“Kayak begituan di depan orang banyak, ganti pasangan, ciuman sama orang asing, mabuk, pake obat gue ennga ya. Setiap hari kayak gitu di tempat itu,” jelas Celine yang tengah rebahan berbantalkan lengan Abi.
Keduanya tengah menikmati waktu setelah percintaan panas.
“Kalau pindah ke kota nanti, jangan ke tempat itu lagi ya,” pinta Abidzar dengan suara lembutnya. “Kan udah punya suami, ga bisa sebebas mereka lagi.” dia usap sisi wajah Celine sekilas.
Celine mengangguk santai. “Tenang aja, gue udah maksudnya aku udah ketagihan dan suka banget sama tytyd ini.” Celine usap celana Abidzar dengan tatapan genitnya.
Abidzar menahan segera lengan Celine. Bahaya, jika dia ingin bisa menahan, tapi jika Celine yang ingin tidak akan bisa ditunda.
Bisa saja ibu datang sebentar lagi, jadi mending ngobrol saja. Mereka soalnya lebih sering bercinta dari pada ngobrol.
“Aku serius, jangan ya..”
Celine mengangguk, ndusel pada Abidzar yang segera mengeratkan pelukannya tanpa canggung lagi.
“Istri baik, hari ini lulus.”
“Mana hadiahnya?” Celine mendongak. “Gue maksudnya aku mau ada hadiahnya,” tegasnya agak merengek.
“Mau apa?”
“Ke warung bu Hanum?”
“Boleh, sekarang?”
“Iya, ayo!”
“Cium dulu,” Abidzar tertawa pelan melihat eksspresi yag di pasang Celine.
Dia merasa heran, seperti itu bukan Abidzar sekali, suara mintanya saja lembut tidak genit, tapi Celine mendekat, menabrakan bibirnya lembut.
***
“Ontel seberat ini?” Celine ingin mencoba sepeda Abidzar. Dia tidak bisa menggoesnya. “Oh astaga! Haaaa, susah banget,” gerutunya.
“Sini, aku aja. Kamu belum terbiasa.” Abidzar memegang sepedanya, membiarkan Celine turun dari jok tinggi itu.
“Lo kuat ternyata,” tatapan Celine kembali genit, lidahnya terjulur menjilat bibir, ucapannya jelas banyak makna.
Abidzar terpejam sekilas dengan mengulum senyum. Celine dengan tingkah seksi menggodanya begitu nakal.
Pasti banyak pria yang tertarik padanya. Abidzar akan terus berusaha menjadikan Celine begitu hanya padanya saja.
“Aku-kamu, kok lo lagi.” tegur Abidzar lembut.
“Ups, iya sorry.” Celine naik ke kursi yang sudah sering dia pakai itu. “Hah, kayak anak kecil,” kesalnya pelan.
Abidzar hanya mengulum senyum samar tanpa membalas.
“Haii..”
“Hallo,”
Celine begitu aktif menyapa, dengan logat bule yang sudah lama Celine tinggalkan.
“Who are you?” ejeknya pada dua anak kecil yang Celine ingat kmut mendorongnya, anak kecil 5 waktu itu. “You ugly,” kesalnya lucu.
“Sombong amat!” seru salah satu anak-anak bocil itu. “So inggris, Huuuu..”
“Hah! Gue emang sering pake, norak!” teriaknya sampai menoleh ke belakang karena Abidzar tidak menghentikan sepedanya.
Abidzar menggeleng samar. Kenapa dia melihat mereka seperti seumuran. Lucu sekali.
“Wah, gue pengen jitak mereka!” kesalnya.
“Sabar, keselnya di tahan.”
Celine sontak mendongak kesal. Benar, dia harus sabar.
***
“Gue ga bisa gini terus, Abi.” Celine begitu serius.
Wajah Celine yang bule dengan rambut pirang yang berantakan tertiup angin tetap saja cantik.
Abidzar sampai terpesona menatapnya.
“Kenapa? Mana aku-kamunya?”
Celine menatapnya kesal. Kenapa aku kamu selalu saja menjadi masalah.
“Aku gila, Abi. Kenapa terus mau makan gorengan? Kenapa ga bisa berhenti didua gigitan aja?” lirihnya begitu lebay lucu di mata Abidzar.
“Mau makan yang lain? Ada mie ayam,”
Wajah Celine berubah datar. Abidzar sontak was-was, apa Celine marah?
“Kenapa ga bilang ada mie ayam? Kenapa ga ada menunya di sini!” Celine menatap warung bu Mimah yang serba ada itu. “Mau satu.” lanjutnya.
Dasar Celine.
Dan Celine begitu banyak makan, perutnya sungguh mulai bisa menampung semua makanan itu.
“Lemak, astaga lemak!” keluh Celine lagi sambil mengusap perutnya yang masih rata.
“Mau olah raga?” tawar Abidzar yang anteng menggoes sepeda, membawa Celine pulang.
“Olah raga enak?” Celine mendongak.
“Itu sih, terserah kamu aku suka juga. Maksudnya olah raga lari, aku biasanya sendirian waktu kamu masih tidur, kalau mau kita lari sama-sama.”
***
Celine bergetar halus, dia baru saja menikmati setruman Abidzar. Lemas dalam kenikmatan yang selalu membuatnya puas.
Sungguh Milik Abidzar yang paling baik. Mr. P the best.
“Besok mau ikut olah raga,” celetuk Celine seraya berubah menjadi terlentang dan Abidzar kembali menekannya dalam. “Ah!” lenguhnya pelan tertahan dengan begitu keenakan.
“Boleh.” Abidzar tersenyum di depan wajah memerah dengan tatapan sayu itu.
Celine tidak membalas lagi, dia sibuk memelankan desahnya. Malam ini Abidzar dan dirinya mengisi waktu dengan saling mengisi.
Keintiman yang membuat keduanya mulai terbiasa tanpa canggung lagi. Mulai saling menerima, saling membutuhkan.
Awal dari debaran yang tak salah. Keduanya sudah tepat. Jatuh cinta dengan terikat tali suci pernikahan.
“Dalem banget astaga!” gumam Celine dengan terengah gelisah.
Abidzar sudah tahu apa yang disukai Celine. Apa yang akan membuatnya puas.
Abidzar hanya ciuman saja sudah puas sebenarnya mengingat hubungan mereka yang tidak pernah terbayangkan akan sejauh ini.
“Emh.” lenguh Celine di sela ciuman basahnya dengan Abidzar.
Celine mulai terbiasa dengan Abidzar yang dominan dan rasanya selalu menakjubkan.
“Ogh!” keduanya menahan desah yang hampir memekik saat gelombang besar akan datang menghempas mereka pada nikmat yang dicari. Ngocoks.com
“Di dalem.” bisik Celine dengan meremas bahu Abidzar.
Abidzar terus bergerak kuat, mengeratkan pelukannya dan menggeram panjang di bahu kiri Celine.
Keduanya bergetar lemas dalam kepuasan lalu berciuman mesra, tetap berpelukan.
***
“Kapan benih tanamannya datang? Ga sabar tanam ke sawah,” Celine memakai sepatu yang untungnya ada satu dia bawa di koper.
“Katanya dua hari lagi datang,” Abidzar membantu mengikat sepatu Celine yang satunya.
Celine tersenyum samar melihat itu. Dia sungguh diratukan oleh pria yang menjadi suaminya itu.
Tidak ada alasan untuk tidak menerima segala perhatian itu. Mungkin sudah waktunya dia kembali hidup di saat masa lalu membuatnya merasa mati.
Celine mengecup pipi Abidzar sekilas sebagai tanda terima kasih.
“Jangan di tempat umum, ga baik, Celine.” Abidzar mengusap puncak kepala Celine sambil celingukan, untung tidak ada orang yang melihatnya.
“Iya.” sebal Celine lalu pasrah saat di bawa masuk ke rumah lagi. Dia bingung lalu mengerjap kaget saat bibirnya di kecup.
“Kalau lagi di rumah aja ya,” ujar Abidzar dengan senyuman.
Celine pun urung kesal. Dia malah berdebar. Ck! Abidzar mulai berani ya!
Mau lagiiii..
Bersambung…