Sudah seminggu ini dia mengikuti Jack bekerja dan melakukan apa yang dia bisa untuk membantu Jack. Pada hari ke delapan, seorang wanita memaksa masuk ke dalam ruang Jack. Saat itu hanya Elvira yang berada di sana. Sejak siang Jack mengikuti meeting bersama staffnya dan belum kembali.
Wanita itu memiliki wajah familiar, dirinya mengenakan dress ketat off-shoulders pendek berwarna merah. Wajahnya di tutupi make up tebal. Rambut panjangnya yang bergelombang membuatnya terlihat sensual. Elvira bangkit tenang, pastilah wanita ini salah satu mantan teman tidur Jack terdahulu.
“Huh? Di mana Jack?” Wanita itu menatap Elvira rendah. Matanya melirik dari atas ke bawah.
“Nyonya, maafkan kami—” salah satu sekretaris Jack terlihat panik karena tidak mampu menghentikannya.
“Tidak apa. Tolong tinggalkan kami berdua, siapkan kopi untuk dua orang secepatnya.” Jawab Elvira tenang.
“Hmph!” wanita itu tersenyum sinis, rambutnya sengaja dikibaskan memancing emosi.
Elvira menghela napas panjang, drama-drama seperti ini cepat atau lambat akan datang di dalam pernikahannya. Elvira sadar benar Jack memiliki masa lalu yang panjang dengan berbagai macam wanita sebelum serius bersamanya. “Suamiku sedang meeting.” Elvira sengaja memprovokasi. Kadang pikiran jahilnya muncul tiba-tiba.
“Suami? Menggelikan!”
“Anda adalah?” Elvira dengan tenang mendekati sofa dan duduk tenang. Sebenarnya Elvira merasa tidak asing dengan wajah wanita ini. Apa dia artis?
“Dianti.” Jawabnya pendek. Barulah Elvira sadar bahwa wanita ini adalah seorang artis FTV dan dia pernah memukulnya dulu saat masih bekerja di club. Dianti mengira Elvira menguping pertengkarannya dengan Jack. Elvira tertawa kecil, jadi wanita ini satu dari jalang tak beretika yang pernah ditiduri Jack. Peran di depan TV selalu seperti wanita lemah lembut namun pada dasarnya bagai singa mengamuk. “Kamu menertawaiku?” wajah Dianti menjadi merah.
“Jangan menganggu suamiku lagi. Kamu tahu bahwa kamu hanya masa lalunya bukan?”
“Aku melihatmu di koran dan social media. Aku heran kenapa Jack bisa jatuh hati pada itik buruk rupa macammu.”
“Setidaknya lebih baik darimu.” Elvira memancing amarah Dianti.
“A… apa katamu?” Dianti mendekati Elvira dan menunjuk-nunjuk marah.
“Jack pernah menghamiliku, dia memiliki banyak wanita. Jangan harap karena dia menikahimu, Jack akan setia.”
“Well, kita lihat saja.” Elvira tersenyum manis membuat Dianti semakin kesal.
“Jack tidak akan pernah setia!”
“Lalu?” tantang Elvira menatap Dianti tajam. “Jika suamiku tidak setia, apa kamu berharap dipilih begitu?”
“APA?!” Dianti dengan brutal ingin menampar Elvira tetapi Elvira segera menghindar. Dengan kesal Elvira bangkit dan memukul wajah Dianti dengan majalah yang tergeletak di meja. Dianti tak bisa mengelak. Pukulan telak itu terlihat lemah tetapi menyakitkan. Harga dirinya terinjak-injak.
“Aku tidak takut terhadapmu, entah kamu public figure atau sebagainya. Berhenti mendekati Jack karena kamu tidak akan berhasil.”
“Kamu hanya pemanis dalam pernikahannya!”
“Kamu tidak tahu apa-apa. Berhenti mengoceh semaumu.” Timpal Elvira.
Dianti memegang pipinya dan bangkit. “Aku memiliki anak Jack!”
“Aku tidak masalah dengan itu. Buktikan saja.” Tutur Elvira berdiri menjulang dengan dagu terangkat.
“Hmp!” Dianti bangkit meraih tasnya. “Kamu akan membayar ini.”
Karena gemasnya, Elvira mendekati Dianti dan menarik rambutnya kasar, “aku memperingatkanmu, aku bukan wanita yang suka bermulut manis dan bermain halus. Jika kamu masih ingin laku di depan televisi, pikirkan ucapanku baik-baik sebelum aku merusak wajahmu.” Desis Elvira. Dianti menatap dengan horror.
Air matanya serasa ingin mengalir. Elvira menghempaskan kepala Dianti dan berbalik duduk dengan elegan. Dianti menegakkan tubuhnya dan pergi dengan rasa malu.
Elvira menghela napas, tepat saat itu sekretarisnya membawakan dua kopi. “Kamu bisa meminumnya. Aku akan beristirahat untuk beberapa menit.” Kata Elvira dan memasuki area istirahat. Harusnya dia sudah siap dengan ‘gangguan’ kecil seperti ini.
“Baik, Bu. Maaf—”
“Sudah terjadi. Kalian harus lebih tegas ke depannya. Ini terakhir kalinya.”
“Pasti, Ibu. Kami akan lebih memperhatikan untuk ke depannya.”
“Good. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian.” Tutup Elvira dan berbalik pelan memegang keningnya. Ini baru satu wanita dan tenaganya seakan tersedot banyak.
Elvira tidak menghitung berapa lama dia terlelap. Dirinya terbangun oleh kecupan mesra Jack di bibirnya. “Hey.” Sapa Jack dengan senyuman.
“Hey, ugh… Jam berapa ini?”
“3.”
“Huh? Aku ketiduran.” Keluh Elvira dan mencoba bangkit.
“Tidak apa, bertengkar juga butuh tenaga.” Cengir Jack.
“Ah… kamu sudah tahu?”
“Tentu saja, Simon melaporkan semuanya. Jadi kamu keluar sebagai pemenang?” Jack mulai membuka kancing kemejanya.
“Aku kesal karena dia pernah melukaiku dulu di club.”
“Benarkah?”
“Kamu tidak ingat sewaktu kita bertemu pertama kali?”
“Ah! Iya benar. Maaf, Sayang.” Jack terkejut.
“Dianti bahkan mengancam memiliki anakmu.”
Jack tertawa kecil. “Aku selalu tidur dengan mereka menggunakan pengaman, Sayang. Hanya padamu aku memberikan pengecualian.”
“Entahlah, dia mengamuk tentang itu.”
“Kamu marah?” Jack meraih tubuh Elvira dalam pelukannya.
“Tentu saja.” Elvira berusaha mendorong tubuh Jack. “Anyway, kenapa kamu membuka bajumu?”
“Aku lapar.”
“Aku akan memesankan makanan kalau begitu.” Elvira berusaha bangkit tetapi Jack menahannya.
“Aku ingin memakanmu.” Bisik Jack mendesah. Elvira tertawa geli karena napas Jack yang mengenai daun telinganya.
“Aku masih marah.”
“Jangan lama-lama dong marahnya.” Rajuk Jack.
“Dianti juga bilang kalau kamu tidak akan pernah setia.” Imbuh Elvira.
Jack tertawa kecil dan menyusupkan tangannya ke dalam kemaja Elvira. “You know me so well pokoknya.” Balas Jack. Bibirnya kini mengecupi leher jenjang Elvira.
“Kita belum selesai bicara, Sayang. Keluarkan tanganmu.” Elvira berusaha menarik tangan Jack tetapi lengan kekar itu kukuh dan kini jemarinya mempermainkan puncak dadanya nakal.
“Hmmm… Kamu wangi sekali.” Jack semakin intens menyerang Elvira. Miliknya menggunung dari balik celana.
“Kamu harus bekerja.” Kali ini Elvira berusaha mengalihkan perhatian Jack lagi.
“Aku sudah menyelesaikannya tadi.”
“Tapi tetap saja—”
“Aku ingin berada di dalammu, Sayang. Sepanjang meeting aku hanya memikirkanmu.” Aku Jack memelas.
“Kamu jadi tidak fokus bekerja, apa sebaiknya aku tidak perlu mengikutmu ke kantor?”
“NO!” tolak Jack keras, “aku akan kesepian di kantor.” Jack kembali menyusupkan kepalanya di sela bagian depan tubuh Elvira yang menggoda.
“Kamu semakin tidak fokus bekerja, kamu tahu betapa frustasinya Simon mengatur jadwalmu yang terus bergeser.”
“Simon akan terbiasa nantinya. Hm…” Jack berhasil membuka bra Elvira tanpa disadarinya dan menangkup dua gunung kembar erotis itu.
“Sayang!” Elvira berusaha meronta tetapi dia bisa merasakan jelas rudal Jack yang terus menekan-nekan nakal.
“Aku tidak akan fokus bekerja jika aku tidak berada di dalammu.” Desah Jack kini mulai membuka kancing kemeja Elvira.
Wajah Jack memelas sempurna, Elvira akhirnya pasrah. “Oke, tapi hanya untuk hari ini?” tawar Elvira.
Jack mengangguk cepat, dia tahu janji seperti itu tidak akan pernah ditepatinya. Di manapun dia melihat Elvira dan menghirup aroma tubuhnya, dia akan menjadi seperti binatang buas yang dikelilingi birahi.
Sedetik setelah Elvira mengatakan ok, Jack segera menelanjangi Elvira dan melepaskan semua pakaiannya. Kali ini dia benar-benar menahan geloranya selama meeting, entah mengapa dia merasa begitu frustasi dengan gejolak ini. Apa ibunya memberi sesuatu pada bubur ayam yang dimakannya tadi pagi? Apa kedua orangtuanya begitu tidak sabar memiliki cucu?
Istrinya pasrah terlentang di atas tempat tidur yang empuk. Elvira benar-benar cantik dan mempesona. Aktivitas buas itu terjadi tanpa bisa dijeda. Jack terus menyetubuhi Elvira dengan keras dan cepat. Tangan Elvira memeluk leher Jack erat mencari tumpuan.
Napasnya seakan terasa sesak. Sepertinya setelah ini dia harus mulai melakukan olahraga kardio. Klimaks demi klimaks dicapai dengan peluh dan sedikit ambisi. Keduanya tergeletak kelelahan di antara bed cover dan busana yang berceceran.
“Gimana?” goda Jack. Elvira tidak menjawab tetap menarik wajah Jack dan mengulum bibirnya intens. “So, iya?” Jack butuh jawaban. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Luar biasa.” Bisik Elvira. “Tapi, aku merasa milikku memar lagi.” Keluh Elvira.
“Dokter sudah memberimu obat oles bukan?”
“Ya, hanya saja…” Elvira menutup matanya lelah.
“Apa tidak ampuh? Aku akan mencari dokter yang lebih baik.” kuatir Jack.
“Dokter yang sekarang adalah dokter terbaik dibidangnya. Lagipula beliau juga dokter keluarga, kamu tidak bisa—”
“Aku bisa menggantinya sesukaku, Sayang. Aku tidak bilang jika dia tidak baik. Hanya saja jika dokter lain akan lebih cocok untuk kesehatanmu.”
“Obat yang diresepkan sejauh ini adalah obat-obat ampuh, hanya saja kamu terus—” omelan Elvira terhenti oleh tawa terbahak-bahak Jack.
“Kamu begitu cantik dan menggoda, pria mana yang diam saja?” balas Jack cepat. “Maafkan aku ya.” Elvira menghela napas panjang, “sepertinya aku benar-benar harus tinggal di rumah Mami.”
“What? Wait—”
“Mami bisa menegurmu.” “Kamu mulai membawa-bawa Mami karena kamu menjadi anak kesayangannya sekarang.”
Elvira membalikkan tubuhnya lelah. “Aku kehilangan tenaga.” Jack memeluk Elvira dari belakang mesra. “Maafkan aku ya.” ulangnya. “Tidak ada yang salah, Sayang. Kamu tidak perlu minta maaf.”
“Sebaiknya kita memanggildokter malam ini. Mungkin kamu perlu mengganti resep baru.” Saran Jack ikutmenutup matanya lelah yang diikuti oleh Elvira. Keduanya terlelap tanpa sadar.