Sekitar 30 menit aku pingsan dalam ruangan kosong itu dengan Roni yang sudah tidak di ruangan sepertinya dia meninggalkanku sendiri, ku coba untuk mengambil posisi duduk sambil tangan kanan memegang perutku yang masih terasa sakit akibat terlalu penuh isi di dalamnya lalu kusandarkan dengan pelan pelan diriki ke tembok ku ambil nafas serileks mungkin, ku rasakan kepala ku masih terasa pusing sekali di tambah kesadaranku masih belum seutuhnya pulih dari kebisingan di luar terdengar sepertinya acaranya masih belum usai..
Setiap ku buat bergerak terasa popok yang kupakai mungkin sudah banyak menampung berak dan air kencingku tapi saat mau kulepas teringat perintah Bu laili agar tidak membuka popok itu sebelum Bu laili suruh akhirnya ku batalkan niat membuka popok apalagi juga kalau di buka aku sendiri yang akan kesusahan mengingat lokasi toilet yang terbilang jauh dari tempatku berada dan tidak ada tisu atau kain lain buat membersihkan bekas berak..
Sementara ini ku cek bau dari berak masih tidak terasa di luar popok ini mending kupakai saja popok ini mengingat juga habis ini diriku ada jadwal untuk tampil di panggung, ku raih hp dari gamis yang tergeletak di lantai lalu kulihat ada pesan masuk dari Bu karim setelah kubaca ternyata 15 menit lagi adalah acara semua guru dan murid2 naik di atas panggung semua dan juga ada notifikasi dari Roni kalau dia akan kembali ke lokasi ku.
Tiba tiba “ckrreekk” pintu ruangan terbuka aku mulai merasa sesak di dada serta takut dan was2 khawatir kalau ada seseorang yang masuk ke sini serta melihatku dalam keadaan telanjang bisa2 hancur reputasi sebagai guru. Pintu terbuka dari balik pintu terlihat seorang laki2 yang tidak lain adalah Roni.
“Hehehe..ada apa Bu lonte kaget ya lihat aku” ejek Roni dengan membawa tas besar di tangan kirinya.
“Apa itu yang kamu bawa”tanya ku ke Roni sambil sedikit bangkit sambil memegang perut buncitku.
Kemudian Roni menghampiriku serta memandangiku dengan tatapan nakal”hehehehe aku tahu habis ini Bu ira ada jadwal naik ke panggung kan” Kata Roni sambil mengelus perut buncitku.
“tolong jangan minta yang aneh2 lagi, ini saja rasanya perutku sangat sakit” ucapku memohon kepada Roni.
“Diam guru lonte, bu ira itu harus nurut apa kataku karena sekarang aku adalah tuanmu” hardik Roni dengan tegas seraya tangannya yang lain menekan perutku berakibat air kencingku keluar.
“Aahhh..ssaakkiitt”racauku merasakan tekanan dari tangan Roni sehingga kali ini kubiarkan air kencing keluar mau bagaimana lagi aku sudah tidak kuat menahan apalagi di tambah tekanan dari tangan Roni.
Kemudian Roni melepaskan tangannya dari perutku lalu berbalik kesamping dan membuka resleting tas besarnya terus Roni merogoh tas tadi dan mengeluarkan sebuah 1 botol berukuran sedang serta sebuah kain yang tidak aku ketahui, aku hanya bisa berdiam terbengong melihat benda yang di keluarkan dari tas Roni apalagi kain itu seperti luarnya terbuat dari bahan licin mungkin latex dalamnya juga.
Tapi anggapanku salah ternyata itu bukan sekedar kain saat di keluarkan dari tas terlihat kalau itu adalah sebuah baju dengan lengan panjang serta celana panjang tapi berbentuk terusan, sementara minyak yang di taruh di lantai diambil ia lalu mendekatiku. Roni kemudian melepas tutup minyak tersebut. Kreek! Terdengar suara segel tutup di buka di tangannya.”Sekarang waktunya permainan baru Bu ira,” Ucap Roni sambil tersenyum.
“Permainan aneh apalagi kali ini” racauku seraya memegangi perut buncit dan mencoba bangun dari sandaran dinding, kali ini diriku sudah mulai terbiasa membiarkan berak keluar dari sela butt plug daripada diriku lebih tersiksa lagi memang dari luar aku seperti menolak semua perlakuan Roni tapi seiring berjalannya waktu dalam hati aku mulai menikmati kencing dimanapun itu serta berak… Aku terus saja diam. Aku yakin kalau aku berani melawan atau menolak perintah Roni bisa2 aku di siksa lagi,
Sambil memegangi perutku aku berusaha setenang mungkin menhadapi perlakuan Roni setelah di buka Roni kemudian menuangkan minyak tersebut ke tangannya lalu mengoleskan minyak tersebut ke seluruh badanku secara berurutan.
Tempat belakang terlihat sepi karena memang tidak ada yang menarik untuk dilihat kecuali mereka yang mau mengambil barang untuk keperluan panggung tapi di sekitar ruangan yang kutempati sepertinya semua barangnya sudah di bawa ke halaman depan semua jadi aman Roni melakukan apapun sesukanya padaku.
Sekitar 10 menitan Roni selesai mengoleskan semua minyak itu keseluruh tubuhku kurasakan sedikit risih karena minyaknya terasa sedikit lengket serta licin di badan, Roni kemudian menyuruhku berdiri sedangkan dia mempersiapkan baju latex yang di bawa tadi ku bangunkan diriku dengan sangat pelan sambil tangan kiri memegang tembok sedangkan tangan kanan memegang perut buncit ku dan akhirnya diriku berhasil berdiri.
“woww..Bu ira sangat cantik sekali di kasih minyak lebih terlihat mengkilap” goda Roni seraya tangannya mengelus puting bertindik ku.
“Ahhh..ssshhh”desahku merasakan sentuhan dari Roni.
“Wah..wah..wah..di sentuh begini saja sudah sange, dasar lonte” hardik Roni sambil matanya melihat popok yang kupakai terlihat mengelembung. “Wahh kelihatannya popok Bu ira mulai penuh, kalau ingin kencing kencing saja bu lonte” katanya dengan menjulurkan wajahnya ketelingaku Kemudian membisikan sesuatu ke padaku. aku cuma bisa mengangguk-anggukan kepala.
Dengan baju yang sudah di siapkan Roni aku di suruhnya untuk memakai baju tersebut tanpa memakai Bh dengan menyodorkannya padaku lalu ku ambil baju itu, kulihat di bagian belakang seperti ada ada sebuah resleting dari ujung punggung sampai pinggang jadi kubuka secara perlahan setelah terbuka kemudian ku masukkan kaki kananku..
Kurasakan baju tersebut seperti elastis begitu kumasukkan kakiku kainnya seperti menyesuaikan lebar kaki ku tidak menunggu lama kaki yang satunya ku masukkan lalu kunaikkan baju tersebut sampai di bagian bokong ku baju itu terasa sesak mungkin karena adanya popok serta ukuran bokongku yang besar jadi kuhentikan sebentar,
Belum lama aku terdiam Roni kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya kulihat itu seperti sebuah popok tapi bagian depannya sangat menonjol sekali serta bagian belakangnya juga tapi sampingnya seperti seutas tali kain.
Roni memakaikan benda itu ke bagian selangkanganku tanpa basa basi Roni menyuruhku untuk cepat menaikkan baju latex tadi akhirnya ku paksa naik ternyata bisa tapi sedikit sesak bukan itu saja kainnya masih bisa masuk saat melalui perut buncitku, bukan itu saja Roni menempelkan sesuatu di bagian pusarku yang menonjol jadi pusarku semakin terlihat menonjol kedepan tidak itu saja ku pegang bagian depan popok tadi ternyata benda itu terasa keras seperti sebuah busa yang penuh..
Lalu ku naikkan bajunya sampai ke atas kemudian Roni beganti posisi ke belakangku dan menaikkan resleting keatas, Kuperhatikan baju itu tertutup tapi sangat ketat sekali sampai2 bentuk tubuhku terlihat sekali apalagi bajunya berwarna hitam tapi tembus pandang, baju itu berbentuk terusan dengan celana panjang menutup telapak kaki sampai di bawah leher dengan lengan oanjang sebatas pergelangan tangan.
Kurasakan saat bergerak terasa sedikit risih kemudian tangan kananku memegang bagian depan pas di daerah kelaminku terlihat sebuah gundukan menonjol seperti kelamin orang laki2 serta pusar ku sangat menonjol tidak terasa membuatku terangsang merasakan gunduka menonjol di bagian depan sehingga membuatku kencing lagi “eeeehhhhgggghh…mmmgghhffh” desahku secara pelan yang sepertinya di ketahui oleh Roni.
“Ada apa Bu ira?…lagi kencing enak ya” tanya Roni sambil tertawa kecil. Aku berusaha kuat menyembuyikan tingkah nakalku.
“Tidak apa-apa. cuma merasa risih” jawabku berusaha menyembunyikan keadaanku sekarang.
“Tidak usah malu Bu ira, Roni tahu kok kalau bu ira lagi kencing kalau tidak jujur Roni laporin ke ibu ya” hardik Roni kepadaku seraya tangan kirinya menepuk nepuk perutku membuatku semakin tidak bisa menahan kencingku.
“Eeeehhhmmm…iiiyyaa..Roonnii heeennttiikaahhhhnn” kataku yang tidak bisa menahan kenikmatan.
“Hehehe…Dasar guru lonte atau bisa ku panggil Bu lonte bunting”Ejek Roni padaku melepaskan tangannya dari perutku.
Setelah memakai baju latex tersebut aku kembali mengambil gamis,rok beserta jilbab ku yang tergeletak di lantai lalu kupakai satu persatu tanpa menggunakan masker karena saat mau kupakai Roni dengan cepat langsung mengambil masker tersebut dari tanganku,hingga saat mau memakai jilbab Roni kembali menyuruhku untuk memasang kembali earphone tadi jadi sebelum kupakai jilbab itu kupasang lebih dulu earphone ke telinga lalu kemudian kupakai jilbab serapi mungkin.
Tapi yang ku khawatirkan adalah bagaimana nanti orang2 memandangku meskipun sudah memakai baju tertutup tapi di bagian perut bisa di anggap ketat jadi terlihat jelas ada benjolan menonjol di bagian pusar dan di bagian pantat yang bertambah menonjol kebelakang mungkin membuat mata para lelaki pasti terus memandangiku nanti..
Kurias wajahku lagi semenarik mungkin kusemprotkan pewangi agar terkesan harum dan keren tidak ketinggalan juga ku tata gamis serta rok serapi mungkin agar tidak ada yang curiga untungnya dengan adanya baju latex tersebut tato di tangan serta kaki ku sedikit tidak terlihat tapi tidak enaknya saat di buat gerak minyak yang tadi di oleskan ke tubuhku terasa sangat licin,
Tanpa menunggu lama Roni lalu mengajakku kembali ke halaman depan tempat acara tersebut dengan diriku di depan sedangkan Roni di belakangku dan memang sudah waktunya diriku kesana karena tinggal 2 menit lagi di mulai.
Tidak lama kemudian kami sampai di halaman depan, sebelum masuk ke ramaian Roni menyuruhku agar bersikap seperti diriku ini pengganti wali muridnya padahal Roni tidak ikut kelulusan melainkan cuma ikut-ikutan saja. Roni mengatakan sesuatu padaku agar tidak perlu khawatir ada yang melihat ku berpenampilan menor seperti ini,
Aku segera berjalan menuju ke arah samping panggung yang sudah banyak dikelilingi para guru sama sepertiku dan walimurid. Roni mengikuti dari belakang dengan hati-hati.”Oke, bu ira sekarang ayo berjalan dengan aku posisi di sampingmu” katanya seraya menepuk pantatku tanpa segan2. Aku hanya bisa mengangguk tanda mengerti.
Kemudian Roni mengganti posisinya berada di sampingku jadi kami berjalan bersama dengan posisi Roni sekarang ada di sampingku menuju samping panggung. Langkah kaki ku terasa lebih mengangkang di tambah perutku yang buncit serta efek dari minyak di oleskan kesekujur tubuhku membuatku merasa setiap kubuat melangkah semakin cepat diriku terangsang… Tidak lama kemudian kami sampai di samping panggung dengan di sambutnya diriku oleh Bu karim.
“Assalamualaikum..bu ira dari mana saja dari tadi kok gk keliatan” tanya Bu karim dengan ramah.
“Waaaalaaiikumssaallam..eehh..mmaaff bu karim tadi saya ada urusan sebentar sama murid lain” jawabku dengan posisi berdiri tapi dengan kaki yang terbuka lebar karena semakin tersangga oleh popok serta benda yang di pakaikan Roni.
“Oohh…iya ngomong2 kok perutnya bu ira semakin besar ya” katanya sambil mengamati penampilanku.
“Bu karim bisa aja perasaan dari tadi juga tetap sama saja gk ada yang berubah” kataku mengelak padahal dalam hati ku merasa deg deg an.
“Oh iya Bu ira untuk masalah Roni soal di kenaikan besok jadi apa tidak” tanya Bu karim yang ingin tahu pendapatku soal kenaikan Roni.
Dengan bingung aku menjawab kulirik Roni dia cuma diam saja sambil melihat sekitar pura pura tidak tahu tapi aslinya dia menunggu jawaban dariku, akhirnya ku memilih untuk mengiyakan Roni naik kelas daripada hukumanku semakin berat..”Ehh..kalau pendapat saya Bu karim lebih baik Roni naikkan saja” ucapku sambil menggerak-gerakkan kakiku.
“Loh beneran bu ira setuju Roni naik” bu karim sedikit terkejut mendengar perkataanku tadi.
“Iya bu karim saya seetttuuujjuu hehehehe” jawabku sedikit nakal karena sekarang aku menjawab sambil kencing dan tertawa kecil, tidak tahu semakin lama diriku seperti menikmati kencing dimanapun itu meskipun sedang berbicara.
“Bu ira baik-baik saja dari tadi kulihat bertingkah aneh gk seperti biasanya tegas dan ramah”ucap Bu karim semakin merasa curiga terhadapku “Bu ira habiskan dulu permen di mulutmu hati-hati ketelan nanti” mendengar bu karim melontarkan kata tersebut sontak diriku sedikit kaget karena mungkin bu karim melihat tindik di lidahku yang di kiranya permen.
“Iya bu karim enak soalnya permennya” diriku menjawab di ikuti kedua tangan ku telangkupkan kedepan membentuk menutup bagian depan kelaminku. Sebenarnya ada 2 pemikiran yang satu diriku menangis merasakan permainan Roni ysng begitu kejam tapi di sisi lain diriku semakin keenakan menerima perlakuan Roni jadi daripada ambil pusing dengan bodohnya kupilih nomer 2.
“Ya sudah kalau begitu kapan2 saja kita bicarakan soal Roni sekarang ayo bersiap2 karena habis ini kita akan naik panggung” kata Bu karim sambil mengajak yang lainnya juga.
Kemudian semua guru beserta murid naik panggung satu per satu pertama murid dulu terus ganti para guru naik, belum nsik panggung aku seperti takut,grogi dan khawatir bagaimana tidak bagian depan popok ku saja menonjol kedepan sekali seperti kelamin laki2 yang sedang tegang di tambah pusar ku yang sangat menonjol serta sangat lebar dan bokong ku semakin terlihat besar serta melebar..
Satu per satu guru2 naik ke panggung aku menunggu giliran terakhir sedangkan Bu karim naik duluan setelah para murid naik, setiap langkah kaki ku menaiki tangga panggung dengan cara tidak biasa di lakukan perempuan pada dasarnya melainkan naik dengan membuka lebar2 saat melangkahkan kaki serta sedikit mengangkang karena selangkanganku tersangga oleh popok serta benda yang di pakaikan Roni jadi mau tidak mau aku berjalan seperti itu..
Kulihat semua orang sedikit bingung melihatku yang berjalan seperti perempuan tomboy meskipun memakai gamis dan rok yang besar beserta para guru juga terutama Bu karim yang dari tadi memperhatikan langkahku yang aneh, rasa takut serta khawatir terus menyelimutiku tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya.
Setelah sampai di panggung kucoba posisi duduk tapi saat aku mau duduk tiba-tiba earphone di telingaku berbunyi suara Roni yang menyuruhku untuk duduk dengan posisi bersila padahal di panggung semua guru duduknya seperti saat posisi sholat terakhir, ku memandang ke arah Roni secara diam2 lalu sedikit menganggukkan kepala tanda setuju,
Saat aku mau duduk untung kebagian di posisi belakang jadi langsung saja aku melangkah ke belakang lalu dengan berat hati ku posisikan duduk ku dengan bersila tapi dengan posisi kaki ku sedikit ku bentangkan serta punggung yang tegak karena tersangga perut jadi tidak bisa membungkuk jadi posisi duduk ku seperti seorang laki2 dengan duduk bersila sedikit mekangkang terlebih lagi saat di buat duduk tonjolan di bagian depan kelaminku semakin terlihat,
Saat aku duduk di posisi tersebut terlihat ada beberapa guru rekan kerja ku terheran melihat posisi duduk ku yang sangat berbeda dengan yang lain yang lebih mengejutkan ada salah satu murid kulihat tidak sengaja melihat diriku seperti mempunyai tonjolan di area kelaminku serta pusar yang semakin menonjol akibat kubuat duduk.
Dengan tenang aku cuma tersenyum saat salah satu murid tersebut melihatku, di tempat ku mengajar memang adat agamanya sengat kental sekali bahkan etika duduk,sikap serta pengucapan saja di tata baik2 makannya sedikit asing saat mereka tiba tiba melihatku duduk seperti itu.
Aku sendiri juga takut tapi apadaya tubuhku ini seperti sudah sepenuhnya milik Roni setelah Roni dan ibunya membawaku ke dukun, entah apalagi kali ini yang akan mereka lakukan padaku dan kemudian Bu karim berpindah tempat yang tadi di depan ganti di posisi belakang dekat diriku lalu mengajak ku bicara..
”Bu Ira kok duduknya begitu gk boleh, kita harus memberi contoh baik bagi semuanya” Bu karim dengan tenang menasihatiku tapi tidak ada hujan tidak angin dengan tidak sengaja tiba – tiba aku berbicara bahasa nakal, “eeeehhh..gk apa2 bu karim memek saya lagi gatal” kata ku secara tidak sengaja berkata begitu yang membuat Bu karim langsung terkejut tapi untungnya diriku berbicara tidak keras.
“Haaahh…Bu ira kok ngomongnya jorok begitu, ibu ini seorang guru hati2 kalau ngomong” hardik Bu karim memarahiku tapi dengan nada rendah.
Padahal dalam hati aku juga sangat terkejut tiba2 mulutku berkata nakal bahkan dari dulu tidak pernah aku berkata hal semacam itu. Satu per satu nasihat Bu karim keluar dari mulutnya tapi diriku cuma bisa bengong sambil memikirkan apa ini ulah dukun itu selanjutnya karena permintaan Bu laili dan Roni kepadaku.
“Bu…bu ira dengar tidak” kata Bu karim seraya meyadarkan ku dari lamunan ku.
“Eeehhh… Iya Bu karim saya minta maaf tadi” jawabku sambil kemudian terlintas dalam pikiranku untuk kencing saat di panggung.
Setelah puas bu karim menceramahiku dia kembali ke posisinya kembali, tidak puas di situ Hp ku bergetar dan muncul notifikasi dari Roni kemudian mengirim pesan lewat Hp ku yang kemudian ku baca isinya adalah tentang Bu laili dan Roni ke dukun itu karena ingin mengendalikan tubuhku semau mereka terus di ikuti dengan suara Roni dari earphone ” Bu ira sebentar lagi pertunjukan sebenarnya akan di mulai jadi bersiaplah” sontak dadaku terasa sesak mendengar kalimat Roni bagaimana tidak sekarang saja banyak wali murid serta murid2 yang hadir…
Sekitar 5 menitan acara pun di mulai di awali dengan murid dahulu membaca kalimat agama, terlihat saat para murid tampil sedikit lama jadi diriku sedikit lega bisa beristirahat dulu dan menenangkan pikiran. Hampir 15 menitan para murid sudah selesai membaca dan saatnya para guru gantian membaca dengan memegang mic satu per satu,
Di saat itulah kejadian pahit ku alami ku tenangkan diri lalu ku genggam mic yang di berikan oleh salah satu guru kemudian semua guru di haruskan untuk membaca secara keras karena untuk contoh teladan bagi para murid akhirnya tanpa pikir panjang ku coba untuk mengeraskan suara ku membuat berak semakin keluar dari sela butt plug tersebut.
Ku biarkan berak tersebut keluar karena tidak mungkin aku menahannya karena sekarang keadaan perutku sudah sangat penuh bahkan saat kupegang saja terasa keras, waktu demi waktu para guru terus bersuara hingga akhirnya “Ceeerrr ccrrreeett” air kencing keluar sangat deras sehingga semakin menambah popok mengembang,
Kubiarkan saja kencing itu keluar sambil ku lanjutkan suara ku hingga baru kusadari kalau di depanku adalah salah satu murid teladan bernama tyo. kulihat sepertinya dia tidak tahu bahwa aku ada di belakangnya atau mungkin dia sudah tahu tapi memilih tetap diam karena memang tyo ini orang pendiam tidak seperti Roni yang nakal..
Selang beberapa menit kami para guru pun selesai dan kurasakan sepertinya popok ku semakin menggelembung, semoga saja saat tadi aku membuka mulutku tidak ada yang tahu bahwa ada tindik di lidah ku karena tidak banyak orang yang tahu bahwa di balik penampilanku yang tertutup ini menyimpan rahasia diriku sebagai seorang pelacur bertato serta bertindik.
Dalam hati ku bergumam pasti Roni tidak tinggal diam saat melihat diriku yang sekarang lagi di dekatnya tyo, ya karena memang Roni terkadang juga iri terhadapnya karena lebih pintar di bandingkan Roni. Saat aku masih dalam lamunanku eaphone di telngaku kembali berbunyi ternyata benar apa kata hatiku Roni tahu bahwa sekarang aku ada di belakangnya tyo tidak menunggu lama Roni menyuruhku untuk sekali kali menggoda tyo dengan menggesekkan perutku ke punggungnya sontak aku terkejut karena bisa-bisanya Roni menyuruhku melakukan itu di depan banyak orang.
Akhirnya dengan berat hati ku coba untuk menolak perintah Roni yang membuat Roni merasa marah akibat perbuatanku dan mungkin apa yang akan dia lakukan selanjutnya terhadap diriku ini, sekitar beberapa menit kemudian semua guru beserta murid di panggung berdiri untuk bersuara bersama dan saat sudah di posisi duduk bersila mau berdiri diriku sangat kesusahan sambil tangan lainnya ku buat memegangi perut buncitku..
Waktu kami semua bersuara tiba – tiba perutku terasa sangat sakit tapi berusaha ku sembunyikan dari semuanya sambil kedua tangan ku sesekali memegangi perut besarku tapi semakin kutahan semakin terasa rasa sakitnya seperti dari dalam perutku terasa di pompa.
Ingin rasanya teriak tapi takut nanti semua orang tahu bahwa diriku ini seorang pelacur akhirnya ku tahan sambil sedikit ku bungkuk kan tubuhku “eeeeggghhhh…aaaahhhfffgghh”lenguhku secara pelan, kemudian Roni berbicara lewat earphone bahwa ini adalah hukuman karena sudah menolak perintah Roni.
Dia akan terus memompa perutku hingga sangat keras sampai berak serta kencingku keluar secara terus menerus, dengan tenaga yang tersisa aku ijin ke salah satu guru untuk alasan ke toilet padahal tidak melainkan aku melangkah menuju gudang kosong.
Bersambung…