Keesokan malam harinya, Devan, anak kami (aku dan isteriku Glena) itu, datang kekamar tidur kami. Dia langsung mendekat pada ibu kandungnya, dia membisiki sesuatu ke telinga ibunya. Agaknya dia mengalami lagi ereksi hebat pada penis besarnya itu… lalu Devan bergegas kembali kekamarnya sendiri.
“Maaf sayang…”, kata Glena dengan manja padaku. “Aku akan akan kembali beberapa menit lagi”.
Selang berapa saat, aku sudah bercokol lagi dekat pintu kamar tidur Devan. Aku mengendap-endap didekat bukaan sedikit pintu kamar tidur Devan.
Rupanya Glena bergerak cepat, saat kuintip dia sedang melakukan BJ pada penis besar Devan, anak kandungnya itu. Kulihat Devan merem-melek matanya keenakan merasakan ngilu-ngilu nikmat pada penisnya.
Sama sekali tak terlihat rasa canggung pada Glena, ini sangat berbeda sekali dengan yang kemarin saat dia memberikan BJ pertama pada Devan.
Bahkan kulihat dengan jelas sekali, Glena mengusap-usapkan memeknya pada kakinya Devan, meskipun Glena masih mengenakan gaun malamnya yang agak tipis itu.
Terpana aku melihatnya, begitu cepatnya isteriku itu terbuai suasana yang dibuat mereka berdua, ibu dan anak kandungnya sendiri. Tapi hal itu tidak menyebabkan aku naik pitam sama sekali, biarlah itu urusan mereka berdua.
Yang terpenting bagiku, Devan tidak selalu tersiksa oleh ‘sakit’-nya itu. Soal perilaku erotis yang dilakukan Glena tadi kurasa cukup manusiawi, maklum saja berada dalam ‘area’ penuh gairah dan birahi liar disana.
Toh… pelampiasan pasti padaku juga… Tersentak aku dari lamunanku, segera aku kembali kekamar, berbaring diatas tempat tidurku, biasa…
***
Rutinitas yang Glena lakukan bersama Devan anaknya itu telah berjalan beberapa minggu dan berlangsung dengan tenang. Tak pernah lagi Glena memberitahuku perihal ‘kegiatan’-nya bersama anaknya itu.
Glena dengan ‘sukarela’ (kurasa kata ‘antusias’ lebih tepatnya) menyambangi kamar tidur Devan tanpa perlu anaknya meminta ‘bantuan’ lagi padanya.
Aku juga selalu bercokol didepan pintu kamar tidur Devan untuk ‘memantau’, bila mereka tak sengaja membiarkan daun pintu terbuka sedikit, aku bahkan menonton apa yang mereka lakukan berdua didalam sana. Tanpa kusadari aku juga mempunyai rutinitas sendiri yang meng-antisipasi rutinitas yang dilakukan ibu dan anaknya itu.
Seperti biasa segera setelah selesai ‘urusan’-nya dengan anaknya, Glena bergegas kembali kekamar tidur kami. Diatas tempat tidur kami itu habislah aku jadi ‘bulan-bulanan’ sibuk meredakan gairah Glena yang meletup-letup akibat aktivitas BJ dikamar tidur Devan sesaat sebelumnya.
Sampai hari ini aku merasa beruntung selalu keluar sebagai pemenangnya dalam ‘pertarungan’ seks-ku dengan Glena, isteriku yang kucinta.
***
Satu malam pernah Glena kembali kekamar kami dan tercium olehku aroma sperma. Diam-diam kuperhatikan dengan seksama, ternyata pada rambutnya memang ada bekas-bekas sperma yang sudah diseka, juga pada gaun malamnya.
Memang malam itu aku tidak menjalani rutinitas ‘memantau’-ku, rupanya Glena membantu Devan, anaknya menghilangkan rasa ‘sakit’ itu tidak selalu dengan BJ.
***
Kurang lebih sebulan telah berlalu… Kali ini aku meneruskan lagi rutinitas-ku yang telah sebulan lamanya tidak kulakukan.
Seperti biasa segera Glena berada berduaan dengan Devan, aku telah bercokol lagi didepan pintu kamar tidur Devan. Kebetulan sekali daun pintunya terbuka sedikit.
Aku menela’ah pintu itu sebentar, kupastikan itu bukan karena sengaja dibuka tapi lebih disebabkan keteledoran dari orang yang menutup pintu itu kembali. Rupanya Glena saat masuk kedalam kamar dan menutup kembali pintu tidak sampai terdengar (klik), langsung saja setelah itu dia mendekati anaknya.
Akibatnya tombol berpegas pada sistim kunci pintu itu mendorong kembali daun pintunya membuka sedikit meninggalkan celah yang lebar untukku ‘memantau’ aktivitas yang sedang berlangsung didalam kamar tidur Devan itu.
Kulihat kedalam, wowww… pemandangan indah! Glena membiarkan bagian atas gaun malamnya terbuka lepas. Payudara semok-nya bebas terlihat oleh Devan dan… tentunya olehku yang sedang serius mengintip.
Sementara Glena tetap sibuk melakukan BJ pada penis besar milik Devan. Jujur saja aku juga kagum pada ukuran besar penis Devan itu, pasti itu akibat faktor keturunan dan pengaruh gen pada garis keturunan ayah atau kakeknya…
Saat melakukan BJ, kulihat Glena berkali-kali berhenti dan memandang wajah Devan dengan mesra sambil tersenyum. Aku memperhatikan dengan seksama, akhirnya aku menjadi paham, rupanya Glena tidak menginginkan anaknya cepat-cepat ejakulasi. Devan balik tersenyum pasrah pada ibunya sambil memainkan rambut ibunya dengan dengan lembut.
Aku tetap ‘memantau’, kulihat puting buahdada Glena mengeras kuperhatikan kedua puting itu kayaknya lebih mancung kedepan. Serta pinggulnya diusap-usapkannya pada lutut anaknya yang menekuk keatas.
Sebelah tangan Glena meraba buahdadanya sendiri, kemudian me-remas-remasnya, memberi tontonan gratis untuk anaknya yang melongo melihatnya.
Masih tetap melakukan BJ, Glena memilin-milin puting buahdadanya bergantian dari puting yang kiri lalu yang kanan, dari yang kanan kembali yang kiri. Tidak lupa sembari tetap mengusap-usapkan pinggulnya pada lutut anaknya.
Aku jadi sangat bernafsu akibat ulah isteriku itu, dalam hatiku berkata, ‘Awas nanti setelah kita berdua kembali ditempat tidur… aku akan membalas kenakalanmu ini… sayang!’.
Aku buru-buru kembali kekamar, menyiapkan diriku sebaik-baiknya. Meredakan nafsuku yang tadi sempat sampai keubun-ubun dengan membaca buku, jangan sampai aku kalah dalam ‘pertarungan’ seks-ku nanti…
Glena agak lama kembali kekamar kami, tapi seperti biasanya, dengan mudah aku menundukkannya. Glena memulainya dengan nafsu yang berkobar-bokar, hasilnya sudah dapat ditebak, aku mengantarkannya pada orgame-nya berkali-kali sampai aku sendiri membanjiri rahim dengan sperma-ku yang tumben kurasa banyak sekali malam itu.
***
Keesokan malam harinya, dengan melangkah berjinjit perlahan takut menimbulkan suara, aku sudah berada didepan pintu kamar tidur Devan. Kuperhatikan dengan seksama, terdengar dengus napas Glena berat, kok… tidak seperti biasanya?! Aku mengintipnya lewat celah bukaan daun pintu kamar itu, tumben agak diredupkan nyala lampu didalam kamar itu…
ada apa gerangan? Konsen dan menfokuskan mataku dan melihat… ‘OMG…! Kulihat Devan duduk mengangkang diatas tubuh ibunya dan membiarkan penis besarnya dijepit ditengah-tengah buahdada ibunya yang semok itu.
Devan memaju-mundurkan pinggulnya, yang menyebabkan penisnya yang besar dan panjang itu bergerak kedepan dan kebelakang sembari dijepit oleh bongkahan kenyal buahdada ibunya.
Kurasa ini juga salah satu bentuk BJ! Tak mungkin Devan yang masih muda belia itu mempunyai ide semacam itu, pasti ide ini datang dari ibunya sendiri. Tak kusangka Glena, isteriku itu bisa mempunyai ide liar yang eksotis semacam itu!
Nafsu birahiku seketika membubung tinggi melewati ubun-ubunku sendiri… sudah tak dapat kutahan lagi… kukeluarkan penisku yang sudah ngaceng berat dan mulai masturbasi ditempat, tidak memerlukan waktu lama… (crottt… ) (crottt… ) kusemprotkan maniku ke tembok yang terdekat. Ahhh… lega, hilang mumetku sekejap.
Wahhh… adegan yang berlangsung sedang hot hot-nya, gerakan pinggul Devan maju-mundur dengan sangat cepat, sekali-sekali kudengar suara Glena yang tersedak disumpal oleh palkon anaknya yang besar.
Tiba-tiba tersentak-sentak gerakan pinggul Devan dan… (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) langsung penis besar Devan menyemprotkan maninya ke muka ibunya malah ada yang mengenai mata kiri ibunya.
Langsung mereka tertawa mengikik senang. “Ssst…! ,” Glena memberi kode pada anaknya agar jangan terlalu bising. Sehingga tidak ada suara yang dapat kudengar. Kulihat sekilas kedalam kamar itu lagi, tubuh ibu dan anak terkapar lemas.
Glena tetap dengan posisi-nya yang terlentang, sedang Devan berbaring menelungkup diatas tubuh ibunya, kelihatan napas mereka masih megap-megap…
Buru-buru aku kembali kekamar, berbaring diatas tempat tidurku, biasa… sambil memegang buku bacaanku.
Kulihat Glena kembali, langsung masuk kekamar mandi yang ada didalam kamar kami, membersihkan tubuhnya akibat aktivitas seks-nya dengan anaknya sendiri. Tak lama kemudian Glena selesai dan langsung naik keatas tempat tidur kami. Masih tercium olehku aroma sperma pada wajahnya.
Aku tidak mau merusak suasana malam yang tenang, dengan bertanya pada Glena mengenai apa saja diperbuatnya didalam kamar Devan, anaknya itu. Justru Glena yang memberitahuku bahwa dia perlu memastikan agar Devan bisa melakukan masturbasi-nya dengan benar. “Bukankah begitu… sesuai apa yang disarankan dokter,” kata Glena berdusta padaku.
Aku tersenyum saja menanggapi perkataannya, yang sama sekali tidak diketahuinya bahwa aku memperhatikannya setiap aktivitas-nya bersama anaknya… memberi BJ pada anaknya dalam berbagai gaya… setiap harinya…!
***
Setelah lewat beberapa minggu selanjutnya aku memperhatikan bahwa Glena agak sedikit berbeda keadaannya bila berduaan dengan Devan, anaknya itu.
Kelihatan Glena senang sekali menyaksikan anaknya masturbasi dan menyemprotkan air maninya pada tubuhnya sendiri atau pada muka dan buahdada ibunya. Glena mulai berani menelanjangi dirinya dan hanya memakai CD-nya saja.
Sedangkan Devan kelihatannya merasakan nyaman dan senang saja menghadapi situasi semacam itu. Kerap kulihat tangan Devan meremas-remas buahdada ibunya atau bahkan mengisap puting-putingnya setelah dia berhasil ejakulasi pada tubuh ibunya sendiri.
Kejadian-kejadian yang berlangsung dalam kamar tidur Devan itu agaknya semakin erotis saja seiring dengan beberapa minggu kemudian telah berlalu. Glena sudah membiasakan dirinya melepas total gaun malamnya begitu dia berada didalam kamar tidur anaknya itu.
***
Pernah pada suatu malam saat kebetulan aku ‘memantau’ didepan pintu kamar anaknya itu. Kulihat Devan berbaring terlentang diatas tempat tidur dan… sudah ada Glena yang berjongkok mengangkang diatas tubuh anaknya sibuk… menekan-nekankan memeknya yang masih terbalut CD-nya itu pada penis besar anaknya yang sedang ber-ereksi hebat sembari mengusap-usapkan tangannya pada dada anaknya.
“Mam…! Mama kelihatan… basah semua dibawah sana…! Celana dalam mama… basah kuyup…!”, kata Devan sekonyong-konyong, memelototi CD ibunya, sementara itu Glena masih saja sibuk mengusap dan menekan-nekankan memeknya pada penis anaknya.
“Mama tahu… nak. Begitulah yang terjadi pada wanita umumnya bila bagian itu tersentuh… atau disentuh…”, jawab Glena tenang saja menanggapi perkataan anaknya.
“Kenapa begitu mam…?”, tanya Devan yang kepingin tahu.
“Hal itu akan membantu sekali… bila mama menginginkan… misalnya penis papamu… untuk masuk kedalam sana… memudahkan penisnya itu menerobos masuk kedalam… vagina mama… karena sudah licin…”.
Aku yang ikut mendengarkannya mengernyit dahiku, aku paham kemana arah situasi yang dikehendaki Glena jadinya.
“Wahhh… itu pasti enak rasanya… ya mam?”, komentar anaknya polos. “Aku tidak pernah melihat mama… telanjang bulat… apa mama mau melepaskan celana dalam mama yang sudah basah kuyup itu…?”
“Ya… bagaimana ya… kamu seharusnya tidak boleh melihat tubuh mama-mu sendiri… telanjang bulat… sedemikian… ”, jawab Glena bimbang. Diam sejenak berpikir, akhirnya Glena berkata pada anaknya, “Ya… mama pikir… tidak ada pihak yang dirugikan, mama rasa… apalagi mama telah 3 bulan lamanya melihatmu…
Dengan tegar dan mantap Glena cepat berdiri… melucuti sendiri CD katunnya… dan berkata, “Apa yang kau pikirkan… sekarang, nak?” Glena yang sudah lupa diri… yang dipengaruhi oleh gelombang gairahnya sendiri… bertanya pada Devan, putera kandungnya itu dengan penuh birahi.
Spontan Devan yang sedang memelototi bagian tubuh ibunya sangat pribadi itu… tempat dimana dia pernah sekali melaluinya dengan sekujur tubuh yang utuh… berteriak dengan antusias tinggi, “Wowww…!! Mama cantik sekali… kalau telanjang bulat…!!”
“Ssst… jangan kencang-kencang… nanti papamu terbangun dari tidurnya…”, kata Glena pelan setengah berbisik mengingatkan anaknya.
Refleks Devan menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang kecil sambil berkata pelan. “Upsss… maaf mam…”.
Glena kembali keatas tubuh telanjang anaknya lagi dan memegang batang penis besar anaknya yang ber-ereksi lebih hebat lagi…
cairan pelicin yang keluar dari ujung palkon-nya bertambah banyak saja lalu digosok-gosokkan pada memeknya, batang penis besar itu mengenai clitoris-nya yang sudah mulai membengkak, tergesek-gesek oleh batang penis anaknya.
Sementara kedua belah tangan Glena dengan gencarnya mengocok-ngocok cepat batang penis panjang milik anaknya itu sampai pada palkon-nya kembali kebawah, Glena melakukannya berulang-ulang makin cepat dengan penuh semangat.
Mereka berdua napasnya sudah terengah-engah, keringat mereka telah mengalir membasahi sekujur badan mereka berdua. Mereka melampiaskan nafsu liarnya dengan melakukan masturbasi ala gaya mereka sendiri. Rasa nikmat mengguyur seantero tubuh mereka…
Merasa sudah tidak tahan lagi, Devan sudah bangkit duduk, segera meraih bagian belakang kedua paha ibunya dan mencoba menarik ibumu mendekat lagi, rupanya Devan berusaha agar penis menerobos masuk memek ibunya…!
Glena sadar apa yang diinginkan anaknya itu, “Woooah… pria cilikku…! Kita tidak boleh melakukannya…!. Segera dia menarik mundur pinggulnya dengan sigap dan lebih fokus mengocok penis besar anaknya dengan kedua belah telapak tangannya lebih cepat lagi.
Tubuh Devan terhempas lagi kebelakang saking dia merasakan terpaan rasa nikmat yang menerjang kencang tubuhnya, menyebabkan dia kembali terlentang seperti sesaat sebelumnya. Ngocoks.com
Tidak perlu waktu lama Glena menunggu anaknya ber-ejakulasi, sesaat kemudian… (croottt…) (croottt…) (croottt…)
(croottt…) menyemprot sudah air mani Devan keatas bagaikan semprotan air mancur di taman… jatuh lagi kebawah menyirami sekujur tubuhnya sendiri…
Diam sesaat, yang terdengar hanyalah napas-napas yang masih megap-megap diiringi degup kencang jantung yang berdetak…
“Mam…! Wowww… rasanya… hebat sekali…! Aku harap… mama mau lagi melakukannya lagi… secepatnya…”.
Glena setelah normal kembali kondisinya, berpikir dan mengakui pada dirinya sendiri bahwa hal yang barusan terjadi agak kelewatan, katanya pelan, “Lain kali… mungkin… kita harus lebih berhati-hati…”.
***
Malam berikutnya, Glena tidak menyambangi anaknya.
Tampaknya Glena sudah lebih tenang untuk beberapa hari kedepan.
***
Selang beberapa hari berikutnya, saat aku pulang dari kantor dan sudah tiba dirumah. Aku melihat beberapa kantong yang tertinggal di meja dapur. Iseng aku melihat apa saja isi kantong-kantong itu. Perhatianku tertuju pada satu kotak kecil yang berwarna merah metalik. Kulihat dengan seksama, bukankah itu…
Berpikir tadi tentang adik baru untuk Devan… ya… Devan,
terpekur aku sejenak, jangan-jangan… ohhh… untuk siapa lagi kondom itu dibeli…?
Mengingat-ingat kejadian-kejadian sebelumnya, terbayang-terbayang di benakku pada malam saat aku ‘memantau’ beberapa malam yang belum lama itu berselang. Saat Devan ingin menyetubuhi ibunya sendiri.
Aku mengambil kesimpulan, rupanya Glena ingin memuaskan rasa keingin-tahuan yang besar dari anaknya semata wayang yang disayang itu tanpa resiko dihamili oleh anaknya sendiri maka dari itulah sekotak kondom itu dibeli.
Aku masih saja diam berdiri di dapur itu sambil berpikir-pikir… terbersit sekilas di benakku. Ehhh… ngomong-ngomong soal… besar…!
Aku jadi tersenyum akhirnya… rupanya sekotak kondom itu dibeli untuk 2 tujuan sekaligus…!
Yaaa… Glena juga ingin menuntaskan keingin-tahuan bagaimana rasanya melakukan ML dengan seseorang yang memiliki penis sepanjang 25 cm! Yang kebetulan milik putera kandungnya sendiri!
Terbayang-bayang sudah didalam benakku yang ngeres ini, adegan-adegan erotis yang segera akan bisa kutonton ‘live’! Didalam kamar tidur Devan nanti… mungkinkah nanti malam…?
Tak sabar aku menuggu saat itu tiba!
Bersambung…