“Nona Elvira sedang mengandung. Dokter mengatakan usianya memasuki 5 minggu. ”
Jack nyaris menjatuhkan handphonenya. Berita semacam ini bukan pertama kali dialaminya. Wanita-wanitanya sudah sering mencoba menjebaknya dengan alasan klise seperti ini. Tetapi dia yakin 100% Elvira hamil dari benihnya.
Elvira masih perawan saat dia menyetubuhinya, selama itu Elvira selalu berada di rumah sakit ditambah usia kandungannya pun sama persis dengan kejadian itu. Semua fakta menunjuk padanya. Jack mematikan handphonenya cepat dan meremas kepalanya nyeri. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Haruskah dia meminta dokternya menggugurkan kandungan itu dan berlaku seperti pengecut untuk kedua kalinya?
Jack berdiri mematung di luar ruangan Elvira. Dirinya baru tiba tiga jam lalu dan langsung ke rumah sakit setelah pekerjaannya selesai. Elvira ditempatkan di ruangan berdinding kaca tanpa furniture lain. Di sana hanya terdapat tempat tidur dan meja kecil.
Seluruh tubuh Elvira dibalut oleh kain penenang agar dirinya tidak meronta. Jack menutup wajahnya malu. Elvira yang cantik dan menawan menjadi seperti ini karena dirinya. Harusnya dari awal dia tidak pernah mendekati Elvira lagi untuk kedua kalinya.
BUK!
“YOU!” sebuah bungkusan terjatuh dan seorang wanita menyerang Jack dengan tiba-tiba. Jack berlindung di belakang dua pengawalnya cepat. “KURANG AJAR! BRENGSEK! PRIA BAJINGAN!” Maki wanita itu. Satu pengawal berusaha menenangkannya. “Elvira menjadi seperti ini karena ulah busukmu!” Wanita itu segera dibawa pergi paksa. Jack menatap bingung kearah satu pengawalnya.
“Dia adalah teman baik Nona Elvira, Maya.”
“Teman baik? Dari mana dia tahu…”
“Maya melaporkan ke kantor polisi tentang hilangnya Nona Elvira. Beliau mengetahui detailnya dari Oman.” Jack menghela napas lelah dan terduduk dibangku. “Ibu anda juga sudah mengetahuinya.”
“A… apa? F*ck!” maki Jack. Ibunya adalah sosok yang menyebalkan, dia pasti akan berusaha melakukan sesuatu sesuka hatinya. “Apa Papi juga mengetahuinya?”
“Nyonya berusaha menutupi kasus ini.”
“Oke, good.”
Jack berinisiatif untuk memasuki ruangan Elvira. Jack mendekatinya dengan perlahan. Elvira menoleh pelan, ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat dingin. “Apa maumu?”
“Bagaimana keadaanmu?” Jack mengumpulkan keberaniannya. Elvira tertawa sinis tanpa ingin menjawab. Jack melirik kearah perut Elvira dan menelan ludah keras. Dokter belum memberitahu apapun mengenai kehamilan itu kepada Elvira jika emosi Elvira masih selabil ini.
“Ibumu mendatangiku dan menuntutku sana sini. Aku sudah ingin mati sesaat kamu selesai memperkosaku tetapi kamu menyelamatkanku alih-alih rasa kemanusiaan. Jika masih ada secuil rasa bersalah dihatimu, biarkan aku mati dengan tenang saat ini juga. Berhenti menyiksaku dengan mengikatku seperti ini. Aku lelah atas semuanya.” Papar Elvira tegas.
Jack terhentak dan meremas kedua tangannya menenangkan diri. Ibunya sudah ikut campur sejauh ini.
“Elvira…”
“Setiap kali kamu menyebut namaku, aku selalu ingin lari sejauh mungkin. Aku takut kepadamu. Kamu iblis yang menyerupai manusia.”
“Elvira…”
“Hanya satu itu pintaku, biarkan aku mati. Aku sudah meminta Maya untuk tidak menganggumu lagi.” Elvira memalingkan wajahnya.
“Elvira…”
“Aku benar-benar ingin mati.” Keluh Elvira perih.
“Tak biasakah kamu memaafkanku?” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Jack tanpa disadarinya. Awalnya dia sudah ingin melarikan diri lagi, tetapi mendengar kata-kata menusuk Elvira, Jack justru sadar bahwa dia jatuh hati terhadap wanita tangguh ini.
Elvira memiliki kepribadian luar biasa dibandingkan wanita-wanitanya terdahulu. Itu yang membuat Jack terpukau dan terpikat. Mendengar permintaan maaf Jack, Elvira masih bungkam tidak ingin menjawab. “Demi bayi kita yang sedang kamu kandung.”
Elvira menoleh syok mendapat informasi itu. “A… Apa? Bayi?”
Jack mengangguk pelan dan mendekati Elvira. Serta meraih Elvira dalam pelukannya erat, sangat erat melebihi eratnya kain penenang ini. Jackpun akhirnya menyadari jika Elvira berhasil merebut hatinya. Untuk pertama kalinya dia jatuh cinta.
Tak ada kata yang terlontar, baik Elvira maupun Jack mematung dengan pikiran kalut masing-masing. Air mata Elvira mengalir perlahan. Hatinya tercabik-cabik hingga level terendah. Kenapa, kenapa dan kenapa? Haruskah dia sepilu ini? Jack mengetahui Elvira menangis dan mengetatkan pelukannya, dia tidak ingin lagi lari bersembunyi dan memutuskan menghadapi semuanya dengan keseluruhan tekadnya.
Hangat tubuh Elvira membuatnya nyaman. Untuk pertama kalinya dia merasa tenang, bebannya seperti terangkat.
“Aku tahu kesalahanku begitu fatal, tetapi aku ingin memulai semuanya dari awal. Maafkan aku, Elvira.” Jack mengurai pelukannya dan meraih wajah Elvira. Kening mereka saling menempel erat. Elvira berusaha berontak tetapi Jack mempertahankan posisi mereka. “Aku… aku ingin berubah. Aku tidak ingin lari lagi.”
“Ke… kenapa?”
Jack meletakkan tangan kanannya diperut Elvira, “terima kasih sudah mengandung anakku. Aku cinta kamu, Elvira.” Ungkap Jack tulus. Matanya berkaca-kaca menatap tepat dimanik mata Elvira. Ungkapan manis itu membuat Elvira bergerak mundur, dia tidak mempercaya ini. Apa dia masih bermimpi? “Elvira…” Jack kembali ingin memeluk Elvira.
“Stop!” Elvira bergerak kesusahan karena seluruh tangannya terbalut bersama tubuhnya oleh kain.
Jack bangkit berdiri dan berlutut di atas lantai menghadap Elvira.
“Please Elvira…” Lagi-lagi Elvira terkejut dan memalingkan wajahnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Elvira melirik pelan dan masih menemukan Jack yang berlutut menatap dengan mata sendu.
“Kenapa?” Elvira memberanikan diri bertanya lagi.
“Aku menyesali semuanya. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa menerimaku?”
Elvira terdiam menatap Jack lama, dia masih tidak mempercayai pria di hadapannya ini. “Aku tidak mengerti sikapmu selama ini.”
“Aku berusaha untuk mencari perhatianmu. Itulah mengapa aku selalu mengunjungi tempatmu bekerja.”
“Kamu memiliki banyak wanita yang jauh lebih cantik.”
“Aku mencoba berkilah dari perasaanku yang sebenarnya. Pada akhirnya aku justru menyakitimu. Aku sangat menyesal.” Simpul Jack menunduk lesu.
Elvira menghela napas panjang dan terdiam. “Aku tidak bisa percaya semudah itu.”
“Aku tahu.” Jack bangkit dan memanggil perawat. “Buka ikatannya!”
Dua orang perawat itu menolak tegas. “Kami tidak bisa, Pak. Resikonya terlalu besar.” Salah satu perawat itu bahkan memberi kode kepada Jack mengenai kehamilan Elvira. Perawat itu kuatir Elvira akan membahayakan janin yang dikandungnya.
“Elvira tidak akan menyakiti bayi kami.” Tegas Jack. Dirinya mendekati Elvira dan meletakkan tangannya diperut Elvira tenang. Kedua perawat itu saling melirik.
“Kami harus menunggu persetujuan dokter.”
“Panggil dokter itu sekarang!” perintah Jack tak surut…
“Panggil dokter itu sekarang!” gelegar Jack. Tak menunggu lama balutan kain itu terbuka. Jack meraih minyak zaitun dan mengurut pelan kedua lengan Elvira lembut. Elvira cukup terkejut dengan aksi Jack dan memilih menurut. “Siapkan makanan sekarang juga.” Lagi-lagi Jack memerintah tegas. “Ada sesuatu yang ingin kamu makan?” lirihnya pada Elvira.
“Uh? Oh? Emmm…” Elvira masih tidak terbiasa dengan perlakuan baik Jack. “Aku ingin sesuatu yang asam.” Mendengar permintaan Elvira, salah satu perawat itu segera menyiapkan.
“Aku ingin Elvira dipindahkan ke ruang VVIP dalam satu jam kedepan. Kalian bisa pergi.” Jack mengusir seluruh staff rumah sakit beserta pengawalnya agar memberikan privasi kepada mereka berdua.
Jack terus memijat lembut lengan Elvira dan bertanya dibagian mana lagi yang sakit. Meski Elvira belum sepenuhnya percaya, tetapi sikap Jack membuat hatinya sedikit berbunga-bunga. Ternyata dirinya semudah itu luluh.
Satu jam kemudian Elvira sudah berganti kamar dan sedang membersihkan diri. Setelah selesai, Jack menunggunya dengan semangkuk bubur dan satu piring rujak. Jack duduk dekat di sebelahnya mengamati Elvira yang makan secara perlahan. “Bagaimana perasaanmu?” tanya Jack ketika Elvira selesai menyantap makan malamnya.
“Lebih baik.”
“Kamu tidak akan berpikir aneh-aneh lagi bukan?” Jack menggenggam kedua tangan Elvira memohon.
“Tergantung.”
“Elvira…” resah Jack.
Elvira mengelus perutnya lembut, “berapa usianya?”
“5 minggu. Besok dokter akan memeriksanya lebih lanjut.”
“Dokter masih harus memantau kejiwaanku.”
“Tapi kamu berjanji untuk tidak melakukan yang aneh-aneh lagi bukan?”
Melihat wajah serius Jack, Elvira justru tertawa kecil. “Apa karena bayi ini kamu berubah? Jika aku mati, bayi ini akan mati bersamaku. Kamu tidak harus kuatir untuk itu.”
“ELVIRA!” Murka Jack membuat Elvira juga ikut terkejut.
“Itu benar bukan? Kamu tidak harus menanggung beban ini.” Balas Elvira.
“Aku sudah mengatakannya tadi, aku jatuh cinta kepadamu. Akupun ingin lari dan pura-pura lupa tetapi ujung-ujungnya aku justru semakin mencarimu. Bayi ini hanyalah pelengkap manis.”
Elvira menghela napas panjang dan bersandar pada bantalnya. “Aku lelah, banyak sekali yang terjadi.” Pengakuan Jack hari ini seperti menjungkir balikkan fakta yang diketahuinya dulu.
“Bisakah aku tidur di sebelahmu?” pinta Jack memelas. Sungguh di luar nalar Jack bisa berubah sedrastis ini.
“Uh? Why?” Elvira menoleh dengan bingung.
“Tempat tidur ini cukup untuk dua orang.”
“Untuk apa kamu tidur di sini saat kamu memiliki mansion mewah?”
“Itu tidak ada hubungannya.” Jack memaksa berbaring dan meraih Elvira dalam pelukannya. Elvira ingin berontak tetapi Jack terlanjur dalam posisi nyaman.
“Kamu tidak ingin mengganti baju?”
“Uh? Aku bau?” Jack mengendus area keteknya.
“Tidak, hanya saja tidur dengan kemeja tidak nyaman untukmu.”
“Oh…” Jack menghubungi Oman untuk membawakan baju tidur.
Sambil menunggu baju tidurnya, Jack dan Elvira kembali berbaring dalam posisi berpelukan. Elvira menyandarkan kepalanya di dada bidang Jack. Lengan kanan Jack melingkari erat tubuh Elvira. “Kamu sungguh egois.” Ungkap Elvira tiba-tiba.
Jack mengangkat wajahnya dan menatap Elvira. “Mengenai?”
“Kamu bertindak sesukanya, kamu bahkan tidak bertanya tentang perasaanku.”
“Aku tidak ingin ditolak.” Jack kembali memeluk erat Elvira. Tidak ada ruang di antara mereka. Jack bahkan mengecup berulang kali puncak kepala Elvira.
“Benar kamu tak ingin tahu?” tantang Elvira.
Jack mulai penasaran, “oke kalau begitu. Bagaimana perasaanmu tentangku?” jantung Jack berdebar keras, Elvira bahkan bisa merasakannya jelas. Meski Jack terlihat tenang tetapi dia sedang berpura-pura mengendalikan situasi. Elvira tertawa kecil tanpa ingin menjawab. “Elvira…”
“Kamu tahu kenapa aku menukar pekerjaanku di mansion sebelumnya?”
“Tidak. Aku bahkan memarahi Oman karena membiarkanmu bekerja dengan kubangan sampah.”
“Aku ingin menghindarimu.”
“Kenapa?”
“Aku mulai berharap lebih atas perhatianmu. Tetapi aku sadar status kita seperti bumi dan langit. Jadi aku memilih menguburnya dalam-dalam dan pergi setelahnya.”
“Saat itu aku belum mengerti perasanku sendiri. Bodohnya aku.” Sesal Jack.
“Kita berdua bodoh.”
“Tidak, aku seharusnya lebih berani dan jujur.” Jack meraih tangan kanan Elvira dan mengecupnya. “Bagaimana perasaanmu sekarang?”
“Aku…” Elvira menatap lekat wajah Jack.
“Hm?”
“Aku masih takut.” Elvira menyembunyikan wajahnya di dada Jack kembali.
“Takut tentang apa? Berarti kamu mengakui jika kamu memiliki perasaan yang sama?” Jack berbinar. Elvira tidak menjawab. “Sayang, benarkan?” desak Jack berusaha melihat wajah Elvira tetapi gagal. Jack tertawa terbahak-bahak kegirangan. Kembali dipeluknya Elvira gemas. “Maaf aku sudah menyakitimu berulang kali. Aku menyesali semuanya.” Bisik Jack. Elvira tidak menjawab tetapi membalasnya dengan anggukan.
Esok paginya, Ellani mendatangi Elvira yang sedang menjalani terapi. Terpaksa kegiatan itu terhenti. Sepertinya Ellani memiliki firasat tajam jika puteranya itu akan luluh. Jack sedang bekerja di kantornya terkejut menerima berita itu.
Dengan panik dia memerintahkan anak buahnya untuk menahan ibunya sementara dia menuju kesana. Elvira tahu benar menghadapi situasi ini. Semenjak bekerja di club, dirinya banyak berurusan dengan berbagai macam pelanggan.
Ellani menatapnya sinis dari atas hingga kebawah. “Aku pikir kamu ingin bunuh diri?” sindirnya. Elvira tidak menjawab dan memilih diam. Mereka sedang berada di ruang rawatnya. “Jadi itu hanya sandirawa licikmu kemarin agar puteraku tertipu? Jawab!” Ellani bangkit dan nyaris menjambak Elvira. Beruntung pengawal Jack berada di sana.
Bersambung…