Di sekolah Bima tidak bisa berkonsentrasi. Satu karena pantatnya baru terasa sakitnya. Cenut-cenutan dari tadi. Dua karena dia tidak sabar pantatnya yang nyeri sekarang diisi dengan kontol Pak Trisno. Dia sudah tidak peduli lagi dengan label. Dia suka kontol.
Yang lebih parah lagi pas pelajaran olahraga, Bima tidak bisa menyembunyikan kengacengannya. Yang membuat teman-temannya tertawa karena dikiranya Bima sedang ngaceng melihat Astuti, teman sekelasnya yang digosipkan naksir dirinya.
Padahal sesungguhnya Bima lebih naksir guru olahraganya. Pak Budi yang baru berumu 29 tahun tapi badannya mulus dan kekar. Pantatnya pun menonjol seksi di balik balutan celana training itu.
Bima membayangkan memasukkan kontolnya ke lubang perawan Pak Budi dan akhirnya Bima memutuskan untuk coli di toilet sekolah saking tidak kuatnya. Pak Budi pernah buka baju di lapangan saat berolahraga.
Walaupun dia orang Jawa, tapi dia punya bulu dada. Dan bulu dada itu rimbun sekali yang akhirnya jatuh ke perut dan menuju selangkangannya. Membayangkan ini Bima akhirnya muncrat.
Di perjalanan rumah, Bima tidak henti-hentinya berpapasan dengan laki-laki yang selama ini selalu menjadi perhatiannya. Dulu mereka hanya imajinasinya. Sekarang laki-laki ini menjadi target seksualnya. Kali saja mereka bisa menjadi partner ngentot.
Ada Pak Santoso, pemilik toko kelontong terbesar di desanya. Walaupun umurnya se Pak Trisno tapi dia seksi sekali. Mungkin karena dia punya darah Arab. Matanya besar dan senyumnya bagus sekali. Kalau saja jari-jarinya sebesar itu, apa kabar dengan kontolnya?
Kemudian ada Jonet, tukang angkut di pasar yang merupakan kakak temannya. Jonet badannya sungguh menggiurkan. Kering berotot karena pekerjaannya memang sudah jadi tukang angkut sejak umur 14. Jonet sudah menikah tapi belum punya anak. Wajah Jonet manis sekali.
Dan yang terakhir, selain Firman adalah Pak Handoko. Pak Handoko, tentu saja adalah bapak Firman. Hari ini Bima baru tersadar betapa miripnya Pak Handoko dengan putranya. Badannya pun hampir mirip, hanya saja Firman lebih tinggi. Tapi Pak Handoko lebih besar badannya.
Seperti halnya anaknya, Pak Handoko adalah petani. Wajahnya ramah dan hari ini Bima menyaksikan pantat Pak Handoko besar dan seksi sekali. Ketika Pak Handoko menanam padi hari ini, Bima bisa membayangkan mengentoti Pak Handoko dari belakang.
Belum lagi dadanya yang bidang dan ada bulu-bulu halus di pentilnya. Bima ingin menyusu. Membayang bisa mengentot Pak Handoko kemudian pantatnya diisi dengan kontol Firman membuat nafsu Bima melambung.
Sayangnya ketika pulang di rumah Pak Trisno dan Mbah Sinyo sedang ada di sawah. Kali ini Bima tidak mau mengganggu mereka. Biarkan saja mereka bekerja.
Bima akhirnya memilih untuk bermain bola di lapangan bersama anak-anak disana. Lumayan juga dia bisa menyaksikan anak-anak muda kampungnya berkeringat. Ketika adzan Maghrib terdengar, mereka berhenti bermain bola dan berjalan pulang.
Tadinya Bima mau mandi di pancuran tapi dia membayangkan Mbah Sinyo pasti mau menjilati keringatnya. Lumayan bisa membuang pejuh sore ini.
Begitu masuk pintu, dia mendengar suara desahan dan plok plok plok.
Suara orang ngentot. Mungkin Pak Trisno dan Mbah Sinyo sedang ngentot. Bima langsung tersenyum. Dia melepas celananya dari ruang tamu dan mulai mengocok kontolnya. Dia ingin memberikan kejutan ke Pak Trisno dan Mbah Sinyo dengan masuk ke kamar dengan kontol sudah ngaceng.
Ketika masuk kamar bapaknya, mulut Bima melongo.
Pak Trisno sedang memasukkan kontol besarnya ke lubang pantat seseorang. Tapi itu bukan Mbah Sinyo. Wajahnya lebih familiar.
“Assuuu enaaak, Tris, kontolmu (Anjing, enak kontolmu, Tris),” kata laki-laki itu.
Laki-laki yang berteriak menerima kontol itu adalah Pak Handoko, bapak Firman.
Dan menyadari anaknya ada di ruangan itu, Pak Trisno menoleh dan berkata, “Lho, Le, wis moleh? Arep melu kenthu ra? (Lho, Nak, sudah pulang? Mau ikut ngentot nggak)?”
Pak Handoko menoleh ke belakang.
Dia tampak kaget melihat Bima berdiri di depan pintu dengan kontol ngaceng. Pak Handoko langsung fokus dengan kontol Bima. Ternyata anak sama bapak tidak beda jauh. Kontolnya sama-sama raksasa. Melihat kontol yang berkilat-kilat tegak keras, Pak Handoko tersenyum.
“Rene, Le, tak cicipi kontolmu (Kesini, Nak, tak cicipi kontolmu),” kata Pak Handoko sambil tersenyum.
“Lek Bapak wis rampung, awakmu iso nyicipi silite Handoko. Enak, Le. Sempit (Kalau bapak sudah selesai, kamu bisa nyicipi pantatnya Pak Handoko. Enak, Nak. Sempit),” kata Pak Trisno sambil terus menggenjot dari belakang Pak Handoko.
Pak Trisno kemudian menjambak rambut Pak Handoko dan menekan kontolnya dengan lebih dalam ke dalam pantat Pak Handoko. Pak Handoko memejamkan mata dan memaki-maki.
“Assuuuu kontol jaran janccoookkkk terus genjot, Mas (Anjing, kontol kuda anjiiiinggg),” Pak Handoko bersumpah serapah.
Tubuhnya terlihat bercahaya dengan banyaknya keringat yang membasahi tubuhnya. Membuat pentilnya yang hitam dan dadanya yang keras semakin terekspos.
Bima yang sudah ngaceng akhirnya memutuskan masuk ke dalam kemudian dia naik ke ranjang. Bima belum memposisikan diri dengan baik ketika Pak Handoko langsung memegang kontol Bima yang sudah berdiri tegak dan mengocoknya.
“Aduh, Le, ganteng nemen awakmu (tampan sekali kamu),” kata Pak Handoko sambil memegang pantat Bima agar Bima mendekatkan pinggulnya dan kontolnya sampai di mulut Pak Handoko.
Begitu kontolnya dekat dengan mulutnya, kontol Bima langsung dicaplok tanpa peringatan. Pak Handoko kemudian memejamkan matanya dan langsung mendesah.
“Hmmmhmmm… hmmhhh… plok,” Pak Handoko mengeluarkan kontol Bima dari mulutnya kemudian menatap Bima sambil tersenyum. “Enak kontolmu, Le. Persis rasanya koyok kontole bapakmu (rasanya sama seperti kontol bapakmu),” kata Pak Handoko.
Bima yang kaget masih terdiam. Dia membiarkan kontolnya disedot-sedot oleh Pak Handoko.
SLURRRPPP SLURRRPPPP…
Sementara itu Pak Trisno tetap mengentoti Pak Handoko dengan begitu cepat dan kasar. Bunyi pantat mereka seperti musik.
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
“Yokpo, Le, emutane Pak Handoko (Gimana rasa emutannya Pak Handoko?),” Tanya Pak Trisno sambil menggenjot pantat Pak Handoko yang semok.
PLAK!
Pak Trisno menampar pantat Pak Handoko sampai merah.
“Asuuuuu…” Kata Pak Handoko sambil menyedot dan menjilati kepala kontol Bima.
“Enak, Pak. Sedotane mantep,” kata Bima.
“Mantep kan?” Tanya Pak Handoko.
“Wis, rasah njawab. Awakmu sedot ae kontol anakku (Kamu ga usah jawab. Kamu sedot aja kontol anakku),” kata Pak Trisno sambil memukuli pantat Pak Handoko lagi.
PLAK PLAK PLAK.
“HMMM…… ENYAKKK…” kata Pak Handoko dengan kontol Bima yang keras di dalam mulutnya.
“Wis suwe, Pak, kenthu karo Pak Handoko (Sudah lama ngentot sama Pak Handoko),” tanya Bima sambil akhirnya duduk di ranjang dan bersandar di tembok. Dia membiarkan Pak Handoko menjilati biji dan menyedoti pre-cum yang mengalir dari kepala kontolnya.
SLURRRPPPP…
“Setengah jam paling,” kata Pak Trisno sambil melihat jam.
Pak Trisno kemudian meminta Pak Handoko merubah posisi. Sekarang Pak Trisno tiduran dan Pak Handoko naik ke atas kontol Pak Trisno. Tapi posisinya membelakangi Pak Handoko.
PLAK PLAK
Pak Trisno memukul pantat Pak Handoko. Dengan begitu, Pak Handoko langsung goyang.
Sambil menggoyang kontol Pak Trisno, Pak Handoko menatap Bima.
“Ndi, Le, kontolmu tak sedote maneh (Mana, nak, kontolmu kuhisap lagi),” kata Pak Handoko.
Bima pun berdiri dan langsung memasukkan kontolnya ke dalam mulut Pak Handoko yang sudak terbuka. Bima kemudian memegang kepala Pak Handoko dan mengentoti mulut laki-laki tersebut. Rasanya seksi sekali bisa mengentoti mulut bapak Firman yang menjadi pujaannya. Apalagi melihat Pak Handoko terlihat binal menggenjot kontol bapaknya.
“Kapan pertama kali kenthu karo Pak Handoko, Pak?” Tanya Bima.
“Suwi. Wis oleh 10 tahun paling (Sudah lama, 10 tahun mungkin),” kata Pak Trisno.
“Waaahhh…” kata Bima.
Pak Handoko mengeluarkan kontol Bima kemudian menatap Bima dengan pandangan binal.
“Aduh, aku ga sabar. Lebokno kontolmu, Le. Aku kepingin ngerasakke kontol anak karo bapak njebol silitku (Masukin kontolmu, Nak. Aku ingin merasakan kontol anak dan bapak merasuki pantatku),” kata Pak Handoko.
Pak Handoko kemudian berbaring ke dada Pak Trisno. Pak Trisno memegang lengan Pak Handoko dan mulai menggenjot Pak Handoko dari bawah. Pak Handoko memejamkan mata saking enaknya. Mulutnya tak henti-henti mengatakan, “Asuuuuu…”
Bima kemudian memposisikan kontolnya ke dalam lubang Pak Handoko. Melihat perut Pak Handoko yang masih keras, nafsu Bima berkecamuk.
Dia mengambil minyak kemudian mengoleskannya ke kontolnya.
Dia mengarahkan kontolnya ke lubang Pak Handoko yang sudah diisi dengan kontol bapaknya. Awalnya agak susah masuk. Tapi ketika kepala kontolnya masuk, Bima langsung dengan cepat menyodokkan kontolnya ke dalam.
“ASSSSUUUU JANCCOOOOOKKKKK…” teriak Pak Handoko kesakitan. Pantatnya berdarah karena dua kontol besar, berurat memasuki pantatnya.
Tapi tidak dengan Pak Trisno dan Bima. Mereka merasakan kenikmatan. Dua kontol mereka seperti dipijat satu sama lain.
Mereka akhirnya bergerak seirama. Ketika Pak Trisno turun, Bima menusuk. Ketika Bima turun, Pak Trisno menusuk. Begitu terus.
“Enak kontolmu, Ma,” kata Pak Trisno.
“Iyo, Pak, kontole sampeyan yo penak,” kata Bima sambil memejamkan mata.
Pak Handoko akhirnya merasakan kenikmatan. Lubangnya terasa penuh sekali dan kehangatan dua kontol raksasa ini membuat dia semakin ngaceng. Dia kemudian mengocok kontolnya sambil ikut bergerak.
“Asu enakkkk kontoleeee…” kata Pak Handoko.
“Ayo tok-ke bareng (Ayo keluarin bareng),” kata Pak Trisno.
Pak Trisno kemudian menggenjot Pak Handoko dengan lebih keras. Bima pun juga. Tubuh Pak Handoko bergerak dengan cepat. Dia merasakan sensasi menggairahkan yang menyenangkan di prostat dan pantatnya. Rasanya dia ingin selalu diisi dengan kontol.
Ketika Pak Trisno mau keluar, kontolnya menggembung lebih besar membuat Bima menjadi kesempitan yang membuat kontolnya jauh lebih sensitif. Ngocoks.com
Gara-gara ini kontol Bima pun mau keluar dan ikut menggembung. Pak Handoko merasakan lubangnya terasa lebih penuh sekali dan prostatnya seperti dipijat karena dua kontol ini menggembung dan mengeras.
“Asuuuu metuuu aku, Le,” tereak Pak Trisno.
Crot crot crot crot…
Karena Pak Trisno keluar, Bima pun akhirnya juga keluar. Dia mencengkeram lengan Pak Handoko dan berteriak…
CROT CROT CROT
“Aduh aku yo metu pisan, Pak (Aduh aku juga keluar, Pak),” teriak Bima.
Pak Handoko merasakan perutnya diisi dengan pejuh dan rasa hangat itu membuat Pak Handoko mengocok kontolnya dengan keras kemudian dia menggelepar-gelepar sambil berteriak
“ASSUUUUUUUU JANCCOOOOOOOOOOOKKKKKK KENTHU KARO ANAK BAPAK PENAAKKKKK (NGENTOT SAMA ANAK BAPAK ENAK) AKU METTUUUUU….”
CROT CROT CROT
Kontol Pak Handoko membasahi perutnya.
Mereka bertiga diam selama beberapa detik dengan nafas terengah-engah. Pantat Pak Handoko masih diisi dengan kontol Bima dan Pak Trisno yang masih melemas.
Kemudian Bima mencium Pak Handoko. Bibir Pak Handoko begitu lembut dan lidahnya memijat lidahnya dengan sensual. Selesai berciuman Bima berterima kasih kepada Pak Handoko.
Kemudian dia berkata, “Kapan kapan ayo kenthu wong papat karo Firman sisan (Kapan-kapan ayo ngentot bersama sama Firman).”
Bersambung…