Selesai mengeringkan tubuh, Elvira dan Jack menaiki king bed mereka. Ciuman itu terus berlangsung penuh gairah. Jemari Jack bahkan sudah menggoda bagian tubuh Elvira yang sensitive sejak dari kamar mandi. Keduanya menolak beristirahat sebelum melampiaskan birahi masing-masing.
Sepanjang malam itu mereka bersetubuh dengan berbagai posisi. Jack bangga melihat perubahan terbuka dari Elvira. Wanita yang kini menjadi istrinya itu tidak lagi malu-malu terhadapnya. Pada dasarnya dia adalah pria berdarah panas, libidonya selalu tinggi pada waktu-waktu tertentu dan Elvira dapat mengimbanginya. Mendekati pukul 3 subuh barulah keduanya memilih beristirahat.
Mereka menghabiskan waktu sepanjang hari di tempat tidur sesuai dengan rencana Jack. Mereka menikmati sarapan, makan siang dan makan malam di dalam kamar. Elvira bangkit duduk dan mengecek organ intimnya yang memar. Pikirannya seketika kosong. Apa dia dan suaminya terlalu berlebihan? Jika dulu memarnya karena paksaan, kini memar itu karena suka relanya. Hidup kadang terasa bercanda.
Jack sedang berada di kamar mandi membersihkan diri. Elvira meraih obat oles yang pernah diberikan dokternya dan berharap obat tersebut membantu meredakan nyerinya. Elvira memang sudah mengantisipasi betapa liarnya Jack di atas tempat tidur tetapi level yang dialaminya sejak tadi malam jauh berbeda.
Jack berubah seperti binatang buas berdarah panas. Elvira tergolek pasrah ketika Jack terus menyetubuhinya tanpa ampun. Elvira merasa bersyukur dia memilih alat kontrasepsi yang benar.
Awalnya Ellani menyarankan untuk menggunakan IUD dan Alin menyarankannya menggunakan spiral, tetapi Maya menyarankan untuk menjalani KB suntik. Keputusannya jatuh pada pilihan Maya. Elvira ngeri membayangkan jika IUD tersebut gagal menahan sperma aktif Jack dan membuat dirinya hamil seketika.
Elvira juga mempertimbangkan kebuasan Jack. Bisa ditebak spiralnya mungkin akan berpindah tempat kemana-mana jika dia memilih menggunakan alat tersebut. Elvira sadar jika setiap kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada kasusnya, KB suntik adalah alternative terbaik. Sejauh ini tubuhnya juga tidak mengalami kenaikan berat badan yang signifikan. Jack melangkah keluar kamar mandi dengan telanjang bulat. Rambutnya sudah setengah mengering dan mendekati Elvira.
“Apa yang terjadi?” Jack melihat Elvira baru saja meletakkan obat oles tersebut di meja.
“Aku mengoleskan obat.”
“Uh? Kamu terluka?”
“Ya, di sini.” tunjuk Elvira.
“Ups. Sorry.” Jack tak bisa menyembunyikan senyum bangganya. Dasar pria.
Elvira kembali menaiki tempat tidur, malam membuat udara semakin dingin. “Kemarilah.” Pinta Elvira manja memanggil Jack menaiki tempat tidur.
“Ya, setelah aku menjawab telepon ini.” Jack tersenyum meminta maaf dan meraih handphonenya. Jackpun berbicara tak jauh darinya kepada Simon. Jack terlihat marah dan nyaris memaki. Elvira sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Jack adalah pemimpin yang berhati dingin namun cerdas, dia penuh tanggung jawab dan disiplin, itulah mengapa dia tegas terhadap bawahannya yang melakukan kesalahan. Lebih dari 10 menit Jack mengomel di telepon dan mematikannya. Jack meraih air mineral dan meneguknya habis sebelum bergabung dengan Elvira di atas tempat tidur.
“Sesuatu terjadi?” Elvira mengelus dadanya menenangkan.
“Ya, sekretaris bodoh itu tidak becus melakukan tugasnya.” Adu Jack. Elvira menggumam pelan menenangkan Jack. Elvira bahkan mengecupi rahang dan bibir Jack bergantian. “Dia lupa menyetor surat perjanjian. Kamu tahu bagaimana fatalnya itu, Sayang.” Oceh Jack tak henti.
“Simon tidak mengontrolnya?”
“Simon sedang di luar kota. Harusnya pekerjaan mudah seperti itu tidak perlu ada kesalahan. Aku mempekerjakannya karena deskripsi luar biasa di CVnya. F*ck! Itulah sebabnya aku ingin kamu segera bekerja bersamaku. Kamu mau kan, Sayang?” lanjut Jack.
“Aku masih memiliki dua kelas yang belum selesai.”
“Kapan ujiannya?”
“Dalam sebulan ini.”
“Apa berat untukmu untuk mengambil kelas bisnis bersama Simon? Simon memang akan disiplin mengajarimu tetapi aku yakin kamu bisa melaluinya.”
“Asal tidak bertabrakan dengan yang lainnya. Kamu tahu Mami benar-benar memintaku menyelesaikannya.”
“Aku paham, Sayang. Aku beruntung kamu di sini bersamaku, sentuhanmu membuatku tenang.” Jack mengecup bibir Elvira dan menatap bagian depan tubuh Elvira yang memanggil nakal. “Aku ingin bermanja-manja di antaranya.” Tutur Jack genit.
“Kamu seperti bayi saja. Sudah tidak marah lagi?” Elvira tertawa kecil.
“Kamu selalu menjadi obat penawar marahku.” Hela Jack tenang. “Sebelum kita memiliki anak, aku ingin dimanja olehmu.” Lanjut Jack lagi.
“Kemarilah.” Elvira membuka pelukannya. Tanpa menunggu komando untuk kedua kalinya, Jack langsung menempel manja. Jack terlelap kemudian setelah Elvira mengelus rambutnya lembut sambil bersenandung pelan.
Satu bulan setelahnya, Elvira bekerja sebagai asisten pribadi Jack di kantor. Posisinya sebenarnya hanya pemanis karena Jack butuh seseorang untuk menjalankan bisnisnya bersama. Terlebih lagi dia bisa terus bersama istrinya kapanpun dan di manapun. Ini hari pertama Elvira mulai diperkenalkan kepada seluruh staffnya yang bekerja di kantor utamanya.
Gedung itu memiliki lantai hingga 50 menjulang megah. Jack adalah salah satu entrepreneur sukses di luar dari kekayaan keluarganya. Elvira mengenakan dress berwarna hitam elegan yang dipadukan dengan heels maroon. Jack tidak sekalipun melepaskan genggaman tangannya di pinggang Elvira posesif.
Dirinya tahu benar jika banyak dari karyawan pria menatap Elvira dengan pandangan menginginkan meski mereka bersikap sopan. Jack harus mengakui jika Elvira cantik dan menawan ditambah Elvira tahu menempatkan posisi pada situasi tertentu.
Elvira memiliki aura yang membuat banyak pria terpesona bukan hanya penampilannya tetapi dari tutur katanya. Wanita yang berhasil dinikahinya ini memiliki kecantikan luar dan dalam. Jack banyak menemui wanita hebat di luar sana tetapi wanita-wanita itu enggan tunduk dan cenderung tidak membutuhkan siapapun karena mampu melakukan semuanya sendirian.
Elvira lagi-lagi berbeda. EMampu belajar dengan cepat dan bisa dikatakan cerdas, tetapi dia tetap menempatkan Jack seperti kepala keluarga. Ellvira secara naluriah bersikap layaknya pasangan dan melengkapi apa yang tidak dimiliki Jack.
Elvirapun diperkenalkan kepada pejabat-pejabat pemegang saham, staff kepercayaannya dan bahkan hingga ke level cleaning service-nya. Respon yang diterima Elvira sungguh di luar dugaan. Elvira merasa dihormati terlepas dari rumor yang beredar jika Jack adalah pemimpin yang kasar dan egois.
Simon pun mengiyakan akan sifat atasannya tersebut. Jika disandingkan, Jack dan Elvira bagai batu dan kapas. Batu kuat digunakan untuk membangun tetapi kapas lembut digunakan untuk menyembuhkan. Pengawai-pengawai Jack seakan tidak percaya jika orang seperti Jack akan menikahi wanita dengan karakter seperti Elvira. Mereka selalu berpikir jika Jack akan menikahi wanita yang sejenis dengan ambisinya.
Elvira selesai mengecek setiap sisi kantor dan berakhir pada ruang utama tempat Jack bekerja. Di depan pintunya terdapat 3 meja bersekat untuk dua sekretarisnya dan satu pegawai administrasinya. Simon membukakan pintu, Jack di sisinya mempersilahkannya masuk. Elvira terkejut melihat betapa mewahnya kantor tersebut.
Setiap sisi dindingnya terbuat dari kaca. Satu meja mahogani besar terletak di tengahnya. Satu set sofa berwarna hitam elegan di sebelah kanan dan satu set sofa berwarna hitam dengan model yang lain di sebelah kiri. Sisi kiri tersebut dipenuhi dengan dua rak lemari berisi buku dan satunya lagi berisi banyak piala dan penghargaan.
“Ini adalah meja kerjamu, Sayang.” Jack menunjuk pada meja mahogani mini tak jauh darinya.
“Thanks.” Kata Elvira masih terpukau dengan kantor tersebut. Jack menuntunnya kepada sebuah pintu. Jack membuka pintu itu dan terdapat sebuah tempat tidur modern serta lemari baju mini. “Kamar?”
“Ya, kita bisa beristirahat di sini.” terang Jack membiarkan Elvira berjalan mengeksplore. Elvira juga menemukan kamar mandi di sisi yang lain.
“Kamu biasa menyetubuhi mereka di sini?” tanya Elvira tajam tiba-tiba.
“Well—”
“Dasar playboy.” Dengus Elvira dan melewati tubuh Jack cepat.
“Sayang!” Jack terburu-buru meraih tangan Elvira.
“Aku cemburu.” Rajuk Elvira.
“Itu semua di masa lalu. Jangan marah, oke?”
“Ganti tempat tidur itu.”
“Segara, hari ini juga.” Sambung Jack cepat dan meraih interkom membuat Elvira menyembunyikan tawanya. Sebenarnya dia tak berniat menggoda Jack seperti ini tetapi Jack begitu responsive. Elvira duduk di meja kantornya dan mulai menyalakan komputer.
“So, tugasku?”
“Menemaniku?” cengir Jack, dirinya memilih duduk di atas meja tepat di depan Elvira. Mereka saling berhadapan menatap. Melihat senyum nakal Jack, kini dia menyadari tujuan sebenarnya. Suaminya itu ingin dirinya selalu berada di sana dan mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan tanpa harus memaksakan diri. Jadi sebenarnya itu hanya akal-akalan Jack agar dirinya tidak bosan di mansion.
“Oh, sekarang aku tahu—” Elvira menatap jengkel Jack, padahal dirinya sudah bersemangat untuk belajar bisnis sebulan ini.
“Tidak sekarang, Sayang. Semuanya butuh waktu, kamu perlu menyesuaikan diri dulu.” Balas Jack bijak.
“So?”
“So?” Jack bertanya dengan nada menggoda. Elvira melirik ke arah area privat Jack yang tepat berada sejajar dengan di wajahnya.
“Bagaimana jika Simon atau pengawai yang lain masuk?”
“Tidak masalah.” Jack meraih sebuah remote dan mengarahkannya ke arah pintu. “Sudah terkunci.” Elvira takjub dengan pintu otomatis itu.
“Wah—” tanpa sadar Elvira memuji.
“So, Sayang?”
Elvira tertawa kecil. Tangan kanannya terangkat mengelus milik Jack dari balik celana kainnya. “Kamu tidak capek? Tadi pagi kita baru melakukannya.”
“Tidak.”
“Oke, baiklah suami tercintaku~” Elvira menyambut sama nakalnya. Seperti yang bisa dibayangkan, adegan erotis itu terjadi di dalam ruang kerja megah ini tanpa hambatan. “Kamu benar-benar wanita yang hebat, Sayang.” Jack meraih wajah Elvira dan mengecup bibirnya begitu istrinya itu selesai memuaskannya dengan bibirnya yang sensual.
Wajah Elvira merona menerima pujian itu. “Tidak masalah.”
“I love you.” Kata Jack menatap Elvira penuh cinta. Elvira terdiam tak ingin menjawab. “Sayang, I love you.” Kali ini dengan berbisik.
“I…” Lidah Elvira keluh. “I love…you too.” Lirihnya.
Jack tersenyum lebar dan segera meraih tubuh Elvira dalam pelukannya erat. Ini kali pertamanya Elvira mengakuinya. Jack begitu bahagia mendengarnya tanpa menyadari jika pintunya terketuk entah berapa lama. “Damn.” Maki Jack, siapapun dibalik pintu itu akan menerima kejengkelannya. Ini moment langkah dan tiba-tiba gangguan datang. Jack menekan remote. “Masuk.”
Elvira memperbaiki dress-nya dan duduk tenang. Simon melangkah masuk kemudian. Wajahnya yang dingin siap-siap mendapat omelan. “Maaf mengganggu pagi romantis anda tetapi meeting akan diadakan 5 menit lagi.” Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Oh, shut up!” Jack meraih handphonenya dan mendekati Elvira. “Aku tidak akan lama, Sayang.” Jack mengecup keningnya.
“Ya, tidak perlu terburu-buru.” Elvira menjawab lembut.
Simon mengangguk hormat ke arah Elvira sebelum menutup pintu. Elvira menghela napas panjang, diteguknya air mineral dan lanjut mencari informasi dikomputernya. Tugasnya akan berat, Jack hanya masih sungkan untuk menyibukkannya.
Bersambung…