Aku berdiri disini, dijajaran tamu undangan paling belakang, menyaksikan perhelatan sumpah setiamu dengannya. Kamu dan dia, kalian terlihat sangat sumringah bahagia. Saling memandangi satu sama lain.
Sorot mata kalian terlihat jelas penuh cinta untuk satu sama lain. Senyum lebar tak pernah luntur dari bibirmu. Pandangan matamu hanya tertuju padanya. Seakan duniamu terhenti padanya seorang. Seakan hanya dia sosok yang paling berharga dalam hidupmu.
Apakah benar seperti itu jagi??
Jika memang benar, kenapa kamu juga pernah melakukan hal yang sama padaku??
Lalu apalah arti diriku dalam hidupmu sesungguhnya??
Jika yang kamu lakukan padanya ini adalah bentuk dari rasa cintamu padanya, salahkah diriku yang berharap kamu juga merasakan hal yang sama terhadapku??
Aku tahu kamu tahu tentang bagaimana perasaanku kepadamu walau aku tak mengatakannya. Bahkan semua orang juga tahu bagaimana perasaanku. Tapi kenapa kamu melakukan ini??
Apa kali ini kamu memilih untuk buta??
Masih teringat jelas dalam ingatanku bagaimana kamu menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping. Mungkin jika hanya sebatas petualanganmu mencari hiburan kepada para jalang itu aku mungkin masih bisa bertahan. Tapi kali ini… Kamu melakukan lebih dari batas seharusnya.
Menurutmu aku harus bagaimana?
Flashback…
“Hyung…” panggilmu pelan seakan ingin menyampaikan sesuatu yang buruk kepadaku.
“Hn” jawabku singkat masih berkutat dengan pekerjaanku.
Aku adalah seorang komposer sekaligus produser music. Dan kamu adalah salah satu artis penyanyi yang bernaung dibawah management label music milikku. Kamu adalah artis pertama yang kumili. Kamu juga yang senantiasa mendampingiku saat aku mendirikan perusahaan ini dari nol sampai detik ini hingga berdiri begitu besar seperti sekarang memiliki puluhan artis dan banyak relasi.
Kita saling bergantung pada satu sama lain. Terasa seperti kita tak terpisahkan. Terasa kita adalah satu. Memiliki satu sama lain. Bahkan sampai tak ada cela untuk siapapun bisa masuk ditengah-tengah kita saking kuatnya bounding kita.
Meski banyak para pengganggu seringkali berkeliaran disekitar kita, kita sedikitpun tak goyah. Bahkan kita pun ikut bersenang-senang menghibur diri kita bersama mereka. Tapi. that’s it. Nothing more.
Itu yang selalu kita tekankan pada diri kita masing-masing meski tak terucap. Kita bisa memahami satu sama lain meski tanpa kata. Meski mereka tak tahu apapun tentang hubungan kita.
Tapi,.. yang kau ucapkan kali ini benar-benar diluar ekspektasiku. Memang benar kita tak ada ikatan yang resmi seperti “Kekasih atau Lover”. Kita tidak pernah mendeklarasikan diri seperti itu.
Kita juga tak pernah mengatakan “I Love You” pada satu sama lain. Meski kita sudah melakukan ciuman bahkan berhubungan sex ribuan kali, ya meski hanya orang-orang terdekat kita saja yang tahu.
Tapi bagiku, aku tak perlu melakukan itu semua, cukup perbuatanku yang aku tunjukkan kepadamu sudah menjadi bukti mewakili seberapa besar dan dalamnya apa yang aku rasakan terhadapmu.
Dan dirimu pun demikian. Tanpa mengatakannya, kita sudah bisa menyelami pikiran dan perasaan kita masing-masing. Namun sekarang apa?? Apakah yang selama ini aku salah menilainya??
“Hyung… apa kau punya waktu sebentar saja?” tanyanya mencoba merebut perhatianku kembali.
“Ada apa sih jagi?” responku seperti biasa.
Dia diam. Dan itu sukses membuatku meninggalkan pekerjaanku dan menghadapnya.
“Apa kamu lapar? Mau makan malam dimana hem?” tanyaku berusaha mengalihkannya dari tema pembahasan yang ingin dimulainya.
Aku tahu hal buruk apa yang akan dia sampaikan kepadaku. Tapi meski aku sudah diberi laporan sebelumnya, aku masih belum bisa percaya semua itu.
Ya, salah satu sahabat sekaligus orang kepercayaanku yang ikut membantuku mengurus perusahaan ini sudah memberiku setumpuk laporan mengenai apa saja yang ‘kekasih’ ku ini lakukan diluar sana.
“Hyung, ada yang ingin aku katakan padamu.” ucapnya lagi tanpa menjawab tawaranku.
Aku hanya menatapnya intens tanpa menjawab. Terlihat diam berusaha mengumpulkan keberanian untuk menatap balik.
“Kau tahu kan bahwa ibuku sudah berkali memintaku untuk menikah?” tanyanya yang tak meminta jawaban karena kami berdua sama-sama tahu.
Aku bersyukur orang tuaku tidak seperti ibunya, orang tuaku membebaskanku melakukan apa yang ku mau. Apalagi aku yang memiliki kakak perempuan yang sudah memberinya seorang cucu membuat mereka tak mempermasalahkanku.
“Dan kau tahu juga adik perempuanku masih kuliah jadi semakin sulit buatku untuk menghindar.” Ucapnya lagi.
Sengaja kubiarkan dia gelagapan bermain dengan kata-kata didepanku. Terlihat dia begitu kebingungan mencari kata-kata yang tepat untuk mengutarakan niatnya padaku. Mungkin karena melihat wajahku yang datar tanpa ekspresi menatapnya membuatnya makin tertekan.
“Kamu mengenal Yoo Hye Won kan hyung?” tanyanya tanpa kurespon.
“Ehm… dia.. dia wanita yang baik. Dan ibu menyukainya. Lalu.. Lalu ibu memintaku melamarnya.
Segera.. dan bahkan ibu sendiri sudah menghubungi orang tuanya. Aku sungguh tak bisa menolaknya hyung.. maafkan aku…” ucapnya sudah pasrah karena teramat stres tertekan oleh aura dinginku.
Hening sejenak.
“Hyung…” panggilnya lirih dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Lalu maumu aku harus bagaimana?” responku datar.
Terlihat dia terbelalak agak shock dengan respon yang kuberikan.
“Ibu sudah menetapkan tanggal pernikahan kami. Aku tak bisa berbuat apa-apa.” ucapnya lagi semakin kacau.
“Hyung… kumohon…” ucapnya makin desperate dengan matanya yang memelas.
“Lalu aku harus apa Lee Seungyun?” respon ku dengan tenang. Seakan tak terusik sedikitpun.
Dia yang melihatku seperti itu akhirnya meneteskan air mata, tertunduk memohon.
“Lepaskanlah aku hyung… aku tak mau menyakitimu lebih dari ini.” sambil menangis dia akhirnya mengutarakan niatnya.
Kubiarkan dia yang menangis.
“Kumohon kamu bisa datang. Aku tak bisa tenang jika kamu tidak datang hyung. Kumohon… Kabulkanlah permintaanku yang egois ini kepadamu. Aku janji ini adalah yang terakhir.” ucapnya lalu tiba-tiba bersimpuh di bawahku.
“Ku mohon maafkan aku hyung… hiks… maafkan aku.. Maafkan aku…” ucapnya lagi sambil terus terisak.
Aku masih tak memberikan respon apapun padanya. Masih duduk dengan tenang dikursiku membiarkannya masih bersimpuh didepanku.
Suara detik jarum jam begitu terasa mencekam diruanganku yang hening saat ini. Aku bisa melihat bagaimana dia yang terus berusaha menghapus air matanya dengan tertunduk.
Dengan santai kuraih handphone yang tergeletak dimejaku.
“Hyung… atur agar tidak ada seorang pun yang masuk keruanganku. Siapapun itu. Aku ada diruang pribadiku tak bisa diganggu.” ucapku pada sahabat sekaligus tangan kananku yang ruangannya tak jauh dari ruanganku.
Dia paham maksud dari ucapanku. Sedang namja yang sedang bersimpuh didepanku pun juga paham. Terbukti dari respon tubuhnya yang bergetar setelah mendengar ucapanku.
“Pastikan kamu mengatur semua sampai besok.” Finalku sebelum menutup telpon.
Namja yang sedang bersimpuh, ‘kekasih’ku, Seungri, Lee Seungyun. Dengan sangat kejamnya melakukan semua itu padaku. Apa salahku?? Dimana kurangku?? Aku sudah memberikannya segalanya. Hidupku, hatiku, jiwaku. Hanya karena kami sama-sama bergender sama aku harus menanggung luka teramat menyakitkan seperti ini.
Aku merasa seperti sampah. Setelah tak berguna dibuang begitu saja. Kupikir selama ini dia yang paling paham bagaimana hatiku. Tapi ternyata aku salah. Terbukti bagaimana dia melakukan semua ini tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.
Jika maumu begitu aku bisa apa? Karena bagiku yang terpenting adalah kebahagiannmu. Jika dengan menghancurkanku begini adalah caramu bahagia, maka baiklah. Pergilah… Pergi kemanapun yang kau mau. Aku membebaskanmu.
Setelah menutup sambungan teleponku segera ku seret dia ke kamar pribadiku yang terletak tersembunyi di ruanganku. Aku sering menggunakan kamar ini untuk sekedar melepas lelah atau paling sering kamar ini kugunakan untuk bercinta dengan Seungri seperti saat ini.
Kuhempaskan tubuhnya ke kasur dengan kasar. Segera kulucuti pakaianku dan pakaiannya. Tak kupedulikan dia yang meronta-ronta memohon padaku untuk melepasnya.
Saat ini yang ada dalam pikiran dan hatiku hanyalah luka yang teramat dalam yang kurasakan sampai ke relung-relungku. Dengan kasar dan ganas aku menyetubuhinya tanpa ampun tanpa jeda.
Aku membekukan hatiku saat ini. Tak kupedulikan jeritan kesakitannya, tak kupedulikan tangisan memohonnya. Yang ada dikepalaku hanyalah membuatnya mendesah dan memanggil namaku. Hanya namaku.
Hingga namaku itu bisa terpatri di otak maupun seluruh aliran darahnya. Aku sampai tak sadar jika aku menyetubuhinya sambil menangis juga. Dia yang melihat air mataku malah menangis semakin pecah. Sadar bahwa ini moment terakhir kami, kami bercinta sambil berpelukan dan menangis.
Karena hatiku yang teramat terluka membuat gerakanku makin brutal. Dia sampai pingsan beberapa kali karena tak mampu mengimbangi keganasanku.
Dan katakanlah aku bejat karena meski dalam keadaannya yang pingsan aku masih menyetubuhinya tanpa ampun. Aku tahu benar kelemahan setiap inci bagian tubuhnya yang membuatnya tak akan mampu menolak sentuhanku. Hingga pagi pun tiba…
“Ugh~~ hyung~ su-sudah~..ah~sss…” desahnya lirih sedikit mendesis karena perih dengan suara serak hampir hilang saat aku masih terus menggenjot lubangnya dengan kuat.
Bagaimana ga ilang itu suara. Melihat keadaannya yang sungguh amat menyedihkan seperti ini siapapun juga tahu bagaimana brutalnya aku menggarap tubuhnya.
Matanyanya yang bengep karena terus menangis, bibirnya yang bengkak dan sedikit terluka karena ulah mulutku, seluruh tubuhnya yang penuh bercak merah dan ungu bahkan ada bekas gigitanku, bukan hanya bercak-bercak yang menghiasi seluruh tubuhnya melainkan air mata, liur, keringat dan juga sperma.
“Ji~ ahk~ ak-aku.. argh~~!!” Jeritnya tertahan tanpa suara saat dia orgasme sampai terkencing-kencing kembali entah yang keberapa kali tak terhitung. Ngocoks.com
Dengan sisa tenaga yang ada aku semakin memacu kecepatan memompaku hingga aku memuntahkan sisa-sisa spermaku yang ada beserta air seniku. Jika boleh jujur mau berapa kalipun aku bercinta dengannya entah kenapa aku tak pernah merasa cukup.
Aku selalu ingin lebih lebih dan lebih. Hanya dia yang mampu memuaskan birahiku. Sadar ini akan menjadi terakhir kalinya aku bisa memeluk orang yang kukasihi segenap hatiku, aku memeluk dan menciumnya dengan penuh perasaan yang membuncah menyalurkan perasaanku padanya.
Kami berdua terdiam masih sambil berpelukan mengatur nafas, hati dan pikiran. Dia terkulai tak berdaya dalam pelukanku. Terlihat jelas dia tak memiliki tenaga sedikitpun. Tak berapa lama terdengar dengkuran halus darinya. Dia tertidur dalam pelukanku. Terlihat kelelahan. Setelah puas menatapnya aku beranjak ke kamar mandi.
Setelahnya aku membawa wadah berisi air untuk membersihkannya. Kuperhatikan baik-baik tubuhnya yang penuh hasil karyaku. Penuh tanda kepemilikan dariku. Namun yang membuatku tersenyum miris adalah dia bukan milikku.
Saat aku membersihkan tubuh bagian bawahnya dapat kulihat noda-noda darah yang membuktikan permainan kasarku. Aku yakin jika dia seorang yeoja dia bakal langsung hamil.
Melihat bagaimana perutnya begitu banyak menampung sperma milikku. Ahh, aku salah. Mungkin dia sudah hamil sejak awal aku mulai menyentuhnya. Dengan telaten kubersihkan semuanya dan mengobati luka-lukanya.
Bersambung…