Akhrinya setelah 2 hari berlalu, orang tersebut menghubungi saya, yang kemudian saya tahu namanya Halim. Saat itu pagi-pagi saya sedang menonton tv sendirian karena anak saya Intan masih di sekolah sedang Revan bermain di halaman dengan Bu Heti.
Tiba-tiba ponsel saya bordering:
Saya:” Hallo, assalamualaikum”
Halim:” Ya, Hallo, ws, ini Bu Dewi ya?
Saya:” Ia betul bapak, bapak siapa”
Halim:” Saya Halim, temannya Pak Bob, panggil saja Koh Halim”
Saya:” Oh ia Koh, memang sudah balik dari Kuala Lumpur?
Halim:” tadi malam saya nyampe, kapan kita bisa ketemuan, eh yang diomongin si Bob benerkan bukan bohong?
Saya:” Hemp, memang pak Bob bilang apa saja Om, eh Koh?
Halim:” Gimana ya, gua takut salah makanya konfirmasi”
Saya:” Omongin saja Koh”
Halim:” Kamu Ibu Rumah tangga ya, pakai hijab si Bob sudah kirim photo kamu ke saya, katanya kamu bisa di BO”
Saya:” Oh, ia betul Koh, kenapa gak video call saja koh biar bisa langsung tahu saya”
Halim:” Tak apa, biar saya penasaran saja sama kamu, kapan kita bisa ketemu”
Saya:” Gimana Koh ada waktu saja, tapi kalau bisa dalam minggu ini juga”
Halim:” Oh, gimana kalau malam minggu, bisa gak?
Saya:” Kalau siang tidak bisa kah?
Halim:” Tidak bisa,beberapa hari ke depan saya ada meeting dengan klien, gimana?
Saya:” Kalau bukan malam minggu bisa tidak, saya tidak yakin dijinin suami kalau malam minggu”
Halim:” Kalau begitu, bu Dewi bisanya kapan kalau malam ”
Saya:” Kalau besok malam Jumat bisa tidak Koh?
Halim:” ok, berarti besok, kalau saya booking kamu semalaman bisa”
Saya:” Hah, saya Tanya suami dulu koh, karena saya juga punya anak, kalau bisa nanti saya sms”
Halim:” Ok, nanti cepat info” Lalu Halim menutup teleponnya.
Saya lihat Koh Halim mengirimi sms juga ke saya tentang besaran uang yang mau dia bayarkan kalau misal saya mau melayani dia semalaman , ternyata lumayan juga kalau semalaman.
Malamnya saat mau tidur dengan suami saya pun menceritakan tetang telepon Koh Halim siang tadi.
Saat itu kami memang hendak bercinta, saya sudah nyaris bugil, hanya hijab dan kutang yang masih nempel di badan, cangcut saya pun sudah dilepaskan oleh suami.
Saya:” Pah, masukin kontol Papah”
Suami:” Ia mah, mamah ngangkang” sambil mengangkangkan kedua kaki saya. Lalu Blesssek, kontol suami saya pun masuk ke dalam memek saya, dan dia mulai menggoyang saya secara perlahan.
Saya:” Ough, enak pah….” Sambil bergoyang mengimbangi gerakan suamiku.
Suami saya mendekap saya dan kami saling berciuman, lidah kami saling bertautan….
Saya:” Pah, besok malam mamah mau izin”
Suami saya sambil ngos-ngosan menggenjot saya lalu menjawab:
Suami:” Izin apah mah?
Sambil tanggan saya meraba-raba putting susu suami saya menjawab:
Saya:” mau izin nakal Pah jadi pelacur lagi, besok malam mamah harus melayani tamu dia minta semalaman”
Suami saya tampak sedikit terkejut…
Suami:” kenapa harus malam mah, dan kenapa semalaman?
Saya:” soalnya katanya kalau siang sibuk, jadi bisanya malam, tapi lumayan banget loh mah, kalau mamah mau layanin dia semalaman” sambil menujukan sms dari Koh Halim.
Suami:” Terserah mamah dech” sambil terus menggenjot saya, kali ini semakin cepat…
Saya:” oh papah…enak Pah…kentot mamah yang kenceng”
Suami:” Mamah sekarang yang di atas ya” tanpa menunggu jawwaban suami saya menarik saya bangun lalu dia menjatuhkan badannya di kasur tanpa melepas kontolnya dari dalam memek saya.
Suami:” papah lepas kutang kamu ya mah”
Sambil tanggannya bergerak kepunggung saya melepas kaitan kutang saya.
Suami saya segera meremas-remas susu saya
Saya:” Isep pah putting mamah, gatel banget” lalu suami saya mulai menghisap puting susu saya secara bergantian.
Suami:” papah gak pernah bosen isep asi mamah” sambil meremas susu saya dia isep Asi saya.
Saya:” Kenyot terus pah….Ough”
Suami:” Tapi besok tamu mamah yang bakal isep toket kesayangan papah”
Saya:” gpp Pah kan yang paling sering Papah, jangan cemberut gitu dong”
Suami saya kembali rebahan, sekarang saya yang harus turun naik menggenjot kontolnya.
Memek saya terasa semakin becek…
Saya:” Pah, mamah kayaknya mau dapet ini…”
Suami saya tidak menjawab, tapi memegangi pinggul saya lalu mengentot saya secara cepat dari bawah.
Saya:” Oh..ah..ah pah terus, ewe memek mamah yang kenceng”
Benturan paha suami saya dengan Pantat saya terdengar semakin nyaring.
Plak..plak…ranjang pun berdecit seiring gerakan kami.
Saya:” Ah, mamah keluar pah” Lalu saya terlungkup di atas badan suami saya dan kami saling berciuman….
Suami:” Kamu mau pindah ke bawah lagi mah?
Saya:” ia pah, mamah capek” lalu suami saya membalik posisi kami tanpa melepaskan kontolnya. Saya sekarang kembali di bawah.
Suami saya kembali menggejot saya lagi, kali ini langsung cepat…
Saya:” Ayo pah, pejuhin mamah sebelum besok memek mamah di isi sperma tamu mamah”
Suami saya sambil ngos-ngosan lalu menjawab…
Suami:” Mamah gak minta ke yang booking mamah pakai kondom”
Saya:” mamah bakal minta pakai kondom, tapi kalau dia gak mau yang terpaksa, ah pah enak kontol papah”
Suami:” papah keluar mah” sambil suami saya menekan kontolnya dalam-dalam ke memek saya.
Croot…crooot…crooot rasanya banyak sekali semprotannya, mungkin Karena dia tidak ada bercinta dengan orang lain terlebih dahulu seperti kemaren.
Saya:” Ah, panas peju papah….oh enak banget pah lemes kalau habis selesai ngewe yang nikmat” Saya terlentang pasrah dan kelelahan.
Suami saya masih menidih saya, kemudian dia menjilati leher saya.
Saya:” Jangan dicupang pah, biar mamah mulus waktu ketemu orang yang booking mamah, turun gih berat badan papah”
Suami saya pun berguling ke samping saya. Sambil rebahan tangan suami saya masih saja meremas-remas susu saya.
Kami terdiam untuk beberapa saat.
Saya:” Pah besok malam Papah minta tidur sama Bu Heti saja ya, terus anak-anak apa perlu mamah titip ke tempat kakek neneknya?
Suami:” Tidak usah mah, ntar mereka banyak Tanya, biar dijagain bu Heti”
Saya:” Ok Pah, mamah mau mandi dulu, terus kita tidur”.
Besoknya seperti yang sudah dijanjikan saya harus menemui Koh Halim.
Koh Halim sudah memberi alamat hotel yang harus saya datangin. Sore harinya saya sdh bersiap-siap dan berpesan ke Bu Heti untuk menjaga anak-anak karena saya ada keperluan dan akan pulang besok pagi tanpa menjelaskan yang sebenarnya.
Saya pun segera berangkat menuju tempat yang di maksud. Saya bersaha tampil semenarik mungkin. Saya menggunakan jilbab warna biru, menggunakan rok jenis kain warna gading yang ketat mencetak pinggul saya sehingga dari luar dapat terlihat garis celana dalam yang saya pakai sedang atasannya menggunakan gaun warna putih motif bunga berwarna biru dengan kancing di bagian depan yang panjangnya sepinggang.
Menggunakan mobil suamiku aku pun bergegas menuju hotel yang dimaksud, perjalan memang cukup jauh dari daerah antapani ke Lembang lebih kurang 1 jam perjalanan saya sampai di tempat yang dituju.
Saat itu sudah hampir setengah tujuh malam, saya pun segera masuk ke dalam hotel dan menuju kamar Koh Halim seperti yang diberitahukan ke saya sebelumnya.
Saya pun segera mengetuk pintuk kamar, kamar kategori deluxe king dan tak lama segera terbuka, tampak seseorang sekitar 45 tahunan sedikit beruban membukakan pintu.
Tubuhnya lebih pendek dari saya, perutnya buncit tapi kulitnya putih bersih bahkan menurut saya lebih putih dari saya atau suami saya, matanya sipit khas orang keturunan, kalau masih muda lumayan ganteng pastinya, hanya perutnya yang sangat buncit menjadi nilai minus.
Saya:” Hai…dengan Koh Halim?
Halim:” Bu Dewi ya, mari masuk” sambil menarik tangan kanan saya dan membawa saya ke dalam kamar, ruangan cukup luas.
Saya segera duduk di atas sofa. Koh Halim tampak mengambil 2 botol minuman bersoda dari dalam kulkas, lalu mengambil remote tv dan menyalakan tv.
Lalu duduk di samping saya.
Halim:” Mau yang beralkohol?
Saya menggelengkan kepala karena memang tidak suka dan tidak biasa minum minuman yang beralkohol.
Halim:” Bu Dewi sangat cantik dan anggun dan tampak masih muda”
Koh Halim tampak lebih kalem dan sopan jika dibandingkan Pak Bob.
Saya:” Koh terlalu berlebihan memuji saya”
Halim:” Jadi Bu Dewi bener sudah menikah”
Saya:” Ia Koh, saya sudah menikah dan punya 2 anak”
Halim:” Sebelumnya mohon maaf, tapi sudah, tidak jadi, saya pikir saya tidak perlu tahu”
Saya:” Saya tahu Koh Halim mau nanya apa, Koh Halim mau nanya kenapa saya jadi pelacur kan?
Halim:” Ia, tapi tak pa saya tidak perlu tahu”
Saya:” Tidak apa, alasan saya jadi pelacur pertama untuk kesenangan saja kedua ternyata uangnya lumayan buat saya”
Halim:” Oh, ok berarti tidak ada keterpaksaan, kamu bisa melayani saya sepenuhnya”
Saya:” Oh tentu saja Koh, saya akan berusaha berikan yang terbaik”.
Halim:” Bu Dewi mau makan dulu? biar saya pesankan”
Saya:” Belum, nanti saja Koh”
Halim:” Ya sudah, kalau begitu saya mandi dulu ya, Bu Dewi”
Saya:” Apa perlu saya temanin Koh”
Koh Halim langsung berbinar matanya….
Koh Halim:” Kalau begitu kita nanti saja mandinya” Sambil tangannya memegang tangan saya dan menuntun saya menuju ranjang.
Lalu kami duduk berhadapan ditepi ranjang. Koh Halim memegang belakang kepala saya lalu menariknya sehingga wajah kami saling berdekatan, lalu dia mulai menciumi dan melumat bibir saya, lidah kami saling bertautan, sebelah tangannya mulai meremas-remas susu saya.
Koh Halim menaikan jilbab saya lalu mulai menjilati belakang kuping saya.
Saya:”Oh Koh, geli” Tangan saya yang tadi diam sekarang turun meremas kontol Koh Halim dari luar celananya.
Halim:”Oh, Bu Dewi..mainkan penis saya”
Saya:” Ah, koh cupang leher saya?
Koh Halim tidak menjawab tapi terus menjilati leher dan belakang telinga saya dan beberapa kali memberi cupangan yang membuat gairah saya semakin bangkit.
Saya:”Koh mau saya isep kontolnya?
Koh Halim tampak sudah sangat bernafsu sekali.
Halim:” Ia Bu Dewi, saya sdh tidak sabar” dengan segera dia menurunkan celana sekaligus celana dalamnya sendiri.
Saya segera berjongkok di depan selangkangannya. Kontol Koh Halim lumayan besar tapi terhitung pendek kalau dibandingkan dengan kontol-kontol yang pernah masuk ke memek saya, apalagi perutnya yang buncit membuat kontol Koh Halim semakin terlihat pendek.
Saya memukul-mukulkan kontolnya ke pipi saya.
Saya:” Gede juga kontol Koh” sengaja untuk semakin menaikan birahi Koh Halim.
Halim:” Isep Bu Dewi saya sdh tidak tahan” Kontol koh Halim memang sudah sangat keras.
Saya pun mulai menghisap kontol Koh Halim, saya masukan semua ke dalam mulut saya, saya hisap juga sampai dengan telurnya.
Halim:” Akh mantap, saya memang sudah lama pengen disepong wanita berjilbab”
Koh Halim memaju mundurkan kontolnya di mulut saya dengan sangat bersamangat.
Koh Halim tiba-tiba mengejang dan menekan kontolnya dalam-dalam. Sambil memegang erat kepala saya.
Halim: “Akh saya keluar”
Saya:” kena muka saya Koh, banyak banget pejunya”
Saya yang kaget segera melepas kontolnya, sebagian pejunya masuk ke mulut tapi banyak yang mengenai wajah, terutama di hidung dan mata saya, dan ada juga yang mengenai hijab saya.
Saya cukup takjub banyak sekali peju Koh Halim ini.
Halim:” Sorry Bu Dewi” lalu berjalan dan mengambil tissue dan memberikan ke saya.
Saya lalu mengelap muka saya dengan tissue.
Saya:” Koh, saya ke toilet dulu ya”
Halim:” Ok” saya lihat Koh Halim terlentang kelelahan di kasur.
Saya pun ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menghilangkan bau di wajah saya. Saya lihat jam tangan baru menunjukan pukul 8. Setelah menggunakan make up kembali saya pun keluar kamar mandi.
Saya lihat Koh Halim sudah memakai pakaiannya kembali.
Halim:” Bu Dewi, bagaimana kalau kita makan dulu di luar”
Saya:” Maaf Koh, saya tidak berani, bagaimana kalau pesan makanan saja” saya khawatir kalau keluar kamar ada orang yang mengenali saya, apalagi ini masih dalam wilayah Bandung.
Koh Halim tampak menelepon.
Halim:” Saya sudah pesan makanan” lalu duduk di sofa, dia menepuk sofa meminta saya duduk di sampingnya.
Saya pun menghampirinya, lalu duduk di sebelahnya.
Koh Halim lalu memulai pembicaraan kembali.
Halim:” Saya sudah tidak seperti anak muda, baru keluar sudah cepat berdiri lagi”
Saya:” Mau saya kocokin koh” tanpa menunggu jawaban darinya segera tangan saya masuk ke dalam celana Koh Halim dan mulai mengocok Kontolnya.
Kontol masih lemas, saya coba kocok-kocok, beberapa lama belum juga bangun.
Saya pun berjongkok lalu melepas kancing baju saya hingga payudara saya sekarang terbuka.
Tangan Koh Halim langsung saja mengelus dan meremas susu saya dari luar kutang.
Saya:” Ah, koh…main remas saja, saya tadinya mau jepit kontol Koh di nenen saya”
Koh Halim:” mana saya tahan, kalau begini mungkin bisa cepat berdiri lagi”
Saya pun menepis tangan Koh Halim, lalu saya menurunkan cup kutang saya dan menaruh kontol Koh Halim di belahan payudara saya. Saya mulai menggerakan payudara saya yang menjepit kontol Koh Halim.
Kurang dari 5 menit kontol Koh Halim mulai sedikit menegang, tapi tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk.
Halim:” empuk sekali susu Bu Dewi, ah Sebentar bu, mungkin pelayan yang membawakan makanan”
Saya pun segera berdiri dan merapikan pakaian saya lagi.
Koh Halim pergi untuk membukakan pintu. Benar saja pelayan Hotel lalu masuk dan menaruh makanan di meja. Tak lama dia pun pamit, sempat juga dia melihat saya, tapi mungkin mengira saya istrinya Koh Halim.
Koh Halim:” Mari makan dulu Bu Dewi, udah mulai malam ini”
Kebetulan perut saya pun sudah mulai lapar. Kami pun segera makan malam.
Setelah selesai akan Koh Halim mengajak saya ke balkon di luar kamar sambil melihat pemandangan di luar.
Koh Halim mengajak saya duduk di kursi. Saya melihat Koh Halim masih sangat sopan kepada saya.
Saat dia duduk, saya pun memilih duduk dipangkuannya bukan disebelahnya.
Koh Halim sedikit kaget tapi bercampur senang. Kami sudah seperti orang pacaran saja.
Saya:”koh, koh gak usah terlalu gimana gitu, perlakukan saja saya seperti pelacur-pelacur lain yang pernah koh gagahin”
Sambil menyenderkan kepalanya saya ke bahunya. Kami saling menatap lalu saya melumat bibir dia, saya berusaha lebih agresif karena sebelumnya saya belum mendapat kepuasan.
Halim:” kamu berbeda dengan pelacur lainya, kamu special di mata saya, wanita muslimah berhijab” sambil gantian melumat bibir saya dekan rakusnya.
Saya:” Biar saya berhijab, biar saya sdh punya suami, biar saya berbeda, tapi saya juga tetap seorang pelacur”
Tangan Koh Halim mulai meremas payudara saya dari belakang. Pantat saya pun mulai merasakan tonjolan keras dari celananya.
Halim:” Ya, sebenarnya saya punya fantasi sama perempuan berhijab, apalagi setelah tahu Bu Dewi masih punya suami”
Saya:” akh Koh” saya mendesah merasakan remasan Koh Halim di payudara saya. Lalu saya membuka kancing baju saya dan menuntun tangan Koh Halim agar masuk ke dalam dan meremas payudara saya dari dalam, saya pun menurunkan cup kutang saya. Kini tangan Koh Halim bersentuhan langsung dengan payudara saya.
Saya:” Remas nenen akuu yg kuat Koh, makanya kalau Koh punya fantasi lakukan saja jgn ragu”
Halim:” Hah, koq ada airnya, tetek Bu Dewi bisa mengeluarkan air susu?
Koh Halim sedikit terkejut mengetahui susu saya mengeluarkan asi.
Saya:” Ia Koh, nenen saya ada asinya, karena saya masih menyusui anak saya yg nomer 2”
Halim:” Bu Dewi, saya mau nyusu kalau begitu, boleh”
Saya:” Tentu saja Koh, malam ini saya punya Koh, saya pelacur yg Koh sewa, nikmatilah saya”
Halim:” Kalau begitu Bu Dewi sekarang ngadep ke saya”
Saya mencoba berbalik tapi kesulitan karena rok ketat yg saya pakai. Saya pun segera berdiri.
Saya:” Koh saya lepas saja ya, rok saya, susah ini”
Halim:” Oh, ok, biar saya bantu” Koh Halim berdiri dan bergerak kebelakang saya membantu menurunkan resleting rok saya yang ada di belakang.
Saya pun segera melepas rok saya, saya melihat ke segala arah takut ada orang yg melihat perbuatan kami.
Koh Halim segera duduk kembali. Saya kini hanya memakai hijab, baju atasan saya sudah terbuka, susu saya pun menggantung meski kutang saya masih terpasang, dan bawahannya saya cuma memakai cangcut warna merah jambu saja.
Saya segera mengangkangi dan duduk di antara dua paha Koh Halim. Lalu saya menyodorkan payudara saya ke Koh Halim.
Saya:” Ayo Koh, katanya mau nenen”
Segera Koh Halim melumat payudara saya. Mulutnya menyedot puting susu saya. Asi saya pun mengalir dengan derasnya.
Saya:” mini yg bnyk Koh, akh…”
Tiba-tiba kami mendengar kalau ada orang berbincang dari kamar sebelah, sepertinya mereka mau keluar juga dari kamarnya. Segera saya dan Koh Halim bangun, tanpa mengenakan rok saya lagi kami berlari masuk kamar.
Walaupun sebenarnya ada sekat, tapi tetap kami khawatir akan ketahuan.
Koh Halim tampak sedikit pucat, mungkin kaget, sedang vsaya mencoba rileks, malah ketawa-ketawa walau dlm hati dag-dig-dug juga.
Saya:” Hehe, kaget kita Koh, padahal ada sekat ya”
Halim:” ia padahal…” sambil menuntun saya duduk di sofa.
Kami pun duduk saling berdampingan.
Halim:” Bu Dewi, sebenarnya saya punya fantasi tentang perempuan berhijab, saya rasa Bu Dewi bisa membantu saya mewujudkannya”
Saya:” katakan saja Koh” sambil tangan saya masuk ke celana Koh Halim dan mulai mengocok kontolnya.
Halim:” Tahun dulu Bu, saya tidak mau cepat keluar” tangan Koh Halim menahan tangan saya yg lagi mengocok kontolnya.
Saya pun menarik tangan saya.
Halim:” saya punya fantasi memperkosa cewek berhijab yg masih perawan, semacam anak SMU atau mahasiswi gitu”
Saya:” Tapi saya sudah tidak perawan lagi Koh, sdh 4 kontol laki-laki malah yg masuk ke memek saya, atau saya berpura-pura jadi mahasiswi yg masih perawan, terus Koh memperkosa saya”
Halim:” Hehe tidak perlu begitu, fantasi saya sekarang sdh berubah”
Saya;:” Berubah gimana Koh” sambil kembali mengenakan rok saya karena Koh Halim menunjuk ke rok saya dan memberi isyarat untuk saya memakainya kembali.
Halim:” sekarang saya menjadi berfantasi memperkosa ibu rumah tangga berjilbab seperti kamu Bu Dewi”
Saya:” pas kalau gitu Loh Halim bisa lakukan sama saya”
Halim:” jadi sekarang Bu Dewi pura-pura saya perkosa gitu”
Saya:” ia, saya sdh paham Koh, jadi sekarang harus gimana”
Halim:” jadi gini, pura-puranya saya datang dari balkon luar, ceritanya saya mengetuk pintu, ibu membukakan pintu, dan ceritanya saya debt colector mau nagih hutang, terus karena suami ibu tidak ada dan ibu tidak bisa membayar serta saya tergiur dengan kecantikan Bu Dewi, saya pun memperkosa Bu Dewi, bagaimana?
Saya:” Bagus Koh scenarionya, saya ok saja, tapi kalau saya tidak akan teriak terlalu kencang”
Halim:” siip, kita mulai sekarang ya”
Saya:” Ia Koh”
Koh Halim segera keluar lewat pintu belakang ke balkon.
Dalam hati liar juga nich fantasi aki-aki, memang aneh-aneh keinginan orang. Karena dalam posisi dibayar aku Sich tidak keberatan dan menarik juga.
Koh Halim mengetuk pintu, sandiwara no1 pun dimulai….
Saya:” maaf, ini dg siapa dan ada perlu apa?
Halim:” Saya Koh Halim, debt collector suruhannya leasing, kamu Bu Dewi” mata Koh Halim melihat saya dari ujung kaki sampai kepala”
Saya:” iiaaa, saya Dewi”
Halim:” Ibu sdh menunggak 6 blm tahu, mobil harus disita sekarang”
Saya:” mobilnya di bawa suami saya”
Halim:” saya tdk mau tahu, pokoknya harus bayar sekarang juga”
Saya:” saya tidak punya uang Koh”
Halim:” kalau tidak ada uang, bayar dg tubuhmu jg gpp”
Saya:” kamu jgn kurang ajar ya…”
Tiba-tiba Koh Halim menutup pintu, lalu memeluk saya.
Saya pura-pura melawan.
Saya:” akh, lepasin, tidak..” setengah teriak.
Koh Halim berusaha mencium saya, saya berhasil melepaskan diri, namanya pura-pura saya lari ke tepi ranjang.
Koh Halim kembali menangkap saya, lalu mengangkat tubuh saya ke kasur dan membanting tubuh saya ke kasur.
Koh Halim berusaha menindih saya, saya pura-pura berontak.
Saya:” ah, jangan Koh, jangan perkosa saya, saya sdh punya suami dan anak”
Koh Halim menarik lepas rok saya, saya tidak melakukan perlawan, karena rok yg ketat membuat saya memang tidak leluasa…
Koh Halim berusaha mencium saya, saya pun pura-pura menghindar.
Saya:” tolong jangan cium saya, saya punya suami” sambil memasang ekspresi sedih…
Koh Halim berhasil melumat bibir saya.
Sekarang dia melepas baju saya, saya membiarkannya, tak bnyk berontak, sayang kalau baju yg saya beli mahal-mahal malah sobek karena fantasi Koh Halim.
Kini Koh Halim berusaha menarik paksa kutang saya.
Sampai tali kutang pundak sebelah kanan pun putus…breet..
Saya:” ah Koh, tolong jangan, lepaskan saya, jangan tarik kutang saya tolong”
Koh Halim pun menyingkirkan kutang saya ke sebelah kiri, karena tali kutang sebelah kiri masih menempel, tangan Koh Halim kini meremas susu saya, lalu dg tak sabar kepalanya terbenam dalam payudara saya, mulutnya menghisap putting susu saya.
Saya:” jangan diremas nenen aku, ah tidak jgn dihisep putting susu aku, pah tolong, susu mamah, akh”
Koh Halim tampak bersemangat sekali menghisap asi dari payudaraku.
Kedua putting susuku dihisap bergantian.
Halim:” ternyata tetek kamu ada air susunya, manis sekali”
Saya:” akh, papah, tolong nenen mamah dihisep Deby collector, ah tolong pah, mamah mau dinodai debt collector”
Koh Halim lalu melepaskan dekapannya dan membuka baju dan celananya sampai telanjang bulat.
Lalu tersenyum dan merengangkan kaki saya. Saya pun melebarkan kaki saya.
Lalu Koh Halim menarik cangcut saya.
Saya pura-pura menahan tangan Koh Halim.
Saya:” Jangan lepaskan, najis, jangan tarik cangcut saya” dan breet celana saya pun robek sehingga dengan mudah Koh Halim melepasnya.
Lalu cangcut saya dilemparkan begitu saja.
Sekarang saya hampir total telanjang, tinggal hanya mengenakan hijab dan kutang yg sudah robek sebelah talinya.
Koh Halim mengarahkan kontolnya ke arah memek saya.
Saya pun pura-pura menolak.
Saya:” jangan dimasukin burungnya tolong ampun, anjing, biadab pah tolong mamah mau diperkosa.. ah”
Dan bleeessss, kontol Koh Halim pun masuk ke dalam memek aku.
Halim:” hahahaha, lihat Bu Dewi kontol saya sdh masuk vagina kamu”
Saya:” ah, ampun, pah tolong, kontol debt collectornya sdh masuk memek mamah”
Koh Halim pun menggenjot saya secara membabi-buta
Saya:” ah, Koh enak,entot yg kenceng”
Pak Bob setengah menindih saya, sambil menggenjot saya dengan memegang kedua paha saya, dia mencondongkan badannya, tapi lucu karena perutnya besar, dia mau cium saya jadi tidak nyampe-nyampe.
Koh Halim semakin mempercepat genjotanya, lalu tiba-tiba dia menekan habis kontolnya, dan saya rasakan pejunya menyemprot dinding memek saya.
Saya:” ah, tidak, pah kontolnya bucat pejunya masuk ke memek mamah semua, tidaaaak anjing, binatang kamu” tapi bersamaan dengan itu saya pun mendapat orgasme.
Halim:” rasakan nich pejuh aku, ah….memekmu sudah aku nodain”
Saya:” binatang kamu, teganya memperkosa seorang ibu rumah tangga bangsat” sambil berpura-pura sesenggukan.
Koh Halim akhirnya terguling ke samping saya.
Saya pun ngos-ngosan, saya lihat Koh Halim juga begitu capek, stamina Koh Halim memang kalah jauh dari Pak Bob.
Cukup lama kami terdiam.
Halim:” Bu Dewi, sorry saya terbawa nafsu, celana dalam dan bh Bu Dewi saya bikin robek”
Saya:” Ya Koh, gpp, saya juga bawa cangcut sama kutang buat ganti dari rumah”
Halim:” oh, syukurlah”
Saya mengelap memek saya yg belepotan peju Koh Halim dengan robekan cangcut saya.
Saya:” Koh saya permisi mau bersih-bersih dulu di kamar mandi” tanpa menunggu jawaban saya segera menuju kamar mandi, cangcut dan kutang saya yg sdh robek saya buang di tempat sampah.
Ketika saya kembali Koh Halim sdh tertidur di balik selimut.
Saya pun segera masuk ke dalam selimut tanpa busana, hanya hijab yg masih nempel, walau sedikit tidak nyaman tapi demi memuaskan keinginan Koh Halim tidak saya lepas.
Saya pun tertidur di sebelah Koh Halim yg sdh ngorok.
Tiba-tiba saya terbangun, saya merasa sebuah benda sedang keluar masuk di memek saya.
Saat saya membuka mata ternyata posisi saya sedang mengangkang, dan tampak Koh Halim sedang memasukan dildo berukuran cukup besar ke memek saya, lebih besar dari kontol dia.
Saya:” Ah, Koh nakal, terus Koh” saya merasa keenakan, memek saya pun sdh basah.
Lalu Koh Halim menarik keluar dildo yg sdh penuh oleh cairan saya. Kemudian dia mendekap saya sambil mengarahkan kontolnya ke memek saya.
Dan Bleeessss…kontol Koh Halim kembali ditelan memek saya.
Saya menggerakkan pinggul saya mengimbangi gerakan Koh Halim.
Koh Halim kembali menghisap putting susu saya dan meminum asi yang keluar.
Halim:” memang sedap asi Bu Dewi”
Dia pun memberi cupangan pada susu saya.
Saya:” aw, Koh nyupangnya sakit”
Tiba-tiba Koh Halim menekan kontolnya dalam-dalam dan saya merasakan semprotan spermanya, walau tidak sebanyak sebelumnya. Kali ini saya tidak sempat ikut orgasme. Tapi kepuasan pelanggan yg utama, hehe.
Koh Halim pun menciumi saya dengan rakus. Lalu berguling ke sebelah saya.
Koh Halim tahu saya blm orgasme, dia pun memasukan kembali dildo ke memek saya, sampai memek saya semakin basah dan banjir.
Akhirnya saya pun bisa orgasme juga.
Halim:” saya puas sekali dengan pelayanan Bu Dewi”
Saya:” terima kasih Koh”
Kemudian kami pun tertidur kembali.
Hampir jam 7 pagi saya baru terbangun, saya lihat Koh Halim masih ngorok.
Saya biarkan dia, saya segera menuju kamar mandi.
Setelah mandi segera saya memakai pakaian saya, pakaian ganti yg sengaja saya bawa dari rumah.
Setelah selesai saya sempat menelepon Bu Heti untuk menanyakan kabar anak-anak dan suami, dari Bu Heti saya mendapat kabar suami saya tidak pulang ke rumah, kata Bu Heti suami sempat mengabari tidak pulang katanya menginap tempat teman.
Saya segera menelepon suami saya, tapi dia tidak mengangkat telpon saya.
Saya pun duduk dan menonton tv, tak lama saya lihat Koh Halim pun terbangun.
Koh Halim lalu menghampiri saya.
Halim:” Bu Dewi uangnya sdh saya transfer ke rekening Ibu, bisa Ibu cek”
Saya pun sumringah.
Saya:” ok Koh, terimakasih”
Koh Halim pun pergi ke kamar mandi.
Saya segera mengecek saldo rekening saya melalui sms banking, dan ternyata memang sdh masuk.
Koh Halim tampak sdh keluar kamar mandi menggunakan piyama, lalu menelepon untuk memesan makanan.
Halim:” sebelum pergi baiknya kita makan dulu.
Saya pun mengangguk tanda setuju.
Setelah selesai makan saya pun hendak pamit pulang.
Saya:” Koh saya pamit pulang ya, sdh siang ini”
Tampak Koh Halim sedikit menarik nafas panjang.
Halim:” Bu Dewi kalau tidak keberatan saya boleh minta sesuatu”
Saya sedikit heran dan bingung apa yg mau diminta Koh Halim.
Saya:” memang Koh mau minta apa?
Halim:” itung-itung bonus, nanti saya tambahin dech, boleh saya minta ngewe sekali lagi, quick sex saja Bu, sebelum pulang”
Karena tidak tega melihat wajah Koh Halim yg memelas saya pun menyetujui permintaanya.
Saya:” hemp, ok dech Koh, sebentar saja ya”
Koh Halim pun tampak senang.
Koh Halim menuntun saya berdiri dan menyuruh saya membungkuk sambil tangan memegang ke senderan sofa.
Saat itu saya memakai baju kurung hijau bunga-bunga.
Saya segera mengikuti perintah Koh Halim, saya menurunkan cangcut saya sampai lutut dan merengangkan kedua kaki saya.
Koh Halim saya lihat menurunkan celananya, lalu mengarahkan kontolnya ke lubang memek saya yg sdh terbuka,agak kesulitan karena perutnya yg buncit tapi dengan susah payah dan saya mengangkat sebelah kaki saya seperti anjing betina kalau digagahi jantannya, bleeessss… kontol Koh Halim masuk juga.
Seperti kesetanan sambil meremas pantat saya Koh Halim menggenjot memek saya.
Saya:” akh, pelan pelan Koh”
Halim:” memek kamu memang enak Bu Dewi” tak sampai 10 menit peju Koh Halim pun muncrat dan memenuhi memek saya, kali ini cukup banyak.
Halim:” ah saya keluar” crooot…crooot…
Koh Halim pun mencabut kontolnya. Saya segera mencari tissue untuk mengelap memek saya. Tanpa ke kamar mandi saya pun kembali menaikkan cangcut saya.
Koh Halim saya lihat duduk di sofa sambil ngos-ngosan. Saya pun segera pamit pulang, khawatir dengan anak-anak karena suami tidak pulang.
Bersambung…