Di ufuk Barat, matahari telah tenggelam sejam yang lalu, kami seisi rumah melakukan kegiatan rutinitas malam kami masing-masing.
Aku melihat Glena, isteriku tercinta itu pergi menuju kamar tidur Devan, anak lelakinya, untuk ‘checking’ keadaan Devan, mematuhi saran dokter seperti apa yang diutarakannya padaku beberapa malam sebelumnya.
Aku menunggu sebentar… sesaat kemudian aku sudah bercokol didepan pintu kamar tidur Devan, seperti biasa kulakukan dalam rutinitas-ku beberapa malam sebelumnya.
Aku mendengar Glena berbisik perlahan disamping tempat tidur anaknya. Tangan Glena mengusap-usap kaki anaknya dan membelai mesra penis anaknya yang sudah ereksi tapi masih terbalut CD.
Dengan mata heran penuh tanda tanya, Devan melihat ibunya membuka selembar bungkusan sesuatu lalu mengambil isinya. Kemudian ibunya segera melucuti CD-nya dan melempar CD itu kesudut kamar.
Glena dengan cekatan memegang penis besar anaknya yang keras mengacung keatas yang disebabkan oleh ereksi hebatnya lalu menaruh segulungan kondom diatas palkon anaknya itu, membuka gulungannya itu menyusuri pelan pada permukaan batang penisnya yang panjang, menuju kebawah.
Habis sudah gulungannya, kondom itu hanya mampu membungkus ketat setengah saja dari batang penisnya yang panjang.
Devan jadi was-was melihat penisnya terbungkus oleh kondom itu dan bergidik merasakan kuatnya cengkeraman karet KB itu pada disekeliling setengah bagian atas dari batang penisnya.
“Mam…?!”, kata Devan cemas meminta penjelasan pada ibunya.
Glena tersenyum atas kekhawatiran anaknya itu yang baru pertama kalinya melihat kondom bahkan baru pertama kalinya penisnya dipasangi kondom! “Percayalah pada mama, memang untuk pertama kalinya kau akan merasa risih memakainya… tapi nanti… akan terbiasa… Tertegun sesaat Glena mendengar perkataannya sendiri, ‘Apakah…
Dilihatnya wajah anaknya masih penuh dengan kebimbangan. Glena membujuk anaknya itu, “Bukankah kau, beberapa hari yang lalu ingin memasukkan penismu… kedalam… vagina mama? Inilah yang disebut kondom… dan itu baik dan perlu dipakai… kalau tidak… kamu akan membuat bakal adikmu sendiri… didalam perut mama”.
“Ohhh…”, jawab Devan yang rasa khawatirnya mulai sirna. “Tapi… apa be…”.
Langsung saja Glena memotong kata-kata anaknya itu. “Dengan kondom ini kau boleh melakukan seperti apa yang ingin kau lakukan dulu, mengenai caranya nanti mama akan memberitahukanmu…,” jawab Glena tak sabar, hatinya mulai deg-degan karena ini juga merupakan pengalaman pertama baginya.
Mata Devan jadi bersinar dengan antusias dia diam menunggu instruksi selanjutnya dari mamanya yang cantik.
Secepat kilat Glena melucuti sendiri seluruh pakaiannya yang dikenakannya, terlihatlah olehku didalam sana… dua insan bertelanjang bulat yang berbeda gender… ibu dan anak kandungnya sendiri…
Langsung saja Glena naik keatas tempat tidur, merebahkan dirinya dengan posisi terlentang, berbaring disamping anaknya yang sudah telentang sedari tadi. Ditariknya tubuh anaknya keatas menaiki tubuhnya dengan posisi tengkurap dan mendorong sedikit badan anaknya keatas. Devan yang cerdas paham apa yang diinginkan ibunya.
Devan mulai bertumpu pada kedua lutut dan kedua telapak tangannya, dia melihat kebawah kearah penisnya yang berayun tegang.
Tangan kanan Glena menjulur kebawah dan langsung menangkap batang penis yang panjang itu, menggesek-gesekkan palkon-nya pada sepanjang bibir memeknya, keatas dan kebawah.
Kadang tubuh Glena tersentak-sentak sendiri ketika palkon besar anaknya itu mengenai dan menggesek clitoris-nya yang sudah membengkak dikarenakan seantero tubuhnya sudah dirundung gairah seks yang makin lama semakin besar.
Nafsu liar dan birahi sumbang sudah menyelimuti kedua insan itu.
Tak tahan sudah, Glena melingkari kedua kakinya pada tubuh kecil Devan serta menuntun palkon anaknya memasuki gerbang lubang vaginanya…
Dengan dorongan pinggul Devan sendiri dan tekanan kebawah oleh kaki Glena pada bokong anaknya serta hentakan keatas pinggul Glena… tanpa ampun lagi… palkon besar milik anaknya menerobos masuk kedalam lubang nikmat vaginanya.
(Bleeesss…!)
“Oooh…! OMG…! Oooh… Vaaannn…! ”, tanpa sadar Glena mendesah kencang, seketika itu juga dia mendapatkan orgasme yang sangat hebat… berkali-kali cairan nikmatnya menyemprot-nyemprot keluar (seeert… ) (seeert… ) (seeert… ) membasahi sekujur batang panjang penis Devan… palkon-nya sudah berada didepan ‘pintu masuk’ rahimnya…
Cepat dipeluk erat tubuh kecil anaknya, dadanya yang empuk tapi montok itu sebentar-sebentar menekan semakin ketat pada dada anaknya sesuai irama debaran napasnya yang masih bergemuruh… otot-otot memeknya masih kencang berdenyut-denyut… mengulas-ulas batang panjang penis anaknya…
Sedang keadaan Devan saat itu… matanya merem-melek merasa keenakan… sekilas pikiran nakal muncul didalam benaknya yang cerdas itu… ‘Enaknyaaa… begini rasanya… membuat adik… seandainya saja…
Dirasakannya penisnya bagaikan diemut-emut oleh denyutan kencang vagina ibunya. Teringat dia sensasi enak yang dirasakannya ketika mulut ibunya melakukan BJ pada penisnya beberapa hari yang lalu…
Cengkeraman kuat dari karet KB yang dipasangkan pada penisnya, dirasakan olehnya sangat mengganggu… mencegah dia mencapai titik puncaknya… seakan menutup jalan keluar jalur untuk ‘cairan putih’-nya lewat yang biasanya kemudian menyemprot keluar dari ujung penisnya…
Memang Glena oleh karena rasa malunya, terburu-buru sewaktu berada di apotik kemarin tanpa berbincang-bincang dahulu dengan wanita yang melayani bagian penjualan bebas, langsung saja menunjuk kotak merah metalik yang berwarna menyolok yang berisi setengah lusin kondom… berukuran M (Medium) yang pas sesuai sebenarnya dengan ukuran penisku.
Akibatnya dengan memasangkan kondom itu pada penis besar dan panjang milik anaknya, sama saja dia memasangkan sejenis ‘Velcro cock ring’ yang biasa digunakan oleh para penikmat ML pro.
Ring yang dimaksud berguna untuk mencegah penis seseorang kembali menjadi loyo yang sudah membesar karena masuknya sejumlah darah yang menyebabkan penis itu menjadi besar dan tegang mengeras.
Aku yang menjadi saksi persenggamaan incest itu sudah sedari tadi membongkar ‘muatan’-ku sendiri tanpa dapat kukontrol lagi.
‘Muatan’-ku itu jatuh berserakan diatas karpet, mudah-mudahan Glena tidak memperhatikannya… akan kubersihkan kembali nanti kalau… situasi sudah aman dan terkendali lagi, he-he-he…
Glena mencium mesra rambut kepala Devan, anaknya itu. Selisih tinggi badan mereka cukup besar. Tapi bagi Devan sih… nyaman-nyaman saja! Bagaimana tidak, menelungkup diatas tubuh ibunya dengan kepalanya berbantalkan payudara ibunya yang montok dan empuk…
Terkesiap Glena menyadari bahwa anaknya belum mendapatkan orgasmenya. Batang penis besarnya masih terasa sangat keras… keras sekali bersarang disepanjang lorong vaginanya. ‘Sampai sebegitu parahnya kah kelainan pada penis Devan?’, pikirnya.
Glena mengusap-usap lembut punggung anaknya sambil berbisik, “Puas… Vaan…?”
Yang ditanya tidak menjawab eh… malah menarik pinggulnya keatas lalu menghunjamkan kembali penis besarnya masuk kembali kedalam gua nikmat vagina ibunya sendiri… secara alamiah Devan mulai melakukan pompaan-pompaan seksualnya yang makin lama semakin cepat saja…
Terguncang-guncang tubuh Glena merasakan rojokan palkon anaknya didalam vaginanya yang bergerak keluar-masuk… terus… secara beruntun. Terpancing kembali birahi Glena yang tadi sempat mereda.
“Oooh… nikmatnya…! Sssh… nnng… sssh… ,” Glena mendesah lirih. “Kuat sekali kau nak…! OMG…! ,” sudah tidak bisa berpikir Glena menghadapi terjangan-terjangan nikmat palkon anaknya itu yang mengaduk-aduk seisi lorong dalam vaginanya, mengantarkannya sampai belasan kali ber-orgasme!
Sebenarnya persenggamaan incest ini sama saja dengan yang dilakukan oleh pasangan-pasangan incest lainnya yang sering terjadi dan tak pernah diketahui langsung oleh orang-orang disekitar tempat tinggal mereka…
Yang sekarang berlangsung adalah penis panjang Devan yang sedang tegang… yang menjadi sangat garang… Devan hanya ingin menjemput orgasmenya yang tertinggal… yang ditunda oleh salah ukuran kondom yang dikenakan oleh ibu kandungnya sendiri.
Itulah ‘ganjaran’ (atau ‘hadiah’ ya?) yang harus dialami Glena karena kekeliruannya.
Untung sampai juga tujuan yang dikehendaki Devan, dengan hentakan keras pinggulnya dihunjamkanya penisnya keras-keras kedalam vaginanya ibunya… (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) (crottt… ) air maninya menyemprot deras… banyak sekali… mendorong sedikit posisi kondom yang dipakainya.
Terkapar sudah mereka berdua yang sekarang bermandikan oleh keringat mereka sendiri.
Pikiran jernih mereka sudah kembali dari petualangannya, masuk lagi ke kepala mereka masing-masing. Dengan lunglai dan lemah Devan beranjak dari atas tubuh ibunya yang seksi itu lalu duduk disamping ibunya yang masih lemah berbaring telentang.
Sambil menunjuk kearah penisnya yang ujung masih terbalut condom yang sudah ‘terpakai’, bertanya dengan polos pada ibunya, “Apa yang akan terjadi kalau aku tidak memakainya?”
Glena yang stamina tubuhnya belum kembali utuh, menjawabnya lemah, “Kau akan jadi seorang kakak… bagi anakmu sendiri!”
“Tapi mama adalah… ibuku sendiri! Mana mungkin bisa aku membuat mama menjadi hamil?!’, protes Devan.
“Oh yaaa… kau bisa! Tubuhmu sudah memproduksi sperma. Dan sperma bisa membuat mama… hamil! Terserah dari mana asalnya sperma itu datang!”, kata Glena memberitahu anaknya.
Aku yang menyaksikan perbincangan mereka, buru-buru kembali kekamar dan langsung kekamar mandi untuk membersihkan diriku. Setelah itu aku naik keatas tempat tidur merebahkan tubuhku berbaring dan biasa… sambil memegang buku bacaan.
Glena kembali kekamar kami, naik keatas tempat tidur dan tak bergairah untuk ML denganku, langsung berbaring untuk tidur.
Dia masih belum mengetahui bahwa aku selalu ‘memantau’ seluruh kegiatannya, apa yang dilakukan bersama Devan, anak kami.
***
Affair Glena dengan Devan, anak kandungnya sendiri, semakin hari semakin berani saja. Mereka selalu ML dengan sedikitnya 3 macam gaya dan selalu saja Devan membuatnya mengalami orgasme minimal sampai 2 kali.
***
Beberapa hari kemudian…
Pernah pada suatu malam mereka mendapatkan kotak kondom itu kosong karena isinya sudah habis terpakai semuanya. Glena memberitahu anaknya bahwa malam itu dia terpaksa hanya bisa memberikan BJ saja. Devan tampaknya sangat kecewa sekali mendengarkan itu.
Malam itu Glena melakukan BJ pada anaknya yang sudah bertelanjang bulat sedangkan Glena mengenakan gaun malam dan masih tetap mengenakan CD-nya.
Sementara Glena melakukan BJ, Devan yang berbaring telentang, merasa tidak puas lalu meraba-raba buahdada dan memilin-milin putingnya yang masih terbalut dengan gaun malam, bergantian yang kiri dan kanan.
Glena memutarkan sedikit pinggulnya agar tangan Devan bisa mencapai dan mengusap-ngusap memeknya yang masih terbalut CD. Tahu bahwa CD itu sudah sangat lembab oleh cairan nikmat ibunya yang keluar dari memeknya yang sudah dinaungi nafsu dan birahi yang makin meninggi, Devan memberitahu ibunya, “Mam…
Tapi Glena diam saja, tidak memberinya respon sama sekali dan masih tetap saja melakukan BJ. Devan merengek-rengek lagi pada ibunya.
Akhirnya Glena dengan cepat berdiri lalu melepaskan CD-nya agar anaknya bisa leluasa bermain-main dengan vaginanya.
Glena mendesah nikmat oleh ulah tangan anaknya. Sesungguhnya Glena sangat berkeinginan bersetubuh lagi dengan anaknya.
Devan merengek lagi pada ibunya, “Mam… aku berjanji akan mencabut penisku sebelum cairan putih ohhh… maksudku sebelum spermaku menyemprot… percayalah… jadi tak akan membuat mama hamil…”.
Glena berpura-pura tidak mendengar rengekan anaknya itu, tetap melakukan BJ. Tapi akhirnya penolakannya sirna juga, saat anaknya mengisap puting dan meremas-remas buahdadanya yang semok sembari memeluk dirinya.
Glena sudah tidak mampu bertahan lagi… dia melucuti sendiri gaun malamnya dan berbaring terlentang disamping anaknya yang juga berbaring telentang.
“Janji pada mama… kau akan mencabut penismu lebih awal… jadi tidak ada setetespun sperma-mu bisa masuk kedalam vagina mama… ingat itu…!”
“Pasti mam… aku hanya ingin ngentotin mama saja…”.
Aku yang sedang ‘memantau’ terkejut mendengarkan Devan berkata vulgar.
Devan dengan cepat menindih tubuh indah ibunya dan langsung menyetubuhinya.
“Mam… sungguh nikmat sekali rasanya… tanpa kondom…!”
“Mama tahu…”, Glena bersuara mendesah. “Nikmat sekali…! Jangan berhenti…! Oooh… sungguh niiik-maaat…!”
Devan tatap menggenjot tubuh ibunya yang menggairahkan itu. Penis besar keluar-masuk vagina ibunya dengan cepat.
Palkon-nya yang mengaduk-aduk dalam memeknya membuat Glena lupa diri keenakan. Hilang sudah batas tipis selembar karet sintetis, menjadikan dua tubuh itu menjadi satu secara utuh…!
Devan yang merasa sangat nikmat hampir lupa akan janjinya dengan mamanya, buru-buru menarik keluar penis panjang dari vagina ibunya tapi sayang semprotan awal dari orgasme-nya sempat juga menyelinap masuk kedalam vagina ibunya.
Selebihnya dia tumpahkan diatas jembut ibunya yang sudah digunting pendek tertata rapi dan berwarna pirang dan diatas perut ibunya yang rata yang dihiasi pusarnya yang indah. Ngocoks.com
Aku melihat kejadian itu, tercengang heran karena saking banyak sperma-nya tersemprot keluar. Belum pernah sekalipun sebelumnya aku melihat, juga pada BF yang sering kutonton…!
Glena melingkari pinggang anaknya dengan kedua kakinya dan menekan tubuh anaknya merapat dan dengan cepat menggenggamkan tangannya penis panjang anaknya yang masih tegang itu dan…
menuntun masuk kembali kedalam vagina.
“Itu… OK tidak jadi masaalah”.
Devan meneruskan semprotan sperma-nya kedalam vagina ibunya yang masih saja berdenyut-denyut kencang, tak lama tubuhnya rubuh menindih tubuh indah ibunya.
***
Kebetulan sekali pada minggu berikutnya, Glena mendapatkan menstruasi yang ditunggu-tunggunya… dia tidak hamil… Saking gembiranya, Glena berteriak dari dalam kamar mandi memberitahuku. Tapi akhir tersadar sendiri bahwa aku ‘tidak tahu’ urusannya dengan anak kandungnya itu.
***
ML incest diantara ibu dan anak itu masih berlangsung untuk berbulan-bulan berikutnya. Kadang memakai kondom, kadang tidak.
Devan sudah tidak mempunyai masaalah lagi dengan penis besarnya.
Pernah suatu malam tatkala mereka berdua dikamar itu, Glena memberitahu Devan bahwa anaknya itu belum cukup umur untuk tubuhnya menghasilkan sperma yang bisa membuatnya hamil.
Aku juga tidak terlalu mengeluh tentang semua yang telah terjadi. Aku juga sering di-‘service’ oleh isteri cantikku yang tercinta.
***
Kelak ketika Devan sudah berumur 13 tahun telah terjadi sesuatu diantara mereka. Devan membuat ibu kandungnya… hamil!