Bi Lastri: “mass… mas adi…,” teriaknya
“iya bi, masuk…”, jawabku sembari melilitkan handuk mandi dan Bi Lastri sudah didalam kamarku
“lama banget bi kepasarnya?”, tanyaku
Bi Lastri :“hihi… iya mas, ini hari libur jadinya banyak kios yang tutup tapi yang beli banyak”, jelasnya sambil duduk diatas kasurku
(iya juga sih, apa karena aku yang enggak pernah ke pasar ya?), pikirku
“oia bi, si fajar mau kesini tuh..”, kataku sambil duduk di sebelah Bi Lastri
Bi Lastri :“oyaa… ada apa ya mas fajar kesini mas?”, tanyanya sambil melepas hijab yang dipakai pergi kepasar tadi.
“gak tahu bi…”, jawabku sembari menyodorkan si otong yang sudah tegang ke muka Bi Lastri
Bi Lastri :“aahh… mas adiii… bibi masih capek ini, baru aja pulang dari pasar…”, nadanya menolak
“ya sudah… bibi rebahan saja dikasurku, biar aku yang kerja.”, tegasku memaksa
Bi Lastri pun menurut dan mencari posisinya yang pas dikasurku sembari membuka dasternya. Dengan arahan dan sedikit paksaan, kugeser CD yang Bi Lastri pakai dan blessss… sleeppp.. sleepp
Bi Lastri :“AHHHHH… MASSS… ahhhh, pelan to mas adi.. ahhhh”, jawabnya kesal karena belum begitu siap menerima si otong, sleeeppp… sleepppp.. sleepppp… sleep..
“ahh suda.. hhhlaa.. hh bi.. ahhh.. aahh,” jawabku dengan tetap menghujam memeknya, sleepp… sleepp…
Bi Lastri :“ehh.. ehh… saki.. t mas… ahh… ahh, ma.. ss adi.. pelan.”, jawabnya dengan sedikit mengeluarkan air mata.
Kumantapkan posisiku dengan tangan kanan memegang pundaknya dan tangan kiriku meremas buah dada perempuan tua ini. Slepppp… sleepppp… sleeepppp… dan terus berlanjut hingga 5 menitan.
Bi Lastri: “aahhh… AHH… ahhh, pelan mas.. aahh.. ahhhh, am.. pun maa.. sshh.. aahh.. ahh.,” sahutnya
Yang ada di benakku bukanlah rasa nikmat dan kasihan, melainkan apa yang akan dilakukan si fajar dengan budak seks ku ini sehingga aku terus memompa memek hitam kemerahannya dengan muka ganas. Tak lama berselang, kuhentikan dulu laju si otong dan kulepaskan CD yang masih dipakainya itu. Bi Lastri pun hanya diam dan mengusap air matanya tadi.
Bi Lastri :“mas adi kenapa toh? kok grusa grusu (terburu-buru).”, katanya
“gak papa bi..”, jawabku dengan posisi duduk di depan kaki Bi Lastri yang masih mengangkang.
Bi Lastri pun segera beranjak dan berganti posisi duduk pula, sehingga kami berdua berhadapan. Melihat Bi Lastri yang duduk dengan memakai BH berenda berisi buah dada yang besar dan menggantung, rambut sedikit acak-acakan membuatku semakin horny tapi di satu sisi pikiranku pun tetap terbagi karena kedatangan si fajar kerumah.
“lagi gak bi..?”, lanjutku
Bi Lastri :“iya mas, tapi pelan-pelan toh mas adi… sakit memek bibi..”, jawabnya dengan suara parau
Mendengar itu, akupun bergerak kembali. Kuganti dengan posisi persetubuhan normal, bertumpu pada satu tangan kananku sedangkan tangan kiri menggeser tali BH Bi Lastri dan meremas buah dadanya.
“aku mulai ya bi…”, kataku
Bi Lastri :“enjihh mas…” jawabnya sambil menahan sakit.
Bless… sleeppp.. plok… sleeppp… sleeeppp, nafas kami pun memburu seiring dengan keluar masuknya si otong ke dalam memek Bi Lastri. Ditengah-tengah persetubuhanku dengan perempuan tua ini, bel rumah berbunyi dan kuyakin ini pasti si fajar sudah datang begitupula dengan Bi Lastri yang beranggapan sama.
Di tengah persetubuhan…
Bi Lastri: “aahh… ahh.. mas adi, aahh.. mungkin itu mas fajar.. ahh…”, sahutnya
“biarin nunggu bi… kan ada Bi Sri yang bukain pintu.”, kujawab dengan tetap memacu si otong. sleepp… sleppp. sleepp
“nanggung bi… EHH..”, lanjutku dengan membenamkan si otong
Bi Lastri :“AHHH.. ahh.. tapi mas… ahh.. ahhh..”, balasnya
Karena cerewet, kusudahi saja prosesi upacara si otong pagi ini. Bi Lastri pun kusuruh untuk berbenah dan segera keluar untuk menemui fajar.
“bilangin fajar bi, aku masih mandi.”, jawabku kesal
Bi Lastri :“enjihh mas…”, sambil merapikan rambutnya.
Akupun bergegas mandi, si otong pun ikut tidur terkena air hangat. Selesai berbenah kutemui si fajar di ruang tamu.
Fajar :“pagii mass brooo… ini sarapannya, kubungkusin soto ayam, hehe.”, sahutnya
“okeee… kamu sudah sarapan?”, tanyaku
Fajar :“hhehe… belum mas, sekalian maksudku.”, jawabnya cengengesan
“halaahh… ayo kalau gitu.”, kami pun beranjak masuk kedalam ruang makan…
“bi.. Bi Lastri sama Bi Sri kesini sebentar..”, perintahku
Bi Lastri & Bi Sri :“iyaa…”, jawabnya meninggalkan dapur dan berjalan ke ruang makan
“Bi Lastri ini tolong soto ayamnya dibuka terus disajikan.. kami berdua mau makan.”, lanjutku memerintah
Bi Lastri :“enjih mas.”, berlalu ke dapur dan menyiapkan makanan
“Bi Sri, tolong bawa tasnya mas fajar ke kamar tamu diatas… jangan lupa AC nya dinyalakan.” kataku
Bi Sri :“enjih den..”, berlalu mengambil tas dan bergegas naik.
Kulihat si fajar sejak duduk dimeja makan sudah curi-curi pandang dan senyum-senyum sendiri melihat Bi Lastri. Aku tahu karena kita makan dengan duduk berhadapan, kubiarkan dan sok cuek saja dengan kelakuannya. Setelah makan, kamipun beranjak ke teras rumah untuk menghisap rokok dan ngobrol dari pekerjaan hingga seks.
Tak terasa hari sudah semakin siang menjelang sore, kujelaskan ke fajar bahwa aku akan keluar sebentar untuk mengambil uang (janjiku ke Bi Sri, maklum mana punya dia nomer rekening pasti cash) di ATM swalayan dekat rumahku dan kupersilahkan saja untuk beristirahat di kamar. Kalau mau nonton pun tidak perlu turun karena di kamar tamuku memang aku sediakan tv.
Sekitar hampir 2 jam prosesku mengambil sejumlah uang yang aku janjikan ke Bi Sri, akupun bergegas pulang kerumah. Sesampainya dirumah kutemui Bi Sri yang sedang menyapu garasi.
“ini bi.. uang yang aku janjiin.”, kataku
Bi Sri :” enjih den… terima kasih.”, jawabnya sambil mengambil uangku dan akan bergegas ke kamar untuk disimpannya.
“eh bi, Bi Lastri kemana?”, tanyaku sambil clingukan kanan kiri
Bi Sri :“itu den… ee, tadi den fajar manggil mbak Lastri ke atas.” jawabnya sambil minta ijin untuk menyimpan uangnya dulu.
(wahhh… berani juga anak ini, pasti langsung to the point, enggak kaget sih kalau lihat gelagatnya), batinku. Kuputuskan untuk mengendap perlahan naik ke lantai atas dan sesampainya didepan pintu kamar tamu kutempelkan telingaku ke pintu itu. Yak benar, hanya bunyi gesekan persetubuhan, desahan-desahan yang agak ditahan dan bunyi kasur yang berdecit.
Bi Lastri :“aahh.. mas fajar… terus mas.. ahhh.. ahh, jilat tetek saya mas.. aahh.. aahh… ”, suara seperti itulah yang kudengar dari balik pintu. Mendengar suara seperti itu, bayanganku pun langsung terbesit tentang betapa nikmatnya si otong kalau masuk ke dalam memek.
Kubuka pintu kamar tamu itu sedikit sehingga setengah badanku masuk didalamnya, terlihatlah dua sosok manusia beda generasi yang sedang asyik bersetubuh dengan posisi doggy style.
Sleeeppp… sleepp… plookk.. plokk…
“jar… bi”, panggilku
Bi Lastri dan fajar :“ehh.. mass… ehh.. eh.”, menjawab dengan tetap melanjutkan persetubuhan mereka.
“ya sudah, monggo dilanjut…”, jawabku dengan senyum dan menutup pintu kamar kembali.
(ya sudah, kubiarkan saja mereka asyik bersetubuh), pikirku sambil lalu turun menuju kamar. Didalam kamar aku langsung bergegas untuk mengambil pil andalan dan berinisiatif untuk menggarap Bi Sri. (Tadi pagi kentang dan biar no baper gan, hehehe), setelah minum dan berganti pakaian (hanya memakai CD ketat warna hitam) serta si otong sudah mulai berdenyut barulah kupanggil Bi Sri (tapi enggak teriak-teriak, kasian perzinahan diatas..
Bersambung…