Setelah pulang memeriksa keadaannya yang ternyata hamil, Rama dan Aulia langsung menjemput Elyn untuk pulang kerumah mereka. Cendol yang di inginkan Aulia sudah habis ia minum saat di dalam mobil tadi.
Sekarang mereka sudah tiba di rumah dan Rama langsung menyuruhnya untuk mandi, Elyn sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah selesai mandi, kini gantian Aulia yang menyuruh suaminya untuk mandi, ia berjalan ke arah lemari bajunya untuk mengambil daster lalu ia pakaikan di badannya.
Aulia mengambil ponselnya lalu memotret perutnya yang masih rata kemudian ia mengirim nya ke kontak Dave.
Bujangku ❤️
Abang,
Abang mau jadi Abang lagi dari si kembar.
Ia tersenyum melihat isi chat nya bersama Dave, ia merindukan putra sulungnya itu sampai sampai tak terasa air matanya tiba tiba menetes, dengan cepat ia menghapus air matanya agar sang suami tak mengomel.
Rama keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan ke arah lemari pakaian untuk memakai baju, tumben sekali suaminya itu tidak tebar tebar pesona dan memperlihatkan perut bisep nya.
“Mas”.
“Hm”
“Mau makan apa”?
“Gak usah masak, ngomong aja mau makan apa”.
“Cek ileeeh, orang kaya mah beda”.
Rama menolehkan kepalanya menatap Aulia dengan wajah julid.
“Baru tau kamu suami kamu kaya”?
“Sabodo teuing lah mas”, ucap Aulia lalu keluar dari kamarnya dan menuju kamar anak perempuannya.
Tok
Tok
Tok
“Adeek, lagi ngapain? Mommy masuk ya”.
“Bentar mom, Elyn pake baju”, sahut Elyn dari dalam.
“Oke”.
Ceklek, Elyn membuka pintu dan mempersilakan ibunya untuk masuk, Aulia pun masuk dan duduk di pinggiran kasur anaknya.
“Sini”, tepuk Aulia pada sisi kasur yang kosong di sampingnya.
“Kenapa mom”? Tanya Elyn yang sudah duduk di sampingnya.
“Adek seneng gak kalau di sini ada dedek bayinya”? Tanya Aulia sambil mengelus perutnya.
“Seneng kok mom, nanti Elyn gak kesepian lagi kayak sekarang”, jawab Elyn.
“Jadi adek seneng kalau punya dedek bayi”?
“Seneng mom, tapi kenapa mommy tanya itu”?
“Disini udah ada dedek bayinya, ada dua”, jawab Aulia.
“Waaah, beneran mom”? Pekik Elyn.
“Ye, yee, Yee__ Elyn punya dedek dua, dedeknya kembar”, ucap Elyn sambil berlonjak di atas kasur.
“Elyn seneng banget”.
Aulia tersenyum melihat antusias anak perempuan nya yang sangat senang dengan kehadiran calon adiknya nanti, tapi ia belum tau bagaimana dengan Dave, apakah anak laki lakinya itu menerima atau tidak.
Rama yang mendengar suara ribut ribut dari dalam kamar anaknya langsung masuk kedalam sana.
“Kenapa”? Tanya Rama yang melihat Aulia tengah duduk di pinggiran kasur.
Elyn melompat dari kasur nya dan berlari ke arah ayahnya.
“Daddyyy”, Elyn memeluk ayahnya.
“Kenapa sayang”?
“Elyn seneng banget Daddy”, ucap Elyn.
“Seneng kenapa? Cerita sama Daddy”.
Elyn melepaskan pelukannya lalu menarik tangan ayahnya untuk duduk di kasurnya.
“Elyn seneng, karna di sini ada dedek bayinya, dedek nya ada dua dad”, ucap Elyn dengan mengusap perut ibunya.
Ternyata istrinya sudah memberi tahu kepada Elyn jika ia sedang mengandung.
“Kok Daddy diem? Daddy gak suka ya”? Tanya Elyn.
“Daddy suka kok sayang, Daddy juga seneeeng banget”, jawab Rama.
“Abang seneng gak mom”, tanya Elyn pada Aulia.
Aulia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saja.
“Mau makan di luar atau pesen aja”? Tanya Rama.
“Pesen aja mas, capek mau keluar”, jawab Aulia.
“Adek mau makan apa”?
“Daddy, kan Elyn mau punya dedek, Daddy sama mommy jangan panggil elyn adek lagi, panggil kakak Elyn”, ucap Elyn.
“Siap kakak Elyn”, balas Rama dan mengangkat tangannya membentuk tanda hormat.
“Hahahaha”, terdengar suara tertawa yang sangat gembira di dalam kamar anak perempuan mereka.
19:00 WIB.
Tring..
Tring..
Tring..
“Mom, handphone nya bunyi”, ucap Elyn.
“Siapa nak”? Tanya Aulia yang sedang berada di dapur.
“Bujangku”, Jawab Elyn.
“Angkat aja, itu Abang”.
“Oke”.
“Hallo”, jawab Elyn.
“Hallo, who are you”? Tanya Dave.
“Preeet, gak usah sok sok an bahasa barat Abang”.
Dave di seberang sana tersenyum mendengar nada jengkel adik nya.
“Hahaha, mana mommy? Kok adek yang angkat”?
“Mommy lagi ngipasin buah jambu, jambunya udah baaanyak banget dipohon”, jawab Elyn.
“Oh”.
“Iih Abang, jangan singkat singkat gitu ngomongnya, Elyn matiin nih”.
“Iya iya maaf, adek gak kangen Abang”? Tanya Dave.
“Kangen, abang kapan pulang”?
“Abang lebih kangeeen banget sama adek, nanti Abang pulang kalau sekolahnya ada libur”, Jawab Dave.
“Jangan lama lama, Elyn dah kangen banget”.
“Iya sayang, adek nakal gak selama Abang gak ada”? Tanya Dave lagi.
“Enggak, Elyn gak pernah nakal__
“Bohong bang, adek nakal banget semenjak Abang gak ada”, celetuk Rama.
Dave langsung mengalihkan panggilan teleponnya menjadi panggilan video.
Dengan rasa kesal kepada Daddy nya dan rasa takut kepada abangnya, mau tak mau Elyn mengangkat panggilan video itu.
“Hallo”, Elyn mengangkat dan melambaikan tangannya.
“Kenapa nakal? Kan Abang bilang jangan pernah nakal kalau abang gak ada”.
“Elyn gak nakal kok, Daddy tuh bohong”, ucap Elyn.
“Daddy atau adek yang bohong”?
“Daddy”, Jawab Elyn yang menunduk dan sudah ingin menangis.
“Liat Abang!”
Elyn menggelengkan kepalanya dan sudah menangis.
“Liat Abang Leah”.
Mau tak mau Elyn menegakkan kepalanya dan mengusap air matanya.
“Kenapa nangis”?
“Daddy yang bohong, Elyn gak nakal, tanya aja sama mommy”, ucap Elyn.
Aulia datang dari dapur dengan membawa jambu yang telah ia potong kecil kecil.
“Daddy nakal mom”, adu Elyn sambil memeluk anaknya.
“Daddy kamu suka banget jahilin anaknya, heran deh”, omel Aulia.
“Hai mom”, ucap Dave di seberang sana setelah melihat wajah ibunya.
“Hai, Abang sehat nak? Tanya Aulia.
“Sehat mom, mommy sehat”?
“Sehat kok, Abang udah liat chat mommy”?
“Udah kok”, jawab Dave.
“Terus”? Tanya Aulia.
“Apa nya yang terus”? Dave balik bertanya.
“Gimana tanggapan Abang”?
“Ya gak gimana gimana mom, Abang seneng kalau mommy seneng__pasti itu ulah Daddy”, ucap Dave.
“Lah, kok Daddy”? Tanya Rama.
“Terus siapa lagi kalau bukan Daddy? Jeon jungkook”? Tanya Dave.
“Heh! Ya Daddy lah, enak aja”, aku Rama.
“Itu ngaku”, Jawab Dave.
“Udah udah, kok malah ribut”, ucap Aulia.
“Anak kamu itu looh”, balas Rama.
“Abang”, panggil Aulia.
“Iya mom”.
“Abang sibuk gak”?
“Enggak, kenapa mom”?
“Mommy mau liat pohon maple yang dekat asrama abang dong”.
“Oke, sebentar ya mom, Abang turun dulu ke bawah”.
“Iya bang”.
“Ngidam”? Tanya Rama pada istrinya.
“Kenapa emang nya”? Sewot Aulia.
“Ya nanya aja sayang”.
“Hm”.
Dave telah sampai di bawah pohon maple yang ingin ibunya lihat.
“Ini mom”, ucap Dave.
“Abang selfie di situ ya, terus nanti kirim ke mommy”.
“Iya mommy”.
“Makasih ya Abang”, ucap Aulia.
“Kembali kasih mommy__yaudah kalau gitu abang masuk ke asrama lagi ya mom”.
“Iya sayang, jaga kesehatan ya disana, jangan nakal”, ucap Aulia.
“Iya mom, mommy Daddy sama adek jaga kesehatan juga, Abang sayang kalian”.
“Kami juga sayang sama Abang”.
“Bye mom__ilove you”.
PIP, Dave langsung mematikan sambungan telfonnya.
Aulia masih menatap ponselnya, ia sebenarnya masih rindu dengan putra sulungnya itu.
“Udah, nanti telfon lagi kalau Abang gak sibuk”, ucap Rama yang seakan mengerti perasaan istrinya.
“Iya mas”.
***
16:00 WIB.
Ting tong..
Bunyi suara bel mengalihkan atensi Aulia yang sedang menyirami bunga mawar ya, ia segera berjalan ke depan untuk membuka pintu.
Ceklek, Aulia membuka pintu dan melihat siapa yang bertamu di rumahnya sore sore begini.
“Assalamualaikum, mom”.
“Waalaikumsalam”, sahut Aulia.
“Mm, ini mom salad buahnya, kata Abang mommy kepengen salad buah”.
Aulia masih diam di tempat nya, ia memperhatikan anak perempuan di depannya ini.
“Tania”, panggil Aulia.
Ya, anak perempuan di depannya ini adalah Tania, ia membawakan Aulia salad buah seperti apa kata Dave.
“Iya mom”.
“Kamu sering telfonan sama Dave”? Tanya Aulia.
“Gak sering mom”.
“Masuk dulu”, ajak Aulia.
Mereka berdua masuk dan menuju halaman belakang, setelah sampai disana Aulia mengajak Tania untuk duduk di kursi rotan.
Tania meletakkan salad buah yang ia bawa di samping nya, ia tak berani lagi membuka suara sebelum Aulia bertanya.
“Jangan keseringan telfonan sama Dave ya”.
“Kenapa mom”? Tanya Tania.
“Mommy gak suka kamu Deket sama Dave lagi”.
Tania menatap wajah Aulia yang dulu nya sangat lembut jika mentapnya, tapi kini wajah itu berubah menjadi sangat dingin.
Tania menganggukkan kepalanya dan menyerahkan salad yang ia bawa tadi kemudian pamit pulang kepada Aulia.
Aulia melihat Tania pulang dengan wajah yang sedih, ia tak ingin berkata seperti itu sebenarnya, tapi ia harus melakukan itu agar Dave dan Tania fokus pada sekolah mereka dulu, ia takut Dave akan kebablasan seperti kemarin jika mereka semakin dekat.
Ia menatap salad buah yang di bawakan oleh Tania untuknya, ia membuka bungkusan itu lalu memakannya dengan air mata yang menetesi pipinya.
Bersambung…