Setalah kejadian tadi aku kembali tidak sadarkan diri saat kutahu aku sudah ada di dalam mobil bersama Doni, Randy dan salah satu muridku dengan berat ku coba untuk membuka mata melihat sekitar dari kaca mobil yang kulihat sudah malam…” ohooo..lihat teman2 lonte kita sudah bangun” ucap Doni yang mengetahui kalau aku mulai sadar, Doni dan Roni ada di kursi belakang dengan posisi aku di tengah sedangkan Randy ada di depan bagian sopir mereka lalu melihatku dengan wajah senang dan tertawa…
Malam itu aku di antarkan mereka entah kemana karena aku tidak tahu jam berapa sekarang. sepanjang perjalan Roni terus memuji keindahan dan kesemokan tubuhku yang duduk di samping Doni dengan pakaian gamis sudah kusut yang sengaja Doni berikan pada ku karna pakaian seragam mengajarku yang sudah basah dan juga robek karna ulah Doni dkk.
Sedangkan Doni di belakang kulihat mulai sibuk dengan hp nya.Tak henti hentinya Roni memuji keindahan tubuh ku yang di anggapnya masih sexi bahkan sesekali Roni tak sungkan untuk meraba payudara ku yang tidak memakai Bh terlihat cukup bernapsu padahal tadi dia sudah menyetubuhiku mungkin karena sisa birahi yang belum tertuntaskan .”
Wah saya sungguh kagum dengan keindahan tubuhmu Bu ira ” ucap Roni seraya meraba payudara dari balik gamisku. ” saya tak menyangka dibalik sosok kamu yang tertutup menyimpan sejuta kejutan hahahahhah ” sambung Roni seraya meremas payudara ku yang membuat ku mendesis ” sssshhhhhhhsssssshhhh ” aaaahhh jangan sudah Roni ” ucap ku saat payudara di remas oleh tangan Roni yang terlihat bernapsu..
Kemudian Doni menyuruh Randy untuk berhenti di sebuah tempat yang sepi dan suasana nya sangat terlihat pedesaan tidak ada 1 orang pun yg lewat penerangan jalan tidak ada cuma terdapat lentera yang di ikat ke bambu. “Kita ada dimana ini Doni” tanya ku yang memperhatikan sekitar dari dalam mobil. Ngocoks.com
”Kami akan membawamu ke seseorang ” ucap Doni seraya memandangku dengan tatapan misterius dan mengajak Roni yang masih meremas payudaraku” Roni ayo ikut jangan main terus sama guru lontemu ini ” seru Doni pada Roni yang menyuruhnya untuk pindah tempat dengan diriku dan kulihat berunding tentang sesuatu.
Selang beberapa waktu akhirnya mobil kembali berjalan semakin kedalam pedesaan hingga suatu ketika mobil yang di kendarai kita tiba di suatu rumah yang cukup kuno di desa tersebut. Randy lantas bertanya ke Doni “apakah betul itu rumahnya” Doni cuma mengangguk kan kepala tanda mengiyakan, di rumah itu cuma di terangi dengan lentera yang sama seperti di jalan yang membuat suasana di sekitar menjadi remang2.. sebelum Doni dan lainnya mengajak ku keluar dimana ku lihat ada sebuah mobil yang terparkir di situ yang terlihat tidak asing bagiku.
Tidak menunggu lama Doni bersama Roni mengandeng tanganku lalu membuka pintu mobil untuk mengajakku keluar di dalam hati aku sedikit takut mau di apakan lagi diriku kali ini, kami bertiga berjalan menuju rumah kuno itu sedangkan Randy mau memparkirkan mobilnya dulu, sambil berjalan kulihat suasana dekat rumah yang di tumbuhi pohon2 besar dan banyak semak2 serta tumbuhan liar hanya lampu di rumah kuno itu saja yang ada penerangannya berupa lentera..
Tidak berselang lama akhirnya kita sampai di depan rumah kuno itu dan masuk ke teras depan pintu pas Doni mulai mengetuk pintu tanpa ragu “tok tok” tiba tiba pintu terbuka saat seorang nenek tua dengan pakaian kuno membukakan pintu dengan tawa yang menakutkan ” hihihihi silahkan masuk tuan anda sudah di tunggu di dalam” kata nenek tua menyuruh kami masuk,
Doni dan Roni masuk tanpa ada keraguan sama sekali sedangkan aku sedikit takut tapi apa daya tanganku langsung di tarik masuk oleh Doni setelah masuk kami lalu di suruh menunggu dulu di ruang tamu, si nenek tua kemudian menghampiri Doni dan mengajaknya untuk ke dalam ruangan yang terlihat mencurigakan… “Roni tolong jaga lonte ini jangan sampai kabur” hardik Doni ke Roni agar menggantikannya menjagaku tidak kabur,
Terlihat di depan pintu itu seperti ada tulang rusa yang mempunyai tanduk panjang di tambah ada sedikit bulu bulu hitam menambah kesan seram membuatku takut, Roni kulihat tidak berhenti2 ya memandangiku yang hanya memakai gamis dan jilbab di dalamnya tidak memakai Bh sama Cd mungkin karena dia belum puas padahal sudah menyetubuhiku tadi,
10 menit kemudian Doni keluar bersama dengan nenek tua itu dan menghampiri ku..”ayo ikut aku”kata Doni sembari mensrik tanganku dengan paksa yang di ikuti Roni di belakangku untuk mengajakku masuk kedalam ruangan yang menurutku menyeramkan dengan perasaan yang was2 serta takut diriku kulangkahkan kaki menuju ke dalam ruangan itu “cklek kreekk” nenek tua itu membuka pintu tersebut lalu mempersilahkan kami untuk masuk sedangkan nenek tua itu kembali menutup pintunya… Dan betapa terkejutnya diriku karena di dalam ruang itu sudah ada Bu laili istri juragan beras berwatak sombong diam diam memang membenciku serta iri terhadapku yang nampak ya sudah menunggu kedatangan ku.
“Bu laili kenapa ada disini”tanyaku dengan nada keras.
“Diam kau dasar guru lonte Hahaha”ucap Bu laili sambil tertawa.
Di samping bu laili terlihat seseorang seperti dukun yang dari tadi memandangiku dengan tatapan tajam
“Hehehe apa ini orang yang kamu maksud”kata si dukun itu ke bu laili.
“Iya ini dia orangnya” jawab Bu ira sambil menunjuk diriku.
Melihat aku yang telah tiba bu laili lalu bercerita ke dukun sambil membisikkan sesuatu, aku berinisiatif membuka pintu lalu kabur tapi tanganku di pegang erat2 oleh Doni yang siap kapanpun memukulku bila aku melakukan hal yg mencurigakan.. lalu si dukun itu menyambut ku dengan wajah sangat ceria ” selamat datang di rumahku, ternyata kamu seorang guru lonte ya hahaha” sahut Si dukun menyambut ku. ” Iya dia adalah guru lonte ” sahut Bu laili sembari menyuruh Doni untuk membuka gamisku yang membuatku meronta ronta di ikuti pukulan keras di perutku “bukk” aku merasa kesakitan dan lemas
”Jangan macam macam ya kamu atau nanti aku pukul ” ancam Doni sembari memandangi wajahku ” iya aku mengerti” jawabku sambil berusaha berdiri. lalu Doni dan Roni membuka gamisku dan terlihatlah pemandangan indah dimana ada tato dan tindik di badanku yang membuat si dukun bertambah kagum” waaaahhhh Hahahaha dasar guru lonte dari luar kelihatan syari tapi ternyata dalamnya pelacur” puji Si dukun padaku sembari tangan ya memegang tubuhku dan berhadapan dengan ku.
“Hahaha memang ki dia itu seorang lonte cuma di tutup tutupi dengan kealimannya serta pakaiannya” kata bu laili sedangkan aku menahan malu karna si dukun begitu sangat terlihat tertarik dengan penampilan ku kini. ” ayo sayang kesini “ajak si dukun itu untuk duduk di depan mejanya kemudian Bu laili menyuruh Doni dan Roni agar menelanjangiku.
“Hahaha apa bu ira tahu yang menyuruh Doni adalah saya karena ingin menjadikanmu sebagai budak sex anakku yang tidak bu ira setujui untuk naik kelas ” lanjut Bu laili menjelaskan padaku sambil memaki ku. Ternyata bu lsili selama ini menyimpan dendam yang sangat dalam padaku.
“Dasar kejam, manusia biadab” hardik ku pada Bu laili sembari mata ku melirik ke arah Bu laili.
Mendengar kataku tadi Doni sudah ancang2 mau memukulku lagi tapi di tahan oleh bu laili agar menyuruhnya diam.. “Jangan di pukul biarkan saja, habis ini dia akan kubuat jadi lonte bunting” ucap Bu laili sambil memerintah Doni agar tidak memukul ku, si dukun lalu kembali memandangiku ke arah tato ku dan kemudian Bu laili dengan kejamnya menyuruh Doni untuk membuka lebar2 kaki ku sehingga membuat vaginaku terbuka yang memperlihatkan klitoris bertindik ku menambah keyakin si dukun kalau aku adalah seorang lonte. “bagaimana aki pas kan dia untuk di jadikan lonte bunting” kata bu laili ke dukun tersebut.
Doni pun kemudian memposisikan kembali dudukku. Ternyata diam2 Bu laili dan kelompoknya ini sengaja menjebakku karena mereka adalah pengabdi iblis menjelaskan kenapa tato di badanku bergambar tulang kambing dan iblis, yang parahnya lagi Bu laili menjebakku hanya karena anaknya Roni berulang kali tidak naik di karenakan Roni memang susah di ajari dan membandel..
Selang beberapa waktu si dukun mulai meracik ritualnya hingga merapalkan sihirnya kemudian si dukun menghampiriku lalu di oleskannya hasil ritualnya tadi ke perutku setelah itu si dukun berpesan kepadaku kalau dia akan membuatku awet muda tapi sebagai gantinya tiba2 perutku terasa sakit yang tak tertahankan “aaaahhhh…sssaaakkkiitt” ucapku seraya memegangi perutku yang tiba2 semakin lama semakin membesar seperti terisi sesuatu..
Aku kembali menahan kesakitan di perutku sampai air mata menetes di pipiku kulihat Bu laili dan lainnya hanya menatapku dengan wajah gembira beberapa menit kemudian si dukun memberikan minuman kepadaku yang tanpa pikir panjang kuminum saja yang membuat perutku berhenti membesar tapi seperti orang hamil 7 bulan, aku sangat terkejut melihat perutku tiba tiba sudah seperti orang hamil saja.
“Hahaha bagus ki, sekarang kamu bu ira sudah seperti lonte bunting” tawa bu laili pada ku yang sedang duduk di hadapan nya, ku pegang perutku seperti sedang mengandung ku buat duduk seperti tersangga lebih buruknya lagi apa kata orang2 lain nanti saat melihatku yang statusnya seorang janda tapi bunting… “Penderitaanmu belum berakhir Bu ira sampai kamu benar2 jadi lonte bunting Hahaha” kata Bu laili menegaskan dengan mimik ceria.
Setelah itu Bu laili menyuruh Doni untuk memakaikan lagi gamisku tapi gamis yang kupakai tidak menutupi kakiku di karenakan terkena perut buncitku Doni dan Roni membawaku keluar ruangan sambil membantuku berjalan, Bu laili kulihat masih berunding dengan si dukun lalu setelah beberapa saat Bu laili menyusul kami di ruang tamu, di ruang tamu kami di sambut kembali oleh seorang nenek tua tadi lalu berpamitan. ” Ayo kita pangsung saja ke gedung yang sudah kusiapkan” celoteh Bu laili sambil melangkahkan kakinya keluar” Terus mobilnya ibu siapa yang bawa” tanya Roni pada Bu laili” Oh itu,Doni nanti Randy kamu suruh bawa mobilku ya mobil satunya kamu yang nyetir” suruh Bu laili pada Doni sembari mengawasiku saat berjalan kaki…
Setelah beberapa saat kami pun sampai di tempat mobil yang satunya lalu Doni menyuruh Randy agar membawa mobil bu laili sedangkan kami bertiga akan naik mobil yang tadi. Doni di bagian depan karena dia bagian menyetir lalu Roni dan Bu laili di belakang dengan posisi aku di tengah, saat naik mobil aku sedikit kesusahan karena mau mengangkat kaki sedikit tersangga perut buncitku yang di bantu sedikit oleh bu laili.
Setelah semua masuk Doni langsung berangkat menuju tujuan yang tidak kuketahui mereka akan membawaku kemana tapi yang jelas penderitaanku belum berakhir ” hhhhmmmmzzzz Roni lihat gurumu sudah seperti lonte bunting habis ini kita akan lebih siksa dia ” kata Bu laili sambil menengok ke arah Roni ysng diam2 meraba pahaku.
“hahaha bagus itu bu” jawab Roni kegirangan.
Kemudian Bu laili kembali mengalihkan pandangannya pada ku sambil mengancam “Hei Bu ira sekarang kamu harus jadi budak anakku kalau tidak nurut kami akan buat kamu tersiksa lagi, ngerti” ancam bu laili padaku sambil meremas tanganku.
“Hemsffhh baik” dengan menangis tersedu2 aku menyetujui perkataan Bu laili.
“Oh iya satu lagi kalau Roni atau aku menelponmu, bu ira harus segera melaksanakannya biarpun bu ira lagi ngajar atau lainnya setiap kami menelponmu Bu ira harus segera berangkat, kalau tidak bu ira akan saya hukum” Bu lali kembali memberitahuku dengan nada mengancam agar saat Roni atau Bu laili menelpon aku harus segera melakukannya sungguh aku sekarang seperti seorang pelacur bunting yang harus menuruti semua kemauan bejat ibu dan anak ini,
Sekarang saja aku tidak tahu kemana mereka akan membawaku lagi yang kutahu cuma lampu jalan dan pengendara yang sama2 melintasi jalan.. Kulihat di jendela sepertinya mereka akan menuju desa tempat kita tinggal tapi kemudian Doni mengarahkan mobilnya ke sebuah gedung di sebelah rumah kosong memang rumah itu sudah lama kosong karena pemiliknya sudah menjualnya dan di beli oleh Bu laili,
Doni lalu memparkirkan mobilnya di belakang rumah kosong dan Bu laili lalu membuka pintu mobil sambil mengajakku keluar mobil di ikuti Doni dan Roni dari belakang lalu masuk melalui pintu yang ada di belakang gedung itu.. “Sekarang bu ira boleh teriak sekeras kerasnya karena tidak akan ada yang bisa mendengar teriakanmu “kata Bu laili padaku. Suasana malam yang dingin di tambah sepinya jalan yang memang sekarang waktunya orang beristurahat menambah rasa takutku, di depan pintu gerbang terdapat gembok yang masih terkunci di pintu kemudian Bu laili merogoh tasnya dan memberikan kunci gembok itu kepada Doni lalu menyuruhnya membuka pintu
“sreeekkk gleeeddggkk” pintu gedung itu di buka ketika berada di dalam aku melihat suasana sekitar yang terbilang masih bersih untuk gedung yang sudah lama tidak di gunakan yang berhenti beroperasi, tepat di depan gerbang yang terbuka lantas Doni masuk duluan kedalam menghampiri ke arah depan, Bu laili dan Roni menuntunku untuk masuk kedalam dengan mengandeng tanganku lalu Roni kembali menutup pintu dan sampailah kita bertiga di dalam.
” Doni cepat buka baju Bu ira ” perintah Bu laili.
“Baik nyonya”jawab Doni lalu menghampiriku membuka gamis dan kerudungku dengan mudah karena aku sudah menyerah nurut apa yang akan mereka lakukan padaku meskipun dalam hati aku tidak mau dan ingin melawan tapi ada perasaan nikmat yang selalu menyelimutiku saat mereka melecehkanku. Satu demi satu gamis dan kerudungku jatuh kelantai membuatku telanjang tanpa 1 helai benang pun,
Bu laili menyuruh Doni dan Roni agar melecehkanku lagi tapi kali ini berbeda dari sebelumnya Doni mengambil sebuah suntik besar yang ujungnya tumpul terbuat dari plastik di tangan kanannya sedangkan di tangan kirinya membawa sebuah ember besar berisi air dan menaruhnya di lantai kemudian Doni mengambil sesuatu seperti dildo besar dan panjang dari meja yang di olesi dengan krim yang tidak aku ketahui..
Bu laili mengambil tali lalu memberikannya ke Doni yang memposisikan tanganku ke belakang terus di tali hingga rapat membuatku semakin kesulitan mengatur tubuhku karena aku dalam posisi menungging di tambah perutku yang sekarang sudah buncit membuat susah untuk membungkuk.
“Mau kalian apakan aku kali ini”tanyaku sambil menangis memohon agar mereka tidak semakin parah menyiksaku.
“Hehehe tenang Bu guru lonte kami akan membuatmu merasa puas” jawab Doni dengan wajah senyum menakutkan.
Tiba tiba Hp ku yang di bawa Bu laili bergetar dari dalam tasnya sontak membuat bu laili mengambil Hp itu dari dalam tas, setelah di lihat ternyata ada sebuah telpon untuk Bu ira.
“Ini ada telpon untukmu lonte bunting” Hardik Bu laili seraya mendekatkan hp ku ke telinga tapi sebelum itu Bu laili menekan tombol loudspeaker di layar hp yang membuat suara dari orang di hp terdengar oleh semua orang di gudang itu.. “Nih cepat ngomong, aku loadspeaker agar kami tahu pembicaraan kalian di telepon” kata bu laili lalu menyodorkan hp di telinga sambil memeganginya.
“Iya halo dengan siapa ini”Sapa Bu ira
“Oh ini saya Bu karim bu, saya mau memberitahukan bahwa besok itu ada acara besar2 an di pengajian kita jam 09.00 pagi dan di harap semua murid, wali murid serta guru di wajibkan untuk ikut semua” kata Bu karim selaku teman 1 kerja dengan Bu ira yang statusnya juga guru ngaji.
“Oh emghff… eghhiya Bu karim saya aaahheghh… lupa, baik besok saya akan hadir” saat aku mau menjawab telpon Bu karim Doni dengan seenaknya sendiri memasukkan air melalui suntik plastik tadi yang membuat ku sedikit terkejut.
“Bu ira ada kok jawabnya sedikit sulit” ucap Bu karim yang kebingungan mendengar nada bicara Bu ira yang sedikit aneh.
“Ehghmmff… tidak ada apa2 kok bu karim cuma habis kepedasan saja tadi saat makan pedas.
“Oh saya kirain ada apa tadi, ya sudah besok harus hadir ya bu, hati hati sama Roni dia soalnya susah di atur bandel dan lagi dia susah buat naik ke tingkat selanjutnya” kata Bu karim di telefon sontak membuat Bu laili tersenyum menakutkan padaku sambil semakin erat mengenggam hp ku.
“Iya Bu karim terima kasih buat nasihatnya” jawab Bu ira
“Hoh jadi besok mau ada acara besar2 an ya di pengajian Hahahaha, bagus kalau begitu pas sekali” ledek Bu laili sambil kembali memasukkan Hp ku ke dalam tasnya entah apa yang mereka lakukan padaku kali ini.. Saat aku melihat ke atas Bu laili seperti mengkode pada Doni lalu menghampirinya dan membisikkan sesuatu pada Doni semakin membuatku semakin deg2 an, tidak menunggu lama Bu laili membawa sebuah suntikan besar seperti yang di bawa Doni tadisebanyak 9 di meja yang kemudian di berikan ke Doni jadi semuanya ada 10 suntik.
“Kamu tahu Bu ira, kami akan mengisi perutmu dengan air sampai penuh lalu akan kami sumbat lubang anusmu agar tidak bisa keluar Hahahaha” Bu laili menjelaskan sambil membawa lagi ember berisi air.
“Tidak tolong jangan….besok aku ada acara penting, kumohon jangan nanti perutku sakit” Aku memohon sampai air mataku menetes..”tolong…jangan” aku mulai menangis
Kemudian Roni memasukkan air ke suntikan itu satu per satu sedangkan Doni siap2 akan memasukkan air melalui lubang anusku, aku kembali menangis terus memohon pada mereka tapi tidak di dengar oleh mereka seakan akan tidak punya perasaan belum sempat aku berhenti menangis Doni dengan sigapnya menghujamkan suntik itu ke dalam lubang anus ku “sleeepppruut” “aahh..jjaanggaannn” tiba2 tubuhku seperti merasakan sesuatu yang dingin mengisi perutku, setelah selesai 1 suntikan Doni tanpa berhenti langsung memasukkan kembali suntikan yang kedua yang di ikuti dengan bu laili menarik rambutku keatas…
“Dasar lonte bunting bisa diam tidak” hardik Bu laili yang marah karena melihatku sampai2 pipiku pun di tampar olehnya membuat ku semakin teriak.. “Aaahhghhhfgghh heheggfhhg…suuudddaahhh ssaaiiikkkiitt” racauku yang semakin tidak tahan menghadapi perlakuan mereka, tidak berselang lama setelah 9 suntikan sudah di masukkan perutku terasa sangat penuh bahkan aku sudah tidak kuat lagi untuk menungging ingin rasanya ambruk tapi dengan sigapnya Bu laili menyuruh Roni untuk menahanku agar tetap di posisi menungging.
Air di lubang anus ku mulai keluar sedikit demi sedikit karena aku sudah tidak tahan lagi untuk menahannya sebaliknya Bu lali kembali menamparku menyuruhku agar terus menahannya agar tidak keluar air di anusku atau Bu laili mengancamku akam menambah enema yang di berikan..
Aku pun menurutinya dengan sekuat tenaga ku paksa untuk menahan air tersebut agar tidak keluar dari lubang anusku tapi itu semua seperti mustahil sepertinya nasib buruk menimpaku air di anusku terus keluar meskipun itu sedikit atau setetes membuat Bu laili semakin marah padaku lalu menyuruh Doni untuk menambah 2 suntikan enema lagi.
“Doni tambah lagi 2 suntikan enema ke lonte ini” perintah Bu laili ke Doni yang langsung menuruti perkataan Bu laili.
“Baik nyonya” jawab Doni lalu mengisi kembali 2 suntikan enema yang kemudian di masukkan secara paksa ke lubang anusku.
“Eeeegghhmmmfffggghh…..aaahhhhhhaaahhh…sssaaaakkkiiittt…ssuuuuddaaahhh…heeeeeehhhhggghheee”racauku menangis dan teriak sekeras kerasnya, perutku rasanya penuh kesadaranku semakin lama semakin memudar rasa sakit di perutku membuatku susah untuk tetap menjaga kesadaranku.
“Eeeeggghhhmmmfffggg aaahhhh….creeetttt ccrreeett” karena tidak tahannya aku menahan rasa sakit ini sampai2 sir kencing ku keluar menyembur dengan deras baru pertama kali ini aku merasakan kencing dari klitoris bertindik ku rasanya seperti ada kenikmatan “ooohhh…apakah aku akan di permainkan oleh nafsu ku sendiri” dalam hati ku bergumam saat diriku mulai melayang tidak karuan, Bu laili dengan jahatnya tertawa melihat aku yang kencing seperti keenakan.
“Hahahahaha…lihat Doni Roni lonte kita sepertinya mulai menikmati perlakuan kita” tawa Bu laili kesenangan.. Tinggal satu suntikan enema lagi yang terakhir tanpa buang2 waktu lagi Doni kembali memasukkan ya menambah penuh perutku rasanya ingin sekali keluar karena tidak tahan tapi aku takut nanti Bu laili menambah suntikan enemanya..
Seketika juga tubuhku seperti mengejang merasakan suntikan enema yang terakhir dan orgasme “aaaeeeegghhhh….eeegghhhh”mataku mulai kabur serta aku sudah tidak sanggup untuk menahan enema lagi dengan berat hati aku membiarkan agar air nya keluar tapi saat mau keluar “sllluuurrppp” Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“eeegghhhhh….aaahhhhhh..eeggghhhffmm” Doni dengan sigap menancapkan sesuatu seperti dildo yang sangat besar ke dalam lubang anusku, meskipun cuma bagian depannya saja tapi rasanya seperti penuh lubang anusku.
“Kamu tahu itu namanya butt plug kegunaannya adalah untuk menyumbat lubang anus” Bu laili menjelaskan nama alat itu dan kegunaannya semakin membuatku meronta ronta.
“Jaaannnhggaannn…iiitttuuu…tteerrllllaalluuu…bbeeessaarr” aku memohon meminta iba pada Bu laili.
“Sudah jangan dengarkan masukkan saja, cepat Doni” hardik Bu laili dengan nada tinggi. “Blleeess” dengan paksa Doni memasukkan butt plug extra besar kedalam lubang anusku.
“Eehh.. sempit sekali ternyata lubang anusmu Bu ira padahal sudah sering kami masukin hahaha” kata Doni yang terlihat kesusahan memasukkan butt plug, memang sesaat aku melihat benda itu ukurannya sangat besar sekali bahkan mungkin tidak muat di lubang anusku yang bisa dibilang sudah dower karena perlakuan mereka.
“Tttooollloonnngg.. jjjjaaanngggaann…kkkuuummmmoohhoonnn…hhhheeeehhheeefghhssrghh..Bu laili tolong hentikan” aku memohon sampai menangis sejadi jadinya meminta rasa iba pada Bu laili.
“Kenapa heh biarin ini hukuman buatmu karena tidak membantu anakku dalam naik di tingkat selanjutnya, Doni masukkan saja biar dower dan mengganga itu anus” dengan mata melotot marah Bu laili dengan kejamnya menyuruh Doni cepat2 melakukan tugasnya.
“Blleeesss” dengan paksa Doni menancapkan butt plug itu membuatku menjerit kesakitan ” aaahhhhh….sssaakkkiitt…”tubuhku mengejang saat semua bagian butt plug extra besar itu masuk ke dalam lubang anusku di ikuti diriku mulai lemas akhirnya ambruk dan pingsan, entah apa yang di lakukan mereka saat aku sedang pingsan tapi tubuhku sudah tidak kuat lagi menahan semua rasa sakit ini.
Bersambung…