Menyendok nasi goreng, dan memasukkan makanan itu dengan lahap. Sesekali ia berdiri dari kursi makan dan melangkah kearah kulkas untuk sekedar mengambil air minum. Aku hanya bisa tersenyum, ketika melihat pasangan zinahku beraktifitas.
Sungguh lucu melihat mas Osman mondar mandir tanpa mengenakan pakaian selembarpun. Penis yang berukuran sebesar lengan bayi itu bergoyang-goyang dan memukul paha dalamnya tiap kali ia melangkahkan kaki.
“Dek duduk sini donk” pintanya sambil menggeserkan kursi makan disampingnya. Mempersilakanku untuk duduk. Sambil terus menatap aktifitas makannya sambil sesekali melirik batang penisnya yang tidur dengan damai, aku letakkan pantat bulatku dikursi yang ada di samping kanannya.
“Dek…habis mas makan… temenin mas mandi yuk” ujarnya santai sambil terus melahap nasi goreng di depannya.
Aku mengangguk pelan.
“Lucu sekali batang penis mas Osman…sekarang batang penis itu tak segahar beberapa waktu lalu. Pendek, hitam dan gemuk. Mirip terong…besar dikepala tapi kecil di pangkal batangnya” batinku sambil tersenyum.
“Kok senyum-senyum sendiri dek” Tanya mas Osman heran.
Aku tak menjawab, hanya tersenyum.
Dengan cuek, mas Osman kembali menyantap sarapan paginya.
Kujulurkan lengan kiriku. Dan kuraih batang gemuk yang tergeletak diantara paha kekar mas Osman itu. Kutimang-timang batang hitam itu, layaknya seorang pembeli sedang melakukan transaksi di pasar buah.
“Uhuk…uhuukk” mas Osman tiba-tiba tersedak. Beberapa butir nasi muncrat dari mulutnya. Rupanya ia terkejut ketika merasakan penisnya tiba-tiba aku sentuh. “Kaget aku dek…kirain kontol mas mau kamu betot…emang kenapa dek…?”
“Nggak kenapa-kenapa mas…adek cuman pengen mengamati kontol mas aja” ucapku sambil terus tersenyum “Mas terusin aja makannya”
Walau penis itu masih dalam kondisi tidur, tetap saja aku dibuat takjub. Ukurannya hampir sebesar penis mas Andri suamiku ketika telah ereksi dengan sempurna.
“Tak sepanjang penis mas Andri ketika ereksi sih…namun yang jelas, jauh lebih gemuk” batinku.
Kepala penis mas Osman hampir tertutup seluruhnya oleh kulit tipis, sehingga hanya mulut penisnya saja yang menampakkan senyumnya.
Urat-urat batang penis mas Osman juga masih tetap terlihat, walau hanya sebagian saja. Namun kali ini aku bisa dengan mudah melingkarkan jemariku. Batang penis mas Osman yang super keras ketika ereksi, sekarang terasa begitu lembut, ketika kuremas perlahan, aku seperti meremas balon balon berisi air. Kenyal namun hangat.
Diseruputnya kopi pahit sampai tak tersisa “Slurpp aaahhhh”. Dan, selesai sudah acara sarapan pagi mas Osman. Sambil bersandar malas di kursi makan, ia mengusap-usap perutnya yang menggelembung. Mas Osman menatap kearahku, kepalanya dimiringkan dan kembali, ia tersenyum kepadaku.
“Suamimu beruntung banget dek bisa dapat istri seperti kamu”
“Kok…? Mas Andri…?”
“Iya…dia bisa dapat kenikmatan darimu seutuhnya…tanpa harus melakukan hubungan yang sembunyi-sembunyi dan selalu takut ketahuan seperti ini” ada rasa pesimis dalam nada kalimatnya. “Andai kita bertemu 4 atow 5 tahun kemaren dek”
“Mas Osman…justru adek yang merasa beruntung mas”
“Loh…?”
“Iyalah…aku jadi merasa memiliki belahan jiwa yang selalu mengerti segala kebutuhanku” kataku mencoba menaikkan semangat mas Osman
Memang benar, jika dilihat dari segi fisik dan ekonomi, mas Andri beberapa langkah lebih unggul daripada mas Osman. Wajah mas Andri terlihat tampan, berkulit putih dan selalu berpenampilan rapi terawat. Bekerja di perusahaan minyak asing sebagai pengawas lapangan, yang aku yakin penghasilannya beberapa kali lipat diatas gaji mas Osman. Intinya, semua kebutuhan rohani dan jasmaniku, dapat dipenuhi oleh mas Andri.
Sedangkan mas Osman. ia hanyalah seorang satpam perumahan biasa, berkulit hitam kelam, dan sama sekali tidak menampakkan ketampanan apapun. Penghasilannya juga pas-pasan, sampai mengijinkan mbak Narti bekerja. Sama sekali bukan lelaki pilihanku jika aku diminta memilih antara mas Osman dan mas Andri.
Namun, jika dibandingkan dengan kebutuhan birahi yang aku terima dari suamiku. Jelas, mas Andri tak ada apa-apanya.
“Jasmani, rohani dan birahi” batinku. Kembali aku tersenyum-seyum sendiri
“Ah kamu bisa aja dek”
”Yeee dibilangin kok…selain itu…dengan adanya mas Osman seperti sekarang ini, adek khan jadi bisa mendapatkan 2 kontol yang selalu siap mengaduk-aduk memek adek SETIAP SAAT” ujarku sambil tersenyum lebar “Udah ah…yang jelas…kontol mas jauh lebih hebat dari milik mas Andri, suami adek”
Kembali mas Osman tersenyum lebar, dan mendekatkan bibirnya yang hitam tebal itu ke keningku. Dikecupnya perlahan lalu merangkul tubuh semampaiku. Tangannya yang kekar melibat tubuhku. Dan dengan satu gerakan mudah, ia membopongku dan membawaku masuk ke kamar mandi.
Begitu sampai di dalam kamar mandi, mas Osman segera menurunkan tubuhku. Kututup pintu kamar mandi, dan kugantungkan celemek masak yang aku kenakan di balik pintu. Tak lama, setelah satu-satunya pakaian yang menutupi tubuh putihku lepas, terpampanglah tubuh polosku.
Kugelung rambut panjangku dan kupamerkan ketiak putih mulus tak berambutku ke arah mas Osman sambil berputar-putar berjoget bak penari erotis. Kumenari seerotis mungkin.
Melihat lekuk tubuhku polosku ketika menggelung rambut, mungkin membuat mas Osman kembali bernafsu, karena tiba-tiba kembali aku ditubruk dan dipeluknya kencang.
“Aku sayang kamu dek…benar-benar sayang kamu” ucapnya sambil mengecup tengkukku dalam-dalam.
Berusaha mempertahankan kestabilan posisi berdiriku ketika dipeluk mas Osman dari belakang, langsung kusandarkan kedua tanganku kebibir bak mandi. “Aku juga mas…”
Perlahan, dari bawah belahan pantatku, aku merasakan sesuatu mulai menekan keatas. Ada benda tumpul dan hangat mulai membesar disela-sela belahan pantatku.
“Gila…ini penis ga pernah ada matinya” Batinku.
Digesek-gesekkannya kepala dan batang penisnya yang mulai ereksi itu ke belahan pantatku. Otak jorokku segera merespon gerakan mas Osman. Tanpa menunggu perintah apapun, segera kubungkukkan punggungku lebih rendah lagi, berharap mas Osman akan segera menusuk vaginaku dengan penis besarnya dari belakang.
Namun aku ternyata salah…
“SSEEEEEERRRRRRRRRRRR” aku merasakan cairan panas menyembur belahan pantat, dan paha dalamku. Mengalir turun dan membasahi kaki jenjangku.
Segera kutundukkan kepalaku, berusaha melihat apa yang sedang terjadi melalui sela kedua kakiku. Ternyata cairan hangat itu adalah air seni mas Osman. Ia kencing. Eh, bukan. Lebih tepatnya ia mengencingi pantatku.
Spontan, aku balikkan badanku dan langsung bergerak kesudut kamar mandi, menjauh dari semburan air seni yang memancar kencang dari mulut penis mas Osman.
“Iiiiihhhh…jorok bangets sih kamu mas” ujarku sambil membilas pantat dan pahaku berulang kali “Masa adek dikencingin”
Mas Osman menghentikan semprotan air seninya. “Hehehehe…kamu khan udah sering mas kasih kencing enak dek…sekali-kali lah kamu mas kasih kencing beneran…hehehehe” jawabnya polos “Lagian mas suka deh ngliat kamu ngambek gitu”
Dari mulut penisnya, kembali mas Osman menyembur cairan bening kekuningan yang memancar kuat mulai dari ujung pintu tempat ia berdiri sampai sudut kamar mandir, tepat diantara kedua telapak kakiku. Bahkan, saking kuatnya semburan air kencing mas Osman, tak jarang semburan itu ia tembakkan keras-keras sampai membasahi paha dan lututku lagi.
Seharusnya aku marah mendapat perlakuan tak senonoh seperti ini. Dikencingi oleh orang dewasa secara terang-terangan. Harga diriku serasa benar-benar dijatuhkan. Mirip seperti sampah yang tak berharga sama sekali. Namun, ketika melihat mas Osman asyik bermain-main dengan air seninya, timbul suatu perasaan aneh dari dalam diriku.
“Gimana ya rasa air kencing mas Osman…?”
Segera saja kuraba area pahaku yang terkena semburan kencing mas Osman tadi, kuusap dengan tanganku dan kuangkat mendekat ke hidungku.
“Iiiiiihhhhh… Pesing banget mas” jawabku sambil mengerutkan hidungku begitu mengetahui bagaimana aroma air seni seorang pria.
“Hehehehe…ya iyalah dek…khan namanya juga air kencing” Mas Osman hanya tertawa melihatku yang seperti merasa jijik karena terkena air seninya ”Sini deh sayang” tambahnya.
Sambil masih menghirup dalam-dalam aroma air seni mas Osman, aku mendekat kearahnya. Mas Osman dengan sopan memegang pundakku, dan memintaku berjongkok tepat di depan penisnya yang masih mengucurkan air kencing.
“Bersihin kontolku dong sayang” pintanya enteng
“Hah?” Tanyaku sambil mendongak heran kearahnya.
“Iya…jilatin kontolku sampai bersih” Katanya lagi sambil mulai mengarahkan kepala penisnya yang masih meneteskan air seni.
“Tapi khan…EMMmmhhhh”
Aku tak dapat menyelesaikan kalimatku, karena dengan sedikit memaksa, mas Osman menjejalkan batang penisnya masuk kedalam mulutku. Dan dengan tangan kiri, mas Osman juga menarik kepalaku mendekat ke selangkangannya. Walau sedikit menolak, namun pada akhirnya, kutelan saja batang penis itu bulat-bulat.
“Emmmmhhhmmmm”
Masam, getir dan agak sedikit kecut.
Itu kesan pertamaku ketika merasakan bagaimana rasa air seni mas Osman sebenarnya.
Seumur hidupku, aku belum pernah merasa dipermalukan seperti ini. Mas Andri, suamiku yang sebenarnya pun sampai saat ini belum pernah memintaku untuk memperlakuan penisnya seperti yang mas Osman perbuat terhadapku sekarang.
Jika ia baru saja buang air kecil dan memintaku untuk mengoral penisnya, aku selalu menolaknya tegas-tegas, bahkan aku bisa emosi dibuatnya. Namun hal berbeda aku rasakan ketika bersama mas Osman, walau penisnya baru saja menyemburkan cairan seni, aku sendiri yang dengan suka rela mengoralnya.
“Menjilat kelamin orang lain yang baru saja mengeluarkan air seni…?” Tanya suara dalam hatiku.
“Enak kali ya…?” tanya suara dalam hatiku yang lain
“Hmm…Walaupun air seni itu hanya sedikit yang masih menetes keluar, tapi itu khan sama saja dengan menyuruhku untuk meminum air seninya”
“Tapi bagaimana dengan halnya dengan sperma…?”
”Iya… itu khan hampir sama dengan meminum sperma…cuman sedikit beda aja”
“Tapi khan kalo meminum sperma tuh sudah biasa…orang-orang juga banyak yang melakukan hal itu…sedangkan meminum air kecing.????”
“Emang apa bedanya? Toh sama-sama dikeluarin oleh penis orang yang kita sayangi”
“Toh sama saja”
“Benar juga…toh sama saja…sama-sama berbentuk cair…sama-sama dikeluarin dari lubang penis…sama-sama dioral juga”
Ketika sedang asyik-asyiknya mengoral penis mas Osman yang masih belepotan air kencingnya. Kusadari, cairan cinta vaginaku mulai membanjir dan merayap turun. Aku horny.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung mengoral penis mas Osman sekuat mungkin, berusaha membuatnya ereksi dan keras lagi. Penis mas Osman merespon sedotan mulutku. Penis itu mulai menegang. Lalu dengan sigap, aku berdiri, kubalikkan badanku, kupegang bibir bak mandi dan kutunggingkan pantat semokku kearahnya.
“Ayo mas…tusuk memek adek sekarang”
“Hah?…Kamu mo nambah lagi dek…??” tanya mas Osman kebingungan…
“Buruan mas…adek udah nggak tahan”
Mas Osman segera berjalan mendekat kearahku. Dengan tangannya yang kasar, direntangkannya pahaku lebar-lebar. Diurutnya batang penisnya perlahan. Dan Ajaib, batang itu langsung mengeras, benar-benar keras. Terlihat dari urat-urat yang mulai bertonjolan disekujur batang penisnya.
Entah mas Osman memiliki ilmu sakti dalam bercinta atau memang telah terbiasa mempermainkan stamina batang penisnya, yang pasti, kembali aku dibuat terpana melihat keajaiban batang hitam yang tumbuh diantara selangkangannya.
Dengan tangan kanan yang menggenggam pangkal batang penis hitamnya bak memegang pentungan hansip mas Osman memukul-mukulkan kepala penisnya ke pantat semokku “PLAK…PLAK…PLAK” sambil sesekali ia goser-goserkan ujung penis itu diantara sela pantatku. Sepertinya ia berusaha melumuri sekujur batang penisnya dengan lendir cintaku.
Diletakkannya batang penis itu diantara pangkal pahaku, dan didorongnya perlahan.
“Uuuhhh…ia mas, sodok memek adek mas…terus” ujarku dengan nada panuh nafsu.
Namun ternyata mas Osman tak melakukan hal yang seperti aku inginkan. Ia terus mendorong penis itu maju, namun tak ia masukkan ke lubang vaginaku. Maju dan terus maju. Sampai jika aku lihat dari posisiku berdiri, aku dapat merasakan batang penisnya yang panjang itu tumbuh melalui bawah celah vaginaku. Seperti seorang pria, sekarang aku merasa memiliki penis yang tumbuh dari dalam vaginaku sendiri.
Mas Osman terus saja mendorong batang penisnya maju kedepan sampai pangkal penisnya menyentuh pantatku. Kulihat cermin kamar mandi yang tergantung di disamping kiriku.
“Aku seperti waria” karena jika dilihat dari samping, aku seolah benar-benar memiliki batang penis. Penis itu menonjol sekitar 8 cm, keluar dari pangkal pahaku.
Tak lama, mas Osman mulai menggerakkan pinggulnya maju, mundur, maju, mundur. Ia lakukan gerakan tersebut berulangkali, tepat dibawah bibir kewanitaanku. Sampai batang penisnya terasa cukup licin guna penetrasi ke dalam liang vaginaku.
Walaupun penis itu sama sekali tidak ia masukkan ke liang vaginaku, tapi sentuhan urat-urat yang tumbuh di sekujur batangnya mampu menyentuh klitorisku berulang kali. Membuatku semakin melayang. “Ayo dong mas…Buruan masukin” kataku sambil menengok kebelakang, kearah mas Osman yang hanya tersenyum lebar.
Tangan kirinya yang kasar kembali maju, dan meremas salah satu payudara yang menggelantung bebas. Sedangkan tangan kanannya, melingkar ke samping melewati pinggangku dan mulai menstimulus celah vaginaku dari depan. Diusapnya perlahan. Jari telunjuk dan jari tengahnya mulai ngait-ngait clitorisku, sambil sesekali jemari itu menjepitnya pelan.
“Uhhhhhggg…” kigigit bibir bawahku, seperti menahan gatal vaginaku namun tak juga kunjung digaruk. Vaginaku bener-benar terasa gatal. Cairan cintaku mengalir dengan derasnya “Vaginaku semakin membanjir” batinku.
Wajahku semakin panas dan nafasku semakin memburu. Detak jantungku semakin keras memompa darah nafsu kesekujur tubuhku.
Mas Osman mulai menyusupkan telunjuk dan jari tengahnya yang gemuk kedalam vaginaku. Dengan mudah kedua jari gemuk ia dorong celupkan masuk ke celah vaginaku. Dan ketika ditariknya keluar, jemari gemuk mas Osman sudah benar-benar basah, berkilau cairan vaginaku.
Merasa dipermainkan, aku julurkan kedua tanganku kebelakang “Mas…buruan masukin kontolmu mas” berupaya menggapai batang penis mas Osman. Namun begitu aku dapat menggenggam erat batang itu dan berupaya memasukkan ke lubang vaginaku, mas Osman selalu saja menampiknya.
“Bentar ya sayang…bentar lagi” kata mas Osman sambil berulang kali mengecup punggungku.
Tiba-tiba tangan kanan mas Osman melingkari pinggangku dari samping. Lalu tak lama kemudian, jemari gemuk mas Osman kembali dimasukkan perlahan kedalam vaginaku dan dimainkannya maju mundur. “Pemanasan dulu ya dek” Ujarnya enteng sambil menggapai payudara kiriku yang menggelatung bebas.
Aku hanya bisa melenguh keenakan, merasa “Uhhh…uuuuuhhhh”
Walau hanya ditusuk-tusuk oleh dua jari gemuknya saja, aku merasa orgasmeku mulai Namun seolah sadar aku akan orgasme, mas Osman tiba-tiba menghentikan gerakan kocokannya dan berjongkok dibelakang belahan pantatku. Dua jari gemuk itu sekarang tak lagi tercelup kedalam vaginaku.
“Ughhhh…mas…” desahku, kembali aku dipermainkan.
Dibukanya daging bulat yang menutup lubang anusku lebar-lebar. Tak lama kurasakan hembusan nafas hangat mas Osman menerpa kulit pantatku, lalu kurasakan sesuatu yang lebar, tipis, basah, hangat dan sedikit berambut. “Ini pasti mulut mas Osman” batinku. Lahap, seperti orang yang tak makan 2 hari, mas Osman langsung menyantap hidangan vaginaku
“Hmmm…wangi banget memek kamu dek” gumamnya asyik sambil menghirup dalam-dalam aroma kewanitaanku “Mana bersih banget…putih…tak berjembut…dan keset…ga kayak memek Narti” candanya.
Sedikit rasa bangga kembali aku rasakan “Ouugggghh…mas…ayo mas buruan sodok memek adek mas…”pintaku berulang-ulang. Namun tetap saja tak ia gubris.
Lidah mas Osman bergerak kesana-kemari, menyapu setiap mili kulit liang vaginaku yang telah mengkilat basah akibat lendir cintaku. Aku baru sadar, ternyata, tak hanya penis mas Osman yang memiliki ukuran yang panjang, namun lidahnya, juga jauh lebih panjang daripada orang-orang kebanyakan.
Kasar tekstur lidah mas Osman seolah amplas yang menghaluskan dinding vaginaku, benar-benar geli aku dibuatnya. Terlebih tusukan lidah tajamnya. Semakin membuat cairan vaginaku merayap turun ke pahaku.
“Uuuuggghh…mas…udah donk…ayo”
Kembali, seolah tak memperdulikan gumamanku, mas Osman terus saja menjilat liang vaginaku. Saking buasnya, ia juga menjilat lubang anusku. Sesekali, mas Osman mengkorek-korek jemari tebalnya ke dalam liang vaginaku. seolah sedang mencungkil-cungkil barang dari dalam vaginaku.
“Sempit sekali dek memek kamu” kata mas Osman sambil sesekali menjilat dan menusuk vaginaku.
Merasa nafsuku selalu dipermainkan aku berdiri dan segera berbalik kearahnya.
“Mas…udah ah…kalo maen-maen begini…adek pulang aja kerumah…” kudorong kepalanya yang masih mencoba mengulik vaginaku “NYEBELIN…”
“Hehehehehe…ya udah…yuk”
Mas Osman segera berdiri dan memposisikuan ujung kepala penisnya supaya sejajar dengan liang vaginaku lalu ia meremas kedua sisi pinggangku.
“Siap dek?” tanyanya singkat.
Aku hanya mengangguk pasrah.
“Mas mau masukin kontol mas ke memek…..”Tanpa menunggu kalimatnya selesai, dengan sekali hentakan keras, mas Osman menghujamkannya pantat hitam itu kedepan. Mendorong batang penisnya jauh-jauh, dan membenturkan paha depannya keras-keras dengan pantat semokku. “…..mu” sambungnya.
“Arrrgggghhhh…sakit mas…” teriakku
Mendengar jeritanku, sepertinya semakin membangkitkan gairah bercinta mas Osman. perlahan, batang penis yang sudah terbenam cukup dalam di vaginaku itu ditariknya sampai ujung kepala penisnya. Kemudian, kembali, mas Osman menghentakkan pinggulnya maju. Menghujamkan batang penis raksasanya dalam-dalam keliang vaginaku.
“Ooouuuuugggghhh…sakit mas…pelan-pelan” Kembali, aku merasakan dinding vaginaku begitu penuh sesak menyambut penghuni barunya. Rasanya menohok sampai ke ulu hati.
“Gimana?” Tanya mas Osman dengan nada sombong. Dicabutnya penisnya perlahan dan kembali didorongnya masuk. Maju, mundur, maju, mundur, maju, mundur. Berulang kali mas manto melakukan gerakan yang sama. Mencabut dan menusuk celah vaginaku dengan tajam. Semakin lama semakin cepat, semakin cepat dan semakin cepat.
“Shhhh….enak bangets mas” Ujarku sambil berusaha menjaga payudaraku agar tidak terlalu banyak ikut bergoyang seiring kencangnya sodokan batang penis mas Osman dari belakang “Ssshhh…sodok memek adek mas…sodok yang kencang…terus mas”
Dengan kedua tangan besarnya yang masih memegang erat pinggulku, mas Osman perlahan memasukkan batang penisnya lebih dalam lagi “Hhmmm…mau mas tusuk lebih dalam lagi rupanya”
Kuanggukkan kepalaku dengan yakin “Oooowwwhhh…ya mas…begitu…sodok lebih dalam lagi mas” kusunggingkan senyumku sambil menengok kebelakang, kulihat suami baruku memejamkan mata, seperti sedang menghayati setiap tusukan yang ia lakukan
Dengan satu hentakan tajam “mampus kamu dek” didorongnya seluruh batang raksasanya untuk dapat masuk kedalam vaginaku.
“OOOWWwwwhhh… massshh” erangku lirih “Besar sekali kontolmu mas…sampai mentok banget”
“PLEK” suara tumbukan paha mas Osman dengan pantat semokku. Suara itu terdengar begitu keras dan nyaring. Dapat kurasakan penis itu menyodok keras dinding terdalam mulut vaginaku, bahkan aku rasakan penis itu mampu menyentuh ujung rahimku. Ditambah dengan rasa geli akibat rambut jembut yang tumbuh super lebat di pangkal batangnya, mas Osman selalu mampu menggelitik vagina dan anusku.
Selama hampir 5 detik, mas Osman membenamkan seluruh batang penisnya berada di dalam liang kenikmatanku. Dan selama itupun, dinding vaginaku yang terasa penuh itu dapat merasakan kedutan lembut batang penisnya. Dengan super pelan, ditariknya batang penis itu keluar dari vaginaku.
“Ohhh…Masss” Ketika mas Osman menarik perlahan batang penisnya, aku dapat merasakan, seolah-olah seluruh dinding vaginaku dibajak oleh kepala penisnya. Dan begitupun dengan bibir vaginaku, yang karena saking eratnya mengempot, ikut tertarik keluar seiring cabutan batang penis mas Osman.
Vaginaku membanjir, dan saking banyaknya lendir cintaku, tiap kali mas Osman menyodokkan batang penisnya ke vaginaku, ada busa putih yang keluar dari vaginaku. Busa putih itu mengiringi gerakan nya maju mundur. Semakin cepat ia menggerakkan batangannya, semakin banyak pula busa putih itu dikeluarkan vaginaku. Walhasil, tak sedikit pula cairan dan busa itu yang perlahan mengalir turun ke paha dalamku.
“PLEK” kembali dihentakkannya pinggulku kearah selangkangannya dengan keras, menusuk tajam sampai kembali menyentuh mulut rahimku. Kembali, didiamkannya beberapa saat, ditariknya dengan gerakan super pelan.
“PLEK” kembali kurasakan kenikmatan super sensitive dari dinding liang vaginaku.
”PLEK” Dihentakkan batang penisnya dalam-dalam, dibiarkan sejenak, lalu ditariknya perlahan.
“PLEK” sampai akhirnya
“Oowwhh…Aku keluar mas…Aku udah keluar”
Kelopak mataku melotot, bolamataku berputar keatas dan hanya menampakkan warna putih. Mulutku menganga lebar sampai membentuk huruf “O”. Tubuhku menggelijang dengan hebat dan ambruk kebawah, menghempaskan payudaraku dengan keras keatas kasur.
“Aku udah keluar lagi mas” Tangan dan kepalaku bergidik, bergerak tak terkontrol, mengikuti gelombang kenikmatan yang dipancarkan organ kewanitaanku. Gelombang birahi yang terpuaskan.
“Sama-sama dek” jawab mas Osman seolah aku berkata terima kasih.
Mas Osman mendiamkan batang penisnya dalam-dalam di vaginaku, dan menjatuhkan badan kekarnya kedepan. Meraih payudaraku yang terhimpit tangan, dan bibir bak mandinya serta memelukku dari belakang. Dikecup pundakku sambil sesekali mengusap dan meremas bongkahan empuk payudaraku.
Orgasme, orgasme, dan orgasme. Entah, sudah berapa kali sensasi nikmatnya orgasme aku rasakan di pagi hari ini. Dan hanya dengan batang penis hitam berurat milik mas Osman, aku bisa merasakan sensasi seperti ini, menggelijang-gelijang keenakan.
“Empotan ayammu sungguh dahsyat dek” ujar mas Osman. memang, ketika orgasme, vaginaku selalu berkedut hebat, seolah memiliki system otomatis, mengempot dan mengurut batang penis mas Osman yang telah masih keras terbenam di liang vaginaku. Seolah empotan dan urutan itu adalah imbalan yang setimpal atas kenikmatan yang aku terima. “Kuat banget”
Aku hanya bisa tersenyum.
Kadang aku merasakan ada keanehan pada diriku, biarpun mas Osman hanya melakukan gerakan dengan cara menghentak-hentakkan batang penisnya dengan rentang tempo yang pelan dan sedikit, aku bisa mendapatkan orgasmeku kembali. Mas Osman memang pejantan sejati.
Hal yang tak pernah bisa dilakukan oleh suamiku yang sebenarnya. Walau mas Andri bertindak sebrutal apapun ketika bercinta denganku, sekeras dan sesakit apapun ketika menusuk vaginaku, orgasme yang diberikannya sungguh sangat lain. Tak sehebat dan sedahsyat dengan apa yang aku terima dari mas Osman
Sungguh, keperkasaan penis mas Osman benar-benar membuat jarak dan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan mas
Andri, suamiku. Baik dalam kualitas atau pun kuantitas.
Tak terasa, sudah lebih dari dua menit, kami berdua terdiam dalam posisi bertumpukan seperti ini. Nafasku sudah mereda, dan tubuhku sudah mulai bisa aku control.
“Kamu nggak mau keluar lagi mas?” tanyaku kepada mas Osman yang berlulang kali mengecup pundah dan tengkukku.
Tanpa ditanya dua kali, mas Osman langsung melepas remasan di payudaraku, menegakkan badannya dan mulai menarik batang penisnya.
“Uuuhh…uuhh…uhh” tangan kananku langsung mencengkeram pantat hitam mas Osman. “Pelan-pelan mas… masih sedikit ngilu”
Diremasnya bongkahan pantatku dan dibukanya lebar-lebar kearah samping “Lendir kamu banyak banget dek”
“Iya mas” sambil meringis ngilu, aku coba mengumpulkan kembali sensasi kenikmatan birahku yang mulai meninggi ”Itu emang cirri khas memek aku mas”
“Aneh” Kata mas Osman pelan.
“Kenapa…?”
“Kata banyak orang…kalo wanita punya memek becek kayak punya kamu ini, rasanya seperti diempot nenek-nekek”
“Aaahhh…jadi kamu bilang memek aku kayak memek nenek-nekek…?”
“Bukan gitu dek Lianiku sayaaaaannng” kembali bongkahan pantat putihku dibuka lebar-lebar kesamping “Memek kamu tuh aneh…dia mampu menepis semua anggapan itu”
“Aah…kamu tuh mas” nadaku mulai sewot.
“Bener…baru kali ini aku ngerasain, memek becek yang super legit”
“Uudah ah…kalo nggak mau ngewe ma adek lagi… adek pulang aja” jawabku dengan sengit.
“Sumprit dek…sumprit…aneh banget…walau lendirnya buanyak banget…tapi rasa memek kamu tuh…super ketat…sempit banget dek… mirip memek anak sekolahan”
Kuputar kepalaku dan kutatap wajah mas Osman “Emangnya mas pernah ngerasain memek anak sekolahan…?”
“Kata orang-orang sie” Jawabnya enteng sambil mengembangkan senyum kuda andalannya. Tak lama, mas Osman pun mulai mempercepat sodokan penisnya.
Diusapnya cairan vaginaku yang meleleh turun di pahaku, dibersihkan dengan kedua balah tangannya. “Sumpah…nie lendir kok nggak ada habisnya yak…?” tanyanya heran.
Aku hanya diam, dan semakin menggoyangkan pantatku berlawan arah dengan hentakan pinggul mas Osman.
Tiba-tiba, mas Osman menyentuh area duburku.
“Ngapain mas…?” tanyaku kaget.
“Nggak kok…Nggak ngapa-ngapain” jawabnya. “Pantat kamu bagus banget ya dek…mas baru sadar…putih dan semok ” tambahnya. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan sembari kembali menyodok-nyodok vaginaku dari belakang.
“Oowwhh…terusin mas…sodok memek adek lebih kencang lagi”
Mas Osman kembali mempercepat sodokan tajamnya kevaginaku. Namun, tak lama berselang, kembali kurasakan jemari tangan mas Osman menyentuh area duburku.
“Hmmm…Sepertinya ada yang mau mencoba main kasar nih” batinku ingin tahu.
Kubiarkan saja ibu jari mas Osman memutar-mutari mulut duburku, aku ingin tahu sampai sejauh mana permainan ini akan berjalan.
Perlahan, jemari mas Osman yang pada awalnya malu-malu menyentuh lubang duburku, sekarang mulai sedikit memberanikan diri. Dengan ibu jari tangan kanannya, ia mulai melakukan gerakan melingkar-lingkar. Aku pura-pura tak menyadari hal itu, dan untuk sesaat membiarkan ibu jari tangannya bermain-main di lubang duburku.
Begitu mengetahui aku tak bereaksi sedikitpun ketika jempol mas Osman bermain di lubang duburku, ia bertindak semakin jauh. Tanpa sepengetahuanku, diambilnya busa vaginaku yang terus menerus keluar dari kocokan kelamin kami, lalu diusapkannya ke lubang duburku. Sepertinya mas Osman berusaha membasahi lubang itu supaya licin.
“CLEP” Satu ruas ibu jari mas Osman menusuk masuk ke liang duburku.
“Owwwhhh…” erangku “…Mas”
“Ya dek?”
“Ssshhhh….”
“Kenapa dek?”
“Terusin mas…enak banget” ucapku lirih.
”HAH…TERUSIN…?” kataku dalam hati “Liani…kamu gila…mas Osman tuh ingin melakukan seks anal keliang duburmu…itu adalah suatu tindakan yang bodoh…memangnya kamu nggak sadar…sebesar apa kelamin yang dimiliki suami barumu itu…?”
Aku tak mampu berkata apa-apa lagi. aku hanya menggigit bibir bawahku, mencoba untuk menterjemahkan kenikmatan baru yang kurasakan dari lubang tubuhku yang lain. Kenikmatan asing dari liang duburku. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Merinding, geli, dan sakit. Kurasakan sensasi yang benar-benar berbeda ketika mas Osman mulai menggerakkan ibu jarinya keluar masuk di liang anusku. Terlebih ketika mas Osman juga mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur seiring dengan tusukan ibu jarinya.
Kupejamkan mataku, mencoba tuk merasakan kenikmatan ganda yang kuterima di liang vaginakaku dan lubang duburku. Dua lubang tubuh bawahku disodok oleh dua organ dalam waktu yang bersamaan. Sungguh sensasi yang tak dapat terukirkan dengan kata-kata. Sensasi jorok yang nikmat.
“Dek”
“Hhmmmhh…yah mas?”
“Boleh nggak…?”
“Ouughhh…ssssshhh…apa?”
“Tapi adek jangan marah dulu”
“Iya iya…adek nggak marah”
“Janji?”
“Apaan sie?”
“Janji dulu”
“Iya adek janji ga bakalan marah mas Osmanku sayang… buruan mas Mau apa?”
“Mas pengen …” dihentikannya semua aktifitas yang mas Osman lakukan. Baik sodokan penis besarnya di vaginaku, maupun kelitikan ibujarinya di lubang duburku.
Mas Osman mengecup punggungku dan menarik nafas panjang. Dengan suara lantang dan tegas, ia berujar penuh harap kepadaku. “Mas pengen masukin kontol mas dilubang pantatmu dek”