Prolog
Novel Love Story – Kata orang cinta sejati itu tidak ada, terlebih kepada sesama manusia, bahkan akhir-akhir ini aku sering mendengar bahwa kebohongan terbesar dalam cinta adalah kalimat:
“Kebahagiaan terbesarku adalah melihat kamu bahagia dengannya”.
That’s true.
You’re so fuckin’ foolish if you agree with that statemant. That’s bullshit mennn…
Ngocoks Logikanya sih begitu. Kalimat itu dianggap suatu kebohongan yang menggelikan dan tidak patut dipercayai. Tapi disini aku mencoba memahaminya. Mencoba menyelaminya. Dan mencoba menjalani. Menyingkirkan segala teriakan akal logikaku dan memilih menggunakan hatiku. Hatiku yang lemah, bodoh dan naif.
Sebenarnya apa itu Cinta?
Mengapa hanya karena hal itu aku yang memiliki IQ diatas rata-rata, kemampuan yang dielu-elukan sejuta umat bisa tunduk tak berdaya dibawah kendalinya??
Mereka bilang, Cinta yang membuat kita tetap tersenyum walau dia tak berada di pelukan kita??
Is that true?
Mungkin memang ada. Mungkin juga hanya satu diantara seribu yang benar-benar rela melepaskan orang yang begitu dicintainya untuk berbahagia dengan orang lain.
Mungkin saja bukan karena tak mau berjuang, tapi memang suatu keadaan yang mengharuskan kita melepaskannya, orang yang kita cintai. Melepaskan orang terkasih demi melihat senyumnya tanpa ada sakit yang kita timbulkan ataupun yang kita rasakan.
Jujur saja pasti sebenarnya kita pun sakit melihatnya tersenyum karena orang lain. Karena pada dasarnya hati ini menginginkan dia hanya tersenyum karena kita.
Terlebih melihat dia dipelukan orang lain, setulus apapun cintamu, hatimu akan tetap merasa teriris perlahan, perlahan, dan perlahan. Hingga kamu akan terbiasa dengan rasa sakit itu, dan tetap bisa tersenyum karena apapun yang terjadi, senyumnya begitu menenangkanmu.
Cemburukah??
Tentu saja dong, gimana sih… Namanya cinta ya pasti cemburu dong.
Tapi…
Kembali lagi. Aku akan berusaha menerimanya… Berusaha berdamai dengan keadaan.
Caranya??
Mungkin aku akan berusaha menghibur hatiku sendiri, perlahan menyingkir, sedikit lebih jauh, agak jauh dan akhirnya tak terlihat olehnya, meskipun pandangan mataku tak pernah terlepas darinya, tak lepas untuk mencoba mencari tiap kejujuran di matanya, dan berharap masih ada cinta untukku di mata itu.
Kecewa, sakit, putus asa, mungkin itu yang kamu rasakan, tapi cinta, sekali lagi cinta, cinta yang melembutkan hati kita untuk tetap ingin membahagiakannya, cinta yang membuat kita mampu merelakan dan tetap tersenyum walau dia tak berada di pelukan kita.
Itulah cinta yang tak pernah bisa dilogika, itulah cinta yang mungkin sangat terlihat bodoh. Tapi itulah cinta yang memang benar-benar ada, dan benar-benar merelakannya berbahagia walau bukan dengan kita, karena cinta memberi kekuatan yang luar biasa untuk tetap bertahan di tiap kesakitan.
Aku tak memungkiri betapa sakitnya itu. Begitu menyakitkan. Sangat sakit. Teramat sangat menyakitkan. Sungguh-sungguh sakit.
Namun disini aku masih berusaha terus menyelami semua yang terjadi untuk bisa terus bertahan dikubangan rasa sakit yang sangat menyayat melihat bagaimana seseorang yang begitu kucintai, pernah saling mencintai, saling membahagiakan pada akhirnya harus ku relakan bersama orang lain.
Aku mencoba mencari satu kata yang tepat untuk melukiskan diriku sendiri, menggambarkan cintaku yang kandas, menggambarkan betapa beratnya perjuanganku dan betapa sakitnya lukaku, tapi sayangnya, aku tak mampu menemukan satu kata itu. Apakah kalian pernah merasakan posisi sepertiku??
Jagi…Kamu dan cintaku terus masuk semakin dalam dihatiku, itu yang aku rasakan, sama sekali tidak surut sedikitpun.
Seringkali aku berpikir. Terheran dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku melepasmu begitu saja? Bagaimana bisa??
Wahai kamu pria pujaanku, maafkan aku yang tak mampu memaksa hatiku, menahan sakitku, karena aku tak akan pernah bisa melupakanmu, bahkan menghapus sedikit saja memori tentang kita dari hatiku, aku tidak bisa.
Semakin kamu memintaku merelakanmu, semakin aku mencintaimu. Rasanya sungguh tak sanggup aku melihatmu bergandengan mesra dan bahagia dengannya. Tapi lihatlah.
Aku berdiri disini menyaksikan perhelatan bahagiamu dengannya. Kamu yang terlihat begitu bahagia menggandengnya disampingmu. Kau begitu terlihat bangga ketika puluhan pasang mata bersorak antusias menyaksikan kebahagiaanmu dan dia, menyisakan diriku sendirian diujung sini.
Sekali lagi, bagaimana jika kalian jadi aku saat ini??
Lihatlah aku disini. Diriku yang sendiri berusaha bertahan agar tetap bisa berdiri tegak menopang tubuhku. Menahan rasa sakit didadaku. Berusaha mempertahankan senyuman diwajahku untukmu. Berusaha menunjukkan padamu bahwa aku sudah mengikhlaskanmu. Merelakanmu. Meski itu berat. Amat sangat berat.
Sungguh ini sangat berat jagiya…
Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku??
Aku sangat mencintaimu.
Sungguh-sungguh, sampai detik ini masih amat sangat mencintaimu.
Tak bisakah kau melihat itu semua??
Tak bisakah kau melihat betapa hancurnya aku??
Dan yang tak habis pikir, bagaimana bisa kamu memintaku, memohon padaku untuk datang menghadiri perhelatanmu ini??
Apakah kamu buta akan perasaanku jagiyaaa??
Bagaimana bisa??
Bagaimana bisa kamu sekejam ini pada hatiku??
Sama halnya saat kamu memintaku merelakanmu saat itu. Kau torehkan sebuah luka tak berdarah teramat dalam. Kau mengukir lubang dihati sampai kedasar jiwaku.
Apakah ini yang dinamakan Cinta??
Andai aku mampu menyuarakan semua isi hatiku itu padamu, mungkin aku tak akan merasa semenderita ini. Setersiksa ini. Tapi melihat senyummu, melihat matamu yang berkaca-kaca memohon, aku tak mampu menolaknya. Hal bodoh yang bisa kulakukan hanya tersenyum menenangkanmu untuk menyanggupinya.
Itulah fakta yang berusaha kusimpan rapi didasar hatiku darimu. Aku tak ingin merusak tawa bahagiamu saat ini. Biarlah kehancuran hatiku ini aku sendiri dan Tuhan yang tahu. Apapun akan kulakukan untuk membuatmu bahagia. Jika memang inilah yang kau mau. Dan bisa membuatmu bahagia. Maka kuberikan. Apapun untukmu.
Biarlah aku dikata bodoh, pengecut ataupun pecundang.
Inilah cintaku padamu.
Apakah cintaku ini bisa dikategorikan sebagai cinta sejati? Entahlah… yang kutahu, “Kebahagiaan terbesarku adalah melihat kamu bahagia dengannya”. Kata-kata itu benar adanya dan bukan suatu kebodohan, melainkan sebuah perjuangan dan cinta yang benar-benar tulus.
Terima kasih telah hadir menghiasi kehidupanku yang sunyi dan tak berwarna selama ini. Terima kasih telah mengenalkanku dengan apa itu Cinta.
Terima kasih telah mengajarkanku tentang apa itu pengorbanan dan keikhlasan. Terima kasih sudah sempat menghangatkan hatiku yang beku. Terima kasih telah memberiku kasih sayang yang tulus selama ini.
Terima kasih, Seungri-ah. Aku hanya bisa mendoakan semoga kau bahagia dengan pilihanmu.
Tapi,
Aku yakin. Suatu saat nanti, kamu akan menyadari bahwa kamu tak akan pernah bisa menemukan atau pun mendapatkan Cinta seperti yang aku berikan kepadamu. Cinta tulus yang tak meminta balasan. Cinta yang rela memberikan segalanya untukmu. Cinta yang hanya dipersembahkan padamu seorang. Yaitu,
Cinta seorang Kwon Jiyong kepada Lee Seungyun.
Maaf ya sobat Ngocokers jika prolognya terlalu panjang, yuk langsung saja ke bab selanjutnya untuk membaca ceritanya…