Celine terlihat nyaman menyandarkan pipi di dada bidang Abidzar. Kepalanya tengah diusap-usap, lengan dan punggungnya juga.
“Dia yang rusak aku, Abi. Lebih tepatnya, aku juga gila sama kayak dia. Saat itu aku kesepian, dia kasih cinta dan perhatian awalnya. Diperlakuin kasar pun emang bodoh aja,” Celine sungguh menyesali dengan masa mudanya yang bebas.
Dipakai oleh pria seperti dia dan percaya adanya cinta? Sungguh bodoh.
Padahal dari cara memperlakukannya saja sudah tidak baik. Dari sisi mana dia berpikir dan berharap akan ada cinta.
Setelah ketiga kali melakukannya Celine baru sadar. Cinta sungguh tidak ada. Hanya saling membutuhkan untuk memuaskan.
Makanya, Celine semakin bebas setelah tahu rasa melayangnya sebuah hubungan badan. Sakit namun nikmat, dia merasa kian bebas lepas walau paginya kembali hampa.
Kehilangan ibu sungguh membuatnya merasa kosong. Hanya dia orang yang paham tanpa harus banyak menjelaskan keadaannya yang selama ini selalu dibandingkan dengan Gustav.
“Aku nyesel ga jaga buat kamu,” Celine kembali meneteskan air mata. “Maaf, Abi. Aku janji, ke depannya akan lebih baik lagi.” lanjutnya dengan tangis kembali pecah.
Abidzar tidak melarang Celine untuk berhenti, dia akan membiarkan Celine mengeluarkan semua pikirannya.
Dia akan mengizinkan Celine menangisi masa lalu hanya untuk hari ini saja.
***
“Udah tenang, sayang?” Abidzar mengusap lembut kepala Celine sekilas.
Celine mengangguk, dia merasa lega mengeluarkan semua keresahan saat dia muda dulu.
Dia sungguh teramat menyesal membiarkan pria yang bukan suami menyentuhnya dengan bebas. Begitu murah, lebih murah dari kupu-kupu malam karena gratis.
Hormon juga mempengaruhi mungkin. Makanya dia sangat teramat baper sekali saat ini.
“Saatnya pakai pakaian, di sini ada AC, jangan sampai istri cantiknya Abidzar masuk angin,” lalu tersenyum hangat.
Celine jadi tertular. Dia senang di manja Abidzar. Suara lembutnya yang bagai mengajak main anak kecil membuat Celine ingin bertingkah manja terus dibuatnya.
“Nah, sekarang tidur istirahat.” Abidzar menyelimuti Celine.
“Usap-usap perutnya,” pintanya manja.
“Siap, sayangku..” Abidzar membingkai perut Celine lalu mengecupnya baru mendekati Celine yang segera merapat.
“Sampai bengkak gini,” Abidzar mengusap mata Celine sekilas. “Bobo, sayang. Jangan pikirin apapun,” segera dia usap-usap perutnya.
“Kamu juga,” Celine mengecup dagu Abidzar dan Abidzar balas mengecup bibir lalu kening.
Dia kini tengah mengusap perut istrinya yang hamil dan rasanya masih tidak menyangka itu Celine.
“Nama anak kita siapa ya, Abi?”
“Emm.. Apa ya, kamu udah ada kepikiran?” Abidzar menatap setiap ekspresi Celine yang kini mendongak menatapnya.
“Ada, cuma baru satu.. Lizia, panggilannya bisa baby Lili so cute, baby Zia, or baby Liz,” riangnya.
“Boleh, cantik namanya.” Abidzar masih mengusap perut Celine, tangannya itu masuk ke dalam pakaian tidur Celine.
“Nanti kita cari lagi, sama-sama.” Celine peluk Abidzar, membuat usapannya berhenti. “Usap kepala atau punggung, Abi.” pintanya manja.
“Siap, sayangku.” balasnya lembut sambil mengendus rambut Celine yang selalu wangi.
***
“Lagi apa? Jangan terlalu capek,” Abidzar menyeka peluh di pelilis Celine. Cuaca memang panas sekali hari ini.
“Ini bunganya cantik, kita bisa bawa ke desa ga nanti?” tanyanya senang.
“Nanti izin ke ayah,”
“Oke, mau ini pokoknya!” serunya senang. Mood Celine sedang bagus hari ini. “Loh, tanaman ini ada bunganya ya?” kagetnya lalu tersenyum senang.
Entah sejak kapan Celine jadi suka tanaman, apapun itu.
“Kita tidur siang yuk? Di sini panas nanti kamunya pusing, sayang.” begitu lembut sampai Celine tidak bisa protes.
“Cuma tidur?”
“Terserah kamu, aku ikut aja. Oke-oke aja,” Abidzar tersenyum lalu terkekeh pelan. Begituan dengan Istri jelas Abidzar suka.
“Cih, ga pernah nolak kayaknya.” sindir Celine dengan rempongnya.
“Suka punya kamu, enak.” bisiknya nakal sampai Celine melotot saking merinding. Jadi ceritanya Abidzar mengikuti tingkahnya?
Keduanya tertawa saling memeluk dan merangkul menuju kamar.
Sesampainya di kamar keduanya berpelukan, berciuman mesra penuh penghayatan dan cinta yang tulus.
Kelembutannya menunjukan Abidzar memang penuh dengan kasih sayang.
“Eum.. Udah dulu,” Abidzar mengeluarkan tangan Celine dari dalam celananya. “Ga mau tidur aja?” tanyanya sambil membelai sisi wajah Celine yang dia bingkai.
“Ga ngantuk, lagi ga capek juga..” Celine kembali mendekat hingga hidung bersentuhan lalu bibir pun bertabrakan.
Abidzar tersenyum dan segera membalas, memagut bibir Celine lembut tanpa nafsu. Menikmati setiap sesapan yang membuat bibir keduanya menjadi sama basah dan bengkak.
Abidzar menyelinap masuk ke dalam celana dalam Celine, mengusapnya sampai Celine melenguh dalam ciumannya.
Abidzar pun nengerang halus saat jemari Celine mengocoknya.
“Ah..” desah Celine dengan terus memagut, sesekali meneroboskan lidahnya hingga saling membelit dengan Abidzar.
Abidzar kian menuntut, sama mengocok Celine. Keduanya mendesah, melenguh dengan sesekali menjeda ciumannya.
“Ahh..” lenguh Celine saat merasakan kelegaan.
Abidzar mendorongnya pelan hingga terlentang. “Aku mimpin?” tanyanya.
Celine mengangguk. “Aku cuma mau tahu enaknya aja udah,” diraih tengkuk Abidzar lalu mencium bibirnya lagi.
Abidzar membalas sambil kedua tangan aktif mengeluarkan miliknya hingga celana melorot sampai ke paha.
Abidzar melebarkan kaki Celine dan menindihnya dengan memperhatikan perutnya agar tidak tertindih sepenuhnya.
“Emh..” lenguh Celine di sela ciumannya, dia usap-usap tengkuk Abidzar, dia belai rambutnya.
“Lepas dulu, mainnya sebentar ya sayang, abis itu tidur.” Abidzar melepaskan celana dalamnya saja.
“Iya.” balas Celine riang tak sabar saat melihat milik Abidzar yang membesar dan keras itu.
Abidzar mengusap Celine di sana, memastikan sudah siap menyambutnya. “Ternyata udah sebasah ini, sayangku.” godanya sambil menekan miliknya perlahan.
“Selalu basah cepet gara-gara kamu, ahh.. Mentok,” celetuknya dengan terpejam mengernyit keenakan.
“Nakal,”
“Yess, aku. Istri nakal Abidzar.” lirihnya gelisah mulai keenakan merasakan tarikan dan dorongan pelannya.
Abidzar selalu hati-hati tanpa mendahulukan gairahnya. Sungguh suami baik yang tebal kesabarannya.
***
Abidzar perlahan meninggakan Celine, misinya menidurkan Celine berhasil. Saatnya membantu kakak dan ayah dari sang istri untuk menyiapkan kejutan ulang tahun nanti malam.
Celinenya ulang tahun. Ngocoks.com
“Ayah, aku pergi cari kado dulu ya..”
“Hm.. Ayah lagi pesan kue, dekorasi udah Gustav urus,” jelasnya yang duduk di kursi roda.
“Makasih, ayah.”
“Celine anak ayah. Ga usah sungkan, ayah juga sehat.. Mumpung sehat,”
Abidzar mengangguk lalu segera pergi sebelum Celine bangun. Dia akan membelikan Celine perhiasan untuk pertama kalinya.
Apa Celine akan suka?
Perhiasan atau tas ya?
Abidzar terus berpikir hingga pada akhirnya memilih perhiasan.
Waktu terus berlalu. Gustav dan Glen melirik jam tangannya.
“Kenapa Abidzar lam—” Gustav menatap ponselnya, banyak panggilan dari sang sopir bahkan Abidzar.
Gustav lupa ponselnya disenyapkan.
“Celine belum bangun ya? Ada apa, Gustav?” tanyanya.
Bersambung…