Bima dan Firman pergi dari kebun tebu ke tempat yang lebih sepi. Ada hutan di dekat kali yang jarang ada orang datang. Anak-anak tidak mau main disini karena katanya angker. Kebanyakan yang datang adalah ibu ibu atau bapak-bapak yang mencari kayu bakar. Tapi itu pun biasanya mereka mencarinya siang-siang. Sekarang sudah lewat Azhar. Tidak ada yang akan datang kesini.
Bima dan Firman menemukan sebuah tempat yang agak tertutup. Bima memotong beberapa daun pisang kemudian menjadikannya sebagai alas.
Firman tidur di atasnya sementara Bima di atasnya. Mereka berdua sudah melepas kaos mereka tapi masih memakai celana pendek mereka. Lidah mereka bersatu. Mata mereka terpejam. Dan kontol mereka yang berdiri tegak di dalam celana saling menggesek, berontak ingin memuntahkan lahar.
Bima kemudian menurunkan bibirnya dan menciumi leher Firman. Firman mendesah.
Bima kemudian turun ke pentil Firman dan Firman mendesah lebih keras lagi.
“Asuuuu Bimmm…” teriak Firman.
Slurrppp slurrppp…
Bima kemudian mengalihkan bibirnya ke pentil Bima yang satu lagi. Dijilatinya pentil Bima yang sudah keras dan berdiri menantang itu. Dia kemudian mengenyotnya tanpa peringatan membuat Firman memegang rambut Bima dan menjambaknya.
“Bimmm…” desah Firman.
Seakan kejutan itu belum cukup, Bima menggigit kecil pentil Firman yang membuat Firman berteriak saking menikmatinya.
“Ahhhhhhh…. Enak, Bim…”
Bima menatap Firman. Firman membuka matanya. Tangannya menyentuh rahang Bima yang keras dan lurus yang dipenuhi bulu-bulu jambang.
“Awakmu ga ngerti aku wis suwi pengen ngene karo awakmu, Man (Kamu ga tau aku sudah lama pengen beginian sama kamu, Man),” kata Bima sambil menatap Firman.
Firman terlihat sangat tampan. Kumis dan brewoknya yang lebat membuat kontolnya terus mengeluarkan pre-cum.
“Podo ae, Bim. Tak kiro awakmu gak seneng karo aku (Sama, Bim. Kukira kamu gak suka sama aku),” jawab Firman.
“Mosok awakmu nggak tau merhatekno lek aku seneng ndelok bokongmu (Masa kamu nggak pernah merhatiin kalau aku suka ngeliatin pantatmu),” kata Bima membelai rambut Firman yang tebal.
“Oh berarti usahaku sukses lek ngono. Aku sengaja sering nggawe sempak cilik supoyo bokongku ketok gede, Bim (Oh berarti usahaku sukses kalau begitu. Aku sengaja sering pake celana dalam kecil supaya pantatku kelihatan besar, Bim),” sahut Firman malu-malu.
Bima tertawa mendengar ini. Dia menundukkan kepalanya kemudian mencium bibir Firman lagi. Ciuman mereka lebih dalam dan keras sekarang. Lidah mereka bukan lagi saling memijat tapi seperti sedang bertarung siapa yang paling kuat. Sedotan Bima di lidah Firman begitu keras sampai bunyinya kedengaran sangat keras.
CPOK CPOK CPOK CPOK…
“Ahhh…” desah Firman ketika Bima melepas bibirnya.
“Saiki terus lapo (Sekarang ngapain?),” Tanya Firman malu-malu.
“Yo kenthu, Man (Ngentot, Man),” kata Bima.
“Ahhh…” desah Firman ketika Bima menaik turunkan kontolnya di atas kontolnya.
Gesekan dua kontol yang masih terbungkus celana itu terasa intens karena Firman makin mendesah dengan lebih keras.
“Pingin gak?” kata Bima.
Firman menutup mata. Malu.
“Pingin gak?” Bima menurunkan bibirnya dan menjilati pentil Firman lagi.
“Ahhhh…” desah Firman.
Bima menggigiti pelan-pelan pentil Firman. Firman langsung menjambak rambut Bima dan menekannya, memaksa Bima untuk menggigiti lebih intens. Ketika Bima menggigitinya lebih kasar, Firman menjerit lebih keras.
“ASSSUUU, BIM…”
Bima kemudian menurunkan celana Firman dengan kasar kemudian membuangnya begitu saja ke samping. Bima menatap kontol Firman yang keras kemudian langsung memasukkannya ke dalam mulut. Firman sampai kehabisan suara untuk mendesah.
Bima kemudian mengangkat kaki Firman dan memperhatikan bokong Bima dan lubang pantatnya yang merah. Lubang itu berkedut-kedut minta dimasuki kontol. Bima menatap Firman yang terlihat malu. Wajahnya agak memerah.
“Yokpo, Man (Gimana, Man)?” tanya Bima.
“Ahh….” Desah Firman ketika Bima mulai menyapukan lidahnya ke pantat Bima.
“Hmmm? Enak?” Tanya Bima sambil tersenyum. Kontol Firman berkedut-kedut kenikmatan karena Bima terlihat sangat jantan sekarang.
“He-em,” kata Firman pelan.
“Ora krungu aku (Gak kedengeran aku),” kata Bima.
“Ayo Bim, maneh… (Ayo, Bim, lagi),” jawab Firman.
Bima kemudian langsung memegang paha Firman dan langsung menikmati lubang Firman. Dijilatinya lubang Firman. Liurnya kemana-mana.
Firman hanya bisa memejamkan mata dan memegangi rumput yang ada di sekitarnya karena dia merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.
“Hmmmhh…” kata Bima sambil terus menjilati lubang pantat Firman.
“Aduh, Bim… Enak Bim… Aduh terus, Bim. Ojok mandeg (Jangan berhenti),” kata Firman sambil memejamkan mata.
Bima kemudian memegang kontol Firman dan mengocoknya. Dia terus menjilati dan membasahi lubang pantat Firman sambil mengocoki kontol Firman.
Firman mencari udara saking susahnya bernafas. Inikah namanya surga?
Firman kemudian menjambak kepala Bima dan menariknya.
“Opoo?” Kata Bima.
“Aku kepingin kontolmu, Bim. Lebokno (masukin),” kata Firman tak tahan.
“Aku seneng lek awakmu saru koyok saiki (Aku suka kalau kamu jorok seperti sekarang),” kata Bima.
Bima kemudian meludahi kontolnya dengan ludahnya. Dia menggosokinya kemudian dia menepuk-nepukkan kontol besarnya itu di lubang pantat Firman. Firman yang menyaksikan ini terus mengarahkan lubangnya ke kontol Bima tapi Bima malah mundur. Mempermainkan Firman.
“Ayo, Bim. Aku gak sabar…” kata Firman.
“Gak sabar opo to, Man?” Tanya Bima sambil tersenyum.
“Bim, aku njaluk kontolmu. Aku kepingin kontol (Aku minta kontolmu),” kata Firman sudah tak merasa malu lagi karena nafsu menguasainya.
“Njaluk diapakno to Man (Minta diapain sih, Man)?” Tanya Bima sambil memukul-mukulnya kontolnya di depan lubang pantat Firman.
“Kenthu, Bim… (Ngentot, Bim).”
Dan begitu Bima selesai mengatakan hal tersebut, Bima langsung mendorong kontolnya ke dalam lubang pantat Firman. Begitu kepala kontolnya masuk, Firman langsung berhenti mendongak dan memejamkan mata.
“Ahhhhhhh…” desah Firman.
“Enak to?” Tanya Bima.
“Aduhhh… Bim, kontolmu juara…” desah Firman masih memejamkan matanya.
“Iki durung mlebu kabeh lho… (Ini belum masuk semua lho),” kata Bima sambil mendorong kontolnya ke dalam. Sekarang separuh kontolnya sudah masuk ke dalam.
“Jianccooookkkk, Bim. Uasssuuuu enaaakkkk tenan (Anjing, Bim. Anjing bangsat enak banget),” desah Firman menatap Bima.
“Dipolke opo (Dimasukin semuanya apa),” tanya Bima.
Firman tidak bisa menjawab, dia hanya mengangguk.
BLES…
Semua kontol Bima yang panjang dan begitu tebal itu, ludes ditelan pantat Firman. Firman mendesah dan memejamkan mata. Dia langsung menarik leher Bima dan menciumnya dengan keras.
Kontol Bima diam di dalam lubang Firman. Rasanya hangat dan begitu sempit. Tapi rasanya sangat pas. Seolah-olah rumah dari kontol Bima memang lubang pantat Firman. Bima tidak bergerak tapi pantat Firman seperti memijat kontolnya.
Cpok cpok cpok
Lidah Bima dan Firman bersentuhan dan sekali lagi bertarung.
Bima melepas ciumannya dan menatap wajah Firman yang terlihat sangat macho sekali.
“Ayo, Bim, genjot…” bisik Firman.
Bima melepas kontolnya kemudian menusuknya lagi.
“Asu…” teriak Firman.
“Koyok ngunu ta (Seperti itu?),” Tanya Bima.
“Maneh, Bim… (Lagi, Bim),” desah Bima dengan suara lebih lirih.
PLOK PLOK
“Yokpo?” Tanya Bima.
“Ayo, Bim, sing cepet. Genjotin silitku (Genjot aku),” kata Firman.
Bima pun langsung menggenjot pantat Firman seolah tak ada hari esok. Suara PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK terdengar sangat keras dan membahana di hutan tersebut. Firman memeluk Bima lebih erat bahkan menggigit lengan atas Bima saking tidak kuatnya dia menahan enak ini.
“Aduh, Bim… genjotanmuuu enaaaaakkkk…” kata Firman.
Bima melepas kontolnya kemudian menyuruh Firman untuk nungging. Firman menurut.
Masih nungging, Bima mengocok kontolnya sambil memperhatikan betapa seksi pantat laki-laki ini.
Firman menoleh ke belakang dan berkata, “Ayo, Bim, lebokno kontolmu cepetan… (Ayo, Bim, masukin kontolmu cepet).”
“Jian bokongmu seksi tenan, Man (Pantatmu seksi sekali Man),” kata Bima mengagumi pantat Firman.
Bima memukuli pantat itu.
PLAK PLAK PLAK
Dan setiap kali Bima memukuli pantatnya, Firman mendesah seperti pelacur.
“Yowis iki kontol gawe awakmu, Man (Yaudah, ini kontol buat kamu, Man),” kata Bima kemudian dalam sekali dorong, seluruh kontolnya lenyap ditelan lubang Firman. Ngocoks.com
Firman ternyata memang sangat horny. Karena ketika Bima diam, Firman yang memajumundurkan pantatnya. Melihat pantat yang seksi itu berguncang-guncang memijat kontolnya, Bima merasakan sange luar biasa. Sebentar lagi dia bisa keluar karena pantatnya seperti dipijat oleh pantat Firman.
PLAK PLAK
Bima menampari pantat Firman sementara Firman memaju mundurkan pantatnya untuk menikmati kontol Bima.
“Bim, kontolmu jos gandos,” kata Firman sambil mendesah.
“Aku arep metu mari iki (Aku mau keluar bentar lagi),” kata Bima.
“Ayo, Bim, metu bareng (Ayo, Bim, keluar bareng),” kata Firman.
Bima kemudian langsung memegang kepala Bima dan menempelkan punggungnya ke dadanya sementara kontolnya terus menyatu di lubang Firman. Bima memompa lubang Firman sementara tangannya memainkan dua pentil Firman. Firman merasakan kenikmatan yang tiada henti.
“Bim, aku meeettuuuu… kontolmu enaaakk….” Desah Firman.
Tanpa dipegang, kontol Firman memuntahkan pejuh.
CROT CROT CROT CROT…
Keluarnya Firman membuat lubang pantatnya menjadi super sempit dan membuat Bima merasakan kenikmatan yang luar biasa. Seperti ada yang mengocok kontolnya. Bima pun langsung menjambak rambut Firman.
“Jancooookkkkkkk mettuuu akuu, Man (Anjing gue keluar, Man),” kata Bima.
Crot crot crot crot…
Cairan hangat memenuhi lubang Firman. Keduanya tersengal-sengal. Dan ketika Bima melepas kontolnya dari lubang pantat Firman, cairan kental berwarna putih keluar dari lubang Firman.
“Enak, Man?” Tanya Bima sambil mencium Firman.
“Istirahat sedilut, mari ngene maneh (Istirahat bentar, sebentar lagi aku mau lagi),” jawab Firman.
Tak jauh dari situ, Pak Trisno menatap anaknya dengan bangga.
“Wis gede anakku (Sudah besar anakku),” katanya.
Di bawahnya, Pak Handoko yang sedang menyedoti kontol Pak Trisno menatap Pak Trisno dan berkata, “Ngkok bengi kenthu rame-rame karo Bima, karo Firman piye (Nanti malem ngentot rame-rame karo Bima dan Firman gimana)?”
Pak Trisno tersenyum dan mengelus kepala Pak Handoko sebelum memegang kepala Pak Handoko kemudian mengentoti laki-laki tersebut di mulutnya. Ketika pejuhnya keluar dari kontolnya dan Pak Handoko dengan rakus menghabiskannya, Pak Trisno tahu bahwa nanti malam adalah malam yang spesial.
Bersambung…