Jam menunjukan pukul satu dinihari, Zaskia baru saja selesai menunaikan shalat tahajud untuk menghilangkan perasaan galaunya. Sehabis shalat Zaskia merasa sedikit plong, setelah beberapa jam yang lalu ia di landa kegalauan yang sangat menyiksa dirinya.
Selesai shalat tahajud Zaskia menanggalkan mukenanya, dan seperti biasanya di balik mukena tersebut Zaskia hanya memakai dalaman.
Ia menarik nafas perlahan, lalu mengambil sebuah botol plastik berukuran kecil. Diatas tutup botol berwarna biru tersebut terdapat sebuah gambar siluet wanita telanjang, dan tepat di bawahnya ada tulisan perangsang khusus wanita.
Gleekk…
Zaskia menelan air liurnya menatap sayu botol yang ada di tangannya saat ini.
Kemarin siang sebelum ia pulang ke rumahnya Zaskia mampir sebentar ke rumah Julia sahabatnya untuk menagih solusi yang di janjikan Julia, dan siapa sangka kalau Julia malah memberinya obat perangsang berbentuk cairan sebagai solusi yang ia janjikan.
“Astaghfirullah Mbak, ini untuk apa?” Tanya Zaskia saat itu.
“Kalau kamu percaya sama Mbak, kamu pake itu nanti malam…” Jawab Julia.
“Tapi Mbak…”
“Bukannya kamu butuh solusi untuk masalah kamu saat ini? Obat ini akan menjadi solusinya. Percaya sama Mbak, obat ini akan membantu kamu untuk mengambil keputusan ataupun sikap kamu nanti malam terhadap Rayhan.” Julia menatap dalam mata Zaskia, membuat Zaskia sukar untuk menolak solusi yang di berikan Julia.
“…..”
“Mbak yakin, kamu pasti ingin taukan jawaban sebenarnya yang terjadi kemarin malam? Obat ini akan menjadi solusinya Uhkti! Percaya sama Mbak, kamu tidak akan menyesal.” Ucap Julia meyakinkan Zaskia.
“Terimakasih Mbak.” Ucap Zaskia saat itu.
Kembali ke masa sekarang, Zaskia masih mematung sembari membuka tutup obat tersebut. Berbeda dengan beberapa jam yang lalu, kini Zaskia tidak memiliki keraguan sedikitpun, ia meneteskan obat cair tersebut ke dalam gelas minumannya.
Walaupun merasa sedikit rancu dengan pemberian Julia, tapi Zaskia yakin dan percaya kalau apa yang di berikan oleh sahabatnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
Ia segera meminum minumannya hingga tak bersisa. Kemudian ia mengambil daster santai tanpa lengan.
Sembari membaringkan tubuhnya, Zaskia memejamkan matanya. Awalnya obat tersebut tidak menimbulkan efek apapun, tapi setelah lima menit berlalu, barulah Zaskia merasakan efek dari obat yang ia minum. Tiba-tiba tubuhnya menggigil, dan ia merasa sangat gerah padahal cuaca malam ini terasa sejuk.
Semakin lama efek tersebut makin menjadi-jadi, ia merasa bagian sensitif nya seperti kedua putingnya, clitoris, bibir kemaluannya bahkan lobang duburnya terasa ada yang menggelitik, membuatnya makin tak tenang.
Di balik daster yang ia kenakan, tubuh indahnya mulai bercucuran keringat, sementara nafasnya mulai memburu, tersengal-sengal seakan ia baru saja habis maraton.
Zaskia menggigit bibirnya, ia benar-benar tidak tahan dengan efek yang ia dapatkan dari obat yang di berikan Julia kepada dirinya, bahkan ia sampai mengutuk obat pemberian sahabatnya itu yang terasa sangat menyiksa dirinya.
Di saat ia tengah berjuang melawan letupan birahinya, tiba-tiba ia mendengar suara deritan pintu kamarnya.
“Rayhan…” Gumamnya di dalam hati.
Pemuda itu berjalan mendekati Zaskia, dan duduk dengan tenang di sampingnya. Tampak Rayhan melambaikan tangannya untuk memastikan kalau dirinya benar-benar tengah terlelap saat ini.
“Kak!” Panggil Rayhan.
Zaskia bungkam, jangankan menjawab pertanyaan Rayhan, untuk membuka matanya saja terasa sulit.
Karena tidak ada reaksi dari Kakak kandungnya, Rayhan mulai Berani menyentuh wajah cantik Zaskia yang terlihat begitu damai, seakan ia tengah tertidur lelap.
“Kakak cantik sekali.” Puji Rayhan.
Secara tiba-tiba Rayhan mengecup lembut kening Kakaknya. “Ray, kamu ngapain!” Bisik hati Zaskia.
Entah kenapa kecupan Rayhan yang begitu lembut di keningnya membuat Zaskia merasa sedikit berkurang siksaan yang ia terima dari Julia. Tapi sebagai gantinya ia merasakan rasa nikmat yang sulit di gambarkan.
Jemari Rayhan turun menuju kearah gumpalan payudaranya. Adik kandungnya itu dengan jelas meremas-remas payudaranya.
“Sssttt…” Lenguh Zaskia.
Rayhan yang tampak percaya diri begitu berani meremas-remas susu Kakaknya. “Kenyal banget Kak! Aku suka tetek Kakak.” Bisik Rayhan.
“Ya Allah Ray! Istighfar Dek… Aku Kakak kamu.” Jerit Zaskia. Ia ingin sekali mencegah tangan Rayhan yang tengah menjamah buah dadanya, tapi ia seakan kehilangan tenaganya untuk menyingkirkan tangan Rayhan yang tengah leluasa menajamah buah dadanya.
Selain itu remasan telapak tangan Rayhan, entah kenapa bisa mengurangi rasa kesemutan di payudaranya, dan di gantikan dengan rasa nyaman yang membuat Zaskia keheranan dengan reaksi tubuhnya sendiri.
Puas meremas-remas buah dada Kakaknya yang ranum, Rayhan mulai membuka satu persatu kancing daster yang di kenakan Zaskia.
Karena Zaskia tidak memakai beha, alhasil Rayhan langsung menemukan buah dadanya.
“Stop Ray… Istighfar!”
Rayhan mendekatkan kembali bibirnya ke bibir merah Zaskia, lalu dia mengecup mesra bibir Zaskia dengan lembut. “Ehmmpsss… Ehmmpsss… Ehmmpsss…” Rayhan memanggut bibir Kakaknya.
Sementara jemarinya menjamah buah dada Zaskia yang putih bak pualam. Tak lupa kedua jarinya memberi stimulasi ringan di puting payudara Kakaknya.
Perlahan tapi pasti penderitaannya mulai berkurang, dan berganti dengan perasaan yang begitu nyaman. Ia merasa sentuhan Rayhan seakan menyelamatkan dirinya dari siksaan obat yang ia minum beberapa menit yang lalu. Bahkan Zaskia tanpa sadar membuka mulutnya ketika lidah Rayhan menyeruak masuk ke dalam mulutnya.
Ia merasa lidah Rayhan membelit lidahnya, menggelitik bagian atas dinding mulutnya.
“Ya Allah… Uhmmpps… Kenapa ini enak sekali.” Gumam Zaskia. Ia makin hanyut akan ciuman dari Rayhan, Adik kandungnya sendiri.
Beberapa kali ia terpaksa menelan air liur Rayhan, tapi anehnya ia sama sekali tidak merasa jijik.
Perlahan tapi pasti kesadaran Zaskia makin menepis akibat sentuhan nakal jemari Rayhan diatas payudaranya, rasa kesemutan di putingnya sedikit menghilang ketika kedua jari Rayhan memilinnya, di tambah dengan lumatan bibirnya Rayhan yang terasa begitu nikmat dan lembut.
Hampir satu menit lamanya mereka berciuman, hingga nafas Zaskia terdengar semakin berat, barulah Rayhan berhenti melumat bibir Kakaknya.
“Maafin Ray ya Kak! Ray sayang Kakak.” Bisik Rayhan.
Ingin sekali Zaskia menangis tapi ia tak berdaya. “Ini salah… Ini dosa Dek…” Jerit Zaskia, di tengah-tengah ketidak berdayaannya saat ini.
Rayhan beralih kearah buah dada Zaskia, ia menatap nanar gumpalan daging besar yang terlihat montok dan berisi. Perasaan Zaskia makin tidak tenang ketika Rayhan menundukan wajahnya dan mendekatkan mulutnya di puting Zaskia yang terasa kaku.
Lidah Rayhan terjulur menyapu aurola merah muda Zaskia, hingga menyentuh ujung putingnya.
“Oughkk…” Jerit Zaskia.
Rayhan sempat terhenyak mendengar jeritan Kakaknya, begitu juga dengan Zaskia. Seingatnya beberapa menit yang lalu ia tidak bisa mengeluarkan suaranya, jangankan bersuara, menggerakan mulutnya saja tidak bisa.
Kembali Rayhan memastikan kalau Zaskia masih dalam keadaan terlelap.
Ingin rasanya Zaskia melabrak Adiknya yang sudah sangat kurang ajar itu. Tapi anehnya lagi-lagi ia tak bisa bersuara, membuat Zaskia merasa heran.
Setelah Rayhan meyakini kalau kondisi masih aman, pemuda itu kembali menjamah buah dada Kakak kandungnya. Ia menghisap-hisap puting Kakaknya, menjilatinya layaknya tengah menjilati es cream.
“Stop… Dek! Aaahkk… Kakak gak kuat… Jangan di teruskan sayang.” Jerit frustasi Zaskia.
Sembari mencucupi payudara Zaskia secara bergantian, tangan kanan Rayhan turun kebawah menarik perlahan daster yang di kenakan Zaskia, hingga tampak sepasang kaki jenjangnya yang putih mulus.
Zaskia makin panik di tengah-tengah ketidak berdayaannya ketika melihat Rayhan berpindah posisi di dekat pahanya.
“Jangan Dek… Ya Allah… Jangan lihat Dek.” Andai Rayhan melihat wajah Zaskia saat ini, mungkin ia bisa mendapatkan wajah Zaskia yang saat ini tengah merona merah menahan rasa malu.
Telapak tangan Rayhan membelai betis mulus Kakaknya, sembari menyingkap sedikit demi sedikit bagian bawah daster yang di kenakan Zaskia. Jujur Zaskia merasa sangat panik, ketika daster itu terangkat semakin tinggi hingga tampak celana dalamnya yang berwarna ungu.
Rayhan berhenti sebentar sembari menatap nanar kearah gundukan memek Zaskia.
Ingin rasanya Zaskia menarik kembali dasternya kebawah, menyembunyikan selangkangannya dari tatapan nanar sang Adik, tapi sayangnya ia tak bisa menggerakan tubuhnya sehingga hanya bisa menahan rasa malu ketika menyadari kalau Adiknya tengah menikmati keindahan selangkangannya yang masih di balut celana dalam.
“Indah sekali Kak!” Puji Rayhan.
Pemuda itu mendekatkan wajahnya dan mulai mengendus aroma memek Zaskia.
“Enggkk… Aahk…” Lagi Zaskia mendesah.
Tapi kali ini Rayhan tidak terkejut seperti sebelumnya, karena ia pikir desahan Zaskia karena respon alam bawah sadar Kakak kandungnya.
Jemari Rayhan membelai paha mulus Zaskia, membuat bulu kuduk Zaskia terasa berdiri, dan nafasnya seakan tercekat sangking terangsangnya Zaskia. Tapi di sisi lain, Zaskia merasa kalau rasa yang tak nyaman ia dapatkan setelah meminum obat pemberian Julia, kini berganti dengan rasa nyaman yang membuatnya seakan melayang.
Ini gila… Ini benar-benar gila… Itulah kalimat yang bisa di gambarkan Zaskia saat ini.
Di sisi lain ia sangat marah atas perbuatan cabul Adiknya, tapi di sisi lainnya ia merasa Rayhan sangat membantunya untuk mengurangi siksaan dari obat perangsang yang ia minum beberapa menit yang lalu.
Kondisi tersebut membuat Zaskia dilema, antara ingin Adiknya terus menyentuh dirinya, dan rasa malu yang luar biasa ia rasakan saat ini.
“Wangi… Aku suka memek Kakak.” Lirih Rayhan.
Entah kenapa mendengar pujian Rayhan, membuat Zaskia makin tersipu malu. “Aahkkk… Dek! Ughkk… Kamu membuat Kakak malu sayang.” Bisik hati Zaskia.
Ia benar-benar tak berdaya saat merasakan sapuan lidah Rayhan di paha mulusnya. Hingga akhirnya lidah Rayhan berhenti di tengah-tengah celana dalamnya. Walaupun masih terlindungi oleh pakaian dalam, lidah Rayhan masih begitu terasa bagi Zaskia.
Sentuhan-sentuhan yang di berikan Rayhan, akhirnya membuat Zaskia benar-benar takluk. Ia menginginkan Rayhan terus menjelajahi selangkangannya dengan lidah adiknya.
“Aahkk… Enggkk… Aahkk…” Desah Zaskia.
Tanpa sadar kedua kaki mulusnya menjepit kepala Rayhan, seakan ia tak ingin Rayhan berhenti.
Setelah beberapa menit Rayhan menjilati memeknya yang masih di lapisi celana dalam, akhirnya Zaskia benar-benar menyerah. Ia merasakan ledakan dahsyat di dalam memeknya, seiring dengan cairan bening yang mengucur deras tanpa bisa ia tahan lagi.
Seeeeeeeeeeeerrrrrrrr…
“Ya Allah… Aku pipis.” Jerit Zaskia.
Orgasme barusan memang membuat tubuh Zaskia seakan kehabisan tenaga, tetapi efek dari orgasme tersebut membuat tubuh Zaskia rasanya lebih enteng.
Nafasnya yang memburu perlahan mulai teratur. Siksaan-siksaan akibat obat perangsang yang ia minum seakan hilang tanpa jejak, berbarengan dengan rasa nikmat yang luar bisa ketika ia orgasme barusan.
Tubuh Zaskia yang tadi tampak begitu tegang, kini terlihat lebih rileks.
“Manis, lendir Kakak enak.” Gumam Rayhan.
Ia mengangkat wajahnya keluar dari selangkangan Zaskia dengan wajah yang tampak basah dan lengket. Tapi wajah Rayhan tampak terlihat sangat senang.
Sebenarnya Rayhan ingin sekali menelanjangi Kakaknya seperti yang ia lakukan kemarin malam, hanya saja ia takut kalau terlalu jauh melakukan aksinya bisa membuat Zaskia terbangun dari tidurnya. Sehingga Rayhan memutuskan untuk sampai di sini saja, demi keselamatan nya.
Setelah mengancingkan kembali daster Zaskia, Rayhan kembali mengecup pipi Kakak kandungnya. “Maaf ya Kak! Rayhan khilaf.” Lirih Rayhan.
Zaskia yang sebenarnya sudah bisa berbicara malah memilih diam. Padahal dia bisa saja langsung melabrak adiknya, tapi entah kenapa ia merasa lebih baik tetap berpura-pura tidur daripada melabrak Adiknya.
Selepas kepergian Rayhan, Zaskia memeluk erat bantal gulingnya. Ingin rasanya ia menangis dan menyesali apa yang barusan terjadi, tetapi ia terlalu lelah untuk melakukannya setelah ia di buat orgasme. Hingga akhirnya Zaskia dapat tertidur dengan lelap.
*****
Pagi hari di ponpes Al-Tauhid, tampak para santri yang tengah bersantai di depan kelas, mendadak berhamburan masuk ke kelas mereka setelah melihat dari kejauhan Ustadza Kartika menuju kelas mereka.
Seperti biasanya, setelah membaca doa bersama, Ustadza Kartika mulai mengabsen satu persatu nama muridnya.
“Aurel kemana ya?” Tanya Aziza.
Adinda menggelengkan kepalanya. “Perasaan tadi waktu aku mau ke kelas, sempat lihat dia sudah pake seragam.” Ujar Adinda setengah berbisik.
“Apa mungkin dia terlambat?” Tebak Asyifa.
“Kayaknya! Diakan gak pernah bolos.” Ucap Adinda, Aziza dan Asyifa manggut-manggut.
Sementara itu di saat para santri tengah sibuk dengan kegiatan ngajar mengajar, tampak di sebuah gubuk sepi yang berada cukup jauh dari gedung kelas mereka tampak ada sepasang kekasih yang tengah mengadu kasih.
Mereka adalah Aurel, gadis cantik yang selama ini tidak pernah bolos walaupun sakit sekalipun, dan kali ini secara mengejutkan ia memilih untuk bolos hanya karena ingin bertemu kekasihnya yang bernama Dedi. Rasa cintanya benar-benar mengalahkan akal sehatnya.
Aurel duduk di pangkuan Dedi, sembari sesekali membiarkan kekasihnya itu melumat bibir merahnya.
“Kamu cantik sekali sayang!” Puji Dedi.
Aurel tersipu malu mendengarnya. “Bisa aja kamu sayang! Jadi makin cinta.” Ujar Aurel, sembari melingkarkan tangannya di leher Dedi.
“Hehehe… Gombal.”
Aurel hanya tersenyum manis ketika telapak tangan Dedi mulai menjamah buah dadanya. Bahkan ia membiarkan sang kekasih mempreteli kancing kemeja batik berwarna hijau yang ia kenakan saat ini.
Mata indah Aurel tampak terpejam, ketika Dedi menyingkap cup bra-nya keatas, dan menjamah buah dadanya dengan seksama.
“Sssttt… Aahkk…” Desis Aurel.
“Tetek kamu besar, aku suka…” Ungkap Dedi, setengah berbisik di telinga Aurel.
Pemuda itu sangat pintar untuk membuat sang bidadari tersipu malu. Rayuan mautnya membuat sang bidadari tanpa sayap itu kian bertekuk lutut di hadapannya.
Dengan suka rela, Aurel membantu Dedi untuk menanggalkan seluruh pakaiannya hingga ia telanjang bulat, memamerkan sepasang buah dadanya yang tengah ranum-ranumnya, dan sebuah bukit kecil yang tampak menggoda tepat di bawah perutnya.
Tidak sampai di situ saja, Aurel juga membantu Dedi untuk melepaskan pakaian pemuda berengsek itu, hingga mereka sama-sama telanjang bulat.
Perhatian pertama Aurel tertuju kearah kontol Dedi yang telah berdiri tegak dan keras seperti kayu jati.
“Aku suka.” Gumam Aurel.
Jemari halusnya membelai batang kemaluan Dedi dengan seksama. “Ssstt… Enak sayang! Aahkk…” Dedi mendesis nikmat merasakan sentuhan telapak tangan sang bidadari.
Sedikit menjulurkan lidahnya Aurel menyapu kepala kontol Dedi yang berbentuk jamur, ia mengusap bersih cairan bening yang sedikit keluar dari lobang kencing kontol Dedi, lalu kemudian ia melahap ataupun memakan kontol Dedi dengan sangat rakus.
Sluuuppss… Sluuuppss… Sluuuppss…
“Aahkk… Yes… Aahkk…” Jerit Dedi.
Aurel semakin bersemangat memaju mundurkan kepalanya menghisap-hisap batang kemaluan Dedi.
Tidak hanya sekedar menggunakan mulutnya, sesekali Aurel juga menggunakan kedua payudaranya untuk menjepit dan mengocok kontol Dedi, alhasil membuat sang pejantan terengah-engah.
“Sayaaaang… Aku keluar!” Jerit parau Dedi, menandakan kalau dirinya sudah berada di tepian puncaknya.
Croooottss… Croooottss… Croooottss…
Dedi menembakan spermanya tepat mengenai wajah cantik Aurel yang kini berlepotan sperma Dedi. Tapi anehnya sang bidadari malah tampak senang.
Dengan penuh kepasrahan Aurel menurut saja ketika Dedi membaringkannya diatas bale-bale bambu yang ada di dalam gubuk. Dengan kedua kaki mengangkang Aurel memamerkan keindahan kemaluannya di hadapan pria yang bukan mahram nya.
Sruuupss…
“Oughkk…” Jerit Aurel ketika Dedi mulai menjilati memeknya.
Kedua tangan Dedi mencengkram kedua paha Aurel sembari menjilati memek Aurel yang tampak sudah sangat basah dan licin lagi.
Naik turun, naik turun, naik turun, lidah Dedi bergerak menyapu bibir kemaluan Aurel, gadis cantik yang terperdaya oleh bujuk rayunya. Sesekali ia menusuk-nusuk lobang memek Aurel dengan ujung lidahnya, membuat sang Uhkti makin tak kuasa menahan gejolak birahi di dalam dirinya.
“Ampun… Aahkk… Enak!” Racau Aurel.
Kedua paha mulusnya menjepit erat kepala Dedi yang tengah tenggelam di selangkangannya.
Ketika Aurel nyaris mencapai puncaknya Dedi malah berhenti merangsang memeknya yang sudah tak karuan lagi sangking banyaknya cairan cintanya yang membanjir. Ia sedikit kecewa saat menatap mata Dedi.
Pemuda itu tersenyum, sembari memposisikan tubuhnya diantara kedua kaki jenjang Aurel. “Kamu sudah siap sayang?” Goda Dedi.
“Iya, masukan sekarang.” Melas Aurel.
Dedi menubruk kontolnya kearah bibir kemaluan Aurel yang tampak sudah sangat basah. “Bleeess…” Dengan satu hentakan kasar kontol Dedi bersemayam di dalam lobang memek Aurel.
“Oughkk…” Jerit Aurel.
Dengan gerakan perlahan Dedi menggerakan pinggulnya maju mundur, maju mundur, dan maju mundur berulang kali hingga membuat tubuh Aurel yang mulai bermandikan keringat tampak melejat-lejat keenakan merasakan tusukan kontol Dedi di dalam memeknya.
Sembari memompa memek Aurel Dedi kembali menjamah buah dada Aurel, jemarinya bermain-main dengan puting Aurel yang tampak kaku.
Ploooookkss… Ploooookkss… Ploooookkss…
“Sayaaaang… Aahkk… Aku mau sampe! Aku mau sampe….” Jerit Aurel tertahan.
Kedua kakinya melingkar di pinggang Dedi ketika ia merasakan sudah berada di ujung puncak kenikmatan yang siap memporak porandakan imannya.
“Bareng sayang.” Eram Dedi.
Rahang Dedi mengeras seiring dengan kocokan kontolnya yang semakin cepat, lebih cepat dan makin cepat lagi, hingga akhirnya spermanya meledak di dalam rahim Aurel yang kemudian di susul oleh Aurel.
Tubuh Dedi ambruk diatas tubuh Aurel, sementara Aurel memeluk tubuh Dedi dengan nafas yang terengah-engah.
Sekitar sepuluh menit mereka berdiam diri mengatur nafas mereka yang perlahan mulai tenang. Dedi mencabut kontolnya, dan tampak lelehan spermanya mengalir dari sela-sela liang surgawi Aurel.
Ia berjalan perlahan menuju tas sekolahnya, mengambil seutas kain dan lakban. Kemudian kembali menghampiri Aurel yang masih terlentang dalam keadaan telanjang.
“Buat apa itu sayang?” Tanya Aurel heran.
Dedi tersenyum penuh arti. “Biar makin seru.” Ucap Dedi.
“Ada-ada aja kamu sayang.”
Dedi menarik kedua tangan Aurel lalu melakban kedua tangan Aurel dan ia letakkan diatas kepala Aurel, kemudian Dedi melakban diantara betis dan paha Aurel hingga menempel, agar tetap tertekuk. Setelah kedua kakinya di lakban, Dedi menutup mata kekasihnya itu dengan kain slayer.
“Ya ampun sayang.” Heran Aurel.
Dedi membelai kepala Aurel. “Ini sangat menyenangkan, kamu pasti suka.” Bisik Dedi.
“Ya, sepertinya begitu.” Ucap Aurel semangat.
Hampir sekitar dua menit Aurel tidak merasakan kehadiran Dedi, dan tidak lama kemudian bale-bale tempat ia berbaring sedikit bergerak, bertanda kalau Dedi sudah kembali naik keatas bale-bale.
Aurel menggigit bibirnya ketika ia merasakan benda tumpul itu kembali menggesek-gesek bibir kemaluannya yang semakin basah karena sperma Dedi sebelumnya.
“Auww…” Jerit Aurel saat merasakan benda tumpul itu menerobos masuk ke dalam memeknya.
Sang pejantan mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur menyodok memek Aurel yang terasa hangat dan menjepit itu. Sementara Aurel sendiri mulai hanyut akan kenikmatan yang di berikan oleh sang pejantan terhadap kemaluannya.
Sedikit aneh! Mungkin itu yang di rasakan Aurel ketika sang pejantan semakin dalam menyodok memeknya.
Ia merasa kontol Dedi tidak sepanjang sebelumnya, mungkin ia pikir karena Dedi baru saja orgasme, sehingga ereksinya kurang maksimal.
Ploooookkss… Ploooookkss… Ploooookkss…
“Ehmm… Sayang enak!” Rintih Aurel.
Tubuhnya yang terikat membuatnya tak berdaya, tapi anehnya kondisi tersebut malah semakin membakar birahi sang betina. Sepertinya apa yang di katakan Dedi memang benar, melakukan hubungan intim dalam kondisi tak berdaya jauh lebih nikmat.
Hentakan-hentakan kontol sang pejantan terasa semakin keras, dan terasa makin keras ketika sang pejantan memeluk erat lututnya sehingga kontol sang pejantan terdorong semakin dalam ke dalam memek Aurel.
Kepala Aurel terbanting ke kiri dan kanan, ia merasa sudah hampir sampai.
“Aku keluaaar… Aku keluaaar…” Jerit Aurel tak tenang.
Tiba-tiba penutup matanya di buka pada saat bersamaan ia orgasme, Aurel baru sadar kalau pria yang tengah menggagahinya saat ini bukanlah kekasihnya Dedi, melainkan teman kekasihnya Efran yang tengah menyeringai menyodok-nyodok memeknya.
Aurel tidak sempat protes ketika badai orgasme keburu menggulung kesadarannya. Tubuhnya bergetar, seiring keluarnya cairan cintanya.
“Enak ya Lonte? Hahaha…” Ujar seorang wanita.
Aurel yang semakin lemas karena orgasme keduanya berusaha melihat ke belakang kepalanya. Ia melihat Tiwi tengah menyeringai sembari memegangi kedua tangannya agar tidak bisa berontak.
Kepanikan melanda Aurel ketika ia menyadari kalau saat ini ia di kelilingi oleh beberapa santri dan santriwati, salah satunya adalah kekasihnya sendiri.
“Lepaskan… Ada apa ini?” Ujar Aurel bingung.
Ia berusaha memberontak tapi tak bisa berbuat banyak karena Tiwi memegangi tangannya yang terikat, sementara di bawah sana Efran tanpa henti menyodok-nyodok memek Aurel yang terasa semakin menjepit.
Kepanikan Aurel semakin bertambah ketika melihat Ratu merekam adegan tak senonoh yang di lakukan olehnya bersama Efran.
Dan yang membuat Aurel merasa sangat sedih adalah ketika ia melihat kekasihnya tengah bersama seorang santriwati bernama Clara, Anak dari Haja Laras dan KH Umar, pemilik yayasan pondok pesantren Al-Tauhid.
“Oughkk… Gue keluar.” Jerit Efran.
Croooottss… Croooottss… Croooottss…
Aurel hanya dapat menangis ketika merasakan sperma Efran bersemayam di dalam rahimnya.
Sejenak suasana mendadak hening ketika Efran mencabut kontolnya dari dalam memek Aurel. Yang terdengar hanyalah isak tangis Aurel yang tidak menyangkah kalau kekasihnya akan menjebak dirinya. Ia sungguh sangat menyesal karena tidak pernah mau mendengar nasehat sahabatnya.
Clara berdiri dari pangkuan Dedi, ia berjalan mendekati Aurel yang masih terbaring lemas.
“Cih… Dasar pecun!” Umpat Clara.
Aurel menatap pilu kearah Clara. “Hiks… Hiks… Hiks… Kenapa? Kenapa?” Jerit pilu Aurel, ia benar-benar tidak menyangkah kalau nasibnya akan menjadi seperti ini.
“Gue udah bilang jangan dekati Dedi, dan Lo… Gak mau dengar.” Kecam Clara.
“Sayang!” Aurel menatap Dedi.
“Maaf Rel! Hehehe…” Dedi menggaruk-garuk kepalanya. “Gue gak berani ngelawan Nyonya besar.” Jawab Dedi, membuat Aurel sangat marah.
“Anjing… Bangsaaaat… Hiks… Hiks…” Tangis Aurel semakin pecah.
Clara melipat kedua tangannya diatas dada. “Sudah cukup basa-basinya.” Ujar Clara menatap sinis kearah Aurel yang ia anggap sudah berani mendekati kekasihnya. “Sekarang Lo harus terima akibat dari perbuatannya elo sendiri. Kalian berempat silakan bersenang-senang sama pelacur ini.” Ujar Clara sembari tertawa puas.
Aurel yang dalam keadaan tidak berdaya berusaha memberontak sekuat tenaga, tapi hasilnya percuma saja ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ia menatap kearah kekasihnya Dedi dan berharap kalau pria itu mau menolongnya, tapi yang terjadi Dedi malah berpaling dan berciuman bibir dengan Clara. Sakit… Sungguh sakit sekali rasanya melihat seseorang yang kita cintainya malah tega mengkhianati cinta kita.
“Lepaskan ikatannya!” Suruh Clara. “Biar makin seruh! Hahaha…”
“Jahat kamu sayang! Tapi aku suka.” Ucap Dedi.
Tiwi segera melepas ikatannya selagi Boy, Gio dan Ferdi melepas celana mereka. Tubuh Aurel makin gemetar ketika matanya menatap ketiga kontol mereka di tambah kontol Efran yang baru saja menzinahinya.
Tepat setelah Tiwi melepas lakban di kedua kakinya, Aurel segera beranjak hendak melarikan diri. Ia tidak Sudi kalau harus menyerahkan tubuhnya untuk di gilir begitu saja, ia lebih memilih kabur dalam keadaan telanjang bulat dari pada harus menyerahkan tubuhnya kepada mereka.
Bagaimanapun caranya dan apapun resikonya Aurel akan berusaha agar bisa lepas dari cengkraman Clara dan teman-temannya.
Sedikit lagi… Sedikit lagi… Sedikit lagi…
Tapi tiba-tiba di depan keluar masuk gubuk, Efran dan Boy memblokir satu-satunya celah bagi Aurel agar bisa kabur dari cengkraman mereka. Dengan sisa tenaga yang ada Aurel berusaha memberontak melawan mereka berdua yang tengah menahan tubuhnya.
“Mau kemana Lo? Hehehe…” Ledek Boy.
Aurel yang dalam keadaan telanjang bulat hanya bisa pasrah menerima pelecehan dari mereka berdua. “Tolong lepaskan saya… Lepaskan…” Jerit frustasi Aurel, yang membuat mereka berdua tertawa.
Efran memutar tubuh Aurel hingga menghadap kearah Clara yang sudah setengah telanjang bulat. “Akan kita lepaskan, tapi nanti setelah kita puas bermain-main sama Lo. Hahaha…”
“Bangsat anjing… Toloooong…”
“Angkat bro!” Suruh Gio.
Kedua tangan Efran dan Boy mengangkat tubuh dan kedua kaki Aurel, lalu mereka membentangkannya di hadapan Gio, Ferdi, Tiwi dan Ratu yang tengah merekam pelecehan yang di alami Aurel saat ini. Gadis muda itu menjerit, ia merasa sangat di permalukan oleh mereka.
Ratu dengan sigap merekam kemaluan Aurel yang terbuka lebar, membuat Aurel makin histeris.
“Anjiiiiiing… Lepasiiiinn…” Teriak Aurel sampai suaranya habis.
Gio mendekat kearah kedua kaki Aurel, ia menatap Aurel dengan aura yang mengancam. Aurel menggelengkan kepalanya, saat melihat Gio mengarahkan kontolnya di depan selangkangannya.
“Tidak… Tidak… Jangaaaaan… Oughkk…”
Kedua paha Aurel mendadak kaku ketika kontol Gio menyeruduk paksa lobang memek Aurel. Wajah Gio tampak begitu bahagia karena akhirnya ia bisa mencicipi memek Aurel, salah satu anak berprestasi di sekolah. Kedua tangan Gio memegangi pinggul Aurel.
Dengan air mata berurai Aurel sangat marah, benci, dan rasanya ingin sekali membunuh mereka semua, terutama kekasihnya Dedi yang telah menjebaknya.
Ploooookkss… Ploooookkss… Ploooookkss…
“Shiit… Enak banget.” Racau Gio.
Aurel menggigit bibirnya, merasakan setiap hentakan kontol Gio di dalam memeknya.
Tiwi yang menganggur meremas-remas kedua payudara Aurel, ia mencoba merangsang Aurel agar wanita yang dulunya alim itu bisa menikmati pemerkosaan yang tengah di alaminya saat ini.
“Aahkk… Hentikan! Eenghkk…” Lenguh Aurel.
Semakin lama gadis cantik itu makin panik, ketika ia mulai merasakan rasa nikmat yang tidak ia inginkan dari pemerkosanya saat ini. Aurel sendiri tidak habis pikir dengan tubuhnya yang malah merespon pelecehan yang ia alami.
Sekuat tenaga Aurel mencoba melawan perasaan tersebut, sudah cukup baginya di lecehkan oleh mereka, ia tidak ingin kalau dirinya ikut melecehkan harga dirinya sendiri.
Sepuluh menit, Aurel di buat tersiksa oleh sodokan-sodokan kontol Gio di dalam memeknya. Dan selama itu juga ia mampu bertahan dari rangsangan yang bertubi-tubi menerpa tubuhnya saat ini. Hingga akhirnya Gio mengakhiri penderitaan Aurel dengan menembakan spermanya ke dalam rahim Aurel.
“Anjing! Enaaaak…” Desah Gio.
Croooottss… Croooottss… Croooottss…
Gio menekan sedalam mungkin kontolnya, membiarkan spermanya bersemayam di dalam rahim Aurel.
Efran dan Boy tersenyum sumringah, dengan perlahan ia melepaskan tubuh Aurel yang langsung meringkuk di lantai beralaskan tanah. Ia hanya bisa menangis, menangisi nasibnya yang begitu tragis.
Untuk pertama kalinya di dalam hidupnya, Aurel merasa begitu kotor. Kini tidak hanya Dedi yang pernah menodainya, tapi juga kedua sahabat Dedi juga telah menikmati tubuhnya.
Boy menarik pantat Aurel hingga gadis cantik itu menungging. Di sisa-sisa tenaganya Aurel masih berusaha memohon agar mereka mau berhenti, tapi usahanya sia-sia saja karena Boy tentu tidak akan melepaskan Aurel sebelum membenamkan benihnya di dalam rahim Aurel.
“Toloooong…” Melas Aurel.
Boy meremas bongkahan pantat Aurel. “Percuma kamu nangis! Mending kamu nikmati saja.” Saran Boy sembari menyibak rambut Aurel.
“Hiks… Hiks… Hiks…”
Boy menekan pantatnya dan membenamkan kontolnya ke dalam memek Aurel.
Lagi Aurel merasakan sengatan di dalam memeknya. Walaupun hatinya menolak, tapi harus di akui kalau tubuhnya semakin menikmati setiap kontol yang masuk ke dalam memeknya. Menggaruk-garuk memeknya yang terasa kian gatal dan nikmat.
“Hisap kontol gue.” Suruh Efran.
Pemuda itu menyodorkan kontolnya di depan wajah Aurel yang sempat menolak. Tapi ia lagi-lagi tidak berdaya ketika di paksa menghisap kontol Efran.
Ingin rasanya Aurel menggigit kontol Efran yang sebelumnya telah menodai dirinya, tapi ia takut kalau pemuda itu kalap dan malah semakin menyiksa dirinya. Sehingga di dalam kepasrahan nya Aurel hanya menerima saja ketika kontol busuk itu memompa mulutnya dengan sangat kasar hingga ia nyaris tersedak.
Ketika Aurel tengah berjuang mengulum kontol Efran yang membuatnya nyaris muntah, Boy dengan kurang ajarnya malah semakin gencar menggenjot memek Aurel dari belakang, sembari menampar pantatnya.
“Gurih coy…” Ledek Boy.
Aurel memejamkan matanya rasanya ia ingin mati saja. “Ehmmpsss… Hookss… Hookss… Hookss…” Rintih Aurel tak berdaya.
“Nikmatin saja Rel! Nanti Lo juga bakal ketagihan.” Ucap Ratu.
“Benar sayang! Dari pada kamu tersiksa.” Tambah Dedi.
Aurel menatap marah kearah Dedi yang tengah menggenjot Clara dari belakang.
Nikmati? Tidak… Tidak… Tidak…
Aurel menjerit di dalam hatinya ketika ia merasa kalau memeknya semakin kuat berkedut-kedut. Hingga akhirnya iapun menyerah dan melepaskan orgasmenya. Saat Boy mencabut kontolnya, tampak cairan memek Aurel menyembur deras.
Belum hilang rasa nikmat orgasme yang di dapatkan Aurel, tiba-tiba Boy menarik tubuh Aurel dan meminta gadis malang itu untuk mendudukinya.
Aurel yang merasa sudah tidak ada gunanya lagi melawan dengan sangat terpaksa menuntun kontol Boy untuk kembali bersarang di dalam lobang memeknya. “Bleeess…” Dengan satu tekanan kontol Boy kembali amblas ke dalam memek Aurel.
“Gue punya usul, dari pada satu lobang rame-rame, gimana kalau tiga lobang rame-rame?” Tanya Boy kepada yang lainnya.
“Sepakat.” Seru mereka, menyetujui usul Boy sembari tertawa-tawa.
Ferdi beralih kebelakang Aurel, kemudian ia meludahi lobang anusnya. Kengerian kembali melanda Aurel, membayangkan kalau dirinya akan di sandwich beramai-ramai oleh mereka.
“Jangan… Jangan di situ.” Desah Aurel ketakutan.
Tetapi seperti yang di duga Aurel, Ferdi tidak mungkin mendengarkan permohonannya. Wanita yang di cintai Azril itu tampak memejamkan matanya ketika merasakan benda asing menempel di lobang anusnya, sementara yang lain bersorak kegirangan dan memuji ide Boy.
“Aaarrgkk…” Aurel mengerang ketika kontol Ferdi melesat masuk ke dalam lobang anusnya.
Mata Aurel membelalak, kedua telapak tangannya mencengkram kuat pundak Boy dan menancapkan kuku jarinya di sana. Kedua paha Aurel bergetar hebat menahan rasa sakit yang teramat sangat, bahkan air matanya kembali menetes sanking sakitnya.
“Aaahkk… Sakiiit… Jangan… Ku mohon.” Erang Aurel tanpa daya ketika akhirnya kontol Ferdi menembus lobang anusnya yang masih perawan.
Disaat Aurel mengerang menahan rasa sakit di lobang duburnya, Efran mengambil kesempatan untuk membenamkan kembali kontolnya ke dalam mulutnya, membungkam suara erangan Aurel.
Kini tubuh Aurel bukan lagi miliknya, di jarah habis-habisan oleh mereka bertiga. Sementara Ratu tampak tertawa-tawa sembari merekam selangkangan Aurel yang di jejali oleh dua batang kontol sekaligus. Dan rasa sakit itu semakin tak tertahankan ketika dua kontol itu mulai menyodok-nyodok memek dan anusnya.
Setelah mencoba bertahan cukup lama, akhirnya penderitaan itu sedikit berkurang. Dan ketika rasa sakit itu mereda, Aurel kembali harus melayang dalam kenikmatan.
Hanya beberapa menit dalam posisi ini, Aurel kembali orgasme, tapi ia tidak bisa bergerak bebas untuk mengekspresikan orgasmenya, karena terpaku oleh ketiga kontol yang memenuhi ketiga lobangnya.
Dalam keadaan orgasme, mereka bertiga tanpa henti menyodok-nyodok ketiga lobang Aurel. Alhasil Aurel kian tersiksa karena orgasmenya yang tak kunjung reda, hingga akhirnya ia mengalami squirt, tubuhnya melejang-lejang hebat, dan cairan cintanya terus mengucur deras susul menyusul selama dua menit lebih.
Efran membelai kembali rambut Aurel, sementara Ferdi meremas-remas payudara Aurel dari belakang.
Mau tidak mau Aurel harus mengakui kalau kenikmatan yang ia dapatkan begitu dahsyat, bahkan jauh lebih nikmat ketimbang dirinya di genjot oleh Dedi seorang. Kondisi tersebut membuat Aurel kian pasrah berada di dalam cengkraman mereka bertiga.
Entah kenapa ia kehilangan semangat untuk melawan, dan lebih memilih pasrah melayani mereka dan menikmati apa yang terjadi saat ini.
Hingga akhirnya tubuh Boy bergetar hebat, seiring semakin kerasnya Boy menghujami memek Aurel dari bawah. Croooottss… Croooottss… Croooottss… Semburan hangat sperma kembali mengisi rahim Aurel, berbarengan dengan orgasme Aurel.
Aurel yang sudah sangat kelelahan ambruk diatas tubuh Boy, untunglah Efran dan Ferdi sedikit pengertian, sehingga mereka mencabut kontol mereka, memberi waktu Aurel untuk berisitirahat sejenak.
Sejenak mereka membiarkan Aurel beristirahat, setelah secara bertubi-tubi ia di buat orgasme oleh mereka berempat. Ceritasex.site
Dengan tatapan mata yang sayu Aurel melihat kearah Tiwi yang saat ini tengah di setubuhi oleh Gio dari belakang, sementara di samping Tiwi, Ratu tengah berlutut di depan Boy, sembari menghisap kontol Boy yang baru saja bersarang di dalam memeknya.
Clara… Ya, anak dari Ustadza Laras itu tengah terlentang dengan nafas memburu. Tampaknya Dedi baru saja selesai menggarap tubuh Clara. Tiba-tiba Efran menghampiri Clara dan meminta gadis yang masih mengenakan jilbab itu untuk mengoral kontolnya.
Melihat pesta sex yang ada di hadapannya, membuat birahi Aurel kembali bergejolak. Entah kenapa ia kembali ingin merasakan kontol di dalam memeknya.
“Rel…” Panggil Ferdi.
Aurel mengangguk lemah. “Sekarang saja.” Bisik Aurel, entah setan apa yang mendorongnya, hingga meminta Ferdi untuk segera mengeksekusi dirinya.
“Siap…” Girang Ferdi.
Ia memeluk tubuh Aurel dengan posisi menyamping, sembari mendekatkan kontolnya di bibir kemaluan Aurel yang berantakan.
“Ssstt….” Desis Aurel saat kontol Ferdi menyeruak masuk ke dalam memeknya.
Dengan gerakan perlahan Ferdi mulai memompa kontolnya di dalam memek Aurel. “Enak banget… Rel! Aahkk… Ssstt….” Desah Ferdi.
Sembari menyodok memek Aurel, tangan kanan Ferdi meraih buah dada Aurel, ia meremas-remas buah dada Aurel sembari menyetubuhi Aurel yang tampaknya sudah sangat pasrah dan menikmati setiap hentakan kontol Ferdi di dalam lobang memeknya.
Aurel meraih tangan Ferdi dan menggenggamnya. “Oughkk… Teruuuss… Aahkk… Lebih dalam.” Jerit Aurel dengan mata terpejam.
Dalam sekejap gubuk reyot yang sudah tidak berpenghuni itu kini terasa ramai dengan suara erangan-erangan para santri dan santriwati yang tengah berpesta, mengumbar hawa nafsu mereka tanpa perduli dengan dosa yang akan mereka pikul di akhirat nanti.
*****
Siapa yang bisa menjawab pertanyaan yang ada di bawah ini?
– Zaskia yang marah mendatangi Julia, meminta penjelasan Julia tentang obat yang di berikan Julia. Mampukah Julia meredam amarah Zaskia? Dan mungkinkah pertemanan mereka akan berakhir sampai di sini?
– Sepulang sekolah Rayhan menuju rumah Ustadza Risty. Mungkinkah Ustadza Risty akan mendapatkan pelajaran baru dari Rayhan? Pelajaran apa yang akan di berikan Rayhan kepada Ustadza Risty?
– Asyifa menghampiri Aurel yang tengah melamun di perpustakaan, dan di luar dugaan Aurel meminta maaf kepada Asyifa karena sikapnya selama ini. Apakah Aurel akan menceritakan kejadian yang ia alami saat berada di gubuk? Mungkinkah persahabatan mereka akan kembali lagi seperti dulu?
– Saat pulang kerumah Azril tidak sengaja melihat Dedi keluar dari rumahnya. Ia kaget saat Laras memberi tau Azril kalau Clara berpacaran dengan Dedi. Kira-kira tindakan apa yang akan di ambil Azril selanjutnya? Dan bagaimana respon Laras saat Azril menceritakan kalau Dedi berpacaran dengan temannya?
– Aziza tengah duduk di pinggir lapangan basket, sembari menonton para santri yang asyik bermain basket, tiba-tiba Ustadza Wanda mendatangi Aziza. Kira-kira ada keperluan apa Ustadza Wanda menemui Aziza? Apakah Aziza akan kabur saat melihat Ustadza Wanda, atau malah menerima kedatangan Ustadza Wanda?
Saya ucapkan terimakasih banyak atas respon teman-teman sekalian yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membaca jalan cerita Kontroversi Pesantren. Semoga situs Ngocoks selalu bisa menyajikan cerita yang menarik dan berkesan di hati kalian semua.
Bersambung…