Mungkin karena lelah setelah dua kali orgasme, Maya tertidur dalam pelukanku. Perlahan-lahan aku lepas pelukannya dan aku bangkit menuju kamar mandi sambil telanjang.
Dikamar mandi aku kocok penisku dengan bantuan pelicin sabun. Tidak terlalu lama muncratlah spermaku sehingga lega rasanya. Setelah aku bersihkan aku kembali masuk selimut bersama Maya.
Pagi-pagi sekitar jam 6 kami bangun dalam keadaan masih bugil. Udara masih sangat dingin. Namun karena jam 7 pegawai sudah mulai berdatangan, maka sepagi ini aku memutuskan mandi dulu.
Dengan hanya menggunakan sarung aku masuk kamar mandi yang ada dikamarku. Tak lama kemudian masuk Maya yang katanya mau ikut mandi bersamaku. Aku sudah telanjang, dia pun membuka dasternya. Dibalik daster itu memang tidak ada celana dan bra lagi, sehingga dia langsung telanjang.
Tubuhnya mendekati sempurna, tetek yang cukup besar mancung kedepan, dan belum terlihat kendor. Puting yang kecil masih agak kemerah-merahan. Perut rata, pinggang mengecil. Memeknya cembung dengan sedikit bulu jembut di puncak belahan memek dan sedikit saja di sisi kiri dan kanan belahan memek.
Pantatnya bahenol dan pahanya yang berisi tegap, tetapi betisnya langsing dan tumitnya kecil kulit putih. Maya memang benar-benar memiliki tubuh yang sempurna .
Aku mandi dengan pancuran air hangat dan kami saling menyabuni, dia sempat memainkan penisku sehingga pagi itu aku muncrat lagi karena dia berhasil aku ajari ngocok. Meski umurnya masih remaja, tetapi tindakannya sama sekali tidak canggung. Bahkan dia tidak merasa malu memperlihatkan semua bagian tubuhnya.
Seharian setelah malam itu saya tidak tenang berkerja, pikiran tidak fokus. Saya berpikir dan membayangkan, apa yang akan terjadi nanti malam, apakah saya akan bertahan sampai batas yang dicapai tadi malam, atau maju lagi.
Entah dapat kekuatan dari mana setelah siang itu saya ketemu lagi dengan maya dalam kesempatan makan siang, saya memutuskan untuk berhenti atau tidak melebih batas yang telah saya capai. Saya tidak mau timbul risiko macam-macam kelak di kemudian hari.
Malamnya seperti biasa dia bermanja-manja dengan saya. Maya mungkin menemukan sosok ayah yang sekaligus pacar. Jadi dia menemukan pelindung dan penyayang. Saya merasa begitu, sehingga saya sadar peran.
Malam itu kami tidur dengan damai, dia hanya minta tidur dipeluk saja. Itu adalah wajar pikir saja. Saya kali itu lebih cepat tertidur, mungkin karena tadi siang kerja melelahkan. Paginya seperti biasa mandi bersama tetapi tidak terjadi insiden.
Aku hari itu harus kembali ke Jakarta. Jika aku kembali ke Jakarta, maka Maya juga pulang kerumah neneknya. Pastilah dia tidak berani tinggal sendiri di rumah, meski dibawah ada penjaga. Orang tidur di kamar sendiri aja takut.
“Ayah jangan lama-lama dong di Jakarta,” katanya.
Aku berkata dalam hati, inginku juga begitu, tetapi aku juga harus membagi peran untuk menjadi ayah yang baik di keluarga. Selama di Jakarta pikiranku melayang-layang memikirkan Maya. Oleh karena itu menunggu sejak selasa ke Jumat rasanya seperti lama sekali.
Hari Jumat pagi-pagi sekali aku sudah bertolak ke kebun. Lepas makan siang aku baru sampai. Perjalanan dari Jakarta cukup melelahkan karena perlu waktu sekitar 8 jam. Maya sudah terlihat aktif di kantor.
Di depan pegawai-pegawai ku, Maya bisa akting, dengan menempatkan diri sebagai pegawai. Kedekatan hanya biasa , jika kami hanya berdua. Itu memang sudah komitmen kami.
Aku masih berpegang pada batasan yang beberapa hari lalu aku tetapkan sendiri. Aku harus menang melawan hawa nafsu di tubuhku sendiri. Selesai makan malam, ritual kami adalah menggosok gigi baru masuk ke peraduan. Maya sudah menggelendot terus dari tadi. Mungkin dia rindu karena berpisah beberapa hari.
Pada saat kami berbaring, dia langsung menyerangku dengan ciuman dan kali ini tangannya aktif pula meremas selakanganku. Aku biarkan saja. Bisa saja dia baru dapat ilmu baru, atau memang dia punya rencana.
Aku tidak membalas, kecuali pasif. Benar juga, tangannya tidak hanya meremas dari luar celana dalamku, tetapi menelusup ke dalam dan berusaha memelorotkan celana dalam ku.
Setelah dia menciumiku, lalu dia menelusuri leher turun terus ke bawah, lalu menjilati dua putingku. Rasanya geli, tetapi aku berusaha menahan. Sementara itu tangannya masih terus meremas dan sesekali mengocok penisku.
Aku makin suprise karena ciumannya terus turun ke bawah sampai mendekati penisku yang sudah menegak. Luar biasa dia menciumi kantong zakarku menjilati batang penisku, juga kantong zakarku. Nikmat menjalari seluruh tubuhku sehingga aku tak kuasa jika tidak menggeliat nikmat.
Perlahan-lahan dimasukkannya ujung penisku ke dalam mulutnya lalu dia mulai menghisap. Aku merasa sedotannya bagaikan memaksa spermaku keluar dari tempatnya diproduksi. Tapi aku masih bisa bertahan dan membiarkan aksinya .
Rasa nikmat tidak bisa ditahan dan tidak bisa diabaikan, sehingga perlahan-lahan gelombang birahiku mulai muncul dan makin lama makin besar sampai pada titik no return.
Dengan agak memaksa kujauhkan wajahnya dari penisku dan ujungnya langsung kubekap, karena sudah akan memuntahkan sperma. Aku belum tega membiarkan ejakulasiku meletus di dalam mulutnya.
Nikmat sekali rasanya setelah sperma dilepas. Setelah rileks aku bertanya dari mana pengetahuan ini dia dapat. Katanya dari film yang dia lihat di HP. Aku mahfum. Apalagi katanya dia penasaran ingin melakukan itu setelah melihat adegan oral. Dia berbaring disampingku. Tanganku langsung meraba kemaluannya.
Ternyata di sana sudah tidak ada celana dalam. Aku merasa harus membalas budinya sehingga dia aku telanjangi dan aku memuaskan dia juga dengan mengoralnya sampai dia mencapai orgasmenya.
Setelah siuman dia bertanya kepadaku, kenapa aku tidak berusaha memasukkan penisku ke dalam memeknya. Dia mengatakan sudah siap dan rela melepas keperawanannya untukku. Aku katakan bahwa untuk itu aku belum berani, karena dia masih terlalu muda. Yang membuat aku goyah, dia mengatakan ingin merasakan.
Untuk sementara ini aku berusaha menaklukkan nafsuku dengan mengatakan, nanti sajalah, kalau dia sudah benar-benar siap. Dia menanyakan kapan itu yang menurutku dia sudah siap. Tentu itu tidak bisa kujawab. “ pokoknya nanti sajalah”.
Dia agak kecewa tapi aku abaikan saja, karena aku masih kurang yakin, sebab bisa saja nanti aku terjebak dengan berbagai konsekwensi, jika segelnya aku jebol.
Pergelutan di dalam batinku kurang menarik jika aku uraikan dalam cerita ini. Tetapi kesimpulannya adalah aku berusaha sekuat mungkin menahan diri. Padahal Maya sudah pasrah
bahkan meminta untuk disetubuhi.
Aku pikir inilah akibat aku terlalu intim sampai melakukan cumbuan berat, sehingga saling mengoral sampai masing-masing kami mencapai orgasme. Tidak ada halangan atau rasa malu diantara kami untuk melindungi genital kami.
Seperti halnya kepada Imah aku memberi pengertian bahwa meskipun aku menyayangi Maya dan sebaliknya juga begitu, tapi aku tidak mungkin memperistri Maya, karena aku sudah berkeluarga. Selama keadaan memungkinkan aku akan membantu Maya untuk masa depannya.
Dibalik kekhawatiran ku menahan diri tidak menjebol Maya, tetapi ada juga kekhawatiran mengenai kemungkinan Maya bermain dengan laki-laki lain dan dengan mudahnya menyerahkan mahkotanya. Aku tidak mau seperti itu.
Seminggu ini aku tidak perlu mengekang diri, karena Maya sedang haid. Kami tidur berdampingan dalam keadaan damai, maksudnya tidak ada pergelutan. Dia tetap manja menggelendot. Bedanya selama dia haid dia tidak minta dimandikan. Mungkin dia malu oleh darah yang keluar dari vaginanya.
Tanpa terasa sudah 3 bulan Maya tinggal bersamaku dan tidur di sebelahku. Aku mempunyai persiapan jika sewaktu nanti aku tidak mampu lagi menahan nafsu dan harus menyetubuhi Maya, aku sudah menyimpan K-jel, untuk melicinkan jalan masuk.
Setelah selesai masa haidnya, Maya kembali merengek minta disetubuhi. Dia katanya penasaran sekali karena melihat di video, kelihatannya hubungan sex itu nikmat katanya, selain itu rasa penasarannya juga ikut mendorong. Sudah aku jelaskan bahwa penetrasi penis ke vagina itu pada awalnya akan perih, karena robeknya selaput perawan. Dia sudah tahu, katanya, tetapi tetap ingin mencoba.
Akhirnya aku setujui malam itu akan memberi pengalaman baru. Untuk awalnya aku minta di oral sampai aku mencapai orgasme. Dia mengoralku dengan penuh nafsu . Bajunya telah dia buka semua. Untuk mempercepat aku mencapai orgasme dia berada di atasku dengan posisi terbalik.
Kali ini lampu kamar dalam keadaan terang benderang, sehingga aku bisa melihat dengan jelas celah memeknya yang merekah. Pemandangan itu menaikkan birahiku. Aku mencoba melakukan juga oral terhadapnya, tetapi posisi aku dibawah agak sulit melakukan oral yang sempurna, sehingga ketika aku mencapai orgasme dia belum nyampe.
Kami jeda sejenak. Setelah itu aku melakukan oral. Pada ronde pertama aku mengoralnya di tempat tidur sampai dia menyampai orgasme, Aku masih meneruskan oral untuk orgasmenya yang kedua. Orgasme keduanya datang lebih cepat.
Lubang memeknya sudah banjir oleh cairan, baik cairan yang keluar dari vaginanya sendiri maupun ludahku yang sudah bercampur. Ritual memperawani dimulai dengan menempatkan bantal yang sudah dilapisi handuk kecil putih di bawah pantatnya.
Penisku aku lumuri K jel. Meski belum 100 persen mengeras, tetapi sudah cukup keras untuk menerjang masuk ke dalam celah vagina. Apalagi rangsangan diotak yang membayangkan memerawani cewek cakep.
Selain ujung penisku, di sekitar lubang vaginanya sudah aku lumuri pelumas. Kepala penisku setelah tepat berada di gerbang vaginanya lalu aku tekan perlahan-lahan. Maya meringis menahan sakit. Tapi tangannya yang memegang pinggangku terus menarik tubuhku untuk maju lebih jauh.
Aku melancarkan jalan masuk dengan bergerak maju mundur sampai dia tidak merasa terlalu perih. Maju mundur sambil makin maju sehingga seluruh kepala penisku bisa tenggelam. Sampai batas itu, ada halangan, yang aku perkirakan disitulah letaknya selaput dara.
Penisku seperti menemukan jalan buntu, karena meskipun sudah kulakukan pelancaran jalan dengan menggerakkan maju mundur, tetapi tetap berhenti di batas itu. Aku berhenti menggenjot dan merapatkan posisi kepala penisku pada selaput penghalang.
Gerakan yang aku lakukan adalah gerakan bagaikan senam kegel, atau kontraksi. Dengan irama konstan penisku aku keras dan kendurkan sambil sedikit-sedikit menekan ke dalam. Terasa perlahan-lahan tambah masuk.
Sementara Maya mengernyitkan matanya dan tangannya menggenggam sprei. Dia kelihatan sekali menahan sakit. Aku bertanya padanya, apakah diteruskan atau berhenti. Dia hanya mengangguk. Jawaban itu tentu tidak aku pahami. “Teruskan ?” tanyaku. Dia mengangguk.
Pada kesempatan dia lengah karena kosentrasi gerakan angguk itu aku menekan dengan lebih bertenaga sambil mengeraskan penisku. Terasa seperti bunyi kres lantas penisku maju menjulur masuk sampai ambles seluruhnya. Memeknya terasa sangat sempit, sehingga sejujurnya aku juga merasa sakit, karena seperti terjepit penisku.
Untuk sementara waktu aku jeda tidak melakukan gerakan apapun kecuali gerakan kontraksi. Setiap gerakan Maya mengikuti dengan kernyitan matanya. Berarti dia merasa sakit.
Sekitar 2 menit jeda, perlahan-lahan aku tarik sedikit lalu aku benamkan lagi dengan gerakan perlahan-lahan. Ketat sekali vagina yang baru dibuka segelnya sehingga gerakan maju mundur jadi tidak lancar.
Aku terus melakukan gerakan maju mundur dan makin lama rasanya makin lancar. Jika aku tidak melepas spermaku dengan oral tadi, maka aku tidak bisa bertahan selama ini. Memek sempit meski agak sakit di penis, tetapi memberi kenikmatan yang top.
Makin lama gerakan makin lancar dan lubang vaginanya makin licin. Aku coba keluarkan penisku, terlihat lendir bercampur darah, tapi cuma sedikit. Dengan handuk aku bersihkan lendir di penisku lalu aku coba memasukkan ke vagina.
Jalan masuknya lebih mudah di terobos, tanpa halangan penisku terbenam di lahap memeknya. Maya masih merasakan sakit, tapi katanya dia bisa tahan. Aku terus mengocok maju mundur yang kurasa sekitar 10 menit baru terasa aku akan memuncratkan sperma. Buru-buru aku cabut dan ku tumpahkan di atas perut si cantik.
Lelah dan puas rasanya. 2 kali ejakulasi membuatku sangat lelah. Apalagi proses membukaan segel tadi sangat menguras energi dan konsentrasi. “Gimana rasanya enak, atau sakit,” tanya ku.
“Sakit, perih ayah,” kata Maya.
Aku jelaskan bahwa di dalam vagina nya sekarang ada luka, mungkin sampai 3 hari masih terasa perihnya. Maya kemudian mengaku memeknya perih ketika kencing. Dibawa jalanpun agak sakit. Malam itu aku tidur berpelukan telanjang dengan maya sampai pagi tidak ada insiden.
Selama 3 hari kemudian kami istirahat tidak melakukan cumbuan yang berarti. Setelah merasa memeknya tidak perih lagi, mungkin sekitar seminggu setelah penjebolan perawan, Maya menggodaku dan mengatakan ingin mencoba lagi. Permintaannya aku layani, tetapi aku tetap membutuhkan olesan pelumas untuk memperlancar.
Pada saat awal penetrasi, dia merasakan perih, tetapi setelah masuk seluruhnya perihnya mulai hilang dan seterusnya ketika aku genjot dia mulai mendesis nikmat. “ Masih sakit ?” tanyaku. Ngocoks.com
Maya menggeleng, “ enak” katanya. Aku terus menggenjot. Memeknya sempit banget sehingga aku tidak mampu bertahan lama. Maya belum mencapai puncak kepuasan aku sudah keburu keluar. Kutarik penisku dan kutumpahkan di perutnya. Takut bunting man.
Sejak saat itu setiap malam Maya selalu minta disetubuhi. Meski kadang aku kurang bergairah, tetapi dia pandai mengolah sehingga penisku berdiri dan dia yang aktif melakukannnya dengan mengambil posisi diatas.
Kalau pada awalnya aku kurang bergairah. Pertahananku bisa lama sekali. Bahkan sering, Maya sudah mencapai 2 kali orgasme, aku masih sulit mencapainya. Akhirnya permainan selesai tanpa aku mendapat orgasme.
Memang kurang memuaskan rasanya, tapi aku berpikir, dengan begitu aku bisa menyimpan energi.
Mungkin sudah 6 bulan aku terbiasa berhubungan dengan Maya. Sampai dia kini mahir bermain dengan berbagai posisi dan melakukan bermacam-macam gerakan. Selain melayaniku makin komplit ternyata kerja di kantorpun dia makin banyak diberi tanggung jawab.
Kendala yang masih tersisa adalah penakut. Kami lama berdiskusi soal perlunya dia ditemani, sehingga bisa tetap tinggal di rumah ini, meski aku balik ke Jakarta. Namun Maya merasa sayang, jika ada yang menemaninya dia tidak bisa bobo lagi denganku. Sehingga cukup lama pertimbangan itu terbengkalai.
Bersambung…