Close Menu
Cerita SexCerita Sex
  • Warning!
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Kirim Cerita Sex
  • Join Telegram
  • Video Bokep
  • Foto Bugil
  • Jav Sub Indo
X (Twitter) WhatsApp Telegram
Cerita SexCerita Sex
  • Contact
  • Warning!
  • Privacy
  • Kirim Cerita
  • ThePornDude
  • Bokep
Cerita SexCerita Sex
Home»Novel»Kamu yang Kusebut Rumah

Kamu yang Kusebut Rumah

Share Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

Beberapa penumpang yang sedang beristirahat dalam bis mulai terbangun, kenek berteriak memberitahu bahwa bis sudah sampai di pelabuhan. Seperti yang diinstruksikan Anton, Arya dan Puspa akan ke Bali menggunakan perjalanan darat.

Setelah sampai di Surabaya pagi tadi, keduanya melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi selama delapan jam menggunakan bis. Dan sekarang ini mereka sudah sampai di Pelabuhan Ketapang. Rencananya, mereka akan melintasi samudra menggunakan kapal feri untuk sampai ke Bali. Orang yang bangun pertama kali adalah Arya. Ia mulai membuka matanya yang terasa lengket. Perjalanan mendadak dan berlangsung lama membuat tubuhnya lelah. Ia melihat ke arah Puspa yang tidur di dalam dekapannya.

Pasti wanita itu pun kelelahan hingga tidak sadar menyenderkan tubuhnya ke Arya untuk mendapatkan kenyamanan. “Puspa,” panggil Arya.

Mengenal Puspa sejak dulu, Arya tahu hal tersulit dari seorang Puspa adalah bangun dari tidurnya. Wanita itu pelor, dimana pun tempatnya bisa tertidur dengan mudah tapi sangat sulit untuk dibangunkan. “Kita sudah sampai.” Arya masih mencoba membangunkan Puspa, ia mengusap-usap tubuh Puspa dan memanggil wanita itu lirih.

“Emmmmhh.”

See? Wanita itu bergerak tapi hanya untuk menyamankan tidurnya di dalam pelukan Arya. Puspa semakin melingkarkan tangannya di tubuh Arya untuk mencari kenyamanan. Kepalanya ia masukan ke sela-sela tubuh Arya yang hangat.

Tanpa Arya ketahui, tidur Puspa saat ini adalah tidur terpulasnya dalam lima tahun belakangan ini.

“Kita harus melanjutkan perjalanan ke Bali.”

Saat pertama kali membuka mata, Puspa terkejut mendapati posisi keduanya yang dekat. Ia beranjak duduk, membuat jarak untuk mereka berdua. “Maaf.”

Arya hanya menanggapi dengan tersenyum singkat.

Keluar dari bis, keduanya langsung berjalan menuju pelabuhan dengan beberapa penumpang lainnya yang memiliki tujuan sama. “Ada banyak calo di sekitar sini, mungkin akan sedikit membuatmu tidak nyaman.” Arya menawarkan genggaman tangan agar keduanya tidak terpisah, tapi Puspa menolak.

Arya memilih membeli tiket sendiri lalu mereka berdua masuk ke dalam kapal. Jam enam sore, kapal mulai berlayar. Perjalanan laut keduanya saat ini sekitar dua sampai tiga jam, Puspa tidak memilih tidur. Wanita itu lebih memilih menikmati pemandangan laut dari tempatnya duduk.

“Kamu harus memakai selimutmu, cuacanya dingin,” tegur Arya yang datang sambil membawakan dua cup pop mie panas di tangannya. Laki-laki itu mengatakan tidak ada yang lebih nikmat dari makan mie di tengah lautan.

“Yang punya sakit asma itu kamu. Kalau sampai kambuh, akan sangat merepotkan.”

“Oh, jadi asmaku sangat merepotkan? Pantesan kemarin males-malesan bantuin aku pas serangan.”

“Ck, udah di bantuin juga,” kesal Puspa. “Bilang terima kasih aja enggak.”

“Terima kasih, Puspa,” ucap Arya tulus. “Lebih baik sekarang kamu pakai selimutmu.”

“Kamu yang punya asma, Mas.”

“Kita hanya punya satu selimut, tidak mungkin aku membiarkanmu kedinginan.”

Puspa akhirnya mengalah, menerima selimut yang diberikan Arya untuk menyelimuti tubuhnya. Mereka menghabiskan pop mie dalam diam, lalu membuang mie itu yang tinggal bungkusnya saja.

“Mas,” panggil Puspa setelah mereka berdua kenyang.

Keduanya duduk berseberangan. Arya memejamkan matanya meskipun tidak tidur. Dia hanya sedang mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. “Heemm.” Arya membuka matanya sekilas, menatap Puspa yang sedang mengarahkan perhatiannya ke arah laut.

“Ibuk sudah menikah lagi. Dua tahun setelah kita berpisah, ibuk memutuskan untuk menikah dan tinggal di Desa. Aku kembali sendiri.”

Arya tak menanggapi, seperti dulu Arya hanya mendengar setiap lantunan cerita yang keluar dari bibir kekasihnya. Ngocoks.com

“Awalnya aku benci, kenapa semua orang meninggalkanku? Tapi saat melihat senyum ibuk, senyum yang tak lagi pernah terlihat saat masih bersama bapak atau setelah perceraian dengan bapak. Aku jadi merasa egois jika harus memaksakan ibuk untuk tidak menikah lagi.”

“Dan pas banget waktu itu ada yang membeli rumah ibuk dengan harga tinggi di atas pasaran. Bahkan bisa sampai di pakai buat DP rumah yang kutinggali saat ini, sisanya untuk ibuk bangun rumah di Desa.”

“Maafkan aku, pasti banyak sekali kesedihan yang kamu lewati seorang diri setelah aku pergi.”

Puspa mengangguk dengan bibir bergetar. Lima tahun yang lalu adalah masa tersulit untuknya, dia yang biasanya memiliki tempat untuk melepaskan semua beban hidupnya harus berusaha untuk tetap bertahan seorang diri. “Kamu jahat,” ucap Puspa dengan lelehan air mata yang lancar.

“Aku minta maaf.” Arya pun mengulang-ngulang permintaan maafnya.

“Mas,” panggil Puspa lagi. Kali ini mata wanita itu menaut ke arahnya.

“Aku di sini.”

“Aku takut.”

“Takut apa?” tanya Arya.

Puspa cukup lama diam, sedang menimbang kalimat yang ingin ia ucapkan. “Semuanya … aku takut, takut menjalani hidup sendiri.” Hanya dengan Arya, Puspa bisa mengungkapkan semua rasa, semua yang tak pernah ia keluarkan di dalam otaknya.

“Kamu harus tahu kalau kamu tidak merasakan hal itu seorang diri. Percayalah, aku pun merasakan hal yang sama.” Mata Arya kini sudah terbuka lebar, ia melepas tautan mata keduanya dan memilih melihat ke arah gelapnya malam.

Keduanya kembali hening, hanya ada suara debur ombak dan angin laut yang kencang. Cukup lama, mereka menikmati kesendirian, berbicara dengan diri mereka masing-masing.

“Do you still love’s me?” tanya Arya tiba-tiba.

Arya menunggu dan Puspa mematung. Dalam hidup Puspa lima tahun belakangan ini, kata ‘cinta’ sangatlah haram untuk diucapkan. Tapi melihat Arya yang menunggunya dengan tatapan penuh pengharapan memaksa Puspa untuk menelan ludahnya berkali-kali.

“Abaikan pertanyaanku,” putus Arya akhirnya, karena Puspa yang tak kunjung memberikan jawaban. “Ceritakan hal lain yang kamu lalui tanpa diriku,” pinta Arya. Dia sudah lelah untuk bersedih. Dia berharap kesempatan bersama Puspa saat ini hanya untuk menciptakan kenangan indah.

“Cerita apa?” tanya Puspa.

“Apapun itu.”

“Aku bingung.”

Arya berfikir, mencoba mencari pembahasan yang menarik agar suasana malam ini tidak hanya tentang kesedihan. “Ceritakan tentang bagaimana kamu bisa di AD Corporate.”

“Ah, jangan. Alasan aku berada di perusahaanmu sangat menyakitkan. Aku ingin melupakannya. Mungkin aku akan cerita saat pertemuan kita pertama kali, yang di tempat meeting? Apa kamu sudah melihatku waktu itu?”

Arya menggeleng dengan senyum penuh makna. “Aku sudah melihatmu jauh sebelum pertemuan itu. Aku melihatmu pertama kali saat kamu duduk bersama dengan beberapa karyawan baru di masa pembekalan.”

“You see me?”

“Tentu saja, wanita berkucir kuda yang selalu mampu mencuri perhatianku.”

“Terus? Kamu nggak nyapa aku? Atau apa gitu?”

“Aku pengecut, nggak berani.”

“Jadi pertemuan kita di tempat meeting itu pertemuan kedua kita dong.”

“Untukku itu lebih, karena aku sering melihatmu diam-diam.”

Puspa tertegun mendengar kalimat Arya. Jadi selama ini, laki-laki itu sering melihatnya diam-diam? “Es kopi dingin yang sering diletakan di meja, apakah itu dari kamu?”

“Memang ada yang bisa membuatkan es kopi dingin seenak takaranku?” tanya Arya balik.

Puspa menggeleng.

“Terus? Masih nanya?” tanya Arya memastikan.

Malam ini, ada begitu banyak hal yang mereka sampaikan. Tentang kehidupan lima tahun saat keduanya terpisah jarak dan rasa, dan tentang perasaan yang tersisa.

Malam ini Pak Brama bersama Anton mendatangi kediaman Miller. Ia membawa sekitar tiga pengawal termasuk Anton untuk melindungi dirinya. Miller bisa sewaktu-waktu membunuhnya, tapi demi keselamatan Arya, dia akan mengambil resiko itu. “Maaf aku mengganggumu malam-malam.”

“It’s oke, take your time.”

Mr. Miller duduk di kursi ruang kerja dengan kedua kaki menyilang. Satu putung rokok terselip di sela-sela jemari tangan kekar itu. Asap yang mengepul ke atas menambah kesan bahwa drama yang terjadi saat ini tidaklah main-main.

“Aku yakin kamu sudah paham dengan maksud kedatanganku malam ini.”

“Lebih baik aku mendengar penjelasan darimu langsung untuk lebih jelasnya.”

“Tentu ini tentang Arya, lepaskan dia.”

Mr. Miller terkekeh meremehkan. Dia berdiri untuk mendekat ke arah Pak Brama dan Anton yang berdiri di belakangnya. “Tentu tidak akan semudah itu. Dia menyakiti anakku dengan pergi bersama kekasihnya.”

“Jangan membuat sebuah kesimpulan dari otak Ivy, Miller. Kita semua tahu bagaimana cara putrimu untuk mengikat putraku.”

“Jangan merendahkannya.”

“Dia yang merendahkan dirinya sendiri!”

“Tutup mulutmu, Bramaa!! Kamu  tidak tahu siapa lawan yang kamu hadapi saat ini!” marah  Mr. Miller tercetak jelas di wajahnya. “Tidak ada yang boleh menyakiti putriku.”

“Sama dengan dirimu, aku sebagai ayah juga tidak akan membiarkan ada orang yang menyakiti anakku,” tegas Pak Brama. “Selama ini ia tersakiti bertahan di samping Ivy. Aku yakin kamu juga sudah tahu tentang fakta ini. Jangan berpura-pura bodoh tentang bagaimana Ivy bisa hamil.”

“Aku menutup mataku untuk melihat bagaimana anakku bisa hamil yang terpenting adalah laki-laki yang melakukannya harus bertanggung jawab.”

“Apa kamu yakin yang harus bertanggung jawab disini hanyalah Arya?” tanya Pak Brama menantang. “Putrimu sudah dewasa untuk mengenal kata pertanggung jawaban.”

Miller tak berniat menanggapi kalimat Tn. Brama.

“Lepaskan anakku, Miller. Atau aku akan menyambut tantangan perangmu.”

“Pergilah, Brama. Aku akan mendapatkan Arya dalam keadaan hidup. Tapi aku tidak berjanji untuk melakukan hal yang sama pada kekasihnya,” ancam Mr. Miller.

“Dia bukan kekasih Arya.”

“Bohong!”

“Ivy yang merebut Arya dari wanita itu.”

“I don’t care!”

Pak Brama menekan perasaan marah di dadanya. Meladeni Miller yang kuat dan angkuh memang tidak akan mudah. “Seperti dirimu yang melindungi Ivy, aku juga akan melindungi Arya dan gadis tidak bersalah yang menjadi korban keegoisan anakmu. Aku akan melindungi mereka hingga titik darah penghabiskanku.”

Pak Brama meninggalkan ruang kerja Mr. Miller. Ia berjalan ke luar rumah dan menghentikan langkahnya saat melihat Ivy dan istri Miller di sana.

“Aku tahu kamu wanita baik,” ucap Pak Brama ke arah Ivy. “Jadilah wanita yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan yang sudah kamu lakukan.”

“…”

“Mungkin ayahmu tidak menanamkan hal ini pada dirimu tapi sebagai ayah mertua aku berkewajiban menyampaikan. Setiap perbuatan memiliki konsekuensi, Ivy. Jangan menunggu sampai semuanya semakin bertambah runyam.”

Setelah mengatakan itu, Pak Brama benar-benar pergi meninggalkan kediaman Miller.

***

Di dalam hidup ada begitu banyak penyesalan yang terjadi. Kenapa dulu aku memilih itu? Kenapa dulu aku melakukan itu? Apapun itu selalu berujung dengan, jika waktu dapat diulang lagi aku pasti tidak akan melakukan hal bodoh itu.

Tapi, tidak semua penyesalan berakhir buruk jika kita tidak menyalahkan diri sendiri. Apapun itu, hal pertama yang harus kamu lakukan di saat menyesali sesuatu adalah menerima.

Accepted.

Sebuah penerimaan atas segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita adalah sesuatu yang menurutku, sangat penting.

***

Suara air mengalir di taman belakang rumah menjadi satu-satunya suara yang paling dominan di tempat ini. Sebuah ruangan terbuka yang langsung menghadap ke arah taman di dalam rumah keluarga Miller.

Di rumah orangtuanya, tempat ini adalah tempat yang paling Ivy sukai.

Ivy kecil sering menghabiskan waktunya untuk bermain di taman ini. Sebuah taman berukuran hampir lima puluh meter dengan saung yang terbuat dari bambu di tengahnya. Ivy duduk di saung melihat Mr. Miller yang sedang memberikan makan ikan-ikan di kolam.

“Dad.”

“Hem.”

“Daddy ingat waktu aku meminta Daddy menyingkirkan teman Arjuna?” Ivy duduk menghadap ke arah daddy-nya yang sedang berjongkok di tepi kolam ikan. Arjuna, teman masa kecilnya yang kini memilih enggan kembali memiliki hubungan dengan Livylia.

“He’eh. Kamu menangis berhari-hari hanya karena takut kehilangan Arjuna.”

“Yaa, karena dia-lah sahabatku satu-satunya. Aku takut kehilangannya.”

“Daddy akan selalu memberikan apapun yang kamu inginkan, Sweatheart.” Mata Mr. Miller masih ke arah kolam ikannya, sambil sesekali melemparkan makanan ikan ke kolam.

“Tapi Ivy justru kehilangan Arjuna.”

Manik mata Mr. Miller beralih arah, ia melihat ke arah Livylia yang … terlihat tidak sedang baik-baik saja. “Aku tidak paham dengan arah bicaramu, Vy.”

“Ivy yakin, Daddy akan selalu ada di depan Ivy, menjaga dan melindungi Ivy.”

“Yes, Daddy tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu.”

“Terima kasih, Dad,” jawab Ivy. Wanita itu ikut menjongkokan tubuhnya di samping Mr. Miller. “Tapi, jika Daddy sudah tua dan tak bisa lagi menjaga Ivy, siapa yang akan melakukannya Dad?”

Mr. Miller sempat menghentikan ayunan tangannya yang hendak menyebar makanan ikan, hanya sebentar, karena detik berikutnya laki-laki itu tetap melanjutkan aktivitasnya itu. “Ada Arya, suamimu.”

“Apa ada sebuah kepastian Mas Arya akan melindungi Ivy seperti Daddy melindungi Ivy?”

“Sweatheart, kemana arah bicaramu?” Laki-laki itu mulai terlihat kesal.

“Kenapa Daddy tidak melatih Ivy untuk melindungi diri Ivy sendiri?”

Mr. Miller berdiri dari tempatnya lalu mendudukan tubuhnya di saung tempat Ivy duduk sebelumnya. “Kamu perempuan, seharusnya kamu dilindungi laki-laki.”

“Bagaimana jika Ivy tidak menemukan laki-laki yang melindungi Ivy saat Daddy sudah tidak bisa melakukannya?” tanya Ivy. “Cara terbaik untuk melindungi diri sendiri adalah melatih diri sendiri untuk menjadi kuat, apa Ivy salah?”

Tatapan mata Mr. Miller beralih dari sosok Ivy ke arah langit yang tinggi. Kalimat putri-nya saat ini cukup berpengaruh besar untuknya.

“Dad, bagaimana jika ada seorang perempuan telanjang di hadapan Daddy, lalu Daddy khilaf dan perempuan itu hamil?”

Mr. Miller terkekeh. Ia mencubit pipi Ivy dengan gemas saat putrinya banyak bertanya. “Kamu itu, pertanyaanmu sore ini aneh-aneh.”

“Ivy hanya bertanya. Apa jawaban Daddy?”

“Yaa kalau wanita itu hamil biarkan saja, toh dia sendiri yang telanjang di hadapan Daddy. Tidak mungkin hanya karena seorang wanita hamil, Daddy meninggalkan mamamu. She is my soul, Sweatheart.”

“Mas Arya did it.”

Raut wajah penuh tanda tanya tercetak jelas di wajah Mr. Miller. Laki-laki itu menatap putri kecilnya untuk meminta penjelasan lebih.

“Mas Arya —meninggalkan belahan jiwanya hanya demi menyelamatkan harga diri Ivy, hanya demi memberikan keluarga untuk anaknya,” ucap Ivy dengan terisak. “Ivy salah, Dad. Ivy yang memanfaatkan kelemahan Mas Arya waktu dia mabuk.”

“Sayaang —.”

“Selama ini Mas Arya tersakiti hidup bersama Ivy. Ivy jahat, Dad. Ivy sudah menjadi wanita yang jahat.”

Mr. Miller menarik tubuh putrinya untuk mendekat dan memberikan pelukan seorang ayah untuk Ivy.

“Ivy egois, Ivy mendapatkan semuanya. Orangtua lengkap, kemewahan dan kasih sayang. Tapi Ivy justru merebut satu-satunya yang dimiliki Puspa.” Mata Ivy mencari manik hitam daddy-nya, dengan bibir bergetar wanita itu kembali meminta sebuah permohonan pada daddy yang selalu akan memberikan apa yang ia mau. “Jangan sakiti Puspa lagi, Dad. Lepaskan dia karena dalam masalah ini, Ivy-lah yang menjadi pengacau di dalam hubungan mereka.”

Kalimat Puspa yang menginginkan kebahagiaan Arya di samping kebahagiaannya sendiri menyadarkan Ivy. Bahwa hidup bukan hanya tentang dirinya tetapi juga tentang orang lain. Ivy mencintai Arya, tapi selama ini ia mengabaikan kebahagiaan laki-laki itu hanya demi menyempurnakan kebahagiaannya.

Apakah ini yang dinamakan cinta? Atau hanya keegoisan?

Arya bukanlah sebuah boneka yang harus ia dapatkan.Laki-laki itu memiliki perasaan yang selama ini Ivy abaikan.

Bersambung…

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
ABG Berlanjut Bersambung Cantik Kenangan Kenikmatan Mesum Novel Pacar Romantis Ternikmat Umum
Share. Twitter Telegram WhatsApp Email Copy Link
Previous ArticleBudak Seks
ceritasex

    Ngocoks adalah situs dewasa yang berisi kumpulan cerita sex tergres yang di update setiap hari. Jangan lupa bookmark situs ini biar tidak ketinggalan cerita dewasa lainnya, -terima kasih.

    Related Post

    9.0

    Budak Seks

    9.5

    Sebuah Jimat (Amulet)

    9.3

    Monster Kraken

    9.0

    Nona Majikan dan Temannya

    9.5

    Malapetaka KKN

    9.0

    Perempuan Polos Berjilbab

    Follow Facebook

    Recent Post

    Kamu yang Kusebut Rumah

    Budak Seks

    Sebuah Jimat (Amulet)

    Monster Kraken

    Nona Majikan dan Temannya

    Malapetaka KKN

    Perempuan Polos Berjilbab

    Pubertas Dini

    Sang Penakluk Akhwat

    Pistol Hipnotis

    Kategori

    Terekspos

    Ngocoks.com adalah situs dewasa berisi kumpulan cerita sex, cerita dewasa, cerita ngentot dengan berbagai kategori seperti perselingkuhan, perkosaan, sedarah, abg, tante, janda dan masih banyak lainnya yang dikemas dengan rapi dan menarik.

     

    ✓ Update Cerita Sex Setiap Hari
    ✓ Cerita Sex Berbagai Kategori
    ✓ 100% Kualitas Cerita Premium
    ✓ Semua Konten Gratis dengan Kualitas Terbaik
    ✓ Semua Konten Yang Diupload Dipilih & Hanya Update Konten Berkualitas

     

    Cara Akses Situs Ngocoks

    Akses menggunakan VPN atau kamu bisa juga akses situs Ngocoks ini tanpa VPN yang beralamat ngocoks.com kalau susah diingat, Silahkan kamu buka saja Google.com.sg Lalu ketikan tulisan ini ngocoks.com, terus klik halaman/link paling atas situs NGOCOKS no 1 di Google. Selamat Membaca!


     

    Indonesian Porn Fetish Sites | Indonesian Porn List | Ulasan Bokep Indonesia

    © 2025 Ngocoks - Support by Google Inc.
    • Warning!
    • Iklan
    • Privacy Policy
    • Kirim Cerita Sex
    • Channel Telegram

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.