Cerita Sex Liburan Ternikmat Bersama Keluarga – Matahari bersinar dengan garangnya. Terasa panas di telapak kaki yang telanjang ketika menginjak pasir di tepi pantai, tapi tidak menghalangi keasyikan dan keceriaan aku, Mama dan adikku Chelsea menikmati indahnya pantai siang itu.
Hanya kami bertiga, karena liburan kami bukan pada hari libur, tapi pada hari Senin. Hari itu Papa baru bisa cuti. Papa tidak mau berjalan dengan Kami. Papa lebih suka tiduran di villa atau membaca koran.
Chelsea mengabadikan aku dan Mama dengan kamera hapenya. Aku dan Mama berfoto di depan kamera Chelsea dengan berbagai gaya. aku bebas memeluk mama. Mama juga tidak segan-segan memeluk aku dari belakang hingga payudaranya yang montok itu tergencet oleh punggungku.
Ngocoks Mesra sekali aku dan Mama. Baru kali ini terjadi selama hidupku. Kadang-kadang aku sampai terangsang. “Ko Melvin… ko Melvin…” panggil Chelsea. “Foto dengan Mama seperti orang lagi pacaran, dong!”
“Bagaimana sih berfoto seperti orang pacaran?” tanya Mama tersenyum simpul “Begini, ya?” mama memeluk aku.
“Kurang mesra… kurang mesra…!” teriak Chelsea.
“Habis, bagaimana dong?” tanya mama.
“Mama cium bibir Ko Melvin gitu…” jawab Chelsea polos.
Aku dan Mama saling berpandangan, saling melempar tersenyum. “bagaimana, apa mau kita lakukan, Ma?” tanyaku. Aku sih pengen banget bisa ciumin bibir Mama.
“kita turuti saja,” jawab Mama.
Aku dan Mama lalu berdiri berhadap-hadapan. Ombak datang menerjang kaki kami. Tubuh Mama oleng, sehingga aku langsung mengambil kesempatan memeluk mama dan mencium bibirnya. aku benar-benar mencium bibir mama. Mama memejamkan matanya seperti sedang menikmati ciuman bibirku.
Chelsea langsung menjepret-jepret kamera hapenya mengabadikan aku dan Mama berciuman mesra. selesai membuat foto kami, Chelsea melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai sambil mencari kulit kerang untuk perhiasan akuariumnya. Tapi tidak demikian aku dengan Mama.
Kami saling melumat bibir. Aku yang melakukannya terlebih dahulu pada Mama. Setelah itu, aku dan Mama seperti biasa-biasa saja. Kami melanjutkan perjalanan menyisiri pantai. “Vin, kamu jalan sama Chelsea dulu ya. Mama mau cari tempat untuk pipis, sudah kebelet…” kata mama segera memisahkan diri dengan aku.
Mama berjalan ke arah rerimbunan pohon pinus. Mana ada WC di sana, batinku. Mama pasti kencing ditengah-tengah rerimbunan pohon-pohon pinus dan beratapkan langit.
Aku segera menyusul Mama. “Ma, aku temani, ya?” teriakku.
Mama tidak menahan laju langkah kakiku. Setelah berada ditengah-tengah rerimbunan pohon pinus, Mama mencari tempat untuk berjongkok. “Tolong Mama lihat-lihat ya, Vin!” kata Mama, lalu Mama menaikkan kain yang menutupi pahanya. Mama berdiri hanya sekitar 2 meteran dari aku.
Aku langsung menggelegak menelan ludah melihat paha Mama yang putih mulus dan buah pantatnya yang tertutup celana dalam warna merah. Dan mataku terbuka semakin liar saat mama menurunkan celana dalamnya dan di celana dalam Mama tampak menempel selembar pembalut tipis yang sudah keriput terjepit selangkangannya.
Penisku berdenyut-denyut tak tertahankan seperti mau memuntahkan lahar panasnya ketika mama berjongkok dan terdengar suara berdesir-desir air kencingnya menyembur di pasir panas. Aku membayangkan vaginanya…
Aku dan Mama keluar dari rerimbunan pohon pinus, Chelsea berlari mendekati kami. “Berenang yuk, Ma!” teriak Chelsea.
“Ayo!” jawab mama senang. “Kamu jalan dulu sana, Mama sama Chelsea mau tukar pakaian.” kata mama padaku.
Ini kesempatan besar, kataku dalam hati saat berjalan meninggalkan Mama dan Chelsea. biar aku pamerkan tubuhku yang telanjang pada mereka.
Aku segera melepaskan semua pakaianku di tepi pantai, lalu menceburkan tubuhku ke air laut yang hangat. Ombak mengalun lembut menyapa tubuhku yang telanjang. Tak lama kemudian, Mama dan Chelsea datang dengan tubuh berbalut handuk. Mereka tidak bisa melihat tubuhku yang telanjang, karena aku sedang berdiri di dalam air yang sepinggang.
Mereka melepaskan handuk di tepi pantai dan tampaklah tubuh mereka yang mengenakan bikini 2 piece. Mama memakai bikini berwarna biru. payudaranya yang montok tampak menyembul dari bagian atas bikininya yang ketat, sementara Perutnya yang telanjang sudah kendor. Pusernya besar dan dalam. Celana kecil yang menutupi selangkangannya kelihatan menggunduk tembem.
Chelsea memakai bikini berwarna kuning. Tubuh gadis remaja berumur 15 tahun ini tampak ramping. Payudaranya kecil, kira-kira sebesar bola tenis dibelah dua. Tapi selangkangannya sama menggunduknya dengan Mama.
Mereka menceburkan tubuh mereka ke air laut. Aku membiarkan mereka bermain air dan berendam air laut beberapa saat. “Kumpul di sini, Vin!” teriak mama kemudian.
Aku tidak langsung berdiri menampakkan penisku yang telanjang pada Mama dan Chelsea.Aku merangkak menuju mereka. Setelah dekat, aku baru berdiri dan melihatku, Chelsea langsung berteriak,: “Ma, kita telanjang seperti ko Melvin, yuk!”
“kamu aja, Mama nggak!” jawab Mama tersenyum sambil memandang penisku yang berayun-ayun setengah tegang.
Chelsea segera mencopot bikininya. Aku juga menarik tali bikini Mama. Beberapa saat kemudian, aku, Mama dan Chelsea benar-benar telanjang. Tapi aku tidak dapat melihat vagina Mama dan Chelsea, karena terendam air laut. Aku hanya bisa melihat payudara mereka.
Payudara Chelsea bulat berdiri kokoh dengan puting mungil berwarna kemerahan, sedangkan payudara Mama besar menggantung, putingnya mancung dan aerolanya lebar berwarna coklat tua. Aku lebih memperhatikan tubuh Mama daripada Chelsea, karena Mama lebih mudah kalau aku mau ngentot sama dia, dibandingkan dengan Chelsea.
maka itu, aku bermain-main dengan mama. aku olesi pasir basah ke punggungnya yang putih dan kelihatan dengan jelas bekas-bekas BH-nya itu. Tidak mau kalah, Mama melemparkan pasir ke arahku. Aku mengelak cepat, kemudian aku olesi lagi pasir ke punggung Mama. Mama melemparkan pasir lagi ke arahku.
Kali ini aku menantang Mama dengan menyediakan dadaku ketika aku melihat Chelsea berada jauh dari kami. Kira-kira sekitar 10 meteran gitu jaraknya dari kami. Chelsea memang pandai berenang. “Tuh, kena!” seru sama senang saat pasir yang dilemparkannya itu menempel di dadaku yang bidang.
Tapi pasir itu tidak hanya menempel di dadaku, melainkan di pipiku juga. Aku segera mencari alasan yaitu dengan mengucek-ucek mataku seperti kemasukan pasir. Mama segera datang menghampiriku. “Matamu kena pasir ya, Vin?” tanya Mama.
“Ya Ma, sedikit!” jawabku.
“Mana mama lihat?” kata Mama memegang tanganku, lalu diturunkannya tanganku.
Tanpa menunggu lagi, aku memegang tangan Mama, lalu menurunkannya ke air laut yang merendami penisku. “Sengaja, ya?” kata Mama saat tangannya kena penisku yang tegang.
“Hee… hee… “
“Chelsea melihat ke arah kita, nggak?” tanya Mama yang duduk terendam di air laut membelakangi Chelsea dan tangannya memegangi batang penisku yang tegang itu.
Aku mendekatkan bibirku ke bibir Mama. Kami segera berciuman. Mama memagut bibirku dan tangannya meremas-remas batang penisku. Mama nampak begitu antusias dan penuh napsu. Aku mengimbanginya dengan meremas payudaranya. Aku memelintir putingnya yang keras. Mama menggelinjang, napasnya memburu.
Aku memperhatikan Chelsea. ketika melihat Chelsea tidak melihat ke arah kami yang sedang bercinta, Aku menaikkan pantat Mama yang telanjang ke pahaku. Kepala penisku langsung terasa menekan di vaginanya. Mama membantu dengan tangannya. Penisku ditekan ke liang vaginanya.
Aku segera menyambut liang vagina Mama dengan mendorong penisku ke depan. Bleesss… penisku yang keras panjang itu, langsung tenggelam seluruhnya di liang vagina Mama yang agak longgar itu.
“Oooohhhh… Vin…. viiiinn… ooohhhh…. “ mama merintih-rinrih saat tubuhnya yang kupeluk erat itu bergerak naik-turun.
Aku tidak memikirkan lagi seberapa besar ombak yang menerpa tubuhku. Tubuhku mau diterjang ombak dan dihanyutkan pun rasanya aku rela ketika merasakan kenikmatan dari dinding-dinding vagina Mama yang menggesek-gesek batang penisku.
“Oooohhhh…. viin… oooohhh…. viiiinnn…. “ Mama terus saja merinrih.
Dari bawah aku memegang pantat Mama, lalu aku goyang naik-turun. “Maa…!”seru Chelsea tiba-tiba. “Aku dapat kulit kerang yang bagus!”
Mama kalang kabut turun dari pahaku. “Kit..ta lanjukan lagi nanti,” kata mama dengan napas terengah-engah dan dengan napsu yang belum terpuaskan. “Mama pakai pakaian dulu, ya?”
“Iya, Ma!” jawabku puas, meski hanya setengah jalan, tetapi aku telah berhasil menikmati vagina Mama, sehingga perjalanan berikutnya akan lebih mudah untuk aku menyetubuhi mama lagi.
Chelsea mendekati aku dengan tubuh masih telanjang. “Masih mau telanjang saja, manis?” tanyaku memandang tubuh indah Chelsea. memeknya yang belum berbulu menonjol tembem, sedangkan celahnya tampak rapat terjepit oleh kedua pahanya yang putih kurus.
“KoH Melvin masih mau berenang?” tanya Chelsea polos sambil memegang kulit kerang di tangannya.
“Nggak! KoH Melvin mau mencium ini kamu…” aku menjulurkan tanganku meraba bukit Chelsea yang mulus. “Bolehkah?”
Chelsea terdiam.AKu tidak mau menunggu lama lagi. penisku berdenyut-denyut menuntut pelampiasan. Aku segera memeluk paha Chelsea, lalu menarik gundukan memeknya mendekat. Setelah berada di depan bibirku dan Chelsea tidak menolak aku, segera kucium cela memek Chelsea, kemudian kujilat. Tubuh Chelsea langsung bergetar, dan Kulit kerang di tangannya terlepas.
“Ooohhhhh… kkohhh… kookoohh…. ooohhhh…. geliii… kohhhh…” desah Chelsea mencengkram kuat rambutku dengan tangannya.
Sewaktu tubuhnya sudah lemas, aku menarik Chelsea ke bawah pohon di tempat yang tersembunyi sambil membawa pakaiannya dan pakaianku. Aku mendudukkannya di pahaku seperti Mama tadi.
Aku mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika ia memberikan bibirnya yang tipis merekah basah itu untukku cium, aku mendorong pantatnya ke depan sehingga kepala penisku terselip di celah lubang memeknya yang sempit.
Chelsea menggigit bibir bawahku saat kepala penisku melesat masuk lebih dalam ke lubang memeknya. “Ooohhh… kkoohhh…. perihh… koohhh.. berhenti duluuu…” serunya.
Aku menghentikan aksiku, kemudian melepaskan Chelsea berpakaian. yang penting penisku sudah mencicipi memek mungilnya.
Kami sekeluarga menikmati makan malam yang disediakan oleh pihak managemen tempat kami menginap. Mama keluar dari kamar mengenakan kaos tank top warna kuning tanpa memakai BH, sehingga selain kelihatan kedua gunung kembarnya yang bergoyang-goyang, juga kelihatan putingnya yang besar mencuat.
Saat duduk mengelilingi meja makan, Chelsea bercerita panjang lebar tentang pengalamannya berenang di laut pada Papa. Aku was-was takut Chelsea tiba-tiba membuka mulut bercerita tentang kami berenang dengan telanjang, atau aku melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya, tapi Chelsea ternyata pintar menjaga rahasia.
Selesai makan, Papa pergi ke depan villa untuk merokok. Aku selesai makan nomor 2. Aku pergi ke kamar untuk berbaring dan membayangkan masa-masa indah waktu tadi aku bersetubuh dengan Mama dan sempat menikmati sedikit lubang memek Chelsea.
Dikejauhan terdengar suara ombak menerjang pantai karena air laut sedang pasang. Aku ingin melihatnya, lalu aku keluar dari kamar. Meja makan sudah kosong, sedangkan pintu villa terbuka lebar. Aku menuju ke pintu villa, dan seketika membuat aku kaget sewaktu mataku melihat 2 sosok manusia yang sedang duduk di depan Villa berdekap-dekapan sambil melumat bibir.
Mereka adalah Papa dan Mama. Aku bisa menyaksikan bagaimana tangan Papa yang kokoh itu meremas-remas payudara Mama yang dikeluarkannya dari kaos tank top Mama. darah mudaku langsung naik. Aku cemburu dan langsung marah…
Akupun segera berlari keluar dari Villa. “Vin… Melvin…. kamu mau kemana?” teriak Mama mengejar aku.
Aku berhenti dikegelapan malam. langit tidak berbintang. Angin juga bertiup kencang senada dengan suara ombak yang menderu-deru menerjang pantai. Mama memeluk aku dari belakang dengan napas terengah-engah. “kamu kenapa, Vin? Kamu cemburu ya melihat papamu mencumbui Mama? Nggak boleh begitu, Vin!” kata Mama.
“Kenapa nggak boleh, Ma? Aku mencintai Mama!” teriakku.
“Papamu adalah suami Mama. Apapun yang Papamu mau harus Mama turuti. Mama nggak bisa nolak, meskipun kamu mencintai Mama. Mama sangat mengerti, karena mama juga mencintai kamu. makanya, mama bersedia menyerahkan apapun padamu tadi. Ngerti?”
“Iya Ma, maafkan aku…”
“Ooohhh… sayanggg…” Mama mendekap aku dengan kehangatan tubuhnya.
Aku mendorong Mama ke sebuah pondok yang berdiri di tepi pantai. Sudah tidak peduli lantai pondok itu tidak ada tikar, tapi hanya beralaskan papan kasar. Aku merobohkan tubuh Mama hingga terlentang, lalu langsung kutindih Mama. Kami segera berpagutan bibir.
Mama mendorong tanganku ke payudaranya untuk aku remas, sementara bibir kami saling bergelut. kadang-kadang sampai mengeluarkan suara berdecap-decap saking napsunya pergumulan bibir kami. Pakaian kami yang menghalangi pergerakan tubuh kami pun terlepas tak bersisa.
“Hisapp… sayangg… hisaapp…” Pinta mama penuh napsu menyodorkan puting susunya yang tegang ke mulutku.
Aku pun menghisap puting Mama, sementara tanganku menggerayangi bukit selangkangannya yang penuh bulu kasar. “Ssstthhh…. oooohhhh…. oooohhhh….. ooohhhh…. aaakkhhh… oooohhhh….” rintih Mama sambil menggelinjang dan menggeliat-geliat saat jariku menembusi lubang vaginanya yang basah kuyup.
Kedua jariku langsung mengocok meskipun Mama menggeliat tidak karuan sampai pondok bergoyang-goyang. Semakin Mama menggeliat, semakin aku mengocok kencang liang vagina Mama sembari putingnya aku gigit. Pantat Mama terangkat ke atas ketika jari jempolku meremas kelentitnya yang besar dan keras itu.
“Ooooohhhhh…. oooohhhhh….. Mama sudah mau sampai, Viinn… ooohhhh… masukan penismu ke vagina Mama, Viinn… ayooo… Mama sudah gak tahannnn…” racau mama.
Segera aku menggantikan jariku dengan penisku yang mengacung keras untuk menusuk lubang vagina Mama. “Auuuwwwww!!!” teriak Mama dengan tubuh terguncang saat batang penisku menikam lubang vaginanya.
Tak bersisa sedikit pun batang penisku di luar hanya dengan sekali sodokan. Makanya Mama berteriak kencang, barangkali kesakitan. Setelah itu, aku tidak membiarkan penisku beristirahat lagi. Segera kukocok liang vagina Mama yang berair seperti kolam renang itu sehingga menimbukan suara cllokkk…. clllokkk… cllokkk….
Mama menimpalinya dengan rintihan. “Ooooohhhh…. ooohhhh… enakk… Viinn…. enakkk……!”
mendengarnya membuat napsuku bertambah naik. Aku tidak memikirkan lagi lubang vagina Mama akan robek atau terluka, Aku menyodok sekuat-kuatnya dengan mengeluarkan segenap tenagaku. Saat itu, selain tubuh Mama dan payudara Mama yang terguncang-guncang liar, pondok juga bergoyang-goyang keras seperti mau roboh.
Aku tidak peduli, apalagi Mama menyongsong sodokan batang penisku dengan liukan pinggulnya. “Ooooohhh…. enakkk… Viiinnnnn…. enakkk… puasinnn Mamaaa… Viiinnn… oooohhhhh….”Mama tidak malu-malu berteriak.
Aku menangkap payudara Mama yang bergoyang-goyang liar itu. Aku meremasnya dengan sepenuh napsu, lalu aku menghisap putingnya. “Ooohhhhhhh….. ooooohhhhhhh…!” erang Mama.
Pantatnya memutar-mutar kencang penisku sehingga batang penisku meliuk-liuk di dalam lubang vaginanya yang sangat basah dan semakin longgar itu akibat sodokan batang penisku yang bertubi-tubi. Tubuh kami berkeringat basah meskipun angin malam bertiup kencang.
aku masih saja menyodok terus lubang vagina Mama walaupun napasku sudah ngos-ngosan dan napas Mama juga ngos-ngosan.sekarang, jari-jari tanganku ikut menggeluti kelentit Mama.
“OOoooohhhhh…. Melviiiiin….. Mamaaaaa…. mamaaaaaaa…. “ teriak mama tertahan-tahan. Tubuhnya kemudian mengejang.
Mama sudah mau mencapai orgasmenya. “Tahan Ma…!” seruku “Aku sudah mau keluar juga.”
“Keluarkan di dalam vagina Mama, Melvin… ayooo…. oooohhh….ooohhhh…” batang penisku ditekuk kian kemari oleh liang vagina Mama.
Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Aku merasa mama juga sudah kelelahan. Untuk melepaskan spermaku, aku menekan sedalam-dalamnya batang penisku ke liang vagina Mama,sambil aku memagut leher Mama sekuat-kuatnya, sementara Kedua Kaki Mama memeluk pantatku dan ikut menekan.
Crroott…. ccrooottt…. crrooottt… semburan spermaku sangat kencang di dalam lubang vagina Mama. “Ooooohhh…. liani… lianiiii…. “ Teriakku menyebut nama Mama.
Sebelum aku terkulai, Mama mencium bibirku. “Terima kasih ya sayang, Mama puas dengan layananmu… Mama mencintaimu…”kata Mama.
Aku bangun dari tubuh Mama dan menatap pakaian kami yang berserakan di pasir.“Mama pulang dulu, ya?” kata Mama setelah memakai pakaiannya.
Ketika mama melangkah pergi dari pondok, Mama berjalan perlahan dengan kedua kaki terkangkang-kangkang. Bisa jadi vaginanya robek akibat ganasnya penisku menghajar liang nikmatnya itu, batinku.
Aku melihat Papa masih duduk di depan villa saat aku berjalan pulang. Papa berdiri menyambut aku saat aku mendekatinya. “Dari mana kamu, Melvin?” tanya Papa berwibawa.
“dari pantai, Pa.”
“Kamu marah ya tadi?”
Papa memeluk aku. Punggungku diusapnya. “Papa tau kamu mencintai mamamu, Melvin. jangan takut, Papa tidak akan memarahimu. Papa mempersilahkan kamu mencintai Mamamu.” kata Papa melepaskan aku dari pelukannya.
“Maafkan Melvin, Pa…”
“Oke…” Papa menepuk-nepuk pundakku. “Sekarang mamamu sedang menunggu kamu di kamar. Masuklah, temui Mamamu…”
Papa duduk kembali di tempatnya, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Aku meninggalkan Papa dengan perasaan galau, lalu membuka pintu kamar. Mama berbaring di tempat tidur dengan tubuh tertutup selimut. Mama tersenyum. “Sini, Melvin!” panggil Mama.
Aku masuk ke kamar dan menutup kembali pintu. “Mandi sana, jangan langsung tidur. Tadi badanku keringatnya banyak.” kata Mama. “handuk Mama ada di kamar mandi, Pakai aja!”
Aku menurut. bagaimana tidak, karena mama telah menyerahkan seluruh tubuhnya untukku, Tak ada yang tersisa lagi. Akupun segera mandi dengan air hangat. Kusirami tubuhku sepuas-puasnya. tapi saat hendak mengambil handuk mengeringkan tubuhku, mataku tercekat sesaat di tong sampah.
Mungkin lemparannya kurang pas, sehinnga kondom yang masih berisi sperma tampak tergantung di pinggir tong sampah. Tapi tidak kuhiraukan. Aku segera mengeringkan tubuhku dengan handuk, lalu dengan handuk itu juga, aku membungkus tubuhku yang telanjang.
“Ayo, baring dengan Mama sini, sayang!” ajak Mama setelah aku berada di kamar.
“Papa tidak tidur di sini ya, Ma?”
“Kita Tidur bertiga juga muat kok!” jawab Mama.
Aku pun naik ke tempat tidur. Mama membuka selimutnya untukku. Saat aku mau masuk ke dalam selimut, Mama menarik handukku. “Mama bukain sini!” kata Mama.
Ternyata mama juga sudah telanjang di dalam selimut. Mama mencium bibirku. “Cuupp… cuuppp… sshhtt… oooo…” desah mama.
Aku mengelusi payudaranya dengan telapak tanganku. Tapi saat tanganku sudah mengelusi sampai vaginanya dan jariku pengen kucelupkan ke lubangnya, Mama menepuk tanganku. “Ihh, nakal deh tanganmu!”
Aku tertawa, lalu aku mengenyoti puting payudara Mama. “Shhh… ooohh… ooohh.. sayanggg… ooohhh… “ desah Mama keenakan sambil mengelus punggungku.
“Enak ya, Ma?”
Mama tersenyum dan memencet hidungku dengan ujung jari telunjuknya.Aku kembali mengelusi vaginanya. Kali ini Mama menuntun jariku memasuki lubang vaginanya. “Stttthhh… aaahhhh…. sayanggg… enakkkk…!” desah Mama saat jari telunjuk dan jari tengahku tenggelam di dalam lubang vaginanya yang basah.
Kemudian segera kukocok-kocok. Clloppp… cloppp… clooppp…. Mama menggelinjang dan menggeliat-geliat. “UUugghhh… uuughhh…. uuughhhh…! lenguh Mama menahan nikmat yang luar biasa.
Sesaat kemudian, Mama bangun menyingkapkan selimut. Ia menelentangkan tubuhku. lalu Mama menunduk dan mulai menjilati batang penisku dengan lidahnya. oooohhh… aku menggelinjang. Sungguh sangat nikmat jilatan Mama.
Selanjutnya, kepala penisku dikulum-kulumnya di dalam mulut. “Sssttthhh… aahhhhh…. Mamaaa… enaakkk….” desahku.
aku seperti menyemangati Mama. buah pelirku dihisap dan lubang anusku dijilat. Aduuhhh…. nikmatnya sungguh tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata apapun. Tubuhku seperti melayang-layang. Saat aku menyadarinya. vagina mama sudah berada di depan mulutku dan siap untuk kusantap.
Segera kukeluarkan lidahku menjilat vagina Mama yang harum, tapi lendirnya terasa sedikit asin. “Ooooohhh… sayanggg.. enaakkk… sshhh… ooohhh…” rintih Mama.
Aku menghisap kelentitnya. Pada saat yang sama, pantat mama bergerak naik-turun. “OOOuuhhhh… ooouuhhh… aaahhhh…..!” seru Mama.
Aku tidak mau menunggu lama lagi. Aku menelungkupkan tubuh Mama di tempat tidur, kemudian aku menyodok lubang vaginanya dari belakang. Setelah batang penisku tenggelam, aku menindih tubuh Mama, lalu kugenjot lubang vaginanya.
Saat aku sedang menggenjot, rasanya aku ingin tertawa ketika aku mendengar suara mendengkur Papa di ruang tamu. Ghoott… Ghhoottt…. ghooottt…. sehingga aku memompa lubang vagina mama semakin kencang.
“Gantian mama yang di atas!” pinta Mama kemudian.
Aku mencabut batang penisku dari lubang vagina mama, kemudian berbaring terlentang di tempat tidur. mama menaiki tubuhku. Tidak perlu lama Mama memasukkan penisku kembali ke lubang vaginanya. Dengan sekali menekan pantatnya ke bawah, Bluusss…. batang penisku menerobos dan tenggelam di dalam lubang vagina Mama, sampai-sampai kepala penisku menekan rahimnya.
Mama lalu menaik-turunkan pantatnya dengan tempo cepat. payudaranya yang menggantung seperti melon layu itu bergoyang-goyang liar. tanganku menangkapnya dan meremasnya dengan liar juga.
“Aahhhh…. aaahhhh….” lenguh Mama terus saja memacu batang penisku dengan lubang vaginanya yang becek. pantatnya meliuk-liuk, sekali-sekali turun naik.
Kemudian dari bawah, batang penisku membalas. Cloopp… clloppp… cllooppp…. “OOhhhh… sayangg… Mama sudah mau keluar… ssshh… ooohhh… “ mama menurunkan tubuhnya memeluk aku sementara pantatnya terus saja bergerak meliuk-liuk.
Aku tidak tahan lagi dengan liukan pantat Mama. “Keluarin Maa… aku juga sudah mau keluar nih…!” kataku.
ketika tubuhku mengejang, menyemburlah spermaku di dalam vagina Mama. “Aduuhhh… adduhhh… enakkk… hangatt, nakkk…!” seru Mama.
“Ya sayangku, moga-moga hamil, ya?” balasku.
Mama mencubit pinggangku dengan gemasnya.
Aku belum bisa tidur sampai jam 2 pagi. Mama ngoroknya luar biasa. Aku turun dari tempat tidur memakai celana, lalu keluar dari kamar. Aku membangunkan papa yang tidur di sofa. “gantian, Pa!” kataku. “Sana masuk ke kamar, Mama sudah nunggu!”
Papa menggeliat malas, tapi akhirnya Papa berangkat juga ke kamar. sebentar kemudian, terdengar suara aahhh… aaahhh… iihhh… iihhh… dari mama. Sementara itu, aku mencoba memutar gagang pintu kamar Chelsea. Ahh… pintu kamar itu bisa dibuka.
Aku melangkah masuk ke kamar Chelsea, kemudian menutup kembali pintu. Chelsea tidur pulas memeluk bantal guling. dari celana panjangnya yang tipis, nampak segitiga celana dalam Chelsea membungkusi pantatnya yang bulat. Diantara kedua pahanya nampak juga gundukan memeknya yang menonjol.
Aku mencoba membuka pahanya yang terkangkang di atas bantal guling itu lebih lebar. Ketika dia tidak terbangun, aku mencoba mencium belahan pantatnya dan gundukan memeknya. Ugghhh… baunya sangat merangsang. Meskipun spermaku sudah 2 kali merendam rahim Mama, tetap saja penisku bangun mengacung tegang.
Setelah puas kucium belahan pantat dan gundukan memek Chelsea, aku mengelusi pahanya. “Chelsea sayang…” panggilku pelan.
“Koohhh…. kokohhh…. “ Gumam Chelsea membalik tubuhnya terlentang, tapi masih memejamkan mata.
Aku berbaring di tempat tidur memeluk Chelsea. “Sayang…”
“Kokohhh….”
Kami berpelukan. Aku mencium bibir Chelsea dengan lembut. “Hmm… Kokohh…”
“Ada apa, sayang?” aku mencium tetek Chelsea yang terbungkus baju tidur dan BH itu. “Kokohhh… aahhhh… kokohhhh…” Chelsea menggeliat, sehingga membuat aku tambah napsu dengan adikku ini.
Aku melumat teteknya, dan gundukan memeknya aku remas dengan tanganku. “ooohhh…. kokohhhh…. kokoohhhhh….. kokohhhhh….” rintih Chelsea meliuk-liuk di tempat tidur.
Aku tidak mau tanggung-tanggung lagi. Kepalaku menuju keselangkangannya yang tertutup celana panjang, lalu aku memagut gundukan memeknya. “Ooohhhh…. Kokohhhhh…!!” teriak Chelsea tertahan. tangannya mencengkram kuat rambutku dan pantatnya naik dari kasur seperti ingin menyongsong pagutanku selanjutnya.
Segera aku menarik lepas celana panjang Chelsea dan celana dalamnya. Aku menjilat memek Chelsea yang sudah mengeluarkan lendir. “OOohhh… Kokohhh… sshhhhh… oooooghhhh…”
Mulutku liar menghisap lubang memek Chelsea. Sebentar kemudian, pertahanan Chelsea jebol. “Ooooohhhhh…. kokoooooohhhhhhh…… pengen pipiiisssss….!” teriak Chelsea saat orgasme menyerang tubuhnya. kain seprei digenggamnya kuat-kuat.
Aku melihat jam.
Jam 02:30 menit aku menaiki tubuh Chelsea dengan penis tegang menantang. Baju tidur dan BH-nya aku lepaskan. Chelsea yang sudah setengah melayang, membiarkan aku.
Kedua pahanya aku kangkang lebar. Setelah itu kutekan penisku ke lubang vaginanya. “Ahhh… kokohhh… perihh… pelan-pelan…” desis Chelsea.
“ya… kokoh akan pelan-pelan, kamu tenang aja, jangan berisik, nanti ketahuan sama papa dan Mama…” kataku.
Aku mengisap leher Chelsea, sementara kepala penisku terus menyerang lubang vaginanya yang sempit dan menjepit itu. “Ahhh… kokohhh… sakit… berhenti dulu…” desah Chelsea pelan.
Saat beristirahat, aku mengganjal batal kepala di bawah pantatnya agar memeknya terdongak dan gampang ditembusi penisku. kemudian Aku mencoba mengayun batang penisku menyodok lubang memek Chelsea lagi sambil puting teteknya yang mungil kemerahan itu kuhisap-hisap.
Sedikit demi sedikit batang penisku mengoyak pertahanan Chelsea. “Masih sakit?”
“Ya koh…!”
“hentikan saja ya, daripada kamu kesakitan…” kataku.
“jangan koh…!”
“Nggak apa-apa kalau kamu nggak gadis lagi?” tanyaku.
“yang penting Koh Melvin jangan cerita sama siapa-siapa, ya?”
“Okee… okee… sayang…”
Aku menekan lagi batang penisku ke lubang memek Chelsea. Chelsea menarik napas panjang. “Terusin ya?” kataku.
“Iya Kohh…!”
Aku bisa merasakan selaput dara Chelsea sudah kujeboli. Aku menghisap bibir Chelsea dan dengan satu sodokan, aku hunuskan batang penisku masuk ke dalam lubang memek Chelsea. Chelsea menggigit bibirku dan air matanya meleleh. “Sakit sekali koh memek aku…” rintihnya.
“kan kita suka sama suka… sakitnya harus ditahan dong! paling-paling juga sebentar…!” kataku.
“Iya kohh…!”
Kemudian aku mulai menarik-masukkan batang penisku di lubang vagina Chelsea yang padat itu lagi. pelan-pelan sekali. “Sudah lumayan enak?” tanyaku setelah beberapa kali aku menggenjot lubang nikmat adikku itu. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“Ya kohh…”
“Kokoh gerakin cepat, ya?”
“Iya…”
Aku mencium bibir Chelsea dengan lembut. sementara dibawah, penisku menyodok-nyodok lubang memek Chelsea dengan gerakan cepat. Kepala penisku rasanya menggaruk-garuk dinding vagina Chelsea. Enak… nikmat dan entah apalagilah rasanya ketika tubuhku mengejang.
Ingin rasanya secepatnya aku melepaskan spermaku di dalam memek Chelsea. dengan tak sabar lagi, aku menekan batang penisku sedalam-dalamnya ke lubang memek Chelsea, lalu aku melepaskan spermaku di rahimnya.
Crroott.. crroott… crroott..
“Oooohhh… kokohhh… enakk kokohh… hangat memek Chelsea..” desah Chelsea.
Saat aku mau melepaskan penisku dari lubang vaginanya, Chelsea menarik bantal yang mengganjal di bawah pantatnya, lalu mendorong masuk celana panjangnya ke bawah. “Takut ada darah, koh!” kata Chelsea.
Benar saja. begitu aku melepaskan batang penisku dari lubang vaginanya, batang penisku berlumuran darah segar dan dari lubang memek Chelsea juga mengalir keluar darah yang bercampur dengan spermaku.
Aku memeluk erat Chelsea. “Koh Melvin mencintai kamu, sayang. tapi kamu harus biasa-biasa saja dan jangan salah tingkah, ya?”
“Iya koh, janji!”
Esok paginya, selesai sarapan, aku memandang ke laut lepas sewaktu mobil Papa meninggalkan villa menuju ke rumah. satu pertanyaan timbul dalam pikiranku, Akan biasa-biasakah aku dengan Mama dan Chelsea di rumah nanti? tapi di dalam mobil, Aku dan mama sudah saling meremas tangan.