menghapus air mata.
“Maaf pak, sebetulnya sih tidak terlalu cocok dengan Bapak, tetapi saya kasihan dengan kehidupannya. Dia yatim piatu, selama ini tinggal sama neneknya yang kehidupannya juga sangat pas-pasan.
Dengan bantuan tetangga dan saudara-saudaranya dia bisa lulus SMA. Pak kalau boleh dia selain ngurus rumah, juga bisa Bapak kerjakan di kantor, entah untuk buat kopi atau urusan administrasi.” katanya.
“Lha jadi masih muda banget ya, kalau baru lulus sma, umurnya baru sekitar 17 dong,” ujarku. Imah membenarkan, “Itulah pak makanya sebenarnya tidak terlalu cocok dengan bapak, karena dia masih sangat muda, tapi bagaimana ya.
Oh ya dia sebenarnya sudah mau dilamar orang Jakarta untuk kawin kontrak, tapi orangnya jelek Pak, mana perutnya buncit banget, jadi anak ini ogah,” kata Imah.
“ Dia udah pernah kok melihat Bapak, bahkan sudah sering, cuma mungkin bapak tidak memperhatikan,” kata Imah.
Imah nyrocos terus sementara otakku berputar-putar antara bayangan ngeloni ABG dengan berbagai macam risiko yang mungkin timbul. Aku memang gemar bermain dengan ABG, tetapi yang ditawarkan ini bukan “sate” tapi “kambingnya”.
Maksudnya jika aku bermain dengan ABG selama ini ya ibarat beli sate, tapi kali ini ABG ini kan akan aku urus, ibarat piara kambing.
Pikiran positif dan negatif berperang dalam otakku, sehingga aku jadi termenung saja mendengar uraian si Imah. Ada juga rasa iba melihat nasib anak itu, disamping itu juga ada rasa pengin. Aku tidak munafiklah.
“Ya sudah besok anaknya bawa kemari, saya mau liat dulu,” kataku.
Imah menyambut germbira dan memeluk dan menciumku. Mungkin dia merasa usulannya aku terima. Benar sih sebetulnya 80 persen aku sudah setuju. Tetapi kalau tampangnya jelek, bodynya tidak menarik, biar pun abg aku tidak akan tergoda.
Bersambung…