Gulungan awan hitam tampak menutupi langit malam ini. Di iringi dengan suara gemuruh petir, hujan turun dengan lebatnya membasahi ponpes Al-tauhid. Cuaca yang begitu mendukung, membuat para penghuni ponpes Al-tauhid memilih untuk pergi ke dunia kapuk di bandingkan untuk tetap terjaga mengingat satu bulan terakhir ini ponpes selalu di teror oleh mahkluk asing.
Sementara dua orang satpam yang berjaga malam ini yang seharusnya berkeliling komplek pesantren dan memastikan kalau penghuni pesantren tetap aman, malah tertidur pulas di dalam pos mereka.
Sosok mahluk berwarna hijau melintas di tengah hujan deras, matanya yang tajam kemerah-merahan tampak melotot sangat menyeramkan.
Dalam waktu singkat ia tiba di sebuah asrama putri, sebuah seringaian mesum terukir di bibirnya.
Dan seperti yang sudah bisa di tebak, seluruh penghuni asrama telah tertidur lelap, padahal setengah jam yang lalu, beberapa santri masih terlihat sibuk mengerjakan tugas maupun menghafal kitab.
“Grrrrrr….” Sang mahluk mengeram sembari menatap seorang gadis cantik yang tengah terlelap.
Ujung daster dengan motif Doraemon yang ia kenakan tersingkap hingga memamerkan sepasang betis putih mulus miliknya yang sangat menggiurkan. Bahkan sang kolor ijo sampai meneteskan air liurnya.
Tangan kanan sang kolor ijo turun kebawah, dia meremas-remas batang kemaluan yang telah berdiri tegak, melihat mangsanya yang sangat menggoda.
Dia berjalan perlahan menghampiri mangsanya, menatap dalam wajah cantik Neni yang tengah terlelap. Bibir tipisnya sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya, ia tertidur dengan tenang, tanpa menyadari bahaya yang saat ini tengah mengintai dirinya.
“Hahahaha… Kamu pintar sekali memilih mangsa.” Gumam sang mahluk menjijikan terhadap tubuh yang saat ini tengah ia pinjam.
Telapak tangannya yang lebar membelai wajah cantik sang santri, terus turun membelai bibir merahnya. Reflek gadis bernama Neni itu menepis tangan sang kolor ijo yang tengah mengganggu tidurnya. Ia sama sekali tidak sadar kalau ada mahluk aneh berada di dekatnya.
Kembali sang kolor ijo menyentuh sang Santri, kali ini jauh lebih vulgar, dia membelai payudara Neni yang kebetulan sedang tidak memakai bra, sehingga sang kolor ijo dapat merasakan tekstur empuk payudara Neni yang berukuran 36C. Sang Kolor Ijo menyeringai senang, mengetahui ukuran payudara Neni yang sangat besar.
Remasan kasar tersebut membuat Neni kembali hendak menyingkirkan tangan yang tengah meremas payudaranya.
“Uhkti… Ngantuk ni.” Rutuk Neni.
Tapi tidak ada respon dari sang pemilik tangan yang tengah meremas payudaranya. Neni yang kesal meraih tangan tersebut dan hendak membuang tangan tersebut. Tapi ia terhenyak kaget saat merasakan tangan yang tengah menjamah payudaranya. Punggung tangan tersebut terasa sangat lebar dan berbulu.
Reflek Neni membuka matanya, jantungnya berdegup cepat ada rasa takut yang sulit ia gambarkan saat ini.
Belum sempat Neni mencerna apa yang terjadi kepada dirinya saat ini, tiba-tiba ia merasakan tetesan air liur jatuh ke atas pipinya, dan rasanya begitu lengket.
Deg… Deeg… Deeeg…
Detak jantung Neni tak beraturan, perasaan cemas kini melanda hatinya. Ia memutar kepalanya dan dalam sekian detik ia terdiam menatap tak percaya kearah wajah kolor ijo yang berwarna hijau, dan taring yang keluar dari mulutnya sungguh sangat menyeramkan.
Sang Kolor Ijo menyeringai, dia memegangi kera daster milik sang Santri. Sreeek…. Sreeeek… Sreeek… Dalam dalam hitungan detik, daster yang ia kenakan tercabik-cabik, dan hanya menyisakan kain segitiga berwarna merah muda.
“Toloooong…. Jerit Neni.
Tapi teriakannya tidak ada artinya, karena dengan jarak radius seratus meter telah di lumpuhkan oleh ilmu kolor ijo dengan membuat mereka semua tertidur.
Mata merah kolor ijo melotot seakan ingin keluar dari kelopak matanya ketika menatap nanar kearah payudara Neni yang tumbuh dengan bentuk sempurna. Putingnya yang mungil berwarna kemerah-merahan terlihat sangat menggemaskan, dan ukurannya juga sangat menggugah selera.
Tangan kanan kolor ijo mengepal salah satu payudara sang Santri, sementara payudara yang lainnya ia hisap dengan rakus, lidahnya menari-nari di sekitaran aurola milik Neni.
“Tidaaaak… Tolong, lepaskan saya!” Jerit Neni.
Tapi usahanya meminta tolong hanya menguras tenaganya saja, karena sekeras apapun ia berteriak tidak akan bisa membangunkan orang yang berada di sekitarnya. Sementara di luar hujan sangat deras, hingga menelan suara teriakannya.
Secara bergantian kolor ijo menghisap payudara Neni, sementara tangannya yang menganggur menggapai gundukan kecil yang berada di kedua paha mulusnya.
Jemari Kolor ijo memijit memek Neni dari luar celana dalam yang di kenakan Neni. Dan seiring dengan waktu, celana dalam tersebut mulai terasa basah, dan kolor ijo dapat merasakan lendir Neni di kulit jarinya yang kasar dan berwarna hijau.
“Hahahaha…” Tawa Kolor ijo puas.
Neni menggelengkan kepalanya, ia sangat ketakutan walaupun harus di akui kalau Neni juga mulai terangsang. “Hentikaaaan… Jangan sentuh itu!” Histeris Neni, ketika merasakan jari kolor ijo menyusup kedalam celana dalamnya.
Tubuh Neni menegang merasakan belaian kasar jari Kolor ijo di bibir kemaluannya. Dan sedetik kemudian bola matanya melebar ketika merasakan salah satu jari kolor ijo menerobos masuk ke dalam lobang memeknya. Ia merasakan jari itu begitu besar di dalam memeknya.
Sang kolor ijo menatap Neni tidak percaya, ia merasa jarinya masuk dengan begitu mudanya ke dalam memek sang Santri yang notabene nya adalah wanita muslimah yang alim.
Tapi pada kenyataannya, sang kolor ijo merasa kalau Neni sudah tidak perawan lagi.
“Oughkk… Toloooong! Aahkk…” Histeris Neni.
Sloookkss…. Sloookkss…. Sloookkss….
Jari tengah kolor ijo mengocok memek Neni dengan cepat membuat kepala gadis itu terbantiing ke kiri dan kanan. Jujur ia sangat menikmati permainan tangan sang kolor ijo di dalam memeknya. Andai saja mahluk itu tidak menyeramkan, mungkin Neni akan dengan senang hati melayani mahluk yang tengah menjamah tubuhnya saat ini. Karena bagaimanapun juga ia sudah sering melakukan perzinahaan dengan pacar dan mantan pacarnya.
Sang kolor ijo tampak geram dengan aksi Neni yang sok alim, membuat kolor ijo memasukan satu jarinya lagi ke dalam memek Neni, hingga memek Neni terasa penuh.
“Aahkk… Aahkk… Ahkkk…”
Si kolor ijo menyeringai. “Kamu menyukai nya cucuku? Hahaha…” Tawa Kolor ijo menggema di tengah suara guyuran hujan yang begitu lebat.
“Eehmm… Aduh! Aaaahkk… Enaaaak…” Erang Neni.
Sloookkss… Sloookkss… Sloookkss…
Sang kolor ijo semakin cepat mengocok rongga memek Neni, hingga ia merasa jarinya seakan sedang di pijat oleh dinding memek Neni.
Tidak butuh waktu lama bagi kolor ijo untuk membuat Neni mencapai klimaksnya. Wajah Neni menegang merasakan rasa nikmat yang luar biasa dari sentuhan jari kolor ijo ke dalam rongga memeknya.
Creetss… Creetsss… Creetssss…
Sang kolor ijo memberi waktu bagi sang santri untuk memulihkan tenaganya.
“Hahahaha… Ternyata kamu lonte juga cucuku.” Ujarnya.
Neni menatap takut kearah kolor ijo. “Toloooong jangan sakiti saya!” Dia menatap kolor ijo dengan tatapan memelas, ia takut kalau sang kolor ijo akan membunuhnya.
“Jangan takut cucuku, saya tidak akan menyakitimu asalkan, kamu mau menuruti semua permintaan saya.” Dia membelai wajah cantik Neni yang pucat pasi. “Tapi… Saya akan memperkosa dan membunuhmu kalau kamu berani melawan.” Katanya dengan suara serak menggema.
Neni menggelengkan kepalanya. “Jangan… Jangan bunuh saya.” Melas Neni.
“Hisap kontol Mbah cu!” Suruhnya.
Sejenak Neni terdiam, ia sadar posisinya saat ini tidak memungkinkan untuk menolak permintaan sang kolor ijo. Sehingga ia memutuskan untuk meneruti permintaan mahluk ghaib itu dari pada menentangnya.
Tangannya gemetaran saat menggenggam kontol Kolor ijo yang berukuran jauh lebih besar.
Dia mengocok lembut kontol kolor ijo, dan dengan perlahan dia menjilati kontol kepala kontol kolor ijo, terus turun menuju batang kontolnya. Sluuuppss… Sluuuppss… Sluuuppss… Neni memasukan benda besar itu kedalam mulutnya, menghisapnya dengan penuh perasaan.
Wajah kolor ijo menegang nikmat, merasakan sensasi oral sex dari seorang santri yang notabene nya seorang gadis lugu, tapi nyatanya sang Santri sangat pandai memainkan kejantannya. Sejenak ia teringat dengan korban yang sebelumnya yang cukup pandai memanjakan kontolnya dengan mulutnya.
Tidak hanya sekedar menggunakan mulutnya, Neni juga memakai payudaranya untuk memuaskan hasrat birahi sang kolor ijo.
“Aarrtt…. Terus cucuku… Oughkk…”
Sloks… Slokss… Sloksss… Slookkss… Slookksss… Sloookkss… Sloookksss… Sloookkssss…
Neni menjulurkan lidahnya, menggelitik lobang kencing kontol kolor ijo yang tengah mengeluarkan cairan pelumas, sementara payudaranya ia gunakan mengocok kontol kolor ijo.
“Oughkk…” Sang kolor ijo melolong panjang.
Croottss… Crooottss… Croooottss…
Sang kolor ijo menembakan spermanya tepat mengenai wajah Neni yang terhenyak kaget.
Setelah orgasmenya meredah, sang Kolor ijo meminta Neni menungging. Karena merasa sudah kepalang tanggung Neni menuruti kemauan mahluk aneh itu. Ia menungging di hadapan sang kolor ijo yang tampak menjilati bibir merahnya.
Kedua tangan kolor ijo membuka pipi pantat Neni, kemudian ia membenamkan wajahnya di selangkangan Neni. Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss… lidahnya menari-nari di lobang surgawi milik sang Santri. Menjilati lendir yang keluar dari dalam memek Neni.
“Aahkk… Aaaahk… Aaaawhkk…” Erang Neni.
Kedua tangannya mengepal, merasakan nikmatnya sapuan lidah mahluk aneh tersebut, membuat pelumasnya keluar semakin banyak.
Setelah puas mencicipi memek Neni, sang kolor ijo segera memposisikan kontolnya di depan bibir memek Neni. Dengan satu dorongan kontol kolor ijo menembus lubang memek Neni yang memang sudah tidak perawan lagi. Blessss… Kontol kolor ijo masuk hingga ke dasarnya.
Plok… Ploks…. Plokss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Pinggul kolor ijo maju mundur menyodok memek Neni yang terasa sangat menjepit. Sementara Neni dengan perlahan mulai menikmati setiap dorongan kontol kolor ijo di dalam memeknya. Bahkan tanpa sadar, Neni ikut menggoyangkan pantatnya, menyambut kontol kolor ijo.
“Aawhkk… Aaaawhkk… Aaaaawhkk…” Erang Neni.
Kedua tangan Kolor ijo mencengkram pantat Neni, ia semakin kuat mendorong kontolnya.
Untuk kedua kalinya Neni kembali orgasme, tubuh mulusnya terkulai lemah diatas tempat tidurnya. Kolor ijo yang merasa belum puas segera menindih tubuh Neni, dia mengarahkan kontolnya ke lobang memek Neni.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Kembali kolor ijo menggerakkan kontolnya maju mundur memompa memek Neni, hingga akhirnya ia mengeram panjang dan pada saat bersamaan ia membenamkan kontolnya semakin dalam seiring dengan spermanya masuk ke dalam rahim Neni. Wajah Neni meringis merasakan sperma kolor ijo di dalam rahimnya.
*****
Di tempat yang berbeda, di kediaman KH Umar, tampak Istrinya Laras tengah menungging, sementara di belakangnya ada sang keponakannya yang tengah mengayu kenikmatan bersama Istrinya, yang notabene nya adalah Istri dari sang pemimpin pesantren dan seorang Ustadza.
Kedua tangan Daniel mencengkram pantat Laras, sembari menggoyangkan pantatnya maju mundur menyentak lobang vagina Laras dari belakang.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Mata Laras sayu menatap dirinya yang ada di dalam pantulan cermin. Di sana ia terlihat seperti wanita murahan yang terbalut jilbab lebar, bukan seorang muslimah yang telah bersuami. Payudaranya yang menggantung besar, bergoyang-goyang mengikuti irama hentakan penis Daniel di lorong surgawinya.
Ini bukan aku… Ini bukan aku… Gumam Laras.
Plak… Plaak… Plaakk…
Berulang kali Daniel menampar pantat semok Ustadza Laras, ia sangat senang melihat Istri dari seorang Kiayi yang kini telah bertekuk lutut di hadapannya.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
“Oughkk… Gimana rasanya Bu Haja? Apa Bu Haja suka dengan kontol saya?” Pertanyaan vulgar itu membuat telinganya Laras terasa panas. Ia sangat berharap Daniel diam, tanpa mengatakan apapun saat ini.
“Tidaaaak… Aaahk… Daniel! Oughkk… Hentikan Dan, aahkk… ini… Ini… Tidak boleh di teruskan.” Melas Laras, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Daniel dengan jujur saat ini.
Daniel mencengkram pantat Laras, sembari meremas gemas bongkahan pantat Laras. “Sssstttt… Tapi memek Bu Haja berkata berbeda! Ia terus saja meremas kontolku, seakan tidak ingin kontolku buru-buru keluar dari memek Bu Haja.” Ujar Daniel percaya diri.
“Danieeeell… Aaaahkk…” Jerit Laras.
Kedua tangannya mengepal erat ketika ia merasakan ada gelombang besar yang hendak menghempas kesadarannya. Tapi pada saat bersamaan, tiba-tiba Daniel menarik kontolnya dari dalam memek Laras, membuat orgasmenya yang berada di ujung mendadak buyar.
Pantat besar Laras tersentak-sentak seakan mencari benda besar yang tadinya berada di dalam tubuhnya.
Daniel meraih bibir Laras, dia melumatnya dengan perlahan dan Laras hanya diam saja. Setelah getaran di tubuh Laras telah mereda, Daniel kembali menghujami memek Laras dengan kontol besarnya.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Suara benturan dua kelamin mereka menggema, tertutupi oleh suara petir dan hujan yang ada di luar sana, sehingga tidak akan ada orang yang mendengar suara erangan mereka berdua.
Beberapa menit kemudian Laras kembali mengerang panjang menandakan kalau ia akan kembali orgasme, tapi lagi dan lagi Daniel menarik kontolnya, menggagalkan orgasme Laras yang sudah berada di ujung. Dia memang sengaja mempermainkan birahi Istri dari KH Umar tersebut.
“Toloooong, jangan permainkan saya Dan!” Melas Laras.
Daniel tersenyum tipis. “Apa yang Ustadza inginkan? Mungkin saya bisa membantu Ustadza.” Ujar Daniel, yang terkesan sangat merendahkan Ustadza Laras.
Ustadza Laras mendekap mulutnya, ia menggelengkan kepalanya sembari menitikkan air matanya. Sungguh ia merasa sangat berdosa, tapi ia merasa sudah tidak kuat lagi. Sebagai seorang wanita normal, ia menginginkan Daniel menuntaskan apa yang sedang mereka lakukan saat ini.
Daniel menyentuh pundak Laras, dan memijitnya dengan perlahan. Sentuhan Daniel ternyata sedikit menenangkan keraguan yang ada di hati Laras.
Daniel berucap pelan. “Katakan apa yang Bu Haja inginkan dari saya?” Jemari Daniel menelusuri punggung telanjang Laras yang basah oleh peluhnya.
“To… Toloooong biarkan saya orgasme.”
*****
Di tempat yang berbeda…
Hujan turun semakin deras, di sertai angin kencang yang seakan siap menggulung siapa saja yang ada di dekatnya. Sementara itu seorang pemuda tanpa rasa takut terus mengawasi di sekitaran rumahnya, memastikan kalau tidak ada satupun mahluk yang mendekati rumahnya.
Di jalan setapak yang becek, kakinya terus melangkah memutari rumahnya, tidak perduli sandalnya yang telah putus dan tubuhnya yang kini basah kuyup.
Hingga akhirnya dari kejauhan seorang wanita cantik berlari kecil menelusuri hujan tanpa memakai apapun untuk melindungi tubuhnya dari derasnya hujan yang mengguyur tubuh indahnya.
“Adek… Adek… Kamu di mana?” Ia terus berteriak memanggil adiknya.
Rayhan menghentikan langkahnya ketika ia mendengar suara sayup-sayup dari wanita yang amat ia kenal. Matanya memicing di tengah kegelapan mencari sumber suara yang tidak henti-hentinya terus memanggil dirinya.
Hingga akhirnya ia bisa melihat sosok wanita cantik dengan gaun tidur berwarna ungu tengah berlari kecil sembari memanggil dirinya.
“Kakaaak!” Sahut Rayhan.
“Aarrtt…” Jerit Zaskia.
Tanah yang licin di tambah suasana yang cukup gelap membuat Zaskia tidak sadar menginjak akar hingga membuatnya terpeleset dan jatuh ke tanah yang telah menjadi lumpur. Melihat sang Kakak terjatuh, Rayhan bergegas menghampiri Zaskia. Wajah pucatnya karena menahan hawa dingin, tampak sangat panik.
Setibanya di dekat Kakaknya ia buru-buru menggendong Kakaknya tanpa banyak bicara.
Rayhan sangat menyayangi Kakaknya, apapun yang terjadi dia akan menolong Kakaknya, walaupun nyawa yang akan menjadi taruhan, Rayhan tidak perduli.
Reflek Zaskia melingkarkan tangannya di leher Rayhan. Ia tersenyum senang karena pada akhirnya ia bisa menemukan adiknya. Dan di sisi lain, tanpa di sadari Zaskia, ia melihat Rayhan bukan seperti sedang melihat Adiknya tapi seperti melihat kekasihnya.
Untuk kali pertama di dalam hidupnya, Zaskia merasa sangat bahagia dan beruntung memiliki Rayhan berada di sampingnya. Bukan sebagai saudara, tapi sebagai pria yang siap melindungi dirinya.
“Tuhan, maafkan hamba mu ini.” Bisik Zaskia di dalam hati.
*****
Kediaman KH Umar…
Sembari berdiri mereka berdua berpelukan dengan erat, bibir mereka berdua bertemu, saling melumat. Tapi kali ini tidak ada tanda-tanda kalau Ustadza Laras terpaksa untuk melakukannya. Ia terlihat sangat menikmatinya setiap sentuhan Daniel di tubuh indahnya.
Daniel menarik bibirnya seraya tersenyum, sementara Laras menundukkan wajahnya karena merasa kalau saat ini apa yang ia lakukan sangat memalukan.
Menyerah terhadap seorang pria yang usianya jauh lebih muda darinya, dan lagi sebagai seorang Istri Kiayi seharusnya ia tidak mudah jatuh kedalam pelukan pria lain, tapi kenyataannya sekarang ia malah meminta Daniel untuk menuntaskan apa yang sudah ia mulai.
Daniel mendorong tubuh Laras hingga bersandar di dinding, lengan kekarnya mengait satu kaki Laras hingga menggantung di udara, sementara kontolnya yang besar berada di diantara lipatan memek Ustadza Laras.
“Masukan Bu Haja.” Pinta Daniel.
Laras menggenggam kontol Daniel, lalu dia mengarahkan kontol besar itu ke dalam memeknya. “Oughkk… Sssttt…” Laras mendesah pelan, ketika merasakan kontol Daniel menyeruak masuk ke dalam lobang memeknya.
“Nikmat sekali memek Bu Haja! Oughkk…”
Daniel menggerakkan pinggulnya dengan perlahan memompa memek Ustadza Laras.
Kedua tangan Laras merangkul leher kekar Daniel ketika pemuda itu menundukan kepalanya untuk menggapai payudaranya yang menganggur. Dia merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya ketika Daniel menghisap payudaranya, dan menggigit putingnya.
Tubuhnya gelajotan menikmati setiap hentakan kontol Daniel yang semakin lama semakin cepat menghujami memeknya yang haus akan sentuhan.
Bahkan lendir kewanitaannya mengalir melewati kedua kaki jenjangnya yang putih mulus.
“Aahkk… Dan! Aahkk… Aaaahkk…” Erang Ustadza Laras.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Daniel membelai bibir Laras, dan reflek Laras mengulum jari Daniel sembari menatap Daniel dengan tatapan manja. “Yesss…. Aaaahkk… Ini enak sekali Bu Haja! Aaaahkk… Memek Bu Haja memang luar biasa.” Racau Daniel, yang semakin gencar menyodok memek Laras.
“Danieeeell… Aaahk… Jangan katakan itu lagi.” Erang Laras.
“Kenapa? Memek Bu Haja memang enak sekali, ngejepit dan sangat legit.” Ujar Daniel terus memuji betapa nikmatnya lobang kewanitaan dari Istri sang Kiayi.
Laras menatap sayu Daniel. “Aaaahkk… Daniel! Ini haram, kita… Aahkk… Tidak boleh mengulanginya lagi.” Nasehat Laras, dia merasa memeknya semakin berdenyut-denyut menandakan kalau dirinya sudah hampir tiba.
“Hehehe… Saya tidak yakin!” Jawab Daniel.
Kemudian Daniel mencabut kontolnya dan memutar tubuh Laras hingga menungging. “Eehmmppss… Dan!” Laras menatap Daniel penuh harap.
“Mau di lanjutkan?” Tanya Daniel.
Laras menganggukan kepalanya dengan malu. “Hanya untuk malam ini saja.” Lirih Laras, ia sendiri tidak yakin dengan ucapannya barusan.
Blessss… Dengan satu dorongan, kontol Daniel kembali bersemayam di dalam memek Laras.
“Saya tidak yakin Bu Haja.” Bisik Daniel sembari memompa memek Ustadza Laras. Pinggulnya bergerak maju mundur menyodok memek Ustadza Laras.
Tubuh Ustadza Laras mengejat hebat, ia merasa memeknya begitu penuh di masuki oleh kontol Daniel, berbeda ketika kontol suaminya yang masuk ke dalam memeknya, ia selalu merasa ada ruang yang kosong.
Ploks… Plokss…. Ploksss… Plookkss… Plookksss… Plookkksss… Ploookkksss…
Suara benturan selangkangan mereka berdua terdengar begitu nyaring, menandakan kalau keduanya kini sama-sama ingin segera mencapai puncak kenikmatan surgawi yang telah di janjikan syetan untuk mereka yang mau melakukan sebuah perbuatan yang di larang oleh Tuhan.
Desahan Laras kini berubah menjadi sebuah erangan manja dari seorang wanita yang alim.
“Daaaan… Aku keluar!” Jerit Laras.
“Bareng Bu Haja…”
Seeeeeeeeeeeerrrrrrrr….
Croottss… Crooottsss… Croooottssss…
*****
Di rumah Zaskia…
“Mau sampai kapan kamu gendong Kakak?” Tegur Zaskia.
Rayhan yang tengah terhipnotis oleh kecantikan Zaskia segera sadar dari lamunannya. “Eh, iya Kak!” Jawab Rayhan terbata-bata, dia membaringkan tubuh Zaskia diatas sofa. “Kaki Kakak sakit gak?” Tanya Rayhan, pemuda itu berlutut di lantai sembari melihat kearah pergelangan kaki Laras.
“Gak apa-apa kok Dek! Udah gak sakit?” Ujar Zaskia.
“Serius?” Tanya Rayhan ragu.
Dia meraih kaki Kakaknya, memeriksa kaki Kakaknya kalau-kalau keseleo atau patah. Matanya keatas memeriksa betis mulus Zaskia, hingga akhirnya matanya tidak sengaja melihat secarik kain yang melekat di selangkangan Kakak kandungnya. Sejenak Rayhan terdiam.
Kain segitiga berwarna ungu itu terlihat begitu gemuk, dan berisi. Siapapun yang melihatnya pasti akan memperlihatkan ekspresi yang sama seperti yang di perlihatkan Rayhan saat ini. Ceritasex.site
Tanpa di sadari Rayhan, Zaskia melihat perubahan raut wajah Rayhan yang berbeda dari biasanya. Pemuda itu terlihat begitu tegang dan matanya melebar menatap nanar kearah satu arah, yaitu selangkangannya.
“Ehem… Ray!” Tegur Zaskia. Ia buru-buru memperbaiki posisi gaun tidurnya yang tersingkap.
Wajah Rayhan bersemu merah, ia merasa sangat malu karena baru saja ketahuan tengah mengintip celana dalam Kakaknya. “Eh… Ehmmpsss… Iya ini gak apa-apa kak, gak ada yang cedera kok Kak.” Ujar Rayhan terbata.
“Kan Kakak udah bilang, gak ada yang luka, kamu aja lebay sampe gendong Kakak!” Ujar Zaskia sembari menahan tawa. Ia menurunkan kakinya dari atas sofa. “Tapi terimakasih ya Dek, kamu sudah mau menolong kakak.” Ujar Zaskia seraya tersenyum tulus kearah adiknya.
“Iya Kak, sama-sama.” Jawab Rayhan, sembari berdiri.
Suasana kembali hening, bukan karena apa-apa, melainkan karena pemandangan yang ada di hadapan mereka masing-masing saat ini.
Zaskia tertegun melihat tonjolan yang ada di celana Rayhan yang basah kuyup. Membuat kontol Rayhan tercetak jelas di balik celana hitam yang di kenakan Rayhan. Sekilas Zaskia melupakan posisinya sebagai seorang wanita muslimah dan Kakak bagi Rayhan. Ia terlalu terkesima dengan bentuk kontol Rayhan yang tercetak di celananya.
Ia yakin sangat yakin kalau saat ini Rayhan tengah terangsang hebat. Tapi apa penyebab adiknya bisa terangsang? Apa karena melihat dalamannya barusan.
Mata Zaskia naik keatas, melihat mata Rayhan yang tengah menatap nanar kearah dadanya. Reflek Zaskia menutupi dadanya dengan satu tangan, sembari membuang muka kearah pintu rumah mereka yang telah tertutup rapat.
Rayhan yang tengah menikmati belahan payudara Kakaknya, kembali sadar kalau aksinya kembali ketahuan.
Deegg… Deeggg… Deeeggg…
Jantung Rayhan berdetak cepat, ia sangat malu dan merasa kalau dirinya begitu rendah, bagaimana mungkin ia sampai ketahuan sebanyak dua kali.
Hal yang sama juga di rasakan Zaskia. Seharusnya dia marah seharusnya ia menegur Rayhan dengan cukup keras atas apa yang di lakukan Rayhan saat ini, mengingat dirinya adalah saudara kandungnya. Tapi anehnya, bibirnya keluh dan yang terjadi malah sebaliknya, ia malu karena senang Adiknya mengagumi bentuk tubuhnya.
Cukup lama mereka berdiam diri, tanpa mengatakan apapun, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
“Kak”
“Dek”
Secara bersamaan mereka memanggil satu sama lain sembari saling menatap.
“Kakak duluan.”
“Adek duluan.” Ucap mereka bersamaan lagi.
Sikap kaku mereka membuat kedua malah tertawa dan mencairkan suasana yang tadi sempat tegang. Rayhan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sementara Zaskia menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
“Adek mau ngomong apa?” Tanya Zaskia setelah tawanya reda.
Rayhan menarik nafas perlahan dan menghembuskannya lagi. “Maaf soal tadi Kak.” Ujar Rayhan pelan.
“Gak apa-apa, Kakak maklum.” Jawab Zaskia seraya berdiri. “Hanya saja kakak kaget, Kakak gak nyangkah ternyata kamu cepat gede.” Ujar Zaskia sembari mengucek rambut Rayhan yang basah, membuat sepasang payudaranya terguncang.
Mata Rayhan tidak bisa menahan diri untuk tidak kembali melihat kearah payudaranya.
Setelah puas mengacak-acak rambut Adiknya, Zaskia segera berlalu meninggalkan Rayhan menuju kamarnya. Dan Rayhan masih diam seribu bahasa sembari menatap nanar kearah pantat Kakaknya yang melonggok-lenggok bagaikan model yang tengah berjalan diatas karpet merah.
“Kak Zaskia!” Lirih Rayhan sembari meremas selangkangannya.
Kemudian Rayhan berbalik kearah berlawanan dari Kakaknya. Ia menuju pintu luar rumahnya.
*****
Di dalam asrama…
“Aaaarrrttt….”
Tubuh kolor ijo melejang-lejang sembari menembakan spermanya ke dalam rahim korbannya.
Hal yang sama juga di rasakan Neni, tubuhnya bergetar hebat menyambut orgasmenya. Mulutnya terbuka lebar menyudahi pertahanannya. Pinggulnya sampai terangkat cukup tinggi menyambut datangnya orgasme.
Seeeeeeeeeeeerrrrrrrr…. Plops…
Kolor ijo mencabut kontolnya dari dalam memek Neni. Dari wajah sangarnya ia terlihat begitu puas setelah berhasil ejakulasi di dalam tubuh sang Santri.
Setelah puas memperkosa korbannya, si kolor ijo segera meninggalkan asrama santriwati. Ia berlari cepat meninggalkan lokasi, dan pada saat bersamaan seseorang tengah melihat dirinya yang menghilang ke dalam rumah seorang penjaga ternak.
“Jangan-jangan!” Lirih pemuda tersebut.
Bersambung…