Setelah puas memarahi Arkan, Rama menyuruhnya dan Tania untuk makan siang di rumah mereka, karna hari ini mereka akan pulang.
“Buk Sonya mana kan”? Tanya Aulia pada Arkan.
“Paling tepar habis di gempur Arkan”, jawab Rama.
“Gempur itu bukannya kalau ada perang ya dad? Emangnya mami Tania habis berperang”? Tanya Dave.
“Mas”, tegur Aulia.
“Tau ni bapak, di depan anak anak juga ngomongnya sembarangan”, timpal Arkan.
“Heh, saya masih mending ya, kamu itu yang parah, ngew..
“Mas, astaghfirullah”, ucap Aulia.
“Ngew itu apa dad”? Tanya Dave lagi.
“Udah Dave ke meja makan dulu ya nak ajak Tania sekalian”, ucap Aulia.
Dave hanya menuruti perkataan ibunya dan mengajak Tania untuk ke meja makan duluan.
Seperginya Dave dan Tania, Aulia langsung mencubit puting susu suaminya.
“Awwwhhhh, sakit sayang ya ampun”, ucap Rama sambil mengusap usap puting nya yang sakit.
“Omongan di jaga kenapa sih, ada anak anak mas”, omel aulia.
“Dia looh yang mulai”, tunjuk Rama pada Arkan.
“Loh, kok jadi saya pak”, ucap Arkan tak terima.
“Kalian berdua sama, yang satu ngewe gak tau tempat, yang satu nya lagi ngomong kotor gak liat anak anak”, ucap Aulia frontal.
“Sayaaaang, ngomong frontalnya jangan di depan anak mesum ini”, ucap Rama.
“Ya ampun, saya lagi yang kena”, ujar Arkan.
“Kalian ke meja makan gih sana, aku mau ke rumah buk Sonya”, ucap Aulia.
Saat ingin melangkah kan kakinya, Sonya tiba di rumah mereka duluan.
“Assalamualaikum”, ucap Sonya.
“Waalaikumsalam”, jawab mereka bertiga serempak.
“Masuk buk”, ajak Aulia.
“Iya Aulia, makasih”.
Sonya masuk dan langsung duduk di samping suaminya.
“Hmm mas Rama”, panggil Sonya.
Rama yang di panggil pun melihat Sonya.
“Iya”.
“Aku.. aku mau minta maaf sama kamu mas”, ucap Sonya.
“Minta maaf kenapa”?
“Dulu, aku dapetin kamu dengan cara yang salah, cara yang licik, aku menjebak kamu supaya kamu nikahin aku dan itu berhasil.. tapi sayangnya itu gak bertahan lama, aku nyesel dan minta maaf banget sama kamu mas”, ujar Sonya dengan wajah yang menunduk.
“Saya udah maafin kamu Sonya, saya juga minta maaf atas perlakuan saya terhadap kamu sewaktu saya masih menjadi suami kamu, maaf kalau saya hanya memanfaatkan kamu”, balas Rama.
“Aku juga udah maafin mas sejak dulu, aku harap kita bisa temenan dan menjalin silaturahmi sampai kita tua”, ucap Sonya.
Rama berdiri dan mengulurkan tangannya pada Sonya, Sonya melihat itu pun langsung menerima uluran tangan Rama dan mereka saling berjabat untuk meminta maaf.
Sekarang giliran Aulia yang sudah berlutut di hadapan Sonya dan memegang tangan Sonya.
“Ibuk, Aulia minta maaf.. Aulia punya banyak salah sama ibuk, Aulia jahat sama ibuk.. tapi Aulia sayang sama mas Rama buk, Aulia dulu gak bisa ninggalin mas Rama.. maafin Aulia buk udah jadi perusak di rumah tangga ibuk”, ujar Aulia.
“Ssst, udah Aulia.. ibuk juga udah maafin kamu kok.. ibuk harap kamu dan mas Rama hidup bahagia”, ucap Sonya dan memeluk Aulia.
“Udah kayak lebaran”, celetuk Arkan.
“Kamu pulang gih Arkan, ngerusak suasana istri saya aja”, ucap Rama.
“Elah pak, Bercanda ini”.
Sonya dan Aulia yang tadinya ingin menangis sekarang tidak jadi karna suami suami mereka kini malah adu mulut.
“Gak paham saya sama kamu”.
“Apa lagi saya pak, lebih gak paham sama bapak”, balas Arkan.
“Kok kalian ribut sih”? Tanya Aulia yang berjalan menghampiri suaminya.
“Suami ibuk tuh, saya salah Mulu perasaan”.
Baru ingin membuka mulut untuk membalas perkataan Arkan, Aulia sudah lebih dulu membekap mulut suaminya.
“Udah jangan di balas”, ucap Aulia.
“Oh iya buk, ngomong ngomong umur Arkan berapa ya? Hehe cengir Aulia.
“Di bawah kamu 2 tahun, kamu kelas 3 dia kelas 1 SMA”, jawab Sonya.
“Buset, kayak Ranti dong”, ucap Rama.
Sonya tersenyum malu dan menundukkan wajahnya.
“Kayaknya kita cocok deh Arkan”, ucap Aulia tiba tiba.
Sontak Sonya, Arkan dan Rama menoleh ke arah Aulia.
“Heh, suami kamu disini kalau kamu lupa”, ucap Rama pada istrinya.
Arkan yang tau aulia hanya bercanda pun, ikut menjahili Rama.
“Iya, bisa kali kita pacaran diem diem di belakang pak rama”, balas Arkan.
“Mau mati kamu ya”, ucap Rama sambil berdiri dan ingin menghabisi Arkan.
Aulia langsung menggapai tangan suaminya dan menariknya hingga Rama terduduk kembali.
“Uluh uluh, bercanda sayang.. kamu no satu di hati aku”, ucap Aulia tanpa malu ada yang melihat.
Rama pun langsung memeluk tubuh Aulia dan menjelingkan mata nya ke arah Arkan.
“Ya ampun mas Rama, bucin banget”, ucap Sonya.
“Tau”, timpal Arkan.
“Sayaaang, Arkan tuh”, adu Rama.
“Udah, gak usah di ladenin”.
“Aulia”, panggil Sonya.
“Iya buk”.
“Jangan panggil ibuk lagi ih, saya bukan guru kamu lagi, panggil mbak aja”, ucap Sonya.
“Terus panggil aku oppa Arkan ya Aulia”, timpal Arkan lagi.
Sonya mencubit paha suaminya yang dari tadi asik menjahili raja bucin.
“Udah ah, ayo makan mbak, sampe lupa kalau anak anak dari tadi udah di meja makan”, ajak Aulia.
“Ayok Aulia”, ucap Arkan.
Sonya dan Aulia menggelengkan kepalanya melihat Arkan yang suka menjahili Rama.
Sesampainya di meja makan Dave langsung protes karna mereka lama sekali mengobrolnya.
“Lama banget sih mom, Dave kelaparan ini”, Rajuk Dave.
“Maaf ya sayang, sini mommy ambilin untuk Dave dulu”.
Setelah mengambil makan untuk Dave, kini aulia mengambilkan untuk Tania lalu untuk suaminya.
“Mmm nak anget ayam goleng nya mom”, ucap Tania.
“Enak? Nanti kalau habis ambil lagi ya sayang”, jawab Aulia.
“Key mom”.
Kini mereka makan dalam keheningan, karna Sonya dan Aulia tau jika Rama tidak suka ada yang berbicara ketika sedang makan.
***
Kini mereka semua sedang berada di ruang tamu setelah tadi makan siang beramai ramai.
“Mas mbak, kalian pulang jam berapa”? Tanya Arkan pada Rama dan Aulia yang telah mengubah nama panggilannya.
“Bentar lagi lah kan, jam 2”, jawab Aulia.
“Mom”, panggil Dave.
“Iya sayang”.
“Hwaaaa”
Dave tiba tiba menangis membuat semua orang terkejut dan heran.
“Kenapa”? Tanya Rama.
“Gak mau”, jawab Dave.
“Gak mau apa”?
“Gak mau pulang, gak mau ninggalin Tania”, balas Dave.
Dave berjalan ke arah Daddy nya dan meminta ponsel sang Daddy.
“Mi-minta ponsel dad-daddy”, pinta Dave dengan menangis.
Tanpa menjawab apa apa Rama pun langsung memberikan ponsel nya pada sang anak.
Dave kembali berjalan ke arah Arkan dan memberikan ponsel itu ke ayahnya Tania.
“Simpan no-nomor papi disini”.
Arkan mengambilnya dan memasukkan nomornya ke dalam ponsel Rama.
“Ma-makasih Pi, nanti kalau Dave telfon angkat ya.. jangan pernah ganti nomor juga”, ucap Dave.
“Iya Dave, nanti kalau Dave telfon papi angkat dan kalau papi ganti nomor papi kasih tau Dave”, balas Arkan dengan mengusap kepala anak Rama.
Dave berlalu dan memberikan kembali ponselnya pada sang ayah.
Setelah banyak mengobrol, tak terasa jam sudah menunjukan pukul 2. Kini saat nya Rama dan keluarga kecil nya pulang ke rumah nya yang satu lagi. Jarak komplek dan rumah mereka yang mereka tempati sekarang hanya 1 jam saja.
“Aban au temana”? Tanya Tania.
“Abang pulang dulu ya Tania, nanti sampai di rumah Abang telfon Tania”, jawab Dave.
“Ania itut”.
“Noo, nanti kalau liburan Abang ke sini lagi”.
“Itut ban”, ucap Tania yang menarik ujung baju Dave.
Dave melepaskan tangan Tania yang menarik ujung bajunya dan langsung memeluk anak perempuan yang membuatnya mengamuk kemarin.
“Jangan nakal ya, gak boleh keluyuran kemana mana tanpa bilang sama mami dan papi”.
Setelah mengucapkan kata kata itu kepada Tania, kini Dave menyalami arkan dan Sonya.
“Dave pamit ya mi, Pi”, pamit Dave ada Arkan dan Sonya.
“Kalau Dave telfon langsung angkat Pi”, sambung Dave.
Arkan tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil dengan menahan tangis.
“Abaaan ituutt ban”, ucap Tania yang sudah menangis.
“Sayang, Abang pulang dulu ya nak, nanti kita ke rumah Abang”, ucap Arkan dengan menggendong Tania.
“Umah Aban Pi”?
“Iya nanti kita ke rumah Abang”.
“Yaudah kalau gitu kita pamit ya mbak, Arkan”, ucap Sonya.
“Kita duluan”, timpal Rama.
“Iya hati hati mas, mbak”.
Rama dan Aulia menyusul anak nya yang sudah duluan masuk ke dalam mobil, Rama menghidupkan mobil nya dan menekan klakson tanda mereka pamit lalu menjalankan mobilnya.
Di dalam perjalanan Dave tak henti hentinya menangis.
“Kemarin aja gak suka Tania Deket Deket, sampe ngamuk waktu mommy megang sama ngobrol sama Tania”, ucap Rama.
“Hwaaaa mommy”, tangis Dave yang kini semakin kencang.
“Mas suka banget deh ngusilin anaknya”, balas Aulia yang badannya sudah lelah.
“Sini sayang pindah ke depan sama mommy”, ucap Aulia pada Dave.
Dave yang tadinya berbaring di kursi belakang kini bangun dan pindah di pangkuan ibunya.
“Gak boleh nangis, nanti kan ketemu lagi sama Tania, sampe rumah nanti Aban dep nya Tania kan bisa telfon papi Arkan”.
Rama yang tak suka mendengar aulia memanggil Arkan dengan sebutan papi Arkan pun langsung menyentil bibir istri nya dengan pelan.
“Aduh, iihhhh apaan sih mas”.
“Enak aja manggil papi Arkan – papi Arkan”, jawab Rama tak terima.
“Mas pernah ngerasain di tombak gak”?
“Hmm, enggak tuh, kamu yang tiap malam Jumat mas tombak di kamar”, ucap Rama ambigu.
“Mesum”.
“Hahaha lagian, kalau mas pernah di tombak ya mas langsung mati lah sayang”.
“Udah diem”.
Ramae mencolek dagu istrinya dan melihat ke arah Dave, ternyata anak nya itu sudah tertidur di pangkuan sang istri.
“Mas”.
“Iya sayang”.
“Pengen rujak”.
“Kamu hamil”? Tanya Rama.
“Ihhhh orang pengen rujak gak semuanya hamil maass”, greget Aulia.
“Ya kan siapa tau sayang, mau rujak dimana”?
“Yang di daerah lampu merah sana”.
Rama melajukan mobilnya dan tiba di tempat rujak yang ingin Aulia makan, Rama turun dan langsung membelikan istrinya rujak.
Setelah 5 menit menunggu, Rama membayar lalu berjalan masuk ke dalam mobil.
“Ini”, Rama memberi satu bungkus ruja pada istrinya.
“Makasih ya mas, enak banget kayaknya”.
“Kembali kasih sayang, sabar makan dirumah aja”, ucap Rama.
“Iya mas”.
Sesampainya di rumah Rama memarkirkan mobilnya dan membuka pintu untuk istrinya lalu menggendong Dave masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar anaknya.
Sedangkan Aulia dengan tak sabar langsung membuka bungkusan rujak yang di belikan suaminya tadi.
“Mmm enak nyaa”, ucap Aulia yang memasukkan nanas ke dalam mulutnya.
“Jangan banyak banyak”, ucap Rama yang menghampiri istrinya.
“Enak mas, mau coba”?
“Enggak, kamu aja yang makan tapi jangan di habisin semua. Itu banyak banget”.
“Iya sayangku”, Jawab Aulia.
“Mas mandi dulu ya, lengket banget rasanya”.
Aulia mengangguk kan kepalanya dan melanjutkan memakan rujak.
Setelah di rasa puas, Aulia menyimpan sisa rujak yang masih banyak ke dalam kulkas dan menyusul suaminya ke dalam kamar mereka.
Ceklek.
Aulia membuka pintu dan menutupnya kembali.
“Udah selesai makan nya”? Tanya Rama.
“Udah, dari tadi mandi ini baru selesai”? Tanya Aulia yang melihat suaminya baru ke luar dari dalam kamar mandi.
“Ngocoks.com dulu”, Jawab Rama.
Aulia tak bertanya lagi, ia langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya juga.
Setelah memakai boxer dan tanpa baju, Rama mengambil ponselnya lalu berbaring di atas kasur untuk bermain game.
“Mas”, teriak Aulia dari dalam kamar mandi.
“Apaa”, jawab Rama sambil berteriak juga.
“Shampo habis, tolong ambilin di bawah”.
“Pake shampo mas aja”.
“Ini malam Jumat, aku gak kasih jatah ya”, ucap Aulia.
“Iya iyaa, mas ambilin ini”.
Rama bergegas bangun dari kasur dan berlari menuju ke bawah di mana tempat penyimpanan barang barang untuk mandi dan lainnya.
Setelah menemukan shampo istrinya Rama berlari kembali ke kamar nya yang berada di lantai atas dan langsung masuk ke dalam kamar lalu berjalan ke kamar mandi untuk memberikan shampo istrinya.
“Sekarang aja gimana sayang”? Tanya Rama.
“Apanya”?
“Jatah mas”.
“Gak ya, kalo sekarang nanti pasti sampe malam mas gempurnya”.
“Ya terus kenapa”?
“Anak kamu belum mandi, belum makan, belum semuanya, ya kali kita enak enak an.. udah siniin shamponya”, ucap Aulia.
Dengan wajah cemberut Rama memberikan shamponya kepada Aulia dan keluar dari kamar mandi dengan langkah lesu.
“Mana baru jam 5”, ucap Rama.
Ia pun keluar kamar dan berjalan menuju belakang rumahnya yang terdapat 4 pohon jambu kristal dan 2 pohon mangga apel yang di tengah tengahnya rama letakkan ayunan.
Rama melihat lihat pohon jambu nya yang sudah banyak berubah sambil menghisap rokoknya.
“Daddy”, panggil Dave dan berjalan ke arah ayahnya.
Rama langsung membuang rokok yang baru di bakarnya.
“Iya sayang, kenapa”?
“Mau telfon Tania”, ucap Dave.
“Hp Daddy dikamar, ambil aja di kamar ada mommy”.
“Oke dad”.
Dave berlari menuju kamar orang tuanya dan mengetuk pintu sebelum masuk.
TOK..TOK..TOK..
“Mom, ini Dave”.
“Iya sayang, masuk aja nak”.
Ceklek
Dave membuka pintu dan masuk ke dalam, ia berjalan ke arah ibunya yang sedang menutup tirai.
“Kenapa sayang”? Tanya Aulia.
“Hp Daddy di mana mom, Dave mau telfon Tania”.
“Itu di kasur, Daddy kamu mana”?
“Di belakang mom liatin jambu”, jawab Dave.
Dave mengambil ponsel ayahnya dan mencari nama Arkan disana, setelah berhasil menemukan nama Arkan Dave langsung memanggil nomor tersebut.
Tut..tut..tuuuut.
“Hallo”? Jawab orang di seberang sana.
“Hallo papi, ini Dave, Tania mana”?
“Ohh kamu Dave, Tania lagi di ajak jalan sama maminya beli gulali, Dave udah sampe rumah”? Tanya Arkan.
“Ohh, kapan Tania nya pulang Pi? Dave kangen sama tania, Dave udah sampe di rumah kok Pi”.
“Bentar lagi palingan pulang kok, nanti kalau Tania udah pulang, papi telfon Dave ya”.
“Yaudah deh kalau gitu, Dave tutup dulu ya Pi”.
“Iya sayang”.
“Assalamualaikum Pi”.
“Waalaikumsalam”.
Dave mematikan sambungan telfon nya dan menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar.
“Huft”.
“Kenapa anak gantengnya mommy”?
“Tania gak ada mom, dia pergi sama maminya beli gulali”.
“Yaudah, nanti di telfon lagi, sekarang mandi ya sayang biar badannya seger”, ucap Aulia.
“Mommy mau masak, Dave mau mommy masakin apa”? Sambung Aulia.
“Hmm Dave pengen makan telur dadar sama sayur bayam aja mom”.
“Ha”?
“Kenapa mom”?
“Kan kamu gak suka sayur sayang, kok tumben, nanti kalau mommy masak terus gak Dave makan kan sayang nak”.
“Dave janji akan makan sayur nya mom, kata Tania dia setiap hari makan sayur bayam. Dave mau makan sayur bayam biar berasa lagi makan bareng Tania”, ucap Dave.
Aulia ingin sekali tertawa mendengar ucapan anaknya ini, Dave seperti orang dewasa kalau sudah berbicara.
“Yaudah nanti mommy masakin ya, sekarang Dave mandi”.
“Hmm, mom”.
“Iyaa”.
“Dave mau di panggil Abang”, ucap Dave dengan menunduk sambil memainkan ujung bajunya.
Aduh aduhhh, Tania sangat membawa pengaruh besar terhadap anaknya ini.
Terbesit dikepalanya untuk menjodohkan sang anak dengan Tania, Aulia tersenyum senyum sendiri dengan ide gilanya ini.
Tak mendapat jawaban dari ibunya, Dave mendongak dan melihat ibunya tengah tersenyum sendiri.
“Mom”
“Iya sayang, mulai sekarang mommy panggil Dave dengan sebutan Abang”, ucap Aulia.
“Dave sayang mommy”, ucap Dave sambil memeluk ibunya.
“Yaudah sekarang Abang mandi ya”, balas Aulia.
“Oke mom, Abang mandi dulu”.
Dave pun keluar dari kamar orang tuanya dan menuju ke kamar nya untuk mandi sesuai perintah ibunya.
Aulia pun turun ke lantai bawah dan langsung berjalan ke arah dapur untuk memasak, tapi sebelum itu dia berbelok dulu untuk menemui suaminya yang tengah duduk merokok di ayunan.
“Mas”.
“Iya cinta”.
“Aku mau masak, mas mau makan apa”?
“Apa aja yang kamu masak mas makan kok sayang”.
“Yaudah aku masak apa yang dave mau makan aja ya”.
“Dave mau makan apa”? Tanya Rama.
“Telur dadar sama sayur bayam”.
“Ha? Bukannya anak kamu gak makan sayur.
Aulia pun menceritakan obrolannya dengan Dave di dalam kamar tadi, termasuk anaknya itu ingin di panggil abang.
Bersambung…