Satu tahun lebih setelah pernikahanmu kita sudah tak pernah bertatap muka langsung. Aku memang sengaja menghindarimu. Aku tak sanggup merasakan sakit yang lebih lagi.
Selama setahun setelah pernikahanmu itu, sosial media, majalah dan berita di infotainment terus menyorot kehidupan bahagiamu dengannya.
Tak heran jika aku menjumpai foto-foto kemesraan kalian dimana-mana sampai banyak yang memberikan taggar pada akunku. Hahh… Apa kau tahu bagaimana rasanya itu? Rasanya tuh seperti penyakit kronis yang sangat menyakitkan menggerogotiku secara perlahan.
Kau tahu bagaimana big bro selama setahun itu melihatku? Aku tahu meski dia tak mengucapkan apapun matanya syarat akan kekawatiran dan kesedihan yang mendalam melihat kondisiku.
Yang membuatku selalu ketawa adalah tingkah-tingkah konyolnya yang selalu dia lakukan untuk menghiburku. Jujur aku terhibur dengan perhatian diam-diamnya itu, dan aku sangat bersyukur akan hal itu.
Aku bersyukur masih memilikinya disampingku. Ku dengar juga beberapa kali kamu mencoba menemuiku tapi selalu dicegat olehnya.
Ahhh… aku makin bersyukur deh memiliki big bro yang sangat bisa kuandalkan dan mengerti aku. Sampai akhirnya kamu dan dia beradu argumen agak panas yang membuatmu akhirnya berhenti berusaha menemuiku.
Tak lama jagat hiburan heboh dengan berita kehamilan istrimu. Tuhan… kurasa pil yang kau berikan semakin pahit rasanya. Apa yang bisa kulakukan selain menerima pil itu dan menelannya bulat-bulat??
Dan sampailah di insiden naas saat itu. Saat tanpa sengaja kita berada dalam satu pesta yang sama. Didepanku kamu beradegan begitu mesra dengannya.
Dengan hati-hati dan penuh sayang kamu memperlakukan istrimu yang sedang hamil anakmu, mengajaknya berdansa dengan bahagianya seakan disitu hanya ada kalian berdua, dan terakhir ciuman panasmu dengannya membuatku hampir kalap.
Padahal kamu tahu aku ada disitu. Big bro senantiasa mencengkram bahuku berusaha menyalurkan kekuatan padaku juga mencoba menenangkanku. Setelah berbasa-basi dengan beberapa tamu bisnis aku pamit mundur meninggalkan big bro mewakiliku. Meninggalkanmu yang berusaha mencari celah menghampiriku.
Kuputuskan untuk menyetir mobilku sendiri malam ini. Aku butuh space sendiri dan udara segar. Tanpa sadar aku memacu kendaraanku dengan kecepatan diluar batas wajar saking frustasinya karena semrawutnya pikiran dan hatiku. Dan…
BAMMMM!!!!
Kecelakaan naas itu tak terelakkan. Semua terasa menyakitkan, namun tak sesakit hatiku. Duniaku serasa berangsur-angsur menggelap. Bisa kudengar huru hara disekitarku sebelum mataku benar-benar tertutup. Ahh… apakah ini akhir hidupku?
Apakah ini akhir dari penderitaanku? Sungguh Tuhan Engkau baik sekali. Engkau sangat tahu bahwa aku sudah tak sanggup lagi menahan penderitaanku ini. Dengan begini akhirnya aku bisa benar-benar merelakanmu Seungri-ah.
Saranghaeyo… Goodbye my love…
“Brengsek!!! Kenapa bisa jadi begini!!! ARRGHH!!”
BANG! BANG! BANG!
Aku memukuli tembok rumah sakit tepatnya didepan ruang operasi Jiyong. Saat aku mendengar kabar kecelakaan yang dialaminya dimana aku masih diacara pesta yang beberapa saat lalu ditinggalkannya.
Saat itu aku sedang berbicara dengan dua orang rekan bisnis ketika menerima nomor telepon tak kukenal yang ternyata mengabarkan tentang kecelakaan Jiyong. Aku sampai tak menyadari kalau Seungri sudah berada disamping ikut mendengarkan percakapanku.
“Maaf, saya permisi dulu.” pamitku segera pada rekan bisnisku tersebut.
“Hyung, tunggu. Ada apa dengan Jiyong hyung??” tanyanya sambil mencekal lenganku mencegatku.
Wajahnya terlihat jelas diliputi kekawatiran. Tapi aku tak ambil pusing. Dengan sekali hempas kukibaskan cekalannya dan pergi. Aku tiba dirumah sakit tepat saat Jiyong turun dari ambulance.
Ohh GOD!!!!! Aku kaget bukan maen ketika melihat wajah jiyong dan seluruh tubuhnya sudah tak terlihat jelas. Seluruh tubuhnya dibanjiri darah segar.
Aku sampai hampir tak mengenalinya. Petugas dan aku pun segera berlari membawa Jiyong ke IGD, tak kupedulikan teriakan frantikku yang super panik menggema dilobby rumah sakit memanggil-manggil dokter.
“HYUNGGG!!!”
Tiba-tiba aku mendengar teriakan histeris dari arah belakangku saat kami sibuk melarikan Jiyong. Entah sejak kapan Seungri mengikutiku. Aku tak ambil pusing meski rasanya ingin kutendang, tak kepedulikan wajah kacaunya yang panik dan berderaian air mata. Yang terpenting sekarang adalah Jiyong.
Setelah Jiyong masuk ruang operasi disitulah emosiku pecah. Perawat dan dokter lalu lalang keluar masuk dengan tergesa. Sempet kudengar kata-kata dari mereka
“Dok, jantung pasien melemah!
“Dok, tekanan darahnya menurun drastis!
“Dok, pasien menolak bantuan oksigen!
Dan masih banyak lainnya yang berakhir terdengar bunyi yang sangat nyaring dari dalam.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt!!!!
“Noooooooo!!!!!!!” jerit Seungri pilu hingga terkulai ke lantai.
“Shitt!!!” umpatku frustasi.
Aku mengacak-acak ramputku sambil menendangi kursi tunggu didepanku. Sampai salah seorang perawat keluar kutarik kerahnya, kucengkram kuat-kuat…
“Brengsek!!! Jangan sampai kau berani mengabarkan hal buruk padaku!! Jangan sampai mengatakan yang tidak-tidak bangsat!!! Lakukan tugasmu dengan baik, selamatkan dia bagaimanapun caranya atau kuhabisi kalian semua!!!” makiku padanya yang berusaha berontak.
“Tu-tuan te-tenanglah, kami sedang melak-kukan yang terbaik!!” ucapnya kesusahan sampai kami dilerai beberapa perawat sambil menjelaskan keadaan didalam.
Amarah dan kekawatiranku belum hilang. Rasanya mau meledak. Keadaan Jiyong didalam sana yang belum jelas kepastiannya bagaimana membuatku kian depresi.
Hatiku terus berdoa semoga yang kudengar tadi bukan beneran semoga Jiyong mau kembali, aku terus berdoa dalam hati. Pandanganku jatuh pada Seungri yang masih berada dilantai.
Dengan langkah tergesa aku menghampirinya, kutarik kerahnya sampai berdiri. Dia terlihat tak peduli masih tenggelam dalam kekacauan pikirannya sendiri.
“Brengsek kau LEE SEUNGRI!!!”
Bammm!! Bamm!! Bammm!!
Aku menghajarnya habis-habisan. Dia tak melawan sedikitpun. Hanya terus menangis kacau penuh penyesalan dan kesedihan.
“Ini semua gara-gara KAU BANGSAT!! Bamm!! Lihat apa yang telah kau lakukan hahhh!!! Akibat dari keegoisanmu brengsek!!! Bamm!!” aku terus memukulinya sambil memakinya tanpa henti.
Beberapa orang datang mencoba melerai kami.
“Tuan!! Tolong hentikan! Ini dirumah sakit!!” begitu teriakan mereka.
“Bawa BANGSAT ini pergi dari sini!!!Atau akan kuhancurkan wajahnya!!” teriakku penuh emosi. Aku yang selalu bisa tenang dalam segala situasi, kali ini aku tak mampu menahan diri.
“Mianhae… Hiks. Mianhae hyung.. Hiks.. Please, ijinkan aku tetap disini hyung.. Hiks.. Aku tak bisa meninggalkan Ji hyung.. ” lirihnya hancur lahir batin.
“Terlambat. Kau sudah tak ada hak disini. PERGI dari sini!!! Jangan pernah menampakkan mukamu lagi. Aku MUAK melihatmu!! ENYAH dari hadapanku Tuan Lee. Atau akan kuhancurkan seluruh keluargamu yang kau agungkan itu, kau PAHAM!!!” bentakku menggelegar sambil berusaha meraihnya untuk menghajarnya kembali.
Tapi sayang, aku dipegangi oleh beberapa orang. Dan akhirnya Seungri pergi diseret paksa oleh beberapa security.
“No no!! Lepaskan aku!! Aku ingin tetap disini… Ku mohon!! Aku ingin tetap bersama Ji hyung… Ku mohonn!!” rontanya sambil memelas tapi tak diindahkan oleh para security yang menyeretnya.
Beberapa jam kemudian dokter keluar dari ruang operasi mengabarkan kondisi kritis Jiyong. Kemungkinan kalau dia selamat, maka akan mengalami koma. Dan dokter tak bisa memastikan kapan Jiyong bisa terbangun. Hancur sudah seluruh hatiku mendengarnya.
Setelah itu aku mengabari orang tua Jiyong mengenai keadaannya, minus penyebab pastinya. Aku hanya menjelaskan kronologi kecelakaannya tanpa menceritakan beban hatinya.
Dan benar saja, Jiyong memang bisa melewati masa kritisnya, tapi dia jatuh koma. Tanpa banyak perdebatan keluarganya memutuskan membawa Jiyong untuk dirawat diluar negeri.
Aku pun sangat mendukung itu. Apapun yang terbaik untuk kesembuhannya. Disana aku yakin peralatannya lebih lengkap dan lebih canggih untuk mendukung agar Jiyong bisa lekas pulih. Ngocoks.com
Sementara perusahaan disini diambil alih oleh kakaknya dan aku. Selama setahun dia koma, aku sering mengunjunginya disana. Seungri tak henti-hentinya mencariku untuk menanyakan Jiyong.
Tapi aku sudah tak sudi melihatnya. Keadaan Jiyong memang sangat dirahasiakan. Tak ada yang tahu detail pastinya meskipun orang-orang kantor kami sekalipun. Media hanya tahu jika Jiyong dirawat di luar negeri.
Karir Seungri semakin merosot. Banyak nitizen yang menyalahkan kejadian yang dialami Jiyong adalah karenanya. Nitizen-nitizen ini adalah para fandom yang mendukung kedekatan mereka dulu. Hidup sebagai publik figure tentu saja harus siap akan mendapat spekulasi-spekulasi yang aneh-aneh dari fans.
Apalagi Jiyong sebagai komposer yang sangat digilai penggemarnya karena karyanya yang selalu fenomenal serta ketampanan dan kejeniusannya dibidang musik. Sedang Seungri penyanyi yang sangat diidolakan mereka. Tak heran jika muncul spekulasi mengenai kedekatan mereka.
Apa lagi mereka berdua memang sejak awal tak pernah menutupi interaksi kedekatan mereka. Maka muncullah fandom-fandom yang mendukung kedekatan mereka tersebut. Fanbase terbesar yang pernah ada, yang mereka sebut Nyongtory.
Memang sejak Seungri memutuskan menikah, para fandom ini sudah mulai membully Seungri. Ditambah kejadian Jiyong kemarin semakin menyulut kemarahan mereka padanya. Mau tak mau ini berakibat buruk pada karir dan bisnisnya.
Karirnya kian merosot. Ditambah performanya yang tidak stabil memperburuk keadaan. Kudengar slentingan bahwa dia sering hilang fokus atau sulit berkonsentrasi sekarang. Bisnisnya makin berantakan. Rumah tangganya diterpa prahara ketika istrinya mengalami keguguran.
Saat aku diberi kabar tentang itu semua, aku jujur tak tahu harus bersikap bagaimana dan harus merasa apa. Disisi lain bagian hatiku yang masih merasa sebagai hyungnya, aku merasa kasian dan miris. Disisi lain hatiku yang terlanjur kecewa sudah tak mau ambil pusing.
‘Apakah ini yang mereka bilang bahwa Tuhan itu tidak tidur??
‘Apakah ini karmanya?
Ya sudahlah, positifnya aku tak perlu capek-capek turun tangan mengotori tanganku sendiri memberinya pelajaran. Ternyata Tuhan sudah bertindak terlebih dahulu. Lagian aku rasa, aku tak akan sanggup melakukan itu padanya. Aku sudah cukup memberinya pelajaran saat dirumah sakit waktu itu.
‘Tuhan.. Jika Engkau memang seluar biasa itu. Ku mohon berikanlah mukjizatmu untuk dongsaengku pabo Jiyong-ah. Dia sudah cukup menderita lahir batin.
Ku mohon berikanlah dia kesempatan untuk bahagia… Jika memang bahagianya adalah disampingmu,…. Aku.. Aku harus bagaimana? Menyakitkan memang untuk merelakannya, tapi jika itu bisa mendamaikan hati dan jiwanya aku bisa apa. Yang kuharapkan hanyalah dia bisa bahagia. Bantulah aku mengikhlaskan… ‘ batinku dalam hati.
‘Apakah seperti ini yaa rasa yang Jiyong rasakan ketika Seungri meminta merelakannya…
Tak terasa air mataku mengalir selama memanjatkan doaku tersebut. Bagaimana tidak, aku tak pernah menyangka kehidupan dua orang dongsaeng yang sangat kusayang, Jiyong dan Seungri akan berakhir setragis ini.
Bersambung…