Masuk sekolah dan penerimaan siswa baru masih seminggu lagi, jadi masih ada waktu seminggu untuk Dave bermalas malasan di rumah. Seperti hari ini, ia masih tidur padahal hari sudah menunjukkan pukul 11 siang.
Rama, Aulia dan Elyn sedang memakan rujak dan es buah karna cuaca sedang panas panasnya. Tengah asik memakan rujaknya, terdengar suara bel yang berbunyi. Tanpa di suruh lagi, Elyn bangun dan berlari menuju pintu lalu membuka pintu tersebut.
Ceklek
Elyn membuka pintu dan melihat ada seorang anak perempuan yang seumuran dengan abangnya berdiri disana dengan senyum cantik yang terpatri di wajahnya.
“Mm, kakak siapa”? Tanya Elyn.
Sambil mengulurkan tangan, anak perempuan itu menjawab.
“Nama kakak Tania”.
Merasa anak nya terlalu lama di depan, Aulia menyusul anaknya dan terkejut melihat siapa yang ada di depan rumah mereka.
“Tania”, ucap Aulia.
“Mommy”, balas Tania sambil memeluk Aulia.
“Ya ampun sayang, mommy kangen banget nak”, ucap Aulia.
“Tania juga kangen banget sama mommy”, balas Tania.
Setelah saling melepaskan rindu dengan berpelukan, Aulia mengajak Tania dan Elyn masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ke arah suaminya yang masih asik dengan rujaknya.
“Mas” panggil Aulia.
Rama mendongak dan mengerutkan keningnya.
“Tania”, ucap Aulia.
“Anak Arkan”? Tanya Rama.
“Iya mas”.
Tania berjalan ke arah Rama dan menyalami punggung tangan Rama.
“Daddy sehat? Udah gak kenal sama Tania lagi ya”? Tanya Tania.
Semenjak Dave kelas 3 SD, dia sudah tidak meminjam ponsel Rama lagi untuk menelfon tania, ia juga tak pernah sekali pun menyebut atau membahas tentang Tania.
Sejak saat itu juga Rama tak pernah bertanya tanya juga kepada Dave atau pun istrinya, yang Rama tau Arkan beserta istri dan anak nya waktu itu pindah ke Batam.
“Sehat, daddy kenal tapi lupa wajah kamu”, jawab Rama.
“Hehe berubah ya dad”? Tanya Tania.
“Iya, makin cantik”, jawab Rama.
“Daddy”, pekik Elyn.
“Yang cantik itu cuma Elyn sama mommy”, ucap Elyn.
Rama dan Aulia hanya tersenyum melihat kelakuan putri nya itu, Aulia pun langsung menegur putrinya.
“Adek, gak boleh teriak gitu ya, kalau Abang denger nanti Abang marah loh”, tegur Aulia.
Mendengar kata Abang, Jantung Tania langsung berdebar. Apa kabar dengan Abang Dep nya itu?
“Maaf Daddy”, ucap Elyn.
“Iya gak apa apa sayang”, jawab Rama.
Aulia menyuruh Tania duduk dan dia ingin ke belakang membuatkan minuman untuk tamu nya itu.
Setelah selesai membuat minum, Aulia kembali lagi ke tempat mereka bersantai dan mempersilakan tania untuk minum.
“Mm, mom”? Panggil Tania.
“Iya sayang”.
“Abang mana”? Tanya Tania.
“Ya ampun, sampai lupa mommy, kamu pasti ke sini mau ketemu Abang kan ya”? Ucap Aulia sambil menepuk jidatnya.
“Ha? Mm, e-enggak kok mom, Tania ke sini mau ketemu mommy sama Daddy”, balas Tania.
“Halaah, gak usah malu malu gitu, Abang belum bangun tidur, bangunin gih! Kamar Abang pintunya yang ada stiker Frozen”, ucap Aulia.
“Bo-boleh Tania masuk mom”? Tanya Tania.
“Boleh, yaudah bangunin sana Abang nya”.
Tania pun berdiri dan perlahan melangkah ke lantai atas lalu mencari pintu dengan stiker Frozen.
Melihat Tania sudah pergi ke lantai atas, Rama langsung menodong istrinya pertanyaan.
“Kamu masih berhubungan sama Sonya”? Tanya Rama.
“Masih mas, kenapa”?
“Terus Abang kenapa sejak naik kelas 3 gak ada minjem minjem handphone mas lagi buat nelfon Tania”?
“Ya mana aku tau mas”.
“Abang gak ada minjem handphone kamu buat nelfon Tania”? Tanya Rama lagi.
“Gak ada, tiap kali Tania nelfon ke aku mau ngomong sama Abang, Abang gak pernah mau, aku gak tau kenapa”, Jawab Aulia.
“Apa karna anak kamu marah waktu Tania pindah ke Batam”? Tanya rama
“Mungkin ! Sifat jelek Abang kan turunan dari mas”, balas Aulia.
“Maaas Mulu yang kena”, ucap Rama.
“Udah, habisin itu rujaknya, tadi mas sibuk ngerengek minta rujak”.
Tanpa membalas ucapan istrinya, Rama langsung melahap dan menghabiskan rujaknya serta es buah yang ada di meja.
“Mommy”, panggil Elyn.
“Iya dek”.
“Kakak tadi itu siapa”? Tanya Elyn.
“Temen kecil Abang dek”, jawab Aulia.
“Kenapa mommy suruh masuk kamar abang? Nanti kalau Abang marah kakaknya gimana”? Tanya Elyn lagi.
“Gak akan, itu temen kesayangan Abang”, Aulia menjawab dengan PD nya.
Sementara di lantai atas.
Tok
Tok
Tok
Tania mengetuk pintu tanpa mengeluarkan suaranya, setelah mengetuk ia pun langsung masuk.
Di dalam kamar yang besar dan terlihat agak gelap akibat gorden yang belum di buka, Tania bisa melihat sedikit siluet manusia yang masih tertidur dengan nyenyak di atas kasur.
Dengan langkah perlahan ia berjalan menuju kasur dan duduk di pinggirannya, baru ingin menyentuh lengan Dave karna ingin membangunkan, Dave lebih dulu menariknya dan memeluknya.
Tania yang terkejut tak dapat mengeluarkan suaranya sedikitpun.
“Kenapa masuk kamar Abang terus, hm”? Tanya Dave.
Tak mendapat jawaban, tangan Dave kini memeluk bokong Tania.
Plak
“Nakal kamu ya, kan udah Abang bilang gak boleh masuk kamar Abang sebelum Abang bilang iya Leah”, ucap Dave.
“…”
“Kok diem aja, biasanya sebelum Abang ngomel kamu udah ngomelin abang dulu”, ucap Dave lagi.
“…”
Dengan geram, kini Dave membalikkan tubuh Tania ke bawah dan langsung menggelitiknya.
“Hahaha geli” ,ucap tania sambil tertawa.
Merasa ada yang salah dan berbeda, buru buru Dave turun dan menyalakan lampu kamar nya.
Setelah lampu menyala, Dave terkejut melihat perempuan yang ternyata bukan adiknya.
“Siapa kamu? Kenapa bisa masuk kamar saya”? Tanya Dave dengan nada dingin dan bahasa formalnya.
Tania bangun dari kasur itu dan langsung berdiri menunduk di hadapan Dave.
“Ma-maaf, tadi mom__
“Saya tanya siapa kamu”? Tanya Dave yang memotong ucapan Tania.
“A-aku Tania Abang”, jawab Tania yang masih menundukkan kepalanya dan meremat ujung dress nya.
Dave terkejut lagi, apa kah perempuan di depannya ini Tania kecilnya?
Karna Dave memang tak pernah lagi melihat wajah Tania sejak ia mengatakan akan pindah ke Batam dan tak akan kembali ke Jakarta lagi.
“Ngapain kamu dikamar saya”? Tanya Dave.
“Ta-tadi mommy yang suruh Nia ke kamar a-abang”, Jawab Tania.
“Keluar”, usir Dave.
“Abang”, lirih Tania dengan mata yang sudah berembun.
“Saya bilang keluar, keluar !! Teriak Dave.
Dengan takut takut, Tania keluar dari kamar Dave dengan menangis, ia turun ke bawah dan langsung memeluk tubuh Aulia.
“Eh eh, kenapa sayang”? Tanya Aulia.
“Hiks..Hiks..Hiks, Abang jahat, abang bentak Tania, Abang berubah”, jawab Tania.
“Sst, sst, udah ya, nanti mommy marahin Abang”, ucap Aulia.
“Marahin sekarang aja mommy”, celetuk Elyn.
“Heh! Malah nimbrung”, timpal Rama.
Aulia tak menanggapi ucapan anak dan suaminya, ia masih menenangkan Tania yang menangis karna bentakan putranya.
Puas menangis, kini tania di ajak Elyn untuk melihat tanaman di halaman belakang rumahnya.
Sedang di dalam rumah, melihat anak nya turun dari tangga, Aulia ingin memanggil Dave dan memarahinya, namun di cegah oleh suaminya.
“Biar Abang makan dulu”, ucap Rama.
“Belum juga di panggil mas”.
“Mood anak kamu itu beda sama anak lain sayang, kalau dia tiba tiba bad mood nanti, dia pergi lagi dari rumah sampai berhari hari, terus kamu juga yang nangis berhari hari, jadi biar Abang ngisi perutnya dulu sebelum kamu omelin”, ujar Rama.
“Ck, iya iya”.
Setelah 20 menit menunggu anaknya makan, tanpa di panggil Dave menghampiri orang tuanya, ia langsung berbaring di paha sang ayah yang tengah memainkan ponselnya.
“Abang”, panggil Aulia.
“Iya mom, adek mana”?
“Sama Tania”, jawab Aulia.
“Kenapa Abang bentak Tania”?
“Abang gak suka ada yang masuk ke kamar Abang sebelum Abang izinin”, jawab Dave sambil membaca komik milik Elyn.
“Kalau mommy lagi ngomong, tolong dihargai”, ucap Aulia.
Dave langsung duduk dan meletakkan komik di atas meja lalu menghadap ibunya.
“Abang kan udah bilang mom, abang gak suka orang lain masuk ke kamar abang”.
“Apa Tania orang lain”? Tanya Aulia.
“Ya emang dia orang lain mom, adek Leah yang adek Abang aja gak Abang bolehin dia masuk kalau belum Abang izinin”, jawab Dave.
“Abang kenapa sih”? Tanya Aulia lagi.
“Kenapa apa nya”? Dave balik bertanya.
“Kenapa abang berubah? Ada yang salah sama Tania”?
“Abang gak berubah dan gak ada yang salah sama dia”, jawab Dave.
“Terus kenapa Abang jadi gini? Dulu aja sampai nangis nangis kalau gak ada kabar dari Tania”, ucap Aulia.
“Itu dulu mom, Abang masih kecil”, balas Dave.
“Iy___
“Udah lah mom, kenapa jadi bahas dia sih”? Kesal Dave.
“Abang”, tegur Rama yang melihat anaknya yang mulia terpancing emosi.
“Maaf mom”, ucap Dave.
Aulia tersenyum dan mengangguk kan kepalanya.
“Abang jeleeek”, panggil Elyn sambil berlari dan memeluk Dave.
Melihat Tania yang hanya berdiri di pintu belakang, Rama menyuruh Dave mengajaknya kembali ke belakang halaman dan meminta maaf.
“Minta maaf kenapa dad? Abang gak ngapain ngapain dia”, ucap Dave.
“Daddy gak pernah ngajarin abang ngebentak perempuan ! Ingat mommy sama adek bang, mereka perempuan”, ujar Rama.
“Mck, yaudah iya”, final Dave.
“Yang ikhlas nak”, ucap Aulia.
“Yes, mom”! Balas Dave dan langsung berjalan ke arah Tania dan mengajak nya ke halaman belakang.
Sesampainya di halaman belakang, Dave mengajaknya duduk di kursi rotan yang berada di bawah pohon mangga yang sangat besar.
“Duduk”, suruh Dave.
Tania menurut, ia duduk di ujung kursi , menjauh dari Dave seakan Dave adalah kuman !
“Ngapain jauh jauh”? Tanya Dave.
“Sini lagi”, suruh Dave yang melihat masih banyak jarak di tengah mereka.
Dave langsung memegang tangan Tania setelah Tania duduk tepat disampingnya dengan kulit tangan yang bersentuhan.
“Maaf”, ucap Dave sambil memainkan jari jari Tania.
“Hm?
“Abang minta maaf”, ucap Dave lagi.
“Mi-minta maaf kenapa bang”? Tanya Tania.
Dave memandang wajah Tania dengan intens dan dengan tangan yang masih memainkan jari tangan Tania.
“Abang minta maaf udah bentak Nia tadi”.
“Gak apa apa bang, Nia udah maafin”, jawab tania.
“Kenapa liat Nia kayak gitu dari tadi”? Sambung Tania.
“Kamu cantik”, Jawab Dave.
Blush, wajah Tania langsung memerah karna pujian yang terlontar dari mulut Dave.
“Ih, merah”, ucap Dave sambil mencubit pipi Tania.
“Aaa Abang, jangan di cubit”.
“Biarin, kayak tomat pipinya”, balas Dave.
“Abang udah ih”.
“Iya iya udah”, ucap Dave dan kembali memegang tangan Tania.
“Abang”.
“Hm”.
“Nia mau tanya boleh”?
“Boleh”.
“Kenapa Abang gak telfon Nia lagi? Gak mau ngomong sama Nia kalau Nia telfon mommy”?
“Abang marah sama kamu”, jawab Dave.
“Marah kenapa”?
“Kamu bilang kamu mau pindah ke Batam dan gak akan balik ke sini lagi terus gak bisa ketemu sama Abang lagi” jawab Dave lagi.
“Itu kan Nia masih kecil Abang, asal ngomong”, kesal Tania.
“Bodo “!
“Ih, jahat, cuma gara gara itu abang bentak sama usir Nia tadi? Sekarang biar Nia pergi beneran”, ucap Tania yang sudah berdiri.
“Jangan pergi lagi”, ucap Dave yang menarik telunjuk Tania dan menatap mata Tania.
Tania melihat tangan Dave yang menarik jarinya lalu membalas menatap matanya, Dave berdiri dan langsung memeluk Tania.
“Jangan pergi lagi Nia, Abang kangen sama kamu, gak mau kamu pergi lagi” ucap Dave.
“Nia gak pergi lagi Abang, Nia disini terus sama Abang”, balas Tania.
“Janji”?
“Nia janji”.
Dave melepaskan pelukannya lalu mengecup sekilas pipi chubby Tania.
“Ihh Abang”.
“Kenapa”? Tanya Dave.
“Gak boleh cium cium”.
“Kenapa”?
“Ya gak boleh”.
“Kamu udah punya pacar”? Tanya Dave dengan wajah yang kembali menjadi datar.
“Belum”.
“Kamu gak boleh pacaran”, ucap Dave.
“Kenapa”?
“Kamu punya Abang”, ucap Dave.
Bersambung…