Diriku yang dulunya jarang keluar rumah sekarang berbanding terbalik dari sebelumnya aku jadi sering keluar rumah entah itu malam atau kapanpun, saat ini saja aku tidak ada di rumah.. Keesokan harinya aku terbangun karena mendengar suara gemuruh aku mencoba membuka mata ku seolah olah sulit untuk di buka dengan badan yang masih lemas kulihat sepertinya aku sekarang ada di sebuah mobil kemarin malam aku naiki, ku tengok sekitar ada Bu laili Roni dan Doni kemudian Bu laili melihat ku sudah bangun lalu memberitahuku bahwa mereka akan mengantarku pulang.
10 menit kemudian kita sampai di depan rumah, kulihat tubuhku masih telanjang tidak memakai apapun di tambah perutku yang terasa penuh seperti orang hamil 8 bulan membuatku susah bergerak.. Sesampainya di depan rumahku kami bertiga turun dengan Bu laili mengandeng tangan ku tanpa memberikan pakaian sama sekali aku takut ada orang yang akan melihatku seperti pelacur habis kerja malam, seketika kami cepat2 masuk ke rumahku sesudahnya di dalam aku di bawa ke dalam kamarku.
“Eeeehhhggghhh…peeelllaaann pppeeelllaann…sssaakkiit ppeerruuttkkuu” kata ku karena Bu laili sangat kasar dalam mengandengku masuk kedalam kamar.
“Jangan rewel, gitu aja ngeluh” bantah Bu laili sembari menyuruhku duduk secara kasar berakibat ciran enema merembas dari celah2 butt plug.
“ihh..lihat bu, bu ira mengeluarkan cairannya” kata Roni saat melihat diriku.
“Apa kamu bilang” dengan tidak percaya Bu laili mendorong diriku sampai ambruk ke kasur lalu melihat lubang anusku yang ternyata mengeluarkan cairan enema dari selah2 butt plug.
“Doni apa sudah kamu kasih lem tadi di butt plug nya” kata Bu laili.
“Iya sudah nyonya, bahkan tadi aku banyakin agar susah lepas” jawab Doni membuatku terkejut mendengar ucapannya, ternyata butt plug tadi sengaja di olesi dengan lem yang kuanggap seperti minyak krim hancur sudah hidupku butt plug itu tidak akan bisa dilepas di tambah perutku akan semakin penuh karena tidak bisa keluar cairan enema beserta berakku.
“Ya udah biarin saja mandikan dulu ini lonte bunting” suruh Doni memandikan ku karena habis ini aku ada acara di pengajian, dengan kasarnya Doni menarik ku mendorongku untuk ke kamar mandi selangkah demi selangkah aku sampai ke kamar mandiku dengan cairan butt plug yang terus merembas dari sela butt plug sehabis mandi dengan paksa Doni menarikku untuk kembali ke kamar.
“Baiklah Roni ambilkan popok dewasa di mobil” suruh Bu laili ke anaknya.. Setelah 2menit Roni kembali dengan membawa sebuah popok dewasa dalam pikiran aku menduga pasti popok itu akan di pakaikan kepadaku.
“Bu ira hari ini kamu harus memakai popok ini selama acara di mulai sampai selesai” kata Bu laili padaku sembari merebahkanku ke kasur lalu memasangkan popok dewasa berukuran besar.”sudah selesai aman kalau bu ira ingin berak” ledek Bu laili dan lainnya seraya meninggalkan ku di rumah sendirian. Ngocoks.com
Seperti hari yang biasanya rutinitas aku awali dengan mengurus dengan mengecek Hp ku apakah ada pesan dari Olshop ku. setelah mandi aku berusaha bangkit dari kasur dengan susah payah karena perutku seperti penuh dan aku bersiap siap untuk pergi ke acara besar2 an di pengajian karena hari ini adalah waktunya hari kelulusan buat murid yang mau lulus.
Ku rias wajah ku secantik mungkin agar terlihat segar dan menarik. Tak lupa ku pakai lipstik berwarna merah merona agar penampilan ku semakin menarik. Ku lihat diriku di balik cermin dengan pakaian gamis besar dan rok panjang besar senada pakaian ku menutupi kaki hingga betis serta tangan ku yang dibalut stoking hitam untuk menutupi tato agar tidak terlihat.
Habis itu kuambil jilbab putih yang menutupi rambut ku sampai dadaku lantas ku kenakan masker untuk menutupi mulutku karna aku ingin terlihat sopan dan untuk menyembunyikan tindik di lidahku. Meskipun sudah memakai pakaian yang longgar sekali tapi malah membuat area di pantatku lebih menonjol dan melebar akibat besarnya butt plug yang di masukkan ke lubang anus serta popok dewasa berukuran besar, terasa saat kugunakan duduk atau berdiri seperti ada suara gesekan “srreekk srrreekk” dari dalam rok ku, ku lihat diriku di cermin untuk sekali lagi “Ohh.. apakah ini diriku yang sekarang seorang janda syari yang memakai popok serta tindik dan tato” dalam batin aku bergumam bingung karena di balik ini semua terdapat sebuah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya..
Selama aku melamun dan bergumam tanpa sengaja tiba tiba membuat nafsu birahi ku bergelora, dengan nafas terengah-engah tanpa sengaja air kencing ku tiba2 keluar deras di ikuti dengan rasa nikmat sontak aku terkejut karena diriku seperti di permaikan oleh hawa nafsuku sendiri yang membuatku kencing di popok tapi rasanya sedikit beda saat kencing masih berpakaian lengkap dan tidak di kamar mandi. kemudian Hp di sampingku tiba2 berbunyi kuraih kubuka ternyata terdapat pesan dari Bu laili agar sebelum berangkat ke acara aku di haruskan untuk makan sebanyak banyaknya, setelah melihat isi pesan itu terlintas di dalam pikiranku agar tidak menurutinya tapi berbanding terbalik dengan hatiku yang mengiyakan perintah Bu laili agar melakukannya teringat saat tadi diriku merasakan kencing yang luar biasa nikmat di tambah tindik di klitorisku membuat lubang kencingku seperti menyemprot dan mudah sekali horny…
Tanpa berpikir panjang aku memilih untuk melakukan perintah Bu laili ku berdiri dengan langkah yang sedikit mekangkang gontai ganting aku berjalan kearah dapur kulihat mereka sudah menaruh 2 bungkus nasi goreng di meja makan seketika juga entah kerasukan setan dari mana diriku dengan liarnya langsung mengambil piring sendok lalu kubuka semua bungkusnya dan kutuang semua nasi goreng itu kepiring lalu ku lepas masker yang sudah kupakai tadi kemudian kumakan secara lahap seperti orang kelaparan padahal aku yang biasanya mungkin tidak akan bisa makan seperti ini, aku masih dalam keadaan tersadar tapi semua anggota tubuhku seperti bergerak dengan sendirinya serta aku seperti di hinggapi rasa lapar yang sangat berbeda sendok demi sendok nasi goreng ku lahap dengan buasnya sampai tidak terasa lelehan cairan bercampur berak menetes dari sela butt plug..
Tidak cukup disitu aku dengan buasnya mengambil 1 botol air besar dari dalam kulkas lalu kuminum secara buas yang membuatku semakin lama tidak bisa mengontrol tubuhku, iya semkain ku coba melawan semakin kuat tubuhku bergerak sampai akhirnya aku sudah tidak tahan lagi merelakan diriku bertindak semaunya.. Dalam aktivitas itu kuberpikir mungkin ini ulah Bu laili dan anaknya yang pergi ke dukun kemarin membuat ku jadi seperti kesetanan begini,
Aku hanya bisa mendesah melenguh merasakan diriku seperti di permaikan oleh mereka yang lebih parahnya cairan berak keluar dari selah2 butt plug di ikuti dengan diriku kencing karena perutku tidak kuat menampung air yang kuminum… “Aaaahhhhh…eeeeuugghhhh…eeemmmmccceegghh…aaahhhh…” desahku merasakan kencing yang menyembur kencang membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa Semua ini ku lakukan atas perintah dari Bu laili dan anaknya yang mengirimkan pesan pada ku agar mengisi perutku sampai penuh seperti ini.
Setelah selesai makan aku kembali bisa mengerakkan tubuhku lagi tangan kanan ku memegang bagian popok dari balik gamis ku rasa popoknya sedikit mengembang mungkin karena sudah 2 kali diriku kencing serta berak yang tidak terhitung berapa kali, kurasakan perutku seperti penuh sekali dan sakit jadi ku gerakkan secara pelan untuk menghindari cairan berak keluar lagi ingin rasanya ku lepas dan kulihat popok itu tapi perintah Bu laili adalah tidak memperbolehkan ku untuk melepas popoknya sampai Bu laili menyuruh melepasnya.
Dengan langkah yang pelan aku mencoba menaruh piring ke bak cuci piring tapi meskipun begitu cairan berak masih bisa keluar sedikit demi sedikit, ku basuh piring itu serta ku cuci sampai bersih sambil menahan nyeri di perut membuatku semakin tidak tahan untuk berdiri bagaimana lagi lubang anusku saja sudah di sumbat dengan butt plug yang sangat besar membuat diriku tidak bisa menutup lubang anusku..
Setelah selesai mencuci ku taruh lagi piring itu ke tempatnya seketika rasa sakit itu semakin parah tanpa pikir panjang diriku yang sudah di selimuti nafsu menyibak rok gamis ku sampai ke perut lalu kulihat diriku yang sudah tidak memakai CD atau apapun hanya ada popok dewasa yang terbalut rapi serta berukuran besar mungkin size XL atau XXL .
Tangan kananku memegang perut sedangkan tangan kiriku memegang popok bagian depan dan “srreett srrrett crreett” “eegggghhhhaaahhh” desahku merasakan cairan berak keluar dari sela butt plug yang terasa hangat, otak ku seperti separuh gila mungkin karena perlakuan Bu laili yang menyuruh Doni untuk menyiksaku begitu kejam.. tidak berhenti di situ saja dengan diriku yang sudah terangsang ku berjalan menuju kearah kamar dengan rok yang masih berada di perut ku menyerah membiarkan cairan berak terus keluar sambil sedikit menggigit bibir bagian bawah “ooohhh…eeeggghhh…benarkan aku ini seorang pelacur murahan”
Sambil berjalan aku bergumam dengan tangan kanan memegang popok bagian belakang lalu ku buka pintu kamar kulihat jam sudah menandakan jam 08.10 reflek tanpa basa basi kulangkahkan kaki ku dengan cepat lalu duduk di kursi sambil berdandan aku pun merasakan saat duduk terasa seperti berbeda dengan biasanya seperti ada bantal tambahan yang empuk dan mungkin jorok..
Setelah selesai merias wajahku kembali ku menatap ke arah cermin terlihat diriku penuh yang tato serta memakai popok dan hanya bisa mengedipkan mata tanpa berkata apa apa. Tiba2 mulai tercium bau tidak enak dari dalam popok reflek ku raih parfum di meja lalu ku semprotkan ke arah popok agar nanti orang tidak tahu secepatnya ku rapikan lagi rok sampai menutupi mata kaki tak lupa ku pakai masker untuk menutupi tindik di lidahku sebelum itu ku pakai stoking hitam untuk menutupi tato di kaki serta di tangan. Aku pun bergegas keluar kamar menuju teras rumah ku dimana kulihat Roni bersama ibunya sudah menanti ku didalam mobil.
” Halo Bu ira bagaimana nyaman pakai popoknya ” sapa Bu laili pada ku di balik kemudi mobil Dengan tatapan senang dan menggoda meski aku sudah berdandan cantik dan modis dengan gamis besar dan rok panjang ya dipadu jilbab yang menutupi rambut sampai dada.”iiii…yyyaaa nyaman ” sahut ku pada Bu laili sambil duduk di kursi penumpang samping Roni.Mobil pun malaju perlahan meninggalkan rumah ku menuju ke acsra pengajian tersebut tidak lain adalah tempat ku bekerja.
Di tengah perjalanan Roni meminta ku agar datang langsung ke gudang lama saat sudah tiba di Pengajian ada sesuatu yang ingin dia lakukan. Jam masih menunjukan pukul 8 lebih 20 pagi suasana di pengajian mulai ramai dengan murid dan panitia yang siap menjalani kelulusan.
Aku dan Roni berpisah dengan Bu laili di parkiran mobil ku lihat Bu laili mengode ke Roni entah apa yang akan mereka rencanakan ku melangkah dengan sedikit gontai “Ada apa Bu ira kok jalannya seperti gontai begitu” sahut Roni pada ku yang melangkah di beriringan menuju gudang lama letaknya tidak jauh dari tempat acara tapi kurasa sangat jauh karena ku tak ingin berak di hadapan banyak orang apalagi di tempat umum dengan sekuat tenaga ku tahan agar berak tidak keluar dan akhirnya kami sampai di gudang lama.. “Roni Bu ira mau berak rasanya sudah tidak tahan lagi”kataku sambil memohon ke Roni dengan meliuk liuk kan badanku kesamping.
“Ya tinggal berak saja Bu ira kan sudah pakai popok Hahaha”ejek Roni padaku agar langsung berak.
“Tidak aku malu kita ada di tempat umum” sahutku kembali memohon langsung mendapat ancaman dari Roni.
“Kalau bu ira gk nuruti apa kataku nanti saya laporin ke ibu biar di hukum lagi” ancam Roni padaku sambil menyingkap rok panjang ke arah atas memperlihatkan stoking hitam yang menutupi popok.
“Jangan jangan iya Bu ira ngerti apa perintahmu” jawabku menyetujui agar diriku tidak di hukum lebih berat lagi.
“Sekarang kalau bu ira ingin berak atau kencing, keluarkan saja dimanapun itu entah saat di panggung atau di acara pengajian kalau bu ira ingin berak atau kencing keluarkan saja, ngerti Bu lonte bunting”suruh Roni begitu enaknya agar aku berak dan kencing dimanapun itu.
“Iya bu ira mengerti heaaaghhh…eemmgghh” dengan spontan berak itu keluar dari sela butt plug sambil tangan kiriku memegangi bagian belakang popok.
“Hahaha bagus Bu ira bagaimana enak rasanya, sekarang ayo ke depan lapangan” ajak Roni seraya diriku merapikan rok kembali ke asalnya.
Roni yang melangkah di depan ku menuju lapangan baru berkumpul untuk acara apel penyambutan kelulusan murid bersama wali murid, kami sampai di samping panggung yang terlihat sudah semakin banyak murid dan wali murid yang datang dan buruknya kami terlihat oleh salah satu guru yang tidak lain adalah Bu karim “Loh Bu ira kok di situ ayo kemari”
Sapa bu karim seraya mengayunkan tangannya agar kami datang ke tengah lapangan yang di kelilingi banyak murid dan wali murid dengan tenang Roni meyakinkan ku agar tidak mengkhawatirkan itu untuk segera menghampirinya, kami pun berjalan menuju tempat bu karim ku langkah kan kaki agar berjalan dengan biasa agar tidak ketahuan tapi di samping itu terasa cairan berak terus keluar di tambah diriku yang masih menahan kencing membuatku semakin terangsang .”
gak apa apa Bu Karim cuma lagi ngecek panggung tadi” sahut ku meyakinkan bu karim agar percaya saat kami sudah di hadapan Bu karim. Seketika Bu karim terkejut karena tiba2 melihat perut ku yang sudah membuncit layaknya orang hamil 8 bulan”Bu ira kena apa kok perutnya besar sekali kayak orang hamil” tanya Bu karim sedikit terkejut melihat diriku.
“Oh itu Bu saya terkena penyakit tumor” jawabku mencari alasan karena aku tidak mau Bu karim tahu padahal perutku buncit karena ulah dukun sambil menahan air kencing yang ingin keluar, sedangkan Roni dengan tenangnya meremas bokongku membuat cairan berak di dalam popok seperti terurai semakin membuatku sedikit jijik.
Untungnya kemudian Bu karim menoleh ke arah belakang karena ada wali murid yang memanggilnya tidak buang2 waktu Roni dengan tegasnya menarik gamisku agar sedikit jongkok membuatku kesusahan karena semakin menekan perutku.
“Sekarang bu ira coba kencing di hadapan Bu karim” suruh Roni padaku dengan mengancam.
“Ta..tapi”dengan gugup aku menjawabnya.
“Pilih nurut atau di hukum, cepat” Hardik Roni sambil melepas masker di wajahku sontak membuatku semakin takut karena tindik di lidahku, kemudian ku berdiri lagi mencoba setenang mungkin agar tidak semakin membuat bu karim curiga memang berdiri saja sudah membuatku semakin tidak tahan untuk kencing apalagi berak yang sudah dari tadi keluar terus masih tidak bisa mengurangi rasa ingin kencing.. sekitar 3 menitan ku berdiri bu karim kembali mengajak ku berbiacara.
“Loh bu ira kenapa Roni kok bersamamu kemana orang tua nya” tanya Bu karim terhadapku yang sudah tidak tahan lagi ingin kencing.
“I..iya bu karim tadi ibunya tidak bisa datang karena ada urusan jadi saya yang menggantikan jadi wali muridnya Roni” denga nada yang sedikit aneh ku coba untuk setenang mungkin meskipun tangan kananku terus memegangi bagian depan popok.
“Ngapain sih Bu ira kok mau2 nya jadi wali murid Roni mana anaknya nakal” jawab Bu karim sambil mengarah ke Roni kemudian Bu karim saat melihat jam di tangannya tiba2 Roni mengode kepadaku dengan menepuk nepuk bagian depan popok aku tahu itu kode agar aku kencing di hadapan bu karim seketika ku mengganguk tanda mengiyakan.
“Oh iya bu ira tadi berangkat kesini pakai apa” tanya Bu karim yang langsung di jawab oleh Roni.
“Kami tadi berangkat bersama Bu karim”jawab Roni dengan senyum2 lalu menoleh ke arahku.
“Benarkah itu Bu ira” kelihatannya Bu karim sedikit tidak suka mungkin karena memang dulunya aku sama sekali tidak suka sama Roni.
Dengan berat hati ku lepas diriku untuk menahan kencing “crrreett…crreett…sssrreerrr” dan tersemburlah air kencing nikmat seperti terkena gesek oleh tangan akibat tindik di klitoris sambil menjawab pertanyaan bu karim diriku merasa sangat terangsang entah kenapa sepertinya kurasakan kenikmatan yang belum pernah ku rasakan selama ini kencing di tempat umum dengan pakaian yang maish lengkap.
“Ahhh… Iya bu karim rasanya enak sekali” jawabku sedikit aneh karena tidak tahan merasakan kenikmatan.
“Ehhh.. Bu ira enak apanya” bu karim kebingungan karena melihat jawabanku yang aneh, diriku tetap diam berdiri seperti biasa tapi didalam aku sedang merasakab air kencing terus menyembur keluar.
“Ohh..maaf bu karim maksudnya enak tadi di gonceng Roni tidak ugal2 an, Roni ini baik kok bu sama saya” jawabku ke bu karim tanpa mengkhawatirkan tindik di lidahku terlihat.
“Bu ira kok seperti ada yang mengkilap di mulutnya” tanya bu karim membuatku semakin deg deg an sedangkan Roni cuma tertawa jahil.
“Saya lagi ngemut permen kok bu” kataku setenang mungkin.
“Oh..ya udah nanti bu ira bagian yang melayani murid2 mau datang seperti biasa” suruh bu karim saat aku sudah selesai kencing.
“Iya bu karim serahkan pada saya”jawabku.
Lalu bu karim kembali ke rutinitasnya sebagai panitia Roni dan aku kembali berjalan ke samping panggung untuk kembali menuruti keinginan Roni, setelah sampai di samping panggung Roni memberikan sebuah earphone agar di pakai di telingaku kusibak jilbab yang kupakai lalu kupakai earphone tersebut kemudian kurapikan lagi seperti semula jilbabnya..
Roni berkata padaku bahwa setiap langkah ku akan diaturnya lewat earphone secara jarak jauh jadi dari luar terlihat bahwa akulah yang melakukan tindakan aneh tersebut bukan campur tangan dari Roni. Sambil berjalan menuju tempat untuk menyambut murid Roni duluan entah kemana dia berbaur dengan murid lain sambil mengawasiku.
Di tengah acara aku bertemu dengan rekan rekan sejawat ku dan saling bertegur sapa. Mereka ada yang bagian mengatur acara, bagian informasi dll. Suasana di lapangan semakin lama semakin ramai karna hampir seluruh murid dan walimurid berkumpul di lapangan untuk bersiap siap melakukan apel kelulusan.. Aku yang berdiri di bagian penyambutan terkadang takut bila salah satu murid atau walimurid mengetahui bahwa lidahku ada tindiknya mungkin akan di kira aku seperti wanita syari yang binal dan pelacur,
Kuusahakan agar setenang mungkin seramah mungkin untuk menjaga image ku di depan semua orang hingga dari kejauhan kulihat Tyo salah satu murid pintar, pendiam dengan perawakan yang atletis serta wajahnya tampan dari dulu entah bagaimana mau menjelaskannya tapi setiap ku melihatnya diriku seperti tertarik padanya apakah aku menyukainya tapi selalu berusaha ku buang jauh2 perasaan itu mengingat aku ini seorang guru ngaji yang alim tapi sekarang di balik penampilanku yang tertutup di dalam tubuhku terdapat tato serta tindik layaknya pelacur..
Di dalam lamunanku tidak terasa Tyo sudah ada di hadapanku kesempatan itu pun tidak luput dari pengawasan Roni dengan sigapnya dia kemudian memberi aba lewat earphone “Bu ira sekarang coba goda dia dan coba dengan bebas berak kencing semaumu jangan di tahan” suruh Roni menambah rasa takutku akan ketahuan oleh guru2 lain atau murid2 tapi kalau menolak nanti aku pasti akan di hukum oleh Bu laili “oh..maafkan aku murid 2ku gurumu ini sekarang sudah jadi lonte”batinku dalam hati bersamaan dengan keluarnya berak tanpa ku tahan sedikitpun.
“Tyo selamat ya buat kelulusannya nanti” aku yang berdiri sambil menempelkan perutku di meja agar menambah kesan lekuk perutku terlihat.
“Ee….iiyyaa Bu ira terima kasih juga buat bantuannya selama ini” dengan bingung tyo melihat diriku yang terlihat aneh.
“Hehehe….itu sudah tugas bu ira sebagai guru”jawabku sambil senyum menggoda lebih mencondongkan perutku.
“Bu ira lagi hamil ya kok perutnya besar” tyo kembali melirik ke arah perutku.
“Tidak tyo, bu ira lagi kena penyakit tidak usah khawatir” bantahku seramah mungkin menjawab kulihat Tyo sedikit fokus ke mulutku saat aku berbicara membuat hatiku semakin takut dan was2.
“Bu kok tumben cantik sekali kayak ada yang beda, boleh minta foto bareng buat kenang2 an” ajak Tyo sambil mengeluarkan hpnya.
“Kamu itu bisa saja puji2 saya, mau foto apa tidak” kataku.
“Iiya bu ira mau”jawab Tyo
“Ya udah ayo sini”dengan nakalnya ku beranikan diri mengajak tyo mendekat ke sampingku lalu berfoto, sejenak kurasakan tangan kanan tyo menyentuh pantatku tapi kubiarkan saja meskipun dalam hati takut karena di balik rok ku sekarang hanya memakai popok yang di balut stoking warna hitam. “Ckkrreekk cckkrriikk” kami berfoto dengan banyak gaya bedanya aku cuma bisa senyum saja karena takut tindik di lidahku terlihat dan malangnya tyo melontarkan kata2 yang membuatku takut.
“Bu kok senyum terus sih dari tadi gk ada tertawanya” tanya Tyo membuat dadaku terasa sesak.
“Senyum saja sudah cukup, gk usah yg aneh2” ucapku menolak ajakan tyo untuk berfoto sambil tertawa.
“Maafkan saya bu ira karena lancang” tyo memohon maaf sambil mencium tanganku sontak membuatku reflek menarik tanganku.”loh ada apa Bu ira kok di tarik tangannya” tanya tyo kebingungan.
“Maaf tyo, bu ira khilaf tadi” ucap ku lalu membenarkan stoking di tangan dan menyodorkan tanganku ke tyo membuatku tiba2 orgasme saat tangaku di cium olehnya mungkin karena ada tindik di klitoris serta puting membuat tubuhku semakin sensitif.
“Bu ira ada apa kok wajahnya memerah”kata Tyo.
“Sudah tidak apa2 sana pergi” bantahku seramah mungkin sembari tyo pamit dan berlalu dari tempat ku.
Bersamaan setelah perginya tyo ke keramaian earphone di telingaku kembali berbunyi tidak lain adalah dari suara Roni, dia menyuruhku agar berfoto selfie sambil duduk terus dengan raut wajah yang menggoda. Dengan terpaksa ku turuti semua perintah Roni ku ambil Hp dari saku gamis lalu kucoba duduk di kursi kubiarkan berak keluar karena aku sudah lelah menahan di balik itu juga sepertinya aku sudah mulai terbiasa berak atau kencing di tempat umum juga tidak akan ketahuan sama orang lain karena aku memakai popok tapi yang membuat aku takut adalah pantatku yang terlihat semakin besar di akibatkan ada butt plug dan popok yang berukuran besar juga tindik di lidahku..
Setelah duduk ku nyalakan hp lalu kupilih ikon kamera kemudian berfoto dengan cantik sambil terkadang memperlihatkan perut buncitku terus earphone di telingaku berbunyi lagi menyuruhku agar menyibak jilbab ke arah belakang agar terlihat jelas dadaku ku foto dengan memperlihatkan dadaku..
Setelah sekian banyak foto aku kembali merapikan jilbabku ke keadaan semula dan melihat hasil foto tadi, slide demi slide ku lihat satu per satu dan betapa heran melihat hasil foto tadi terlihat diriku seperti seorang pelacur syari diam2 saat keadaan mulai sepi karena semua orang lebih berfokus ke panggung tanganku sontak meraba vaginaku yang terbalut rok serta popok sambil terus melihat foto2 itu,
Roni yang sengaja mengawasi ku tiba2 menyuruhku agar mansturbasi di situ sambil tertawa akhirnya dengan diriku yang sudah terhanyut dalam hawa nafsu kulanjutkan aksi itu kuraba dan kugesek terus area depan popok lenguhan mulai keluar dari mulutku yang kutahan agar tidak ketahuan “aaahhhh…hhhaaa…eemmmgghh”racauku merasakan kenikmatan mengelus daerah sensitifku yang hanya di gesek saja sudah membuatku terangsang “aaahhh…eennnaakk….ssseekkkaaalliihhheehh..aaakkkuuehh..bbuu iiirraaaahh…aaaddaallhh..ssseeooorraanng…pellaaccuurhhaahh..ssyyyarriiHHHHHIIIHHHIIHH…AAHHHHH..”
“CREEETT..CUUUURR..”seketika juga aku orgasme bersamaan dengan diriku kencing “aaahhh..eennnaakk…sseekkaalllii…kkkeennciiinnggnnyyaa”desahku merasakan kencing secara bebas dimanapun itu driku merasakan lemas habis orgasme dan bersandar pada kursi.
Roni tiba2 menghampiriku kemudian mengambil kursi dan menaruhnya di sampingku sambil berkata “bagaimana bu lonte enak kencing di tempat umum” ucap Roni seraya menepuk bagian depan popok.
“Eeehhheee…ddaasaaarr..mmmuurriidd..kkuurraanngg…aajjjarr” jawabku yang masih dalam keadaan lemas.
“Baiklah kalau begitu, akan ku hukum kamu kali ini” hardik Roni dengan kejamnya memukul perutku sampai terasa sakit sekali hingga beraknya kembali menyemprot deras.
“Ahhhh ssaakkkiitt iiyyaa mmaaffkkan aku” aku memohon ke Roni sambil kedua tanganku memegangi perutku.
“Nanti bu ira harus memakan makanan dan minuman yang tersisa di acara ini, ngerti” hardik Roni seraya menarik tanganku sontak membuat ku kesusahan karena masih merasakan sakit di perutku, Roni dahulu di depan sedangkan aku di belakangnya dengan tangan kananku di tariknya dan tidak menunggu lama kami pun sampai di ruang belakang atau juga bisa di sebut ruang tempat sisa makanan di kumpulkan..
Aku reflek terkejut setelah Roni menunjukku agar mengarah ke salah satu sisa makanan yang sudah di kumpulkan yang membuatku mengeleng gelengkan kepala karena tidak mungkin makanan 10 piring penuh kalau di hitung ku habiskan di tambah Roni menyuruhku untuk meminum 2 botol air besar, kalau itu semua kumakan bisa2 tidak henti2nya berak serta kencing keluar membuat popok ini bisa menampung atau tidak ditambah perutku akan semakin penuh..
Sebelum di mulai Roni membawa semua makanan dan minuman itu ke sudut ruangan yang sepi tempat menyimpan alat2 keperluan acara kemudian setelah di dalam Roni kemudian mengunci pintunya lalu menyuruhku untuk membuka gamis,jilbab,rok tidak ketinggalan juga stoking ku di robek olehnya di buang ke tempat sampah dengan terpaksa ku melepas semuanya dan hanya tinggal popok saja yang kupakai memperlihatkan pemandangan indah tubuhku terlihat oleh Roni”Huuuhh..
Bagus sekali badanmu bu ira kayak lonte”ejek Roni menghampiriku tangannya mulai meraba payudara membuatku terangsang hanya dengan gesekan “aaahhh..mmmmggfffhh”lenguhku merasakan rangsangan dari Roni kemudian di hentikan dan lanjut menyuruhku memakan makanan yang berjumlah 10 piring tidak lupa 2 botol air berukuran besar. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Melihat makanan sebanyak itu tiba tiba perutku seperti di hinggapi rasa lapar yang sangat berat ku dudukan diriku tidak menunggu lama ku sendok satu per satu makanan itu tanoa merasa mual ataupun jijik seperti orang yang belum pernah melihat makanan beberapa hari tidak lupa air minumnya juga makanan belum selesai ku telan masih ada di mulut langsung ku ambil botolnya kemudian kuminum secara buas sampai sisa makanan dan minuman menetes serta berceceran di sekitar ku, sesudah minum ku lanjutkan lagi aktivitasku memakan 5 makanan yang tersisa di piring Roni kulihat hanya senyum2 terlihat dari raut mukanya yang merasa puas membuatku seperti orang kesetanan begini..
Kurasakan berak serta kencing terus menyembur keluar menambah penuh popokku tapi tidak kuhiraukan karena diriku merasa belum puas menghabiskan makanan dan minuman di hadapanku. Sekitar 15 menitan semua makanan dan minuman telah ku habiskan sehingga hanya menyisakan piring serta botolnya saja tidak itu saja badanku terasa sangat lemas sekali seperti habis melakukan kegiatan berat kusenderkan tubuhku ke dinding sambil tangan satunya memegangi perut ku yang sangat penuh dan keras entah bagaimana baunya saat popok yang kupakai ini di buka..
Kemudian Roni bertanya padaku apakah lama acara di luar ku hanya bisa mengiyakan pertanyaan Roni tadi sementara diriku perlahan mulai kehilangan kesadaran nafasku semakin terengah-engah kurasakan berak terus keluar dari sela butt plug “eeehggghhh…hhheeergghhh..aaahhhhaa” lenguhku sambil menyandarkan tubuh ini ke dinding.
Kubiarkan berak itu terus keluar karena untuk menjaga kesadaranku saja aku sudah tidak sanggup apa lagi untuk menahan berak yang terus keluar, semakin lama kesadaranku mulai menghilang akhirnya aku pun pingsan karena tidak kuat lagi menahan semua perlakuan Roni kepadaku.
Bersambung…