Close Menu
Cerita SexCerita Sex
  • Warning!
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Kirim Cerita Sex
  • Join Telegram
  • Video Bokep
  • Foto Bugil
  • Jav Sub Indo
X (Twitter) WhatsApp Telegram
Cerita SexCerita Sex
  • Contact
  • Warning!
  • Privacy
  • Kirim Cerita
  • ThePornDude
  • Bokep
Cerita SexCerita Sex
Home»Novel»Kamu yang Kusebut Rumah

Kamu yang Kusebut Rumah

Share Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

Flashback

Satu cup teh hangat Arya genggam kuat. Dia tersenyum tipis saat melihat siluet tubuh Puspa yang duduk seperti terakhir kali ia lihat melalui kamera CCTV di ruangannya. Dengan langkah tegap Arya berjalan mendekat lalu meletakan cup teh hangatnya di ruang kosong diantara mereka berdua. Senyumnya tak bisa terbendung saat melihat kedua cup milik mereka berdua saling bersisihan.

Dengan berani Arya mendudukan tubuhnya di sisi kanan kursi kayu usang yang sama dengan wanita itu. Ia menjeda, mengikuti arah mata Puspa melihat kota Jakarta yang ramai. Jakarta masih sama, masih basah di mana-mana dengan hujan yang mengguyur sejak pagi. Arya memilih untuk mengunci bibirnya, menahan untuk tak bersuara. Ada begitu banyak yang bisa ia ceritakan mesti tanpa suara. Ada begitu banyak moment yang ia tangkap meskipun mereka berdua saling membisu. “Bagaimana kabar Bapak dan Ibu?” tanya Arya setelah mencoba sekuat tenaga untuk tetap diam.

Puspa enggan menjawab, matanya tak sedikitpun melihat ke arah Arya yang menatapnya intens.

“Bapak sama Ibu sehat kan?” tanyanya lagi. “Aku ke Peninggaran (rumah Puspa dulu), tapi kata tetangga kalian sudah menjual rumah dan pindah.”

Arya kembali mengingat kenangan saat pertama kali mengetahui rumah Puspa tak lagi berpenghuni. Seperti sebuah rasa yang sebelumnya penuh lalu tiba-tiba kosong. Arya benar-benar kehilangan Puspa-nya. “Masih suka hujan? Masih suka es kopi di saat hujan. Kamu tidak berubah, Bii.”

Masih teringat jelas rekaman kebiasaan Puspa dulu di otak Arya. Es kopi dingin yang masih Arya ingat dengan detail setiap takarannya. Kata Puspa, tidak ada yang bisa membuat es kopi seenak Arya.

Ia memanfaatkan kebisuan Puspa untuk mengamati garis wajah wanita itu yang tak pernah berubah. Sudah lebih dari lima tahun tapi Puspa masih sama, masih sangat cantik untuk seorang Arya.

Arya membuka kotak makan milik Puspa dan tersenyum sumringah saat melihat ada roti isi strawberry yang masih tersisa di sana. Dulu, Puspa sering menyiapkan bekal untuk mereka berdua. Arya suka roti selai coklat sedangkan Puspa menyukai selai strawberry. Tanpa dipersilahkan Arya mengambil roti itu dan memakannya. “Enak,” puji Arya sia-sia karena Puspa masih tetap mempertahankan hening.

Wanita itu berdiri, terlihat berniat pergi padahal Arya masih menginginkan moment ini berhenti sesaat.

“Bii.” Arya memberanikan diri menahan tangan Puspa. Sebuah sentuhan kulit pertama kali setelah lima tahun perpisahan keduanya. Arya tahu ia kalah! Sentuhan itu mampu menyulut kenangan yang tak pernah mampu ia ikhlaskan. “Aku mohon untuk tetap seperti ini.”

Arya tahu permohonannya saat ini terdengar egois. Dulu, dia yang meninggalkan wanita itu tanpa penjelasan. Dulu, dia yang mengabaikan permohonan Puspa untuk tetap tinggal.

“Bapak sangat paham semua ini adalah kesalahan.”

Arya tak mendengar! Dengan hati-hati, laki-laki itu tetap melanjutkan niatnya meletakan kepalanya di tangan Puspa yang menggantung. Mencoba membagi gundah yang selama ini ia rasakan seorang diri. Meskipun Arya tahu, Puspa tidak akan memahami perasaannya.

“Tidak ada yang salah jika itu tentangmu, Bii. Tentang kita.”

“Bapak sudah—menikah.”

Sebuah fakta yang selalu membungkam sisi Arya yang tak pernah tersentuh siapapun. Fakta yang memaksa Arya melepaskan dengan mudah tautan jari Puspa saat wanita itu pergi.

***

Mobil Land Cruiser keluaran terbaru berhenti di sebuah rumah mewah kawasan Jakarta Barat. Seorang laki-laki berjas hitam elegan keluar dari dalamnya. Sesekali laki-laki itu melihat ke arah ponsel miliknya yang masih saja berdering selepas jam kerja, lalu kembali memasukannya ke dalam kantong ketika merasa panggilan itu tidak terlalu penting.

“Minggu depan proses recruitment di Yogyakarta, Malang dan Bandung akan dimulai. Sudah ada beberapa calon karyawan yang mendaftar, saya rasa kinerja HRD kita sudah cukup baik.” Anton, seketaris Arya yang selalu mengikuti kemanapun laki-laki itu pergi.

“Bagus, selalu pantau berjalannya proses recruitment karena Pabrik di Cikarang sudah sembilan puluh persen jadi,” jawabnya. “Bulan depan semuanya akan dimulai, Ton.”

“Siap, Bos.”

Arya melangkah ke dalam rumah dan berhenti ketika melihat sosok anak laki-laki mungil yang berlari ke arahnya.

“Papaaaa.” Teriak seorang bocah laki-laki yang terlihat baru saja selesai mandi.

“Woo, jagoan Papa sudah mandi?” tanyanya sambil mencium pipi Axel dengan gemas.

“Udaaah dong.”

“Pantesan wangi, nggak bau acem lagi.”

Arya menggendong Axel dalam pelukan lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Setiap langkah Arya mendengarkan dengan seksama celoteh Axel yang sedang menceritakan aktivitasnya hari ini. Sesekali Arya memberi tanggapan lalu mencium pipi anak kecil itu lagi.

“Sudah pulang, Mas?” Seorang wanita cantik berwajah blasteran dengan dress rumahan muncul dari balik pintu dapur. Tangannya masih terlihat kotor karena ia sedang memasak untuk makan malam. Ngocoks.com

“Hem. Masak apa?” tanya Arya sambil melepaskan Axel yang ingin bermain bersama pengasuhnya.

“Ayam rica-rica.”

“Kelihatannya enak,” puji Arya.

“Enak doong, buatan Ivy pasti enak.”

“Percayaa, Princess.”

Arya mengamati Ivy yang sedang mencuci potongan ayam. Livylia atau biasa dipanggil Arya dengan panggilan Ivy adalah seorang perempuan yang ia nikahi lima tahun silam. Tangan wanita itu terlihat cekatan memasak untuk makan malam. Ada ayam, lengkuas, bawang merah dan putih serta beberapa bumbu dapur yang tak bisa Arya pahami.

“Kenapa?” tanya Ivy ingin tahu.

“Nggak apa-apa.”

“Are you okey?”

“Aku baik,” jawab Arya. “Aku mau mandi dulu.”

Ivy mengangguk sambil memberikan anggukan untuk mempersilahkan Arya mandi. “Eh, Mas!” panggil Ivy tiba-tiba.

“Ya?” Arya menghentikan langkahnya di tangga kedua. Ia berdiri dengan tampan meskipun lelah selepas bekerja, memutar tubuh ke arah istrinya sambil memasukan tangan kanannya ke dalam saku celana.

Sesuatu yang selalu membuat Ivy jatuh cinta setiap hari. “Nanti Mama Runi mau mampir kesini buat makan malam bareng.”

“Heem, ya. Aku akan siap sebelum jam tujuh.”

Ivy memberikan kedua jempolnya tanda setuju.

Arya berjalan ke arah lantai dua di mana kamarnya berada. Ia mendudukan tubuhnya di ujung ranjang ketika rasa kosong mendominasi hatinya hampir setiap hari sejak lima tahun yang lalu. Dan hari ini dengan lancangnya ia kembali menemui Puspa di balkon terbengkalai perusahaan miliknya, seorang wanita yang di masa lalunya ia sakiti dengan sangat.

Mata Arya memejam kuat ketika mengingat apa yang terjadi pagi tadi. Sekuat tenaga Arya tak ingin mengusik kehidupan Puspa lagi tapi nyatanya Arya kalah. Dia kalah dengan perasaannya sendiri.

Ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air hangat untuk melepaskan semua ketegangan yang ada di dalamnya. Arya mengingat jelas garis wajah yang tadi sempat ia rekam di dalam otaknya. Garis wajah yang sudah hampir memudar karena perpisahan keduanya lima tahun yang lalu. “Fuck!”

Cermin di hadapan Arya hancur berantakan terkena pukulan kuat tangan Arya. Darah terlihat di sana dengan kepingan-kepingan kaca yang memantulkan wajah kacau penghuninya.

“Kamu kenapa, Mas?” tanya Ivy khawatir. Wanita itu sudah menunggu Arya di kamarnya. “Astaga kenapa tanganmu bisa berdarah? Kacanya pecah?” Ivy terkejut saat mendapati darah yang menetes di tangan Arya. Ia menarik tangan Arya dan memperhatikan beberapa kulit yang terluka akibat pecahan kaca.

“Hanya sedikit, aku bisa membersihkannya sendiri,” jawab Arya sambil menarik tangannya dari genggaman Ivy.

Wanita itu bergegas mengambil handuk kecil lalu menarik tubuh Arya untuk duduk di sisi ranjang. Dengan telaten Ivy membersihkan pecahan kaca dari tangan Arya lalu menekan darah untuk menghentikan perdarahan. “Kamu kenapa?” tanya Ivy yang duduk berjongkok di depan Arya sambil menekan tangan laki-laki itu. “Kalau ada masalah itu cerita, Mas. Kenapa?” tanyanya sekali lagi.

“Aku minta maaf.”

“Untuk?”

“I found her, Vy,” ucap Arya dengan kesedihan yang begitu kentara.

Ivy hanya bisa mentatap manik mata Arya dengansendu. Keterkejutan dan kesedihan datang bersama dalam satu waktu, begitu banyak hingga Ivy nyaris gontai. Jika Arya sudah menemukan wanita itu, bagaimana dengan dirinya nanti?

Flashback

“Maaa…” panggil seorang gadis cantik dengan rambut yang tersanggul indah. Ada hiasan bunga berwarna putih mewah di rambutnya yang semakin menambah kecantikan gadis berlesung pipi itu.

“Ya sayang?”

“Ivy tidak mau pakai dress ini,” sebalnya sambil menunjukan sebuah dress panjang yang ia jinjing di tangan kanannya.

“Dress itu cantik, Vy.” Seorang wanita dengan wajah keibuan mendekat. Namanya Mama Runi. Wanita itu tersenyum hangat menanggapi tingkah anak perempuan satu-satunya yang masih bersikap sangat kekanak-kanakan. Jika tidak suka, Ivy akan memberontak, dan jika ingin, Ivy akan selalu berusaha mendapatkan apa yang ia mau.

“Tapi ini sangat kekanak-kanakan, Ma. Ivy sudah dewasa.”

“Usiamu masih belum 20 tahun, Ivy.”

“Tapi pokoknya Ivy nggak mau pakai dress ini.”

Wanita itu melangkah pergi. Ia berjalan memasuki ruang walk in closet kamarnya lalu mencoba mencari gaun pilihannya sendiri. Matanya berbanding lurus dengan tangannya yang bergerak lincah, hingga pada akhirnya gerakan itu berhenti saat menemukan sebuah dress berwarna soft pink dengan belahan dada rendah favoritnya. “Perfect,” ucapnya.

“Daddy-mu tidak akan setuju kamu mengenakan dress ini,” ucap Mama Runi saat memasuki kamar.

“Daddy tidak akan pernah menolak keinginan Ivy,” jawabnya percaya diri.

Malam ini, ia pergi bersama dengan kedua orangtuanya ke sebuah pesta. Dan seperti yang Ivy ucapkan sebelumnya, ia berhasil pergi dengan memakai dress pilihannya sendiri. Pesta ini digelar dengan tujuan mempertemukan para pelaku bisnis untuk saling menjalin relasi. Seperti biasa, Ivy selalu bosan. Ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk makan ataupun sekedar mendengarkan musik. Biasanya pesta pengusaha akan mengundang penyanyi besar tanah air.

“Ivy.”

Suara lembut yang sangat ia kenali menarik perhatian Ivy dari rak makanan. Mamanya mendekat dengan senyum yang selalu mampu membuat Ivy merasa aman. “Kamu di panggil Daddy-mu.”

“Ivy lagi makan, Ma,” jawab Ivy menolak. Tangannya hendak mengambil pastry dengan selai strawberry diatasnya yang terlihat menarik, tapi pergerakan itu terhenti saat tangan Mama Runi menahannya.

“Sebentar saja,” paksa Mamanya.

Malas berdebat di depan umum, Ivy mengikuti tarikan tangan Mama Runi. Wanita itu membawanya kembali mendekat ke meja mereka, tetapi meja itu kini tak lagi hanya milik kedua orangtuanya. Daddy Miller duduk dengan beberapa orang yang tidak Ivy kenal. Ada sepasang suami istri seumuran mama dan daddy-nya, dan seorang laki-laki yang duduk sedikit menjauh dari meja.

“Ini Livylia, putri kami satu-satunya,” ucap Mama Runi memperkenalkan. “Sayang, kenalan dulu sama Om Brama dan Tante Anjani.”

“Malem Om, Tante. Saya Livylia, biasa di panggil Ivy.” Kalimat itu keluar tanpa hambatan. Seperti biasa karena Ivy sudah sangat terbiasa memperkenalkan diri di depan rekan bisnis papanya. Hanya bedanya, kali ini wanita itu terlihat tertarik dengan seorang laki-laki yang duduk diantara kedua orang itu.

“Hai Ivy, senang bisa berkenalan denganmu,” jawab Tante Anjani. “Oh ya, kenalkan ini Arya. Dia anak kami satu-satunya yang nantinya akan meneruskan perusahaan Adiputra.”

Laki-laki yang disebut namanya itu hanya tersenyum sopan dan semakin membuat Ivy penasaran. Seperti sebuah magnet, Ivy merasa jatuh ke dalam manik mata laki-laki itu yang setajam elang tapi terasa lembut secara bersamaan.

“Wah sudah kelihatan aura-nya,” puji Mama Runi. “Sangat berkharisma.”

“Terima kasih Tante,” jawab laki-laki itu.

“Arya tahun ini akan berangkat ke Boston untuk meneruskan Postgraduate-nya.” Ny. Anjani menyombongkan anaknya, wajar! Tempat ini dan pertemuan ini tujuannya memang untuk saling menunjukkan diri.

“Oh ya? Keren,” jawab Mama Runi. “Ivy baru mau mengambil graduate-nya di Co—.”

“Boston juga,” jawab Ivy cepat. Jawaban singkat yang mampu memutar wajah Mama Runi dan Mr. Miller bersamaan.

“Ya, Boston?” Pernyatan Mama Runi yang lebih pantas disebut sebuah pertanyaan. Mama Runi melihat ke arah Ivy dengan kedua alis yang saling mendekat. Ia merasa sangsi dengan jawaban putrinya.

“Yaa, Boston,” jawab Ivy mantap.

Hingga malam menjelang, pesta yang biasanya membosankan menjadi sangat menyenangkan. Ivy merasa betah mencuri pandang ke arah laki-laki yang bernama Arya itu. Banyak laki-laki anak pengusaha yang sering dikenalkan dengan Ivy tapi hanya Arya yang mampu membuat wanita itu tertarik. Biasanya laki-laki akan dengan senang hati membawa Ivy untuk menjauh dari orangtua mereka, berbasa basi dan berbincang ingin mengenal Ivy lebih. Ayolah, siapa yang tidak mengenal Livylia Miller? Anak perempuan satu-satunya seorang investor kaya dari Aussie, memiliki perusahaan eksport import dan tinggal di Indonesia karena menikah dengan seorang wanita beruntung di negara ini.

Tidak ada yang tidak mengenal Ivy di tempat ini, dan seharusnya tidak ada laki-laki yang tidak terpengaruh dengan Livylia termasuk Arya.

“Aku sangat senang bisa berkenalan dengan Tuan Brama dan Ny. Anjani,” ucap Mr. Miller.

“Kami yang lebih beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Mr. Miller dan keluarga,” jawab Tn. Brama.

“Yaa, semoga kita bisa bertemu kembali lain kali.”

“Pasti, Mr. Miller.”

Mr. Miller dan keluarga diantar masuk ke dalam mobil oleh Tn. Brama. Mereka kembali berbincang sekilas lalu akhirnya keluarga Miller meninggalkan tempat pesta.

“Boston?” tanya Mama Runi menatap Ivy penuh tanda tanya.

Mr. Miller melakukan hal yang sama. Sedangkan gadis yang mendapatkan tatapan itu berlagak tidak peduli. “Sejak kapan anak kita mau kuliah di Boston, Ma?” tanya Mr. Miller.

“Sejak bertemu dengan keluarga Adiputra tentunya,” jawab Mama Runi menggoda. “Sweethearth,” panggil wanita itu lagi ketika Ivy tidak menanggapi.

“Yes, Ma?”

“Boston?”

“Ya, apa ada yang salah dengan Boston? Bukannya Daddy dan Mama minta Ivy untuk kuliah di sana?” tanya Ivy membela diri.

“Ya, dan dua hari yang lalu kamu menolaknya, katamu kamu sudah berjanji dengan Arjuna untuk kuliah di tempat yang sama.”

“Aku pikir-pikir tidak ada yang salah dengam Boston,” jawab Ivy santai.

Mama Runi menggelengkan kepala lalu menyerah memahami otak rumit anak perempuan satu-satunya. “Anak kita sudah jatuh cinta, Dad,” celetuk Mama Runi yang mendapatkan gelak tawa dari Mr. Miller.

***

Bandara Internasional Logan.

“Mas Aryaa!”

“Ivy!”

“Akhirnya bisa ketemu.”

“Aku sudah di sini dari tadi nunggu, kamu-nya aja yang susah nyarinya.”

“Ck.”

Malam ini, Ivy sampai di Boston. Setelah menyelesaikan berbagai keperluan administrasi pendaftaran, akhirnya wanita itu bisa menyusul pujaan hatinya yang sudah lebih dahulu kuliah di sini. Dengan beberapa pertemuan disengaja akhirnya Ivy bisa mengenal Arya lebih dekat. Dan berkat kuasa Daddy-nya, Ivy bisa memaksa Arya untuk menjadi pengasuhnya di Boston.

Ivy memang cerdas!

“Bagaimana perjalananmu, heh?” tanya Arya dengan senyum menawan. Seperti biasa, laki-laki itu selalu terlihat tampan di hadapan Ivy. Mata coklat gelap dengan rambut tebal sedikit ikal. Bibir tipis yang selalu tersenyum manis. Dan jangan pernah lupakan semua sikap manis yang selalu Arya tunjukan untuk Ivy.

Ivy sering salah tingkah dihadapan Arya.

“Hey,” panggil Arya meminta perhatian Ivy.

“Baik, baik,” jawabnya cepat ketika ia merasa tolol karena terlalu mengagumi Arya. “Makasih udah jemput.”

“Seperti biasa, Princess, kamu selalu bisa memaksaku buat nurut sama semua permintaanmu,” sindirnya. “Kita langsung ke apartement ya? Seperti permintaan Daddy-mu yang nggak mau anak perempuannya seorang diri di Boston. Akhirnya, aku terpaksa jadi bodyguard Ivy di sini.”

“Jadi terpaksa nih?”

“Hahaha, nggak Princess. Ikhlas, aku sudah berjanji akan menjagamu seperti adikku sendiri.”

Ada kalimat yang tidak Ivy sukai disana, tapi Ivy bisa apa? “Kita tinggal di apartement yang sama kan?” tanya Ivy memastikan.

“Ya, tapi unit di lantaiku sudah penuh. Kamu ada di unit lantai di atasku,” jawab Arya sambil memasukan koper-koper Ivy ke mobil.

“Oh oke, nggak apa-apa.”

Tidak apa-apa mereka tinggal di lantai yang berbeda. Yang penting, mereka bisa setiap hari bertemu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Ivy akan selalu berusaha mendapatkan apa yang gadis itu inginkan termasuk Arya.

Bersambung…

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
ABG Berlanjut Bersambung Cantik Kenangan Kenikmatan Mesum Novel Pacar Romantis Ternikmat Umum
Share. Twitter Telegram WhatsApp Email Copy Link
Previous ArticleBudak Seks
ceritasex

    Ngocoks adalah situs dewasa yang berisi kumpulan cerita sex tergres yang di update setiap hari. Jangan lupa bookmark situs ini biar tidak ketinggalan cerita dewasa lainnya, -terima kasih.

    Related Post

    9.0

    Budak Seks

    9.5

    Sebuah Jimat (Amulet)

    9.3

    Monster Kraken

    9.0

    Nona Majikan dan Temannya

    9.5

    Malapetaka KKN

    9.0

    Perempuan Polos Berjilbab

    Follow Facebook

    Recent Post

    Kamu yang Kusebut Rumah

    Budak Seks

    Sebuah Jimat (Amulet)

    Monster Kraken

    Nona Majikan dan Temannya

    Malapetaka KKN

    Perempuan Polos Berjilbab

    Pubertas Dini

    Sang Penakluk Akhwat

    Pistol Hipnotis

    Kategori

    Terekspos

    Ngocoks.com adalah situs dewasa berisi kumpulan cerita sex, cerita dewasa, cerita ngentot dengan berbagai kategori seperti perselingkuhan, perkosaan, sedarah, abg, tante, janda dan masih banyak lainnya yang dikemas dengan rapi dan menarik.

     

    ✓ Update Cerita Sex Setiap Hari
    ✓ Cerita Sex Berbagai Kategori
    ✓ 100% Kualitas Cerita Premium
    ✓ Semua Konten Gratis dengan Kualitas Terbaik
    ✓ Semua Konten Yang Diupload Dipilih & Hanya Update Konten Berkualitas

     

    Cara Akses Situs Ngocoks

    Akses menggunakan VPN atau kamu bisa juga akses situs Ngocoks ini tanpa VPN yang beralamat ngocoks.com kalau susah diingat, Silahkan kamu buka saja Google.com.sg Lalu ketikan tulisan ini ngocoks.com, terus klik halaman/link paling atas situs NGOCOKS no 1 di Google. Selamat Membaca!


     

    Indonesian Porn Fetish Sites | Indonesian Porn List | Ulasan Bokep Indonesia

    © 2025 Ngocoks - Support by Google Inc.
    • Warning!
    • Iklan
    • Privacy Policy
    • Kirim Cerita Sex
    • Channel Telegram

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.