Sayang, ijinkan aku memasukimu.” Bisik Jack di sela kecupannya. Napasnya memburu bagai banteng yang sedang marah. Diangkatnya tubuh Elvira dan dibaringkannya di atas king bed. Tangannya dengan gesit membuka gaun Elvira.
“Wa… wait.” Elvira menahan tangan Jack dan mengatur napasnya.
“Kita tidak bisa melakukannya.”
“Kenapa?” sambil menjawab tangannya membuka kemejanya dan memperlihatkan dada bidang dan perut sixpacknya yang seksi. Elvira kembali gagal fokus.
“Tidak bisa—”
“Mengenai?” desak Jack yang kini membuka celana kainnya. Celana dalamnya itu terlihat menggunung. Elvira menelan ludah keras, dari luar saja terlihat besar… apalagi jika… “Hm?” tanya Jack kembali.
“Tidak—” lirih Elvira menutup matanya.
“Kamu tidak tahu berapa banyak kekuatan yang kubutuhkan untuk menahannya hingga hari ini.” Bisik Jack.
“No.” Elvira masih memejamkan matanya. Jack mulai mengecupi kedua telapak tangannya, lehernya, dadanya dan sekujur lengannya. Elvira tahu dia akan menyerah pada akhirnya. “Apa akan sesakit dulu?” Elvira masih menatap gundukan senjata Jack, dia tidak sempat melihat benda besar itu memasukinya dulu karena dia sibuk meronta-ronta.
“Tidak.” Jack terus mengecupi basah leher Elvira. “Oke?”
Elvira mengangguk sebagai tanda setuju. Tanpa menunggu waktu, Jack membuka gaun Elvira beserta dengan bra dan celana dalam warna senada. Elvira menutupi area intimnya dan kedua gunung kembarnya malu. Napasnya naik turun cepat menahan diri.
“Kamu milikku seutuhnya.” Bisik Jack di sela desahannya.
“Jack… wait…” Elvira berusaha menahan kepala Jack yang berada di depan kedua payudaranya. Lidahnya yang lihai mulai menjilat lapar.
“Hm?”
“Aku merasakan sesuatu yang aneh?”
“Apa itu?”
“Gatal.” Lirihnya.
“Gatal?” Jack mengangkat wajahnya, “di mana?”
“Di sini.” Elvira malu-malu menunjuk area intimnya. Jack tersenyum lebar dan menggosok pelan milik Elvira dengan jari telunjuknya.
“Bagaimana sekarang?” goda Jack
Elvira tidak bisa menjawab dan sibuk mengerang. Kedua pahanya semakin terbentang lebar. Jack mulai memasukkan satu jari gemuknya ke dalam liang tersebut. Elvira terkejut, jari tersebut seperti merenggangkan organ intimnya. “Ah…” Elvira tak kuat menahan sensasi nikmat yang pertama kali dirasakannya. Menjadi wanita tak berpengalaman membuatnya hanya bisa pasrah menanti hal-hal baru lainnya.
Tak lama tubuh Elvira bergetar hebat, klimaks itu datang dengan dahsyat. Tubuh Elvira terangkat dan bergetar di saat bersamaan. Jack bisa merasakan jarinya yang berlumuran dengan cairan hangat tersebut. Jack meraih keluar jarinya dan memasukkannya dalam mulutnya.
“Tasty.” Bisiknya menatap Elvira penuh cinta. Pandangan berkabut Elvira semakin terasa panas melihat aksi erotis Jack. Tanpa membuang waktu, Jack memposisikan dirinya di antara paha Elvira yang kini kembali merenggang. Liang milik Elvira terlihat berkedut lembab. Jack meraih miliknya dan mengocok pelan. Kepalanya yang keras kembali menggesek milik Elvira yang terlihat semakin menonjol mendominasi.
“AH!” Elvira kembali mengerang mencengkram bed cover. Jack tersenyum lebar dan melanjutkan aksinya. Secara perlahan senjata miliknya tersebut memasuki tubuh Elvira.
“Katakan jika terasa sakit.” Imbuh Jack yang disambut anggukan oleh Elvira. Jack mendorong masuk semakin dalam hingga setengah dari miliknya tenggelam. Jack memperhatikan kening Elvira yang mengerut. “Sakit?”
“Sedikit. Masukkan semuanya.” Pinta Elvira.
“Kamu yakin?”
“Ya.”
Mendapat aba-aba tersebut, Jack mendorong keras sekali hentakan. Elvira mengerang nyeri, perasaan aneh itu muncul kembali. Miliknya terasa penuh dan sesak, dia hanya belum terbiasa. Jack tersenyum memejamkan mata menikmati hangat dan sempitnya area tersebut.
Jika dia harus terus menerus dalam posisi ini, dia akan senang hati melakukannya. Jack menunggu Elvira siap menyesuaikan ukuran miliknya. Begitu dirasanya tepat, Jack mulai menggoyangkan pinggulnya dan memompa dengan ritme pelan. Semakin lama semakin cepat. Elvira turut menikmati sensasi gesekan tersebut. Otot organ intimnya memijat cepat menyambut seirama.
15 menit kemudian Jack mengosongkan benihnya hingga tetes terakhir. Elvira tergeletak pasrah, lagi-lagi seluruh sel-sel dalam tubuhnya terguncang hebat. Rasa puas ini membuatnya ketagihan. Elvira tidak yakin apa dia akan baik-baik saja kedepannya.
Apa Jack akan selalu meresponnya dengan gairah yang sama? Jack dan Elvira jatuh tertidur setelahnya. Elvira tidak memiliki kekuatan lagi untuk membersihkan diri dan terlelap setelahnya. Keesokan harinya Elvira terbangun dengan area pribadinya yang terasa memar.
Jack sudah tidak berada di sisinya, bagian tempat yang ditinggalkannya pun terasa dingin. Elvira merapikan rambutnya dan terkejut ketika sebuah cincin dengan berlian besar tersemat di jari manisnya. Elvira mengamati benda mewah itu dengan kening berkerut. Kapan benda itu berada di sana? Elvira memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap sarapan. Setelahnya dia melangkah menuju dapur.
“Di mana Jack?”
“Tuan berangkat pagi-pagi sekali untuk bisnis di luar kota.” Terang Oman. Elvira mengerutkan keningnya heran, Jack tidak mengatakan apapun padanya tadi malam. “Dan kembali malam ini.” Lanjut Oman melihat kekuatiran Elvira.
“Oke.”
Sepanjang hari itu dihabiskan Elvira di ruang baca Jack. Tanpa dia sadari, dia mulai mempelajari ilmu bisnis dan managemen. Beberapa di antaranya pun dia mulai mengorek kembali diktat kuliahnya mengenai ilmu administrasi. Elvira sampai melupakan waktu dan beruntung Oman sangat pengertian membawakan makan siang ke dalam ruangan itu. Jack memasuki ruangan ketika Elvira masih asyik membaca.
“Hey.” Jack mendekati Elvira dan mengecup pipinya.
“Eh, hey.” Elvira terkejut Jack berada di hadapannya, senyumnya merekah melihat pria itu.
“Kamu menghabiskan waktu di sini, apa kamu tidak lelah?” Jack duduk di sebelahnya dan melingkarkan tangan kanannya di pinggang Elvira.
“Not really.” Elvira kembali membaca buku tersebut.
“Kamu belum makan malam.” lanjut Jack.
“Ah, jam berapa ini?” Elvira menatap Jack penasaran, kini dia merasakan matanya yang perih. Elvira menutup buku tersebut dan meletakkannya kembali ke rak.
“Jam 8.”
“Oh. Aku keasyikan membaca.” Elvira merenggangkan tubuhnya membuat Jack tersenyum kecil.
“Aku juga belum makan, yuk.” Ajaknya mengulurkan tangannya. Elvira menyambutnya kemudian, mereka melangkah menuju ruang makan bersama.
“Mengenai cincin ini—”
“Why? Kamu tidak suka?” tanya Jack menyuapkan salad ke mulutnya.
“Ini terlalu besar.”
“Itu cincin keluarga, Mami memberikannya kepadamu.” Jawab Jack terus menghabiskan makanannya dan menatap Elvira bersamaan.
“Ha? Aku tidak bisa.” Elvira buru-buru ingin melepaskannya.
“Itu sudah menjadi milikmu.”
“Ini terlalu berharga.”
“Kamu harus menjaganya dengan baik kalau begitu.” Jack tersenyum menyakinkan.
“Apa aku pantas?”
“Hanya kamu yang pantas lebih tepatnya.”
Elvira masih menatap cincin itu ketika Jack bangkit dan berlutut di hadapannya. “Will you marry me?” Jack menyodorkan cincin lainnya yang duduk manis disebuah kotak kecil bludru berwarna putih. Cincin itu tidak kalah mewahnya. Rahang Elvira terbuka tanpa sadar.
“Jack—”
“Will you marry me? Please?” pinta Jack lagi. Elvira menghela napas dan mengangguk. Jack bangkit seketika dan mengecup bibirnya gemas. Jack bahkan mengangkat tubuhnya dan memeluknya erat. “I love you so much.” Bisik Jack dan memasangkan cincin itu. Kini Elvira semakin merasa bertanggung jawab, setiap cincinnya seperti senilai satu mansion.
“I know.” Balas Elvira memeluk tubuh Jack.
Pertunangan mereka diadakan seminggu setelahnya. Setiap harinya Elvira harus bergulat dengan schedule ketat dari Ellani dan Alin. Kedua ibu Jack itu terus mengontrolnya untuk melakukan yang terbaik. Elvira mulai mengikuti kelas etika, kelas memasak, kelas make up, kelas fashion, kelas gym dan kelas-kelas lainnya hingga dia lulus.
Ellani tidak mengharapkan nilai excellent, asal Elvira lulus dengan nilai baik, Ellani akan menyudahi kelasnya. Elvira bisa memahami karena mereka dari keluarga yang terpandang. Jika bukan karena Jack, Elvira seperti sudah ingin menyerah.
Setiap malam dengan lembut Jack akan memijat tubuhnya yang kelelahan. Jika dia atau Jack sedang dalam keadaan terangsang, mereka akan melakukan hubungan badan itu meski hanya untuk satu ronde. Mau bagaimana lagi, tenaganya sudah terkuras saat siang.
Elvira bertekad untuk melakukan yang terbaik sebelum pernikahannya yang dilaksanakan tiga bulan lagi. Selama itu dia berjanji akan menyelesaikan kelasnya satu persatu. Dalam kurun waktu itupula Elvira memilih bertahan di mansion dan belajar sungguh-sungguh. Cintanya kepada Jack yang membuatnya melakukan ini semua, dia tahu Jack berjuang untuk mendapatkan kepercayaan orangtuanya dan diapun harus melakukan hal yang sama.
Ellani dan Alin cukup puas dengan pencapaian Elvira. Tahap demi tahap Elvira bisa mengikuti gaya hidup mewah keluarga Jack. Namun Elvira memiliki prinsip, kekayaan ini tidak akan pernah memangkas keprimanusiaannya. Elvira tidak ingin menjadi sombong dan angkuh hanya karena dia bisa menikmati kekayaan ini.
Pernikahan itu diselenggarakan dengan mewah. Beberapa media meliputnya, Elvira terlihat cantik dengan dress rancangan Di*r berwarna putih yang memeluk tubuhnya ketat. Jack terlihat menawan menggenakan tuxedo hitam dari perancang yang sama.
Acara resepsi diselenggarakan disebuah aula milik keluarga Jack berkapasitas 10.000 pengunjung. Aula itu biasa digunakan untuk pertunjukan opera dan acara-acara penting kenegaraan. Disitulah Elvira semakin menyadari betapa tajirnya keluarga suaminya tersebut.
“Kamu baik-baik saja?” bisik Jack yang berada di sisinya sepanjang waktu. Jack terus menerus menemaninya karena dia tahu pasti betapa lelahnya berada di posisi Elvira. Tamu undangan terus berdatangan dan menyapa mereka.
“Ya.” jawab Elvira tegar.
“Kamu ingin duduk dulu?”
“Tapi mereka terus datang. Tidak apa, aku baik-baik saja.” bisik Elvira.
“Jangan memaksakan diri, kita bisa undur diri setelah ini.”
Elvira melirik jam yang menunjukkan pukul 10 malam sebelum menjawab. “Oke.” Balasnya.
“Good girl.” Jack mengecup kening mesra.
Elvira berhasil bertahan hingga acara selesai. Kedua betisnya terasa ingin copot karena heels tinggi yang dikenakannya. Ototnya yang nyeri meronta ingin berendam pada air hangat. Elvira bersyukur pelayannya sudah menyiapkan bathtub berisi kelopak mawar menenangkan.
Elvira mandi sejenak sebelum beralih pada bathtub tersebut. Tak lama Jack bergabung bersamanya. Mereka berendam saling berpelukan, bibir mereka pun tak lepas saling bertautan rindu. Selama tiga hari ini mereka tidak bisa bertemu karena ibunya ‘menculik’ Elvira dari mansionnya.
“Kamu cantik sekali hari ini. Kamu tahu aku harus selalu memperbaiki bagian depan celanaku karena rudalku terasa sesak.” Goda Jack.
“Aku tahu.” Bisik Elvira dengan senyum nakal. “Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke kamar mandi belakang tetapi mata Mami seperti elang mengawasiku.” Sesal Elvira. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Ha… akhirnya acara itu selesai juga. Hello, Mrs Pratama.” Rayu Jack. Elvira tersipu malu dan memukul dada Jack pelan. “Kamu ingin sarapan apa untuk besok?”
“Kamu bisa memasak sekarang?” Jack terus menggoda Elvira, padahal perkembangan kelas Elvira selalu dalam pengawasannya.
“Tentu saja. Kamu seharusnya merasa terhormat, ini adalah masakan pertama yang akan aku buat untuk orang lain.”
“Well, skip untuk hari lain. Besok aku ingin kita menghabiskan waktu di tempat tidur.” Jack mengulum bibir Elvira intens. Lidah mereka bertautan lapar.
“Dasar nakal.” Rajuk Elvira dan melingkarkan lengannya ke leher Jack mencari tumpuan.
Bersambung…