“Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka”, Dave bernyanyi di depan adiknya sambil berjoged.
Sang adik yang notabenya masih bayi, ia tak menanggapi abangnya, ia tidur dengan pulas seperti tidak ada kejadian apa apa di depan matanya.
Dave kembali duduk di samping adiknya dan memainkan jari mungil Elyn.
“Huft, capek Abang dek, kok adek gak bangun bangun sih”.
Saking gemasnya melihat pipi adiknya, Dave menggigit pipi berisi itu sehingga sang adik menangis dengan kencang.
“Oek..Oek..”
Rama yang tengah mengerjakan pekerjaan kantornya pun langsung bangun dan berjalan ke arah anaknya, ia melihat ada bekas gigitan di pipi Elyn.
“Abang”, bentak Rama.
Mendengar suara tangisan Elyn dan bentakan suaminya, Aulia yang tengah berada di balkon pun segera masuk ke dalam kamar.
“Kenapa”?
“Liat kelakuan anak kamu”, tunjuk Rama pada pipi Elyn yang tengah ia gendong.
Aulia mengambil alih Elyn yang di gendong suaminya.
“Ya ampun sayang”.
Aulia menenang kan Elyn dengan mengayun ayunkan Elyn, setelah anak nya berhenti menangis Aulia langsung memberikannya ASI lalu menidurkan nya di box baby Elyn.
“Ikut Daddy”, ucap Rama pada Dave kemudian keluar dari kamar.
Dave pun berjalan menyusul ayahnya keluar kamar.
Tiba di luar kamar, Rama mengajak Dave untuk keruangan kerjanya.
“Duduk” suruh Rama ketika mereka sudah sampai di dalam ruangan kerjanya.
Dave duduk dengan kepala tertunduk dan tangan meremat ujung kaos nya.
“Kenapa Abang gigit pipi adek”?
“Abang gemes dad”.
“Kalau pipi Abang Daddy gigit sakit gak”?
“Sakit”.
“Gitu juga adek, adek masih kecil bang”.
“Abang minta maaf Daddy”.
Rama mengangguk dan menyuruh Dave untuk meminta maaf pad adiknya walaupun sang adik tidak akan tau apa apa.
Dave kembali masuk ke kamar orang tuanya dengan berniat untuk meminta maaf kepada adiknya, namun tak di sangka sangka sang ibu yang tak pernah memarahinya dan selalu berkata lembut kepadanya kini memarahinya habis habisan.
“Mau ngapain lagi”? Tanya Aulia ketika deve menghampirinya.
“Mommy”.
“Pipi adek sampe berdarah gara gara Abang, sekarang mau Abang apain lagi adek ha”? Bentak Aulia.
“Mommy”.
“Keluar, Abang gak usah main main sama adek lagi”.
“A- abang mau minta maaf sama adek mom”.
“Gak perlu, besok kalau udah gede masuk asrama aja kamu”.
“Mommy”.
“Keluar”, usir Aulia dengan nada tinggi.
Mau tak mau Dave keluar dengan tangisan yang tak mengeluarkan suara, Rama tak percaya dengan apa yang ia dengar. Kenapa istrinya yang lembut kepada anak anaknya kini menjadi marah dan berbicara seperti itu.
Dave yang melihat ayah nya berada di depan pintu langsung mengusap air matanya, ia berfikir kalau ayahnya pun akan memarahinya kembali.
“Ma- maaf dad”.
Rama berjongkok untuk menyamakan tubuh nya dengan Dave, ia usap sisa sisa air mata anaknya dan memeluk anak sulung nya itu.
Dave membalas pelukan dari ayahnya dan menangis di bahu Kokoh sang ayah dengan tersedu sedu.
Rama menggendong Dave dan membawanya masuk ke dalam kamar lalu menduduk kan anaknya di atas kasur.
“Mo-mommy udah gak sayang sama Abang lagi dad”.
“Siapa bilang”?
“Tadi mommy marah Abang, mommy gak bolehin Abang main sama adek Leah lagi”.
“Enggak, mommy cuma bercanda kok, Abang masih boleh main sama adek, kan adek Leah adeknya Abang”.
Dave menggelengkan kepalanya sambil menangis.
“Mommy tadi serem dad, Abang takut, Abang mau ke rumah Oma aja”.
“Tapi Oma gak ada sayang, Oma lagi di Surabaya”.
“Ada uncle Rafa sama aunty Ranti, Abang gak mau disini”.
“Iya iya, nanti Daddy telfon uncle ya”.
Dave mengangguk dan turun dari kasurnya untuk mengambil tas, ia berjalan menuju lemari pakaiannya dan memasukkan beberapa baju dan celana, kegiatan Dave itu tak luput dari penglihatan ayahnya.
Setakut itukah anaknya sekarang?
“Sayang, kok bawa baju? Kan di rumah Oma udah ada baju Abang”.
“Abang mau lama di rumah Oma dad”.
“Jangan lama lama dong, sehari aja ya, Abang gak kasihan sama mommy sama adek kalau Daddy pergi kerja”?
Dengan cepat dan tanpa berfikir seperti biasa, Dave menggelengkan kepalanya.
“Abang mau di rumah Oma dan gak mau pulang ke sini lagi”.
“Ab__
“Abang udah selesai dad”, ucap Dave memotong ucapan ayahnya.
“Yaudah Daddy telfon uncle dulu”.
“Abang tunggu di pos sama om Roy”, ucap Dave dan menyalami tangan ayahnya lalu langsung pergi ke bawah dengan berlari, takut takut ia berpapasan dengan ibunya.
Setelah menelfon Rafa, Rama kembali masuk ke dalam kamarnya dan langsung berjalan ke arah balkon untuk melihat anaknya pergi.
20 menit Dave menunggu, kini uncle nya telah sampai, mereka langsung pergi sesuai permintaan Dave.
Rama yang melihat anaknya sudah pergi, ia kembali masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah dingin.
“Kenapa lama lama di balkon”? Tanya Aulia.
Rama diam tak menjawab pertanyaan istrinya dan membereskan laptop serta berkas berkas yang tadi ia kerjakan di atas meja kamarnya.
“Mas”.
Aulia yang bingung dengan sikap suaminya ini langsung berdiri dan menghampiri Rama.
“Kamu kenapa”?
“Gpp”.
“Kok cuek gitu? Aku ada salah”?
“Gak”.
“Mas”, panggil Aulia lagi.
“Apa sih”.
“Kamu kenapa”? Tanya Aulia lagi.
“Kamu yang kenapa”?
“Aku”? Tunjuk Aulia pada dirinya sendiri.
“Iya, kamu. Bisa bisa nya kamu marah sama Abang kayak gitu”.
Aulia terdiam dan mengingat kembali perkataannya kepada Dave, apa kata katanya keterlaluan?
“Aku cuma kesel mas”, gumam Aulia.
“Kesel kamu buat anak kamu takut sama ibunya sendiri, sampai sampai dia pergi dari rumah dan gak mau balik ke sini lagi”.
“Pergi”?
“Iya, dia pergi ke rumah Oma nya saking takutnya sama kamu”, ucap Rama dan melenggang keluar dari kamarnya.
“Abang”, lirih Aulia.
***
Sudah 2 Minggu ini rumah besar Rama dan Aulia sepi, Tidak seperti biasa jika ada Dave dirumah, kini hanya ada suara tangisan dari Elyn saja. Rama pun masih tetap mendiami istrinya karna ia masih marah dan melakukan semua nya sendiri.
Pagi ini Aulia sudah menyiapkan setelan untuk di pakai suaminya bekerja, tapi Rama lebih memilih memakai baju pilihannya sendiri dan mengabaikan istrinya.
“Mas”.
Rama hanya menoleh sekilas dan berjalan ke arah Elyn lalu mencium pipi anaknya.
“Daddy berangkat kerja dulu ya sayang”.
Setelah berucap kepada anaknya, Rama keluar kamar dan langsung pergi ke kantor tanpa sarapan apa pun.
Aulia menangis karna selama hidup dengan Rama, Rama tak pernah marah seperti ini dan mendiaminya.
Ia juga sangat merindukan putranya, setiap ia menelfon Rafa atau Ranti untuk berbicara pada Dave, Dave menolak mentah mentah untuk berbicara padanya.
10:30 siang
Rama menjemput Dave pulang dari sekolah nya, ia ingin membujuk anak nya supaya pulang ke rumah karna ia sudah sangat rindu dengan anak sulungnya ini.
Dave berlari ketika melihat ayahnya berdiri di depan mobil dengan setelan kantor dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung bangirnya.
“Daddy”, Dave berlari dan memeluk ayahnya.
“Uhh, Daddy kangen sama Abang”.
“Abang juga kangen sama Daddy”.
“Abang gak kangen adek”? Tanya Rama.
“Mm, kangen dad”, lirih Dave.
“Sama mommy”?
“Kangen juga, tapi__
“Abang masih takut”? Tanya Rama lagi.
Dave mengangguk menjawab pertanyaan ayah nya.
“Mau pulang”? Tanya Rama hati hati.
“Kalau pulang mommy nanti marah lagi dad”.
“Enggak, nanti Daddy marahin mommy kalau mommy marah sama Abang”.
“Jangan dad, Daddy gak boleh marahin mommy”.
Rama tersenyum mendengar perkataan anaknya, setakut apapun Dave terhadap istrinya, ia masih sangat melindungi ibunya itu.
“Iya, Daddy gak marah.. jadi, Abang mau pulang gak”?
“Mau dad”.
“Oke” Rama membuka kan pintu mobil agar anaknya masuk ke dalam mobil.
“Makasih Daddy”.
Kemudian Rama juga masuk ke dalam mobilnya dan mulai menjalankan mobil itu membelah jalanan kota jakarta.
“Daddy”.
“Iya sayang”.
“Boleh gak mampir ke toko kue”? Tanya Dave.
“Boleh”.
“Makasih ya dad”.
Rama mengusap kepala anak nya dan mengacak acak rambut Dave menggunakan tangan kirinya.
Toko kue
“Abang mau beli kue apa”?
“Hmm, Abang mau kue itu dad”, tunjuk Dave pada kue brownies.
“Hm? Abang kan gak suka coklat nak”.
“Itu untuk mommy dad”.
Aaaa, kenapa anak nya semanis ini, seperti ia saat muda dulu, hahaha.
“Ohh, yaudah”.
“Mbak, saya mau brownies nya 2”, ucap Rama pada karyawan itu.
“Baik pak”.
Setelah membayar, Rama dan Dave kembali ke mobil dan menuju pulang ke rumah mereka.
Di dalam mobil, Dave mengeluarkan alat tulisnya dan menulis sesuatu disana.
“Nulis apaan”?
“Ada deh, rahasia”, jawab Dave.
Dave menyelipkan kertas yang ia tulis di kotak kue brownies itu dan menyimpan kembali alat tulisnya ke dalam tas.
15 menit kemudian mereka telah sampai di rumah, Rama dan turun dan masuk ke dalam rumah dengan bergandengan tangan.
Setelah sampai di depan kamar orang tuanya, Dave bersembunyi di belakang tubuh ayahnya karna sebenarnya ia masih mengingat tatapan ibunya yang dingin dan itu masih membuatnya takut.
“Sini dong samping Daddy, masa ngumpet di belakang”.
“Daddy duluan yang masuk”.
“Barengan lah, ayo”, ajak Rama.
“Ihh Daddy aja dulu”.
“Kok gitu”.
“Buruan dad, masuk duluan”.
Aulia yang mendengar ada suara di depan pintu kamarnya, ia langsung bangun dan berjalan menuju pintu lalu membukanya.
Ceklek
“Mas”.
“Eh”, kaget Rama.
Aulia melirik seseorang di belakang suami dan melihat putra sulung nya yang ia rindukan sudah pulang.
“Abang” lirih Aulia.
Dave yang masih takut pun menimbulkan kepalanya dengan tubuh yang masih bersembunyi di belakang tubuh ayahnya dan memegang erat erat pinggang sang ayah.
“Abang” panggil Aulia.
“Sini nak, Abang gak kangen mommy”?
“Ka-kangen mom”.
“Sini peluk mommy”.
Dave keluar dari persembunyian nya dan langsung memeluk ibunya.
“Abang”, Aulia memeluk anaknya sambil menangis.
“Mommy”.
“Hiks..hiks.. maafin mommy bang, maafin mommy”.
“Enggak mom, Abang yang minta maaf, Abang udah nakal sama adek”.
Aulia melepaskan pelukannya dan mengamit tangan Dave lalu mencium nya berulang kali.
“Jangan benci sama mommy ya nak, jangan takut juga sama mommy, mommy minta maaf udah marah sama abang”, ucap Aulia.
“Abang juga minta maaf mommy, Abang janji gak akan nakal lagi”.
“Ekhem”, Rama berdehem dengan menenteng brownies yang ia beli dengan Dave tadi.
Aulia menoleh ke arah suaminya sekilas dan menarik tangan anaknya agar masuk ke dalam kamar.
“Abang gak kangen adek”? Tanya Aulia.
“Kangen mom”.
“Gak mau liat sama cium adek”?
Dave menggeleng.
“Kenapa? Mommy gak marah kok sayang”.
“Abang dari luar mom, banyak kumannya”, jawab Dave.
“Anak mommy tambah pinter, kalau gitu Abang mandi dulu terus habis mandi langsung ke sini ya”.
“Oke mom, oh iya__
Dave mengambil kue dari tangan ayahnya dan memberikan nya kepada ibunya.
“Buat mommy”, Dave menyodorkan kue itu pada ibunya dan di terima oleh Aulia.
“Abang mandi dulu ya mommy”, ucap Dave langsung keluar dari kamar.
Aulia membuka plastik itu dan ternyata isi nya kue dan ada surat terselip di pita kotak kue tersebut.
Aulia membuka dan membacanya.
“Mommy, maafin Abang ya, maaf kalau Abang udah buat adek nangis, maaf juga karna Abang buat mommy marah, Abang janji enggak akan nakal lagi, Abang mau kok kalau mommy masukin Abang ke asrama 🙂 Abang sayang mommy”.
Aulia menangis membaca surat tulisan tangan anaknya, ia tak menyangka jika Dave mengingat semua perkataan menyakitkan yang keluar dari mulutnya kemarin.
“Kenapa”? Tanya Rama dan ingin menghapus air mata istrinya.
“Gak”, ucap Aulia yang menepis tangan suaminya.
“Mau balas dendam niyeee”, ucap Rama.
“Keluar sana kamu”.
“Gak”, balas Rama yang memeluk paksa istrinya.
“Lepas ih, ngapain sih meluk meluk”.
“Kangeeen”, ucap Rama.
“Kamu kan lagi marah sama aku”.
“Enggak lagi”.
“Yaudah kalau enggak, lepas”.
“Gak mau sayang”.
“Lepas, aku mau makan kue nya”.
Rama melepas pelukannya dan berucap.
“Kamu lebih mentingin kue dari pada mas”?
“Bodo, kamu juga semingguan ini nyuekin aku, diemin aku, kamu pikir aku gak sedih di gituin sama kamu”, Jujur Aulia.
“Mas kecewa sama kamu sayang”.
“Mas bisa marah sama aku, bisa omelin aku, tapi jangan diemin aku, aku ngomong mas cuekin, aku udah minta maaf berkali kali gak mas perduliin”, ujar Aulia yang memakan kuenya sambil menangis.
“Uluh uluh, maaf ya sayang”, balas Rama sambil mengusap air mata istrinya.
“Ngomel kok sambil makan kue terus nangis”, sambung Rama.
“Biarin, mas tuh jahat sama aku”.
“Iya iya, mas jahat, mas minta maaf lagi ya” ucap Rama.
Aulia mengangguk kan kepalanya dan memeluk leher suaminya.
“Kangen”, ucap Aulia.
“Mas lebih kangen sama kamu sayang, kangen cium kamu, remes remes kamu sama kangen mau nyodokin kamu”.
Aulia langsung melepaskan pelukannya dan langsung memukul suaminya.
“Aduh, aduuh.. sakit sayang”.
“Mesum, keluar sana ihh”.
“Hahaha, kan mas jujur sayang, mas kangen nyodok mem__
“Oeek..Oeekk”.
Ucapan Rama terpotong oleh tangisan Elyn yang kencang, Aulia langsung bangun dan mengambil Elyn dari box baby lalu menggendongnya.
“Kenapa sayang, mau nen ya”.
Aulia duduk disisi kasur dan membuka bajunya lalu mengeluarkan susunya dari dalam bra, Elyn langsung menyedot puting yang dimasukan kemulutnya.
“Haus banget ya sayang, kenceng banget ngisepnya”.
“Gak usah liat liat, balik ke kantor sana”, ucap Aulia ketika suaminya mencuri pandang pada payudaranya.
“Galak banget”.
Rama berdiri di depan istrinya lalu sedikit membungkukkan badannya dan membisikkan sesuatu di telinga Aulia.
“Udah bersih kan? Siap siap nanti malam ya”, ucap Rama sambil menjilat daun telinga istrinya.
Bersambung…