Seusai salat subuh, Siti menyalimi suaminya. Namun, Eka jahil kali ini. Ia tak melepas genggaman tangan Siti. Matanya menatap Siti dan tersenyum. Siti menjadi salting.
“Mas, lepasin Mas.”
“O… tidak bisa sayang.”
“Mas…” rengek Siti yang masih mengenakan mukenah.
Eka tahu jika istri mudanya di balik mukenah ini hanya mengenakan laging, tanpa bra. Eka pagi ini bergairah, ingin segera mencoba ngeseks dengan Siti di pagi hari mumpung ini tanggal merah. Ia membayangkan Nur yang tiba-tiba masuk dan melihat Siti yang tengah dinikmati.
“Siti, aku ingin kita ngeseks lagi sayang”
“m… m… maksud Mas? Mas mau kita menikmati seperti malam lalu itu Mas?”
“Iya, Mas lagi pengen duhai istri sayangku”
“Tapi Mas, ini masih pagi, nanti malam saja. Aku ga enak sama Mba Nur, aku harus membantu urusan rumah Mas.”
“sudahlah, tak apa, Nur akan paham sayang. Tenanglah, tak usah risaukan dia. Jatah kita berduaan bulan ini akan berakhir. Kamu mesti akan merindukan ini sayang ketika kamar ini menjadi jatah Nur”
Eka pun mulai menarik tangan istrinya itu. Siti pun mau tak mau jatuh dipangkuan Eka. Kepalanya tepat berbantal di atas paha kirinya dan sedikit menyenggol penisnya. Siti tampak risau. Ini kali keduanya akan berhubungan intim jika Eka berhasil.
Tangan Eka langsung menjamah payudara yang terhidang di depannya. Diremasnya walau masih tertutup mukenah. Terasa puting Siti telah menegang di tangannya. Dicubitnya. Siti hanya bisa memohon ampun tapi alam bawah sadarnya berkata tak apa dan akan nikmat.
Makin lama, makin dijamah tubuh Siti. Eka pun mengambil bantal dan menaruh kepala Siti di atas bantal. Tubuh Siti tergeletak beralaskan sajadah tempatnya sujud.
Kini pusat perhatian Eka bergeser ke bawah, ke area kewanitaan Siti. Eka memasukkan kepalanya ke dalam rok mukenah Siti yang berbahan lemas dan berat. Siti hanya bisa melihat jika roknya mengembang karena tubuh suaminya di antara kakinya.
Di dalam sana, Eka terkejut. Siti pagi ini tak memakai CD.
“Siti, kamu nakal ya, ga pakai CD”
“Maaf Mas,” Siti memang sengaja melepas CD nya saat pipis sebelum salat tadi. Pasalnya ia tadi sangat kebelet dan pipisnya sudah sedikit membasahi CD nya. Karena pipis adalah najis, dan ia rasa tanggung bila ambil CD baru kalau belum mandi, jadinya ia nekat tak pakai CD.
“Besok-besok selama kamu di kamar kalau bisa gini saja ya!”
Siti hanya diam dengan matanya merem melek. Area vaginanya sudah dimainkan oleh suaminya tanpa babibu. Rasa geli menguasainya.
“Mas… hm.. sudah Mas…, Siti ga kuat” mohon Siti yang amat kegelian.
Tapi Eka tak mengindahkannya. Kini mulut Eka bercumbu dengan mulut vagina Siti.
“ah…” erangan Siti cukup kuat ketika lidah Eka menjilat klistorisnya. “ah…” jeritan kedua Siti saat Eka menyedot klistoris.
Siti tak melihat bagaimana kondisi di selangkangannya. Pasalnya tertutup rok. Tangannya sebenarnya bisa saja menarik rok itu. Tapi nafsu mulai mengusai dirinya, tangannya telah menyibakkan mukenahnya dan meremas payudaranya. Jeritan dan desahan Siti pun terus menerus meracau.
Eka pun tiada hentinya menjilat dan menghisap vagina yang telah tak berbulu usai beberapa hari lalu mereka cukur. 10 menit berlalu. Siti makin terangsang. Cr… air orgasme Siti pun muncrat tepat saat mulut Eka mangap sedikit. Terteguklah satu kali air itu ketubuh Eka.
“sayang, kamu nakal, asin tahu airmu”
“mmm hmmm mm maaf Mas, Siti ga tahan.”
Eka pun keluar dari rok mukenah. Ia melihat Siti yang sudah terangsang. Ia pun menyibakkan rok istrinya. Kini Siti sedikit melirk ke area intimnya itu. Benar, perasaan Siti sesuai fakta, vaginanya sudah basah dan siap melicinkan peluncuran penis ke dalam leher vaginanya.
“Oke, sebagai hukuman, tanpa aba-aba rasakan ini sayangkuh…” ucap Eka sambil tergesa-gesa membuka sarung dan CD nya. Penisnya telah menegang. Langsung saja, penisnya ditempelkan ke mulut vagina Siti, dan bles… dipaksanya masuk ke jalur melahirkan milik Siti itu.
“Ah… perih Mas…” Jerit Siti. Maklum ini kedua kalinya Siti disenggamai. Vaginanya masih terasa rapat bagi penis Eka yang cukup gagah. Ngocoks.com
Sementara itu, Nur tengah menyiapkan sarapan sendirian. Saat sarapan telah tersaji dan anaknya, Laela telah diurusnya, ia heran, mengapa suaminya dan istri kedua suaminya belum keluar kamar.
Tak seperti biasanya Siti telah membantunya di dapur. Nur pun berjalan ke kamar suaminya, desahan Siti tak terdengar dari luar. Nur pun mengetuk pintu dan langsung membukanya tanpa menunggu izin.
Eka terkejut ketika pintu terbuka. Penisnya masih tertanam di vagina Siti. Siti tampak merem melek sambil meremas-remas payudaranya. Perempuan yang tengah disetubuhi ini tak sadar bila istri pertama suaminya tengah menatap mereka berhubungan.
“Nur?”
Walau disapa, Nur hanya diam mematung di mulut pintu melihat siswinya itu tengah digarap suaminya.
“Masuklah Nur, lihatlah betapa nikmatnya perempuan yang engkau rekomendasikan untukku Nur”
Ucapan Eka itu pun membuat Nur menutup pintu. Matanya tak lepas dari area selangkangan siti. Bagaimana tidak? Penis yang telah lebih dulu masuk di vaginanya, kini tertanam di vagina wanita lain. Siti pun duduk di atas ranjang.
“sh.., sh…” desah Siti tak henti-hentinya. Ia belum menyadari jika di kamar ini ada guru semasa SMA nya yang melihatnya tengah digarap.
“Nur, lihat ini” pinggul Eka maju mundur yang membuat penisnya menyodok vagina Siti.
“hm… hm…, mas…” desah Siti saat sodokan penis itu mulai kembali.
Nur terdiam. Tubuh Eka pun membungkuk, tangannya kini turut meremas payudara Siti, mulutnya pun kini bercumbu dengan Siti. Bukan main, Siti kini telah bisa menerima perlakuan suaminya ini.
“Sayang, istriku, nikmatilah. Inilah yang Nur mau” bisiknya kepada Siti. Ucapan Eka ini terdengar oleh Nur.
Nur pun turun dari duduknya mendekati area pertempuran.
Saat itulah, bertepatan dengan air mani Eka muncrat di dalam vagina Siti.
“Ah… Mas… hangat Mas…” ucap Siti mengungkapkan yang dirasakannya.
Nur terkejut mendengarnya. Ia tak berani menyentuh suami dan siswinya itu. Ia tak ingin mengganggu. Eka pun sengaja membiarkan Nur yang tampak sudah merindukan adegan yang tengah dilakukannya dengan istri keduanya ini.
Penis Eka pun dikeluarkan dari vagina. Penisnya hanya tampak basah.
“Nur, kamu rindu ini bukan?” godanya kepada istri pertamanya. Mata Nur langsung menatapnya. Nur mendekati barang kejantanan itu.
“eits… kini jatah Siti. Jadi kamu belum bisa menikmatinya lagi.” Ucap Eka. Nur sebel diperlakukan seperti itu. Ia hanya bisa mengelus pahanya.
Pikiran Eka pun iseng. Ia membayangkan memek istri mudanya dioral oleh istri pertamanya saat masih ada air mani yang tampak keluar dari lubang peranakan itu.
“Nur, sini kepalamu.” Nur tampak senang, diarahkan kepala Nur mendekati ujung penis.
“eits, siapa yang mau ngasih ini ke kamu? Ga bisa, ini jatah Siti.
Kepala Nur pun kini diarahkan ke mulut vagina Siti. Nur yang tak tahan dengan birahinya pun paham jika ini kesempatannya merasakan mani suaminya walau dari lubang vagina perempuan lain. Ia pun langsung menghisap memek Siti. Rasa geli bagi Siti pun kembali mengusai.
Eka yang merasa puas melihat ini pun tersenyum. Karena belum benar-benar lemas, diraihnya tangan kanan Siti yang meremas payudaranya. Di arahkannya ke penis Eka. Siti tanpa aba-aba pun mengocok perlahan penis itu.
Hampir 20 menit ini berlangsung. Dan cur… Siti memipisi Nur. Benar-benar pipis usai bersenggama, bukan orgasme. Siti sudah tak tahan tapi rasa geli mengusainya.
Siti pun mulai sadar. Ia melirik menyusuri tangan kanannya yang tengah menggenggam sesuatu. Matanya langsung melotot, tak menyangka jika itu adalah milik suaminya.
“Jadi, siapa yang bermain di bawah sana?” tanya dalam batin Siti. Kepalanya pun sedikit terangkat dan melihat Nur tengah menjilati vaginanya.
“MBA NUR?”
Nur pun mendadak berhenti mendengar suara respon kaget Siti.
“Maaf Siti, aku ga tahan melihat kelamin mas Eka masuk ke dalam milikmu.”
Eka tersenyum melihat istrinya yang saling menerima kenyataan.